Anda di halaman 1dari 18

1

Bidang Ilmu : Rekayasa

PROPOSAL PENELITIAN

Pengaruh Efektifitas Mikroorganisme Pada Proses Penurunan Nilai BOD


dan COD Sistem Kontrol Baku Mutu Limbah Cair Dengan Model Output-
Input Untuk Optimalisasi Proses Di Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL)
Kawasan Marunda Center

TIM PENELITI
Benita Rika Hawani.

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2022
2

Halaman Pengesahan Proposal Penelitian

1. Judul Penelitian : Pengaruh Efektifitas Mikroorganisme Pada


Proses Penurunan Nilai BOD dan COD
Sistem Kontrol Baku Mutu Limbah Cair
Dengan Model Output-Input Untuk
Optimalisasi Proses Di Instalasi Pengolahan
Limbah (IPAL) Kawasan Marunda Center
2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Benita Rika Hawani
b. NPM : 202010235021
c. Program Studi/Jurusan : Teknik Kimia
d. Fakultas : Teknik
e. Email : benitarika88@gmail.com

3. Pembimbing :
a. Nama Lengkap : Ir. Hernowo Widodo, M.T
b. NIP :
c. Program Studi/Jurusan : Teknik Kimia
d. Fakultas : Teknik

b. Lokasi Penelitian : Instalasi Pengolahan Limbah Kawasan Industri


Marunda Center
4. Jangka Waktu Penelitian :
5. Biaya Penelitian : Tujuh Juta Lima Ratus Ribu Rupiah

Denpasar, 21 Mei 2014


Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik Ketua Peneliti,

Prof. Ir I Wayan Redana, MA,Sc, Ph.D. Ir. I Made Mataram MErg., MT


NIP : 19591025 198603 1 003 NIP: 19650820 199103 1 002

Mengetahui
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Udayana

(Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, MT.)


NIP : 19640717 198903 1 001
3

I. JUDUL PENELITIAN
Pengaruh Efektifitas Mikroorganisme Pada Proses Penurunan Nilai BOD dan
COD Sistem Kontrol Baku Mutu Limbah Cair Dengan Model Output- Input Untuk
Optimalisasi Proses di Instalasi Pengolahan Limbah Kawasan Marunda Center.

II. BIDANG ILMU


Teknik Kimia

III. PENDAHULUAN
Dalam kasus-kasus pencemaran perairan, baik itu laut, sungai, danau maupun waduk,
seringkali diberitakan bahwa nilai BOD dan COD perairan telah melebihi baku mutu. Atau
sebaliknya, pada kasus pencemaran lainnya yang mendapat protes dari masyarakat sehubungan
dengan adanya limbah industri, ditanggapi dengan dalih bahwa nilai BOD dan COD perairan
masih memenuhi baku mutu.
Dalam salah satu harian (Kompas edisi Senin, 12 Desember 1994) juga terdapat suatu
berita dengan judul “Sebaiknya, parameter BOD dan COD tak dipakai penentu baku mutu
limbah” yang kurang lebih merupakan pendapat dari salah satu pakar bioremediasi
lingkungan dari Universitas Sriwijaya, Palembang. Menurut pakar tersebut, dalam banyak
kasus kesimpulan yang hanya didasarkan pada hasil analisis BOD dan COD (juga pH) belum
merupakan jawaban ada tidaknya pencemaran lingkungan oleh suatu industri.
Di sisi lain, BOD dan COD adalah parameter yang menjadi baku mutu berbagai air
limbah industri selain beberapa parameter kunci lainnya. Nampaknya terdapat persepsi pada
sementara kalangan yang menempatkan BOD dan COD agak berlebihan dari yang
seharusnya. Sehubungan dengan hal tersebut, dalam tulisan ini akan dikaji apa itu sebenarnya
BOD dan COD, bagaimana cara atau prinsip pengukurannya, dan apakah memang sebaiknya
tidak dipakai sebagai penentu baku mutu air limbah.

Berbagai model instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) digunakan dalam proses
pengolahan air limbah. Namun yang sering dijumpai adalah model pengolahan air
limbah secara biologi dengan lumpur aktif (Activated Sludge Unit). Pasa dasarnya
sistem lumpur aktif (Activated Sludge Unit) merupakan sebuah Bioreaktor (bak
aerasi) dan sekala besar disebutAerated Lagoon. Pada aerated lagoon terjadi
4

penguraian senyawa organik oleh aktivitas mikroorganisme yang tumbuh terdispersi


diseluruh cairan. Untuk pertumbuhan mikroorganisme diperlukan oksigen (O2) dalam
bentuk udara (fasa gas) yang dikontakkan langsung ke fasa cair lewat gelembung
gelembung udara atau melalui pengadukan. Osigen umumnya diproleh dari Aerator
yang mampu mensuply oksigen sesuai dengan kapasitasnya. Untuk menguraikan
bahan organik yang ada pada limbah diperlukan bakteri dan dapat berkembang bila
tersedia makanan yang cukup sehingga pertumbuhan bakteri dapat dipertahankan
secara konstan. Agar sistem ini dapat berlangsung secara kontinyu diperlukan
tambahan makanan dari lumpur aktif yang umumnya diambilkan langsung dari bak
pengendapan (sedimentasion tank). Model sistem secara phisik tampak seperti dalam
gambar 1.
5

Gambar 1: Sistem IPAL Suwung

Selanjutnya sistem IPAL di atas kalau digambarkan secara blok diagram tampak
seperti dalam gambar 2 :

Gambar 2: Model Blok Diagram Sistel IPAL

Sedangkan reaksi oksidasi dan sintesis yang terjadi dalam proses penguraian ini
adalah :

CHONS + O2 + Nutrien ------------≥ CO2 + NH3 + C5H7NO2 + Hasil akhir.

(zat organik) (sel baru)

Bakteri

C5H7NO2 + 5 O2---------------≥ 5 CO2 + 2 H2O + NH3 + Energi

113 160

(1) (1,42)

Artinya: 1 unit biomasa yang dioksidasi membutuhkan 1,42 unit O2.


6

Dalam hal ini Oksigen yang diperlukan diproleh dari Aerator yang mampu
menginjeksikan oksigen kedalam air limbah dengan yang cukup untuk kepentingan
perkembangan mikroorganisme.

Dalam persamaan diatas dengan jelas dapat dilihat untuk mendapatkan oksigen sesuai
kebutuhan diperlukan kerja aerator sesuai dengan kapasitas dan lama waktu bekerja
guna memenuhi kebutuhan Oksigen.

Dengan menggunakan standar baku mutu BOD, COD dan PH dalam keluaran
akhir sistem Instalasi pengolahan air limbah maka dapat dijadikan parameter kontrol
untuk dijadikan sensor terhadap perlu tidaknya Aerator bekerja guna memenuhi
kebutuhan oksigen. Hal ini perlu untuk menghindari penggunaan energi listrik yang
berlebihan. Dengan deminikian bila sistem sudah berumpan balik (Closed loop
system) maka dengan mudah dapat termonitoring baku mutu limbah dan dapat diatur
sesuai dengan range yang diijinkan. Model Output Input dalam hal ini seperti tampak
dalam gambar 3:

Gambar 3: Model Closed Loop Control System IPAL

IV. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pendahuluan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dari


penelitian ini yaitu bagaimana system kontrol baku mutu limbah model output input
bekerja sehingga dapat meminimalkan penggunaan energy listrik pada pengolahan
limbah cair IPAL kota Denpasar.
7

V. TUJUAN PENELITIAN
Mengetahui unjuk kerja sistem kontrol baku mutu limbah cair dengan model
output-input untuk minimalisasi penggunaan energi listrik di instalasi pengolahan
limbah cair IPAL kota denpasar.

VI. TINJAUAN PUSTAKA

A. PARAMETER PENTING DALAM PROSES LUMPUR AKTIF

( ACTIVATED SLUDGE)

Pada prinsipnya pengawasan dalam proses lumpur aktif yang digunakan dalam
Instalasi Pengolahan Air Limbah untuk memantau agar proses dapat berjalan sesuai
dengan kreteria yang direncanakan. Hal penting dalam target pengawasan adalah:

1. Melakukan pemeriksan dan menjaga konsentrasi Oksigen terlarut dalam


limbah dalam bak aerasi/lagoon.
2. Pengaturan jumlah lumpur aktif yang diresirkulasi dan yang dibuang.
Disamping kedua parameter diatas diperkenalkan juga parameter lain yang dapat
dijadikan dasar dalam pengawasan proses diantaranya:

1. F/M Ratio yaitu perbandingan antara substrat (F:food) terhadap


microorganisme (M). Dalam proses lumpur aktif convensional proses berjalan
baik bila F/M ratio berkisar 0,2 – 0,6 kg BOD/kg MLSS.
2. SVI (Sludge Volume Index) (SVI): yaitu Volume sludge yang mengendap 30
menit dalam 1 liter sample dibagi berat sludge kering per 1 liter sludge.
3. Ratio Resirkulasi (R): yaitu perbandingan antara debit lumpur yang
dikembalikan ke bak aerasi/lagoon terhadap debit limbah yang diolah.
4. Umur Lumpur (θc) yaitu jumlah masa microorganisme sebagai lumpur aktif
dibagi jumlah masa mikroorganisme yang dibuang setiap satuan waktu.
5. Waktu detensi (θ): yaitu Lamanya air limbah tinggal dalam bak aerasi/lagoon.
6. Volume Loading (VI) : yaitu masa BOD per meter kubik air limbah per hari.
7. Produksi lumpur (Px) : yaitu banyaknya lumpur yang dihasilkan dan yang
harus dibuang setiap hari.
8. Kebutuhan Oksigen (O2) : yaitu kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
respirasi mikroorganisme dan oksidasi lainnya. Kebutuhan oksigen yang
8

terlarut dapat dihitung berdasarkan BOD dan jumlah mikroorganisme (MLSS)


yang dibuang dari sistem lumpur aktif.
9. Kandungan Nutrien yang ada pada kandungan air limbah yang akan diolah
dalam hal ini Nitrogen (N) dan Phosphat (P).
Dalam penelitian yang akan dilakukan adalah mampu memberikan supply
Oksigen yang tepat guna kelangsungan penguraian yang dilakukan
mikroorganisme berdasarkan standar baku mutu terukur.

B. PERENCANAAN IPAL

Dalam desain atau perencanaan sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah


ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Debit air limbah


2. Aliran air limbah
3. Parameter pencemar (karakteristik) air limbah
4. Baku mutu air limbah
5. Ketersediaan lahan atau ruang
6. Ketersediaan biaya

a. Debit Air Limbah


Desain IPAL dipengaruhi oleh debit air limbah yang dihasilkan, karena debit
digunakan sebagai penentuan volume unit-unit pengolahan air limbah. Bila debitnya
besar maka volume unit pengolahannya harus dibuat besar untuk dapat menampung
air limbah tersebut. Terlebih lagi bila akan digunakan unit pengolahan yang
membutuhkan waktu tinggal, maka perhitungan volume unit pengolahannya
dikalikan dengan waktu tinggalnya.

b. Aliran Air Limbah

Aliran air limbah dapat bersifat kontinyu (terus menerus) atau sesaat
ditentukan oleh proses produksi yang dilakukan. Ada industri yang melakukan
pengolahan atau beroperasi sepanjang hari dan beroperasi hanya pada waktu-waktu
9

tertentu saja semisal pagi hingga sore atau sore hingga pagi hari. Industri yang
beroperasi sepanjang waktu akan menghasilkan aliran air limbah yang terus menerus.
Biasanya air limbah berasal dari setiap unit produksi dalam jumlah yang beragam.
Untuk jenis aliran seperti ini dapat didesain bak pengatur aliran dan keseragaman
kualitas air limbah sebelum masuk ke unit pengolahan utama. Bak ini disebut bak
equalisasi yang dapat pula dilengkapi dengan pembubuh bahan kimia untuk
mengkondisikan sifat air limbah yang diinginkan.

Industri yang beroperasi hanya pada waktu tertentu saja akan menghasilkan
air limbah hanya pada waktu tersebut. Biasanya air limbah yang dihasilkan hanya
sesaat namun dalam jumlah yang besar. Industri yang aliran limbahnya seperti ini
misalnya adalah industri pembuatan tempe, tahu, rumah pemotongan hewan (RPH)
dan rumah pemotongan unggas (RPU).

Untuk industri seperti ini maka desain IPALnya dipilih yang dapat menerima
aliran sesaat atau shock loading seperti pengolahan fisik (penyaringan dan
pengendapan), pengolahan kimia (koagulasi dan flokulasi) dan pengolahan biologi
(anaerobic digester).

C. PARAMETER PENCEMAR (KARAKTERISTIK) AIR LIMBAH


Setiap industri memiliki parameter pencemar yang berlainan hal ini terkait
dengan penggunaan bahan baku dan proses produksi yang juga berlainan. Bahkan,
industri sejenispun dapat memiliki karakteristik air limbah yang tidak sama karena
penanganan bahan dan penggunaan air yang tidak serupa. Secara umum parameter
pencemar atau karakteristik air limbah ditentukan oleh jenis bahan baku yang
digunakan dan proses yang dilakukan. Bila bahan baku yang digunakan adalah bahan
organik maka limbah yang digunakan akan memiliki kandungan bahan organik,
demikian juga bila industri tersebut menggunakan bahan kimia dalam proses
produksinya, amaka dalam air limbahnya akan ditemui kandungan bahan kimia
tersebut dalam ikatan aslinya atau ikatan dengan bahan kimia lainnya. Dengan bahan
yang sama namun proses berbeda maka akan dihasilkan karakteristik air limbah yang
berbeda. Dengan bahan baku kedelai, industri tahu dan tempe menghasilkan
karakteristik air limbah yang berlainan. Kandungan bahan organik dan padatan dalam
10

limbah tahu lebih banyak karena ada proses penghancuran kedelai dan penyaringan
bubur tahu. Jenis parameter pencemar utama dalam air limbah adalah bahan organik,
bahan an-organik, minyak dan lemak, mikroorgsnisme, warna dan bahan padatan.
Untuk masing-masing jenis parameter pencemar tersebut dapat digunakan unit
pengolahan tertentu agar dapat dikurangi konsentrasinya atau tingkat bahayanya.
Unit-unit pengolahan air limbah tersebut ada yang secara khusus untuk mengolah
pencemar tertentu, namun ada juga yang berfungsi untuk mengolah secara bersama-
sama beberapa jenis bahan pencemar.

Beberapa jenis unit/alat pengolahan air limbah yang dapat digunakan untuk
mengurangi bahan pencemar pada air limbah, yaitu:

1. Bahan organik.
2. Bahan organik dapat diolah pada unit pengolahan biologi yang bersifat aerobik
ataupun anaerobik seperti kolam aerasi, kolam lumpur aktif, trickling filter,
dan biogas.
3. Bahan an-organik Bahan an-organik dapat diolah pada unit pengolahan kimia
dan biologi seperti pengendapan, pembubuhan bahan kimia, dan koagulasi-
flokulasi.
4. Minyak dan lemak Minyak dan lemak dapat diolah pada unit penangkap
minyak secara konvensional ataupun menggunakan pembubuhan udara
(floating system).
5. Mikroorganisme Cemaran mikroorganisme dapat dihilangkan pada unit
pengolahan biologi maupun kimia seperti kolam fakultatif atau clarifier-
tickener.
6. Warna Warna pada air limbah dapat dihilangkan dengan proses biologi untuk
warna yang berasal dari bahan organik atau menggunakan proses kimia untuk
warna yang berasal dari bahan sintetik. Proses biologi yang dapat digunakan
adalah kolam lumpur aktif atau proses kimia berupa clarifier-tickener
7. Padatan Padatan dalam air limbah dapat terdiri dari padatan besar, padatan
tersuspensi dan padatan terlarut. Padatan besar dapat dihilangkan
menggunakan alat penyaring dengan ukuran yang tertentu disesuaikan dengan
besarnya padatan yang ada, atau dapat juga menggunakan bak pengendap.
Padatan tersuspensi dapat dihilangkan dengan proses kimia dan dilanjutkan
11

dengan proses pengendapan. Sedangkan padatan terlarut dapat dihilangkan


dengan menggunakan proses kimia.

D. BAKU MUTU AIR LIMBAH


Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan/atau
jumlah unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan
dibuang atau dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha dan/atau kegiatan Pada
baku mutu air limbah diatur beberapa hal terkait kadar bahan pencemar, kuantitas
dan beban pencemaran daam air limbah yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan.
Penjelasan masing-masing item tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kadar maksimum adalah ukuran batas tertinggi suatu unsur pencemar dalam
air limbah yang diperbolehkan dibuang ke sumber air, dinyatakan dalam
satuan milligram per liter (mg/l).
2. Kuantitas air limbah maksimum adalah volume air limbah terbanyak yang
diperbolehkan dibuang ke sumber air dalam setiap satuan bahan baku,
dinyatakan dalam satuan mter kubik per ton produk (m3/ton produk).
3. Beban pencemaran maksimum adalah jumlah tertinggi suatu unsur pencemar
yang terkandung dalam air limbah, dinyatakan dalam satuan kilogram per ton
(kg/ton).

Baku mutu air limbah untuk masing-masing jenis usaha/kegiatan memiliki perbedaan
parameter bahan pencemar, kualitas dan beban pencemarannya. Untuk tu dalam
merancang desain IPAL perlu diperhatikan baku mutu ait limbah yang dipersyaratkan
untuk usaha/kegiatan tersebut. Secara umum, gabungan beberapa unit pengolahan
berupa penyaringan, pengendapan, pengolahan biologi dan pemanfaatan lumpur
(sludge) serta pemanfaatan gas/energi dapat dijadikan pilihan untuk instalasi
pengolahan air limbah kegiatan agroindustri.

E. KETERSEDIAAN LAHAN ATAU RUANG


Besarnya lahan atau ruang bagi instalasi pengolahan air limbah ditentukan oleh
beberapa faktor sebagai berikut: volume limbah yang dihasilkan, kadar dan
keragaman bahan pencemaran air limbah dan pilihan jenis unit pengolahan air
12

limbah. Beberapa kegiatan agroindustri seperti pengolahan kelapa sawit, karet, dan
gula memiliki lahan yang cukup luas karena biasanya berlokasi di dekat
perkebunannya. Namun demikian, agroindustri seperti pengolahan susu, kedelai,
rumah potong hewan, dll karena berlokasi di perkotaan atau dekat perkotaan
memiliki lahan yang minim untuk penggunaan instalasi pengolahan air limbah.

1. Volume Limbah Yang Dihasilkan


Semakin besar volume limbah yang dihasilkan maka semakin besar
peralatan atau unit pengolahan yang diperlukan. Hal ini berbanding lurus
dengan kebutuhan lahan untuk menempatkan peralatan atau unit
pengolahan tersebut. Karenanya upaya meminimalkan volume limbah
menjadi aspek yang penting untuk menekan kebutuhan akan luasan lahan
yang besar. Upaya minimasi volume limbah dapat dilakukan dengan cara
efisiensi penggunaan air, mencegah kebocoran air pada saluran air bersih
dan air selama proses berlangsung (air proses), menggunakan air
bertekanan dalam proses pembersihan, dan pemanfaatan kembali air untuk
proses yang sesuai.

2. Kadar dan Keragaman Bahan Pencemaran Air Limbah


Kadar pencemar yang tinggi menyebabkan waktu proses semakin
lama sehingga dibutuhkan peralatan yang besar. Sebagai contoh, bila kadar
total padatan tersuspensi (total suspended solid) dalam air limbah tinggi
maka membutuhkan waktu yang lama dalam proses pengendapannya yang
menyebabkan dibutuhkannya alat pengendapan yang lebih besar.

Selain itu, untuk menurunkan bahan pencemar yang tinggi juga


diperlukan beberapa peralatan sehingga kebutuhan ruang semakin banyak.
Ditambah lagi bila terdapat keragaman bahan pencemar yang menyebabkan
diperlukannya peralataperalatan yang khusus untuk menurunkan bahan
pencemar tersebut. Karenanya upaya meminimalkan kadar dan keragaman
bahan pencemar dalam air limbah menjadi aspek yang penting untuk
menekan kebutuhan jumlah dan jenis peralatan. Upaya yang dapat
dilakukan adalah menggunakan bahan baku yang bersih dan memiliki
13

tingkat kemurnian tinggi, meniadakan kebocoran bahan dan air selama


proses, dan menerapkan segregasi limbah.

3. Pilihan Jenis Unit Pengolahan Air Limbah


Beberapa unit pengolahan biologi seperti kolam oksidasi dan kolam
fakultatif membutuhkan lahan yang besar karena sistem pengolahannya
memerlukan permukaan kontak dengan udara yang besar. Ada juga unit
pengolahan yang dapat dibangun vertikal atau memanfaatkan lahan di bawah
tanah. Unit seperti ini biasanya pengolahan secara anaerob seperti biogas,
anaerobic digester, dll.

F. KETERSEDIAAN BIAYA
Pembangunan (konstruksi), operasional dan perawatan IPAL membutuhkan
pembiayaan yang tidak murah. Terdapat bangunan atau unit pengolahan yang terbuat
dari semen (bak penyaringan, bak pengendapan, biogas, bak kontrol, bak pengering
lumpur, dll), terbuat dari besi (trickling filter, RBC, anaerobic digester, dll), dan
terbuat dari plastik atau fiber (biogas). Selain itu terdapat unit pengolahan yang
tidak membutuhkan peralatan penunjang, namun ada pula yang membutuhkan
peralatan penunjang mekanik dan elektrik. Peralatan penunjang ini membutuhkan
pembiayaan dalam pembangunan, operasional dan perawatannya. Biaya operasional
dapat berupa biaya untuk membeli bahan yang diperlukan dalam proses IPAL
(koagulan, kapur, aktivator, dll), membayar biaya energi (listrik atau energi lainnya),
membayar tenaga kerja dan biaya uji laboratorium. Instalasi pengolahan air limbah
perlu dirawat agar beroperasi secara optimal. Banyak dari IPAL kegiatan agroindustri
yang tidak lagi beroperasi atau berfungsi optimal karena tidak menganggarkan
pembiayaan perawatan IPAL. Perawatan IPAL terdiri dari kegiatan pengecekan
fungsi alat dan bangunan serta perbaikan alat dan bangunan. Alat pengolahan biologi
yang relatif rendah biaya konstruksi, operasional dan perawatannya adalah biogas.
Alat ini dapat digunakan untuk mengolah limbah dengan bahan organik yang tinggi,
dan mengandung padatan tersuspensi. Biogas juga menghasilkan gas yang dapat
digunakan untuk menjalankan generator listrik, menyalakan kompor, patromax, alat
pemanas, dll, sehingga dapat menghemat biaya pembelian/pembayaran energi yang
14

lain. Hasil samping dari biogas juga dapat diolah menjadi kompos yang memiliki
nilai ekonomi dan lingkungan yang baik karena dapat mensubstitusi pembelian pupuk
anorganik, dapat dijual kepada petani, dan merupakan pupuk yang ramah lingkungan.

G. DESAIN FUZZY LOGIC CONTROL


Fuzzy Logic Control terdiri dari empat komponen utama yaitu :
1) Fuzzifikasi
2) Fuzzy rule base
3) Fuzzy inference
4) Defuzzifikasi

Komponen Fuzzy Logic Control dapat dimodelkan seperti Gambar 4, sebagai


berikut :

Gambar 4. Sistem Fuzz Lgic Controller

H. LANGKAH-LANGKAH MEMBANGUN FUZZY LOGIC CONTROL


1. Menentukan nilai-nilai variabel input dan output.
2. Mendapatkan pengetahuan kontrol dengan analisis data.
3. Menetapkan fungsi keanggotaan untuk variabel input dan output fuzzy.
4. Menentukan aturan fuzzy.
5. Menyesuaikan fungsi keanggotaan dan aturan dengan memvariasikan skala
fungsi keanggotaan dan rule.
15

VII. METODE PENELITIAN

Tahapan Penelitian:
No Tahapan penelitian Pelaksanaan Luaran
1 Perencanaan Sistem Control Baku Mutu Bulan I&II Tercipta system
Limbah Cair Dengan Mod el Output Input control untuk
Dalam Rangka Optimasi Penggunaan system berumpan
Energi Listrik merupakan suatu kajian dan balik dalam proses
analisis dalam hal menentukan model pengolahan
control system yang berumpan balik untuk limbah cair
mengontrol baku mutu limbah cair yang
optimal.

2 Persiapan Bulan III Proposal


3 Survey lapangan untuk persiapan Bulan Data input output
setting peralatan. IV,V,VI,VII secara riil
Melakukan pengukur data data lapangan dapat
terkait seperti: Debit limbah cair,
diketahui
PH, BOD, COD dan parameter lain
yang terkait baik sisi input maupun
sisi output. Secara kontinyu.
4 Membuat Pemodelan system Bulan Tersedia Model
Menyusun Blok Diagram VIII,IX system loop
Menentukan Model Matematik tertutup (Closed
Menentukan Fungsi Transfer Loop System)
Function (TF)
Membuat rangkaian control untuk
system loop tertutup (Closed
Loop System).
5 Simulasi dengan masukan data lapangan Bulan X,XI
6 Rekomendasi akhir berdasarkan uji simulasi Bulan XII Rekomendasi,
perbaikan sistem

VIII. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini bermanfaat bagi pembaca umum akan adanya pengetahuan


pengembangan system control non konvensional dan manfaat khusus bagi pengolahan
limbah cair IPAL kota Denpasar dapat meminimalkan pemakaian energy listrik.

IX. JADWAL PELAKSANAAN


Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2014 hingga Desember 2014,
yang dibagi dalamempat tahap penelitian.
16

X. PERSONALIA PENELITIAN
1. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Ir. I Made Mataram MErg., MT
b. NIP 19650820 199103 1 002
c. Golongan Pangkat : Pembina Tk. I, IV/b
d. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
e. Jabatan Struktural : -
f. Fakultas : Teknik
g. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
h. Bidang Keahlian : Teknik Sistem Tenaga
i. Waktu untuk penelitian : 1 Tahun
2. Anggota Peneliti : 3 orang
XI. PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
1. Bahan dan Peralatan Penelitian

Biaya
No Nama bahan Volume Satuan Total Biaya

1 Kertas HVS A4 70 Gr 4 30.000 120.000

3 Tinta printer Laser 1 350.000 350.000

4 CDRW 10 3.000 30.000

5 Flash Disck 4 GB 1 64.000 64.000

6 Komunikasi/voucher isi ulang 4 100.000 400.000

Sub Total 1.000.000

Biaya/paket/

No. Nama Peralatan Volume Satuan Total Biaya

1 Sewa Flow Meter 1 500,000 500,000

2 Sewa Ph Meter 1 1.000.000 1.000,000

3 Sewa BOD Indicator 1 1.000.000 1.000.000

4 Sewa COD Indicator 1 1.000.000 1.000.000

Sub Total 3.500.000


17

2. Perjalanan

Biaya
No Tujuan Volume Satuan Total Biaya

1 Seminar 1 1.000.000 1.000.000

Sub Total 1.000.000

3. Lain-lain

Harga
Total Biaya
No Uraian Kegiatan Volume Satuan
(Rp.)
(Rp.)

2 Pemaparan Hasil penelitian 1 500.000 500.000

3 Laporan Pendahuluan 10 50.000 500.000

4 Laporan Akhir 10 100.000 1.000.000

Sub Total 2.000.000

TOTAL 7.500.000
18

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, S, Operasi dan Pemeliharaan IPAL, 2007


Agus S, Optimasi Activated Sludge Unit (ASU) dalam rangka pemenuhan Baku
Mutu Limbah Cair (BMLC), Pertamina (Persero).
Benefield Larry D, Biological Process Design for Wastewater Treatment, Prentice
Hall Inc, Englewood Cliffs.
Mudrack K & Kunst S, Biology of Sewage Treatment and Water Pollution Control,
Ellis Horwood Limited New York.
Ogata K, Modern Control Engineering, Fourth Edition, Prentice Hall, New Jersey,
2002.
Sugiharto, Dasar Dasar Pengolahan Air Limbah, UI Press Jakarta, 1987
Timoty J. Ross, Fuzzy Logic With Engineering Applications, McGraw-Hill, Inc,
1995
Wesley Eckenfelder, Industrial Water Pollution Control, Second Edition, McGraw-
Hill Book Company, Singapore, 1989.

Anda mungkin juga menyukai