PROPOSAL PENELITIAN
TIM PENELITI
Benita Rika Hawani.
3. Pembimbing :
a. Nama Lengkap : Ir. Hernowo Widodo, M.T
b. NIP :
c. Program Studi/Jurusan : Teknik Kimia
d. Fakultas : Teknik
Mengetahui
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Udayana
I. JUDUL PENELITIAN
Pengaruh Efektifitas Mikroorganisme Pada Proses Penurunan Nilai BOD dan
COD Sistem Kontrol Baku Mutu Limbah Cair Dengan Model Output- Input Untuk
Optimalisasi Proses di Instalasi Pengolahan Limbah Kawasan Marunda Center.
III. PENDAHULUAN
Dalam kasus-kasus pencemaran perairan, baik itu laut, sungai, danau maupun waduk,
seringkali diberitakan bahwa nilai BOD dan COD perairan telah melebihi baku mutu. Atau
sebaliknya, pada kasus pencemaran lainnya yang mendapat protes dari masyarakat sehubungan
dengan adanya limbah industri, ditanggapi dengan dalih bahwa nilai BOD dan COD perairan
masih memenuhi baku mutu.
Dalam salah satu harian (Kompas edisi Senin, 12 Desember 1994) juga terdapat suatu
berita dengan judul “Sebaiknya, parameter BOD dan COD tak dipakai penentu baku mutu
limbah” yang kurang lebih merupakan pendapat dari salah satu pakar bioremediasi
lingkungan dari Universitas Sriwijaya, Palembang. Menurut pakar tersebut, dalam banyak
kasus kesimpulan yang hanya didasarkan pada hasil analisis BOD dan COD (juga pH) belum
merupakan jawaban ada tidaknya pencemaran lingkungan oleh suatu industri.
Di sisi lain, BOD dan COD adalah parameter yang menjadi baku mutu berbagai air
limbah industri selain beberapa parameter kunci lainnya. Nampaknya terdapat persepsi pada
sementara kalangan yang menempatkan BOD dan COD agak berlebihan dari yang
seharusnya. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam tulisan ini akan dikaji apa itu sebenarnya
BOD dan COD, bagaimana cara atau prinsip pengukurannya, dan apakah memang sebaiknya
tidak dipakai sebagai penentu baku mutu air limbah.
Berbagai model instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) digunakan dalam proses
pengolahan air limbah. Namun yang sering dijumpai adalah model pengolahan air
limbah secara biologi dengan lumpur aktif (Activated Sludge Unit). Pasa dasarnya
sistem lumpur aktif (Activated Sludge Unit) merupakan sebuah Bioreaktor (bak
aerasi) dan sekala besar disebutAerated Lagoon. Pada aerated lagoon terjadi
4
Selanjutnya sistem IPAL di atas kalau digambarkan secara blok diagram tampak
seperti dalam gambar 2 :
Sedangkan reaksi oksidasi dan sintesis yang terjadi dalam proses penguraian ini
adalah :
Bakteri
113 160
(1) (1,42)
Dalam hal ini Oksigen yang diperlukan diproleh dari Aerator yang mampu
menginjeksikan oksigen kedalam air limbah dengan yang cukup untuk kepentingan
perkembangan mikroorganisme.
Dalam persamaan diatas dengan jelas dapat dilihat untuk mendapatkan oksigen sesuai
kebutuhan diperlukan kerja aerator sesuai dengan kapasitas dan lama waktu bekerja
guna memenuhi kebutuhan Oksigen.
Dengan menggunakan standar baku mutu BOD, COD dan PH dalam keluaran
akhir sistem Instalasi pengolahan air limbah maka dapat dijadikan parameter kontrol
untuk dijadikan sensor terhadap perlu tidaknya Aerator bekerja guna memenuhi
kebutuhan oksigen. Hal ini perlu untuk menghindari penggunaan energi listrik yang
berlebihan. Dengan deminikian bila sistem sudah berumpan balik (Closed loop
system) maka dengan mudah dapat termonitoring baku mutu limbah dan dapat diatur
sesuai dengan range yang diijinkan. Model Output Input dalam hal ini seperti tampak
dalam gambar 3:
V. TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui unjuk kerja sistem kontrol baku mutu limbah cair dengan model
output-input untuk minimalisasi penggunaan energi listrik di instalasi pengolahan
limbah cair IPAL kota denpasar.
( ACTIVATED SLUDGE)
Pada prinsipnya pengawasan dalam proses lumpur aktif yang digunakan dalam
Instalasi Pengolahan Air Limbah untuk memantau agar proses dapat berjalan sesuai
dengan kreteria yang direncanakan. Hal penting dalam target pengawasan adalah:
B. PERENCANAAN IPAL
Aliran air limbah dapat bersifat kontinyu (terus menerus) atau sesaat
ditentukan oleh proses produksi yang dilakukan. Ada industri yang melakukan
pengolahan atau beroperasi sepanjang hari dan beroperasi hanya pada waktu-waktu
9
tertentu saja semisal pagi hingga sore atau sore hingga pagi hari. Industri yang
beroperasi sepanjang waktu akan menghasilkan aliran air limbah yang terus menerus.
Biasanya air limbah berasal dari setiap unit produksi dalam jumlah yang beragam.
Untuk jenis aliran seperti ini dapat didesain bak pengatur aliran dan keseragaman
kualitas air limbah sebelum masuk ke unit pengolahan utama. Bak ini disebut bak
equalisasi yang dapat pula dilengkapi dengan pembubuh bahan kimia untuk
mengkondisikan sifat air limbah yang diinginkan.
Industri yang beroperasi hanya pada waktu tertentu saja akan menghasilkan
air limbah hanya pada waktu tersebut. Biasanya air limbah yang dihasilkan hanya
sesaat namun dalam jumlah yang besar. Industri yang aliran limbahnya seperti ini
misalnya adalah industri pembuatan tempe, tahu, rumah pemotongan hewan (RPH)
dan rumah pemotongan unggas (RPU).
Untuk industri seperti ini maka desain IPALnya dipilih yang dapat menerima
aliran sesaat atau shock loading seperti pengolahan fisik (penyaringan dan
pengendapan), pengolahan kimia (koagulasi dan flokulasi) dan pengolahan biologi
(anaerobic digester).
limbah tahu lebih banyak karena ada proses penghancuran kedelai dan penyaringan
bubur tahu. Jenis parameter pencemar utama dalam air limbah adalah bahan organik,
bahan an-organik, minyak dan lemak, mikroorgsnisme, warna dan bahan padatan.
Untuk masing-masing jenis parameter pencemar tersebut dapat digunakan unit
pengolahan tertentu agar dapat dikurangi konsentrasinya atau tingkat bahayanya.
Unit-unit pengolahan air limbah tersebut ada yang secara khusus untuk mengolah
pencemar tertentu, namun ada juga yang berfungsi untuk mengolah secara bersama-
sama beberapa jenis bahan pencemar.
Beberapa jenis unit/alat pengolahan air limbah yang dapat digunakan untuk
mengurangi bahan pencemar pada air limbah, yaitu:
1. Bahan organik.
2. Bahan organik dapat diolah pada unit pengolahan biologi yang bersifat aerobik
ataupun anaerobik seperti kolam aerasi, kolam lumpur aktif, trickling filter,
dan biogas.
3. Bahan an-organik Bahan an-organik dapat diolah pada unit pengolahan kimia
dan biologi seperti pengendapan, pembubuhan bahan kimia, dan koagulasi-
flokulasi.
4. Minyak dan lemak Minyak dan lemak dapat diolah pada unit penangkap
minyak secara konvensional ataupun menggunakan pembubuhan udara
(floating system).
5. Mikroorganisme Cemaran mikroorganisme dapat dihilangkan pada unit
pengolahan biologi maupun kimia seperti kolam fakultatif atau clarifier-
tickener.
6. Warna Warna pada air limbah dapat dihilangkan dengan proses biologi untuk
warna yang berasal dari bahan organik atau menggunakan proses kimia untuk
warna yang berasal dari bahan sintetik. Proses biologi yang dapat digunakan
adalah kolam lumpur aktif atau proses kimia berupa clarifier-tickener
7. Padatan Padatan dalam air limbah dapat terdiri dari padatan besar, padatan
tersuspensi dan padatan terlarut. Padatan besar dapat dihilangkan
menggunakan alat penyaring dengan ukuran yang tertentu disesuaikan dengan
besarnya padatan yang ada, atau dapat juga menggunakan bak pengendap.
Padatan tersuspensi dapat dihilangkan dengan proses kimia dan dilanjutkan
11
1. Kadar maksimum adalah ukuran batas tertinggi suatu unsur pencemar dalam
air limbah yang diperbolehkan dibuang ke sumber air, dinyatakan dalam
satuan milligram per liter (mg/l).
2. Kuantitas air limbah maksimum adalah volume air limbah terbanyak yang
diperbolehkan dibuang ke sumber air dalam setiap satuan bahan baku,
dinyatakan dalam satuan mter kubik per ton produk (m3/ton produk).
3. Beban pencemaran maksimum adalah jumlah tertinggi suatu unsur pencemar
yang terkandung dalam air limbah, dinyatakan dalam satuan kilogram per ton
(kg/ton).
Baku mutu air limbah untuk masing-masing jenis usaha/kegiatan memiliki perbedaan
parameter bahan pencemar, kualitas dan beban pencemarannya. Untuk tu dalam
merancang desain IPAL perlu diperhatikan baku mutu ait limbah yang dipersyaratkan
untuk usaha/kegiatan tersebut. Secara umum, gabungan beberapa unit pengolahan
berupa penyaringan, pengendapan, pengolahan biologi dan pemanfaatan lumpur
(sludge) serta pemanfaatan gas/energi dapat dijadikan pilihan untuk instalasi
pengolahan air limbah kegiatan agroindustri.
limbah. Beberapa kegiatan agroindustri seperti pengolahan kelapa sawit, karet, dan
gula memiliki lahan yang cukup luas karena biasanya berlokasi di dekat
perkebunannya. Namun demikian, agroindustri seperti pengolahan susu, kedelai,
rumah potong hewan, dll karena berlokasi di perkotaan atau dekat perkotaan
memiliki lahan yang minim untuk penggunaan instalasi pengolahan air limbah.
F. KETERSEDIAAN BIAYA
Pembangunan (konstruksi), operasional dan perawatan IPAL membutuhkan
pembiayaan yang tidak murah. Terdapat bangunan atau unit pengolahan yang terbuat
dari semen (bak penyaringan, bak pengendapan, biogas, bak kontrol, bak pengering
lumpur, dll), terbuat dari besi (trickling filter, RBC, anaerobic digester, dll), dan
terbuat dari plastik atau fiber (biogas). Selain itu terdapat unit pengolahan yang
tidak membutuhkan peralatan penunjang, namun ada pula yang membutuhkan
peralatan penunjang mekanik dan elektrik. Peralatan penunjang ini membutuhkan
pembiayaan dalam pembangunan, operasional dan perawatannya. Biaya operasional
dapat berupa biaya untuk membeli bahan yang diperlukan dalam proses IPAL
(koagulan, kapur, aktivator, dll), membayar biaya energi (listrik atau energi lainnya),
membayar tenaga kerja dan biaya uji laboratorium. Instalasi pengolahan air limbah
perlu dirawat agar beroperasi secara optimal. Banyak dari IPAL kegiatan agroindustri
yang tidak lagi beroperasi atau berfungsi optimal karena tidak menganggarkan
pembiayaan perawatan IPAL. Perawatan IPAL terdiri dari kegiatan pengecekan
fungsi alat dan bangunan serta perbaikan alat dan bangunan. Alat pengolahan biologi
yang relatif rendah biaya konstruksi, operasional dan perawatannya adalah biogas.
Alat ini dapat digunakan untuk mengolah limbah dengan bahan organik yang tinggi,
dan mengandung padatan tersuspensi. Biogas juga menghasilkan gas yang dapat
digunakan untuk menjalankan generator listrik, menyalakan kompor, patromax, alat
pemanas, dll, sehingga dapat menghemat biaya pembelian/pembayaran energi yang
14
lain. Hasil samping dari biogas juga dapat diolah menjadi kompos yang memiliki
nilai ekonomi dan lingkungan yang baik karena dapat mensubstitusi pembelian pupuk
anorganik, dapat dijual kepada petani, dan merupakan pupuk yang ramah lingkungan.
Tahapan Penelitian:
No Tahapan penelitian Pelaksanaan Luaran
1 Perencanaan Sistem Control Baku Mutu Bulan I&II Tercipta system
Limbah Cair Dengan Mod el Output Input control untuk
Dalam Rangka Optimasi Penggunaan system berumpan
Energi Listrik merupakan suatu kajian dan balik dalam proses
analisis dalam hal menentukan model pengolahan
control system yang berumpan balik untuk limbah cair
mengontrol baku mutu limbah cair yang
optimal.
X. PERSONALIA PENELITIAN
1. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Ir. I Made Mataram MErg., MT
b. NIP 19650820 199103 1 002
c. Golongan Pangkat : Pembina Tk. I, IV/b
d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
e. Jabatan Struktural : -
f. Fakultas : Teknik
g. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
h. Bidang Keahlian : Teknik Sistem Tenaga
i. Waktu untuk penelitian : 1 Tahun
2. Anggota Peneliti : 3 orang
XI. PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
1. Bahan dan Peralatan Penelitian
Biaya
No Nama bahan Volume Satuan Total Biaya
Biaya/paket/
2. Perjalanan
Biaya
No Tujuan Volume Satuan Total Biaya
3. Lain-lain
Harga
Total Biaya
No Uraian Kegiatan Volume Satuan
(Rp.)
(Rp.)
TOTAL 7.500.000
18
DAFTAR PUSTAKA