Asisten Praktikum :
Tanaya Citra Damayanti
Disusun Oleh :
NIM : 235080100111001
Kelompok : 01
Kelas : M01
3
RENCANA PRAKTIKUM
4. Semester : Ganjil
A. Latar Belakang
Odum (1996) adalah kajian tentang rumah tangga bumi termasuk flora, fauna,
mikroorganisme dan manusia yang hidup bersama saling tergantung satu sama
lain. Menurut Chiras (1985) adalah studi tentang organisme hidup dan hubungan
yang masing – masing berbeda. Salah satu bahasan yang juga dijadikan obyek
karena interaksi antara faktor abiotik dan abiotik, serta abiotik dan biotik tidak
hanya dipengaruhi oleh dinamika ekosisstem itu sendiri, tetapi juga dipengaruhi
fenomena yang terjadi di Daerah Aliran Sungai. Perubahan yang terjadi mulai zona
rithron (kawasan hulu) yang berarus deras sampai zona potamon (kawasan hilir)
dengan istilah River Continuum Concept, dimana kuantitas dan kualitas komponen
abiotik serta komposisi komponen biotik berubah secara gradien dan kontinyu.
dimana dinamika kecepatan arus dan perbedaan profil dasar perairan akan
ekosistem.
1. Ketrampilan Kognitif
2. Ketrampilan Afektif
b. Kemampuan bekerjasama.
3. Ketrampilan Psikomotorik
Oktober 2023.
1) Praktikum
2) Analisis data
3) Pembuatan laporan
4) Konsultasi laporan
5) Ujian praktikum
E. Data Hasil Praktikum
Post
No Parameter
1 2 3 4 5
3. pH 8 8 7 7 7
Amonia 0, 02
8. 0, 04 0, 02 0, 04 0, 03
(ppm)
Nitrat 3,4
9. 4,1 3,7 4, 0 3,4
(ppm)
Orthofosfat 4,2
10. 2,6 4,1 4,4 4,1
(ppm)
Tabel 1. Data hasil pengukuran kualitas air abiotik di Sumber Mata Air Cinde
b.Data Parameter Biotik
Jenis
Perifiton Spirogyra
Tabel 2. Data hasil pengukuran kualitas air biotik di Sumber Mata Air Cinde
F. Lembar Kerja Praktikum I
a. Data Teori
Tabel 3. Kelarutan karbondioksida dalam air murni pada suhu yang berbeda
b. Data Aktual
Grafik:
20 21.5, 20
15 Aktua
l
10
19, 1.6
15, 0.65
5 25, 0.48
10, 0.76 20, 0.56 30, 0.42
0
0 5 10 15 20 25 30 35
SUHU (oC)
Suhu perairan adalah salah satu faktor penting bagi kelangsungan hidup
organisme di suatu perairan selain itu suhu juga faktor yang paling mudah untuk
ditentukan dan diteliti. Suatu aktivitas metabolisme dan penyebaran organisme air
banyak dipengaruhi oleh suhu air (Hamuna et al., 2018). Suhu berpengaruh untuk
pertumbuhan dan kehidupan biota air. Suhu pada air dipengaruhi oleh musim,
lintang, waktu, sirkulasi udara, penutupan awan, aliran dan kedalaman air. Fungsi
Salah satu contoh yang dapat dipengaruhi oleh suhu pada suatu perairan yakni
dalam bentuk HCO3 yang diikuti oleh adanya peningkatan konsentrasi CO32- dari
proses disosiasi CaCO3 (Triyulianti et al., 2018). Selain itu proses respirasi atau
secara alamiah berasal dari hasil respirasi serta biota-biota yang mati tenggelam
Hasil data praktikum yang telah kami lakukan di Sumber Mata Air Cinde.
Berdasarkan data yang kami dapatkan setelah melakukan praktikum suhu tertinggi
berada di post 3 dan 4 dengan suhu 22° C. Suhu terendah pada Sumber Mata Air
Cinde berada di post 1 dan 2 yaitu 19°C. Nilai tertinggi untuk larutan CO 2 berada
di post 4 dengan nilai 28 ppm. Nilai larutan CO2 terendah berada di post 2 dengan
nilai 1,57. Pada data teori, hasil analisis hubungan suhu air dengan kelarutan
karbon dioksida adalah ketika suhu meningkat, maka kelarutan karbon dioksida
dinginnya suatu perairan. Suhu yang optimal bagi organisme pada suatu perairan
adalah 28-32°C. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah thermometer
hg. Faktor faktor yang mempengaruhi suhu suatu perairan adalah musim,
intensitas cahaya matahari, letak geografis, kedalaman, dan arus. CO2 adalah
senyawa yang terbentuk dari satu atom karbon dan dua atom oksigen. Senyawa
CO2 berasal dari proses respirasi, dari udara melalui proses difusi dan kemudian
terbawa oleh air hujan serta perombakan bahan organik maupun anorganik oleh
bakteri. Hubungan Suhu dan CO 2 yakni ketika suhu naik maka suatu organisme
kenaikan.
a. Data Teori
Tabel 5. Kelarutan oksigen dalam air murni pada suhu yang berbeda (pada
b. Data Aktual
Analisis:
Mata Air Cinde nilai oksigen terlarut atau DO ialah salah satu parameter yang
al., 2017). Hal itu dikarenakan, kunci parameter dari kualitas air yang
mengendalikan distribusi dan sebaran organisme, oleh karena itu suhu dan
oksigen memiliki keterhubungan. Hubungan suhu dan oksigen ialah jika suhu
meningkat maka kelarutan oksigen akan menurun. Begitu juga sebaliknya jika suju
menurun maka kelarutan oksigen akan semakin tinggi. Hal tersebut telah
dibuktikan dalam tabel bahwa adanya hubungan antara suhu dengan oksigen.
badan air. Karena suhu air menurun dengan konsentrasi DO. Setiap perubahan
unik antara variabel fisik yang berbeda. Selain itu, kondisi lain, seperti penggunaan
air dan konsentrasi DO dalam situasi di mana akan terjadi peningkatan suhu udara
dan penurunan curah hujan. Pada akhirnya, hal ini akan memicu suhu air yang
lebih tinggi dan konsentrasi DO yang lebih rendah. Hubungan antara aliran air,
suhu air dan konsentrasi DO menunjukkan bahwa transien atas menurunkan suhu
air dan meningkatkan konsentrasi DO. Selain itu, luas daratan danau menentukan
parameter suhu kami mendapatkan nilai tertinggi pada post 4 dan 5 dengan angka
22℃. Hasil pengukuran suhu terendah berada pada post 1 dan 2 dengan nilai 19℃.
Untuk hasil pengujian O₂ pada Sumber Mata Air Cinde, nilai terendah kelarutan
Oksigennya mencapai 3,46 ppm pada suhu 22°C dan untuk nilai kelarutan
Oksigen tertinggi mencapai 16,43 ppm pada suhu 21,5°C. Berdasarkan analisis
perbandingan antara data teori sama dengan data aktual, karena pada data teori
menunjukkan bahwa semakin tinggi suhu dalam perairan, maka nilai kelarutan
oksigen dalam perairan tersebut akan semakin rendah dan begitu pun sebaliknya
data aktual juga menunjukkan data yang sama dengan data teori.
Suhu adalah derajat panas dinginnya suatu perairan yang memiliki suhu
optimal 28-32°C. Dalam suatu perairan, suhu memiliki kaitan erat dengan oksigen
terlarut (DO). Oksigen terlarut ini berperan aktif dalam perairan karena
dimanfaatkan oleh organisme air sebagai respirasi dan sebagai penguraian zat zat
anorganik dan itu semua dipengaruhi oleh suhu. Ketika suhu di suatu perairan
mengalami kenaikan, maka proses respirasi yang dilakukan oleh organisme yang
perairan.
3. Analisis Kecepatan arus, sifat dasar, dengan tipe habitat
Kecepatan arus
Sifat dasar Tipe habitat
(cm/detik)
Tabel 7. Hubungan kecepatan arus, sifat dasar dan tipe habitat perairan (sungai)
Kecepatan arus
Post Sifat dasar Tipe habitat
(m/detik)
Tabel 8. Kecepatan arus, sifat dasar, dan tipe habitat Sumber Mata Air Cinde
Analisis:
Kecepatan arus di suatu sumber mata air dapat mempengaruhi sifat dasar
dan tipe habitatnya. Perairan seperti sumber mata air yang memiliki aliran yang
deras memiliki kecepatan arus yang tinggi. Sedangkan perairan seperti kolam
memiliki kecepatan arus yang rendah. Menurut data hasil pada tabel 8 substrat,
dan tipe habitat Sumber Mata Air Cinde pada setiap post memiliki hasil yaitu
substrat yang berbatu dan arus yang deras. Hasil perhitungan kecepatan arus
berbeda setiap post dengan hasil tertinggi pada post 1 dan kecepatan terendah
pada post 4. Post 1 mendapatkan hasil 0,58 m/s dan post 4 mendapatkan hasil
0,26 m/s.
Arus adalah pergerakan massa air baik secara vertikal maupun horizontal.
Menurut Magfirah et al. (2014) perairan yang mempunyai arus > 1 m/det
dikategorikan dalam perairan yang berarus sangat deras, perairan dengan arus >
0,5–1 m/s dikategorikan sebagai arus deras, kecepatan arus 0,25–0,5 m/det
arus lambat dan kecepatan arus < 0,1 m/s dikategorikan arus sangat lambat.
Dalam perairan, kecepatan arus dibagi menjadi perairan lentik dan perairan lotik.
Perairan lentik atau menggenang disebut juga perairan tenang yaitu perairan
dimana aliran air lambat atau bahkan tidak ada. Sedangkan perairan lotik adalah
perairan mengalir yang dicirikan dengan adanya arus yang terus menerus dengan
menerus. Kecepatan arus dalam suatu perairan yaitu angin, kelandaian, keadaan
Arus adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horizontal. Fungsi
arus adalah untuk membantu difusi oksigen serta membantu distribusi bahan
organik dan nutrien. Faktor yang mempengaruhi arus, yaitu angin, kelandaian,
tergenang. Selain itu, terdapat pula perairan yang bersifat turbulen sehingga air
akan terdistribusi ke seluruh bagian dari perairan dan perairan ini biasa disebut
sebagai perairan lotik atau mengalir. Alat ukur yang biasa digunakan untuk
memiliki fungsi untuk membantu difusi oksigen serta membantu distribusi bahan
organic dan nutrient. Beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan arus adalah
dapat dikategorikan perairan yang memiliki arus sangat deras apabila memiliki
kecepatan arus > 1 m/s. Perairan yang memiliki kecepatan arus > 0,5–1 m/s
Analisis :
peningkatan, BOD juga mengalami peningkatan. DO pada post 1 semula 7,43 ppm
dan megalami kenaikan menjadi 9,23 ppm pada post 2 begitu pun BOD yang
semula -0,95 ppm pada post 1 hal ini terjadi disebabkan oleh human error dimana
botol yang digunakan berbeda sehingga data yang dihasilkan minus dan
mengalami peningkatan pada post 2 yaitu 1,91 ppm. Pada post 2 menuju post 3
meningkat lagi di angka 16,43 ppm dan BOD yang semula berada di angka 1,91
ppm menjadi 5,6 ppm. Pada post 3 ke post 4 mengalami penurunan kadar DO dan
BOD yaitu post 3 ke post 4 memiliki angka 16,43 ppm ke 7,9 ppm serta BOD pos
3 ke pos 4 adalah 5,6 ppm ke 3,46 ppm. Lalu pada post 4 ke post 5 DO dari angka
7,9 ppm menjadi 7,91 ppm dan BOD post 4 ke post 5 yaitu 3,46 ppm menjadi -
0,18 ppm, hasil minus juga terjadi karena perbedaan botol yang digukanan pada
penelitian
dan proses yang memakan oksigen (dengan contoh respirasi aerobik, nitrifikasi,
serta oksidasi kimia) (Ahmed, 2017). Kadar Dissolved Oxygen (DO) pada perairan
bergantung pada banyak faktor seperti suhu, salinitas, penipisan oksigen, sumber
oksigen dan parameter kualitas air lainnya. Menurut Phu (2014), Biological Oxygen
melakukan oksidasi selain itu juga untuk menstabilkan zat terlarut organik atau
Dissolved Oxygen (DO) untuk mendekomposisi bahan organik dan hasilnya kadar
Dissolved Oxygen (DO) akan berkurang. Jadi, jika Biological Oxygen Demand
(BOD} di suatu perairan tersebut meningkat, maka kadar Dissolved Oxygen (DO)
di perairan tersebut akan menurun. Nilai optimal untuk Biological Oxygen Demand
(BOD) yang dianjurkan bagi organisme air adalah <1 mg/L. Sementara itu, untuk
nilai Dissolved Oxygen (DO) yang sesuai dengan standar baku air untuk
(Sugianti dan Astuti 2018). Sumber DO dapat berasal dari difusi oksigen yang
terdapat di atmosfer (sekitar 35%) dan aktivitas fotosintesis oleh tumbuhan air dan
adalah tingginya nilai BOD. Tingginya nilai BOD mengindikasikan bahwa sungai
(DO).
tinggi kadar DO maka akan semakin menurun kadar BOD di perairan. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah kadar DO maka akan semakin tinggi kadar BOD di
perairan tersebut. Jika dilihat dari grafik, hal ini dinyatakan bertentangan karena
pada grafik menunjukkan perbandingan yang lurus. Dari grafik tersebut terlihat
Oksigen terlarut (DO) adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang
digunakan oleh organisme akuatik atau akuatik untuk respirasi dan penguraian zat
anorganik oleh bakteri. Nilai DO yang optimal atau standar adalah 8 mg/L. Faktor-
faktor yang mempengaruhi DO antara lain arus listrik, suhu, dan organisme.
Biological Oxygen Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah
pengujian BOD merupakan akibat dari aktivitas biologis dan reaksi yang terjadi
dipengaruhi oleh ukuran populasi dan suhu. Sumber alami bahan organik di
permukaan air adalah sisa tumbuhan dan hewan yang membusuk, sedangkan
sumber BOD adalah tinja, urin, deterjen, lemak, dan aktivitas manusia. Nilai
kebutuhan oksigen biologis (BOD) optimal adalah 4 ppm dan faktor yang
oksigen biologis (BOD) adalah sebagai berikut: semakin tinggi nilai kebutuhan
oksigen biologis (BOD), maka semakin rendah nilai oksigen terlarut (DO) dan
sebaliknya, semakin rendah nilai kebutuhan oksigen biologis (BOD) maka semakin
1, 36.7
35
30
25 Orthofosfat
20
TOM
15
10 2, 10.1 3, 10.1 4, 4.1 5, 8.8
5 2, 4.1 3, 4.4 5, 4.2
1, 2.6 4, 1.3
0
0 1 2 3 4 5 6
POST
Orthophosphate pada mata kuliah ekologi perairan yang diambil di Sumber Mata
Air Cinde.TOM mempunyai nilai tertinggi pada stasiun 1 dengan nilai 36,65 ppm
dan TOM mempunyai nilai terendah pada stasiun 4 dengan nilai 1,26 ppm. Nilai
ortofosfat tertinggi terdapat pada stasiun 3 dengan nilai 4,4 ppm, dan nilai
jumlah Ortofosfat yang signifikan terdapat pada posisi 1, dimana perbedaan jumlah
pada posisi ini dengan posisi lainnya cukup signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh
yang terdiri dari bahan organik terlarut, tersuspensi (particulate) dan koloid. Bahan
organik merupakan bahan bersifat kompleks dan dinamis berasal dari sisa
tanaman dan hewan yang terdapat di dalam tanah yang mengalami perombakan.
faktor fisika, kimia dan biologi. Dekomposisi bahan organik dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain susunan residu, suhu, pH, dan ketersediaan zat hara
terbilang belum tercemar, dapat dilihat pada grafik diatas bahwa kadar TOM yang
meningkat juga kadar pada fosfat meningkat juga,dapat disimpulkan bahwa kadar
bahan organiki pada Sumber Mata Air Cinde masih terbilang cukup rendah.
Air Cinde memiliki kadar TOM yang optimum dan baik bagi organisme yang ada
pada perairan tersebut. Tinggi atau rendahnya kadar TOM dan othofosfat saling
berpengaruh, dimana jika kadar TOM di perairan bisa dipengaruhi oleh orthofosfat
di perairan tersebut. Jika kadar ortofosfat tinggi maka akan tinggi juga kadar TOM
di perairan. Jumlah fosfat yang tinggi akan menghasilkan pertumbuhan alga yang
menyebabkan kematian pada organisme perairan. Ketika kadar TOM pada suatu
perairan tinggi hingga melebihi nilai optimum maka akan terjadi eutrofikasi yang
Bahan organik total (TOM) merupakan hasil pecahan batuan serta pecahan
kulit dan tulang organisme perairan. Nilai optimal kandungan bahan organik total
(TOM) berkisar antara 50 hingga 70 ppm. Jika kadar TOM dalam air melebihi nilai
mempengaruhi TOM adalah arus, suhu, pH, dekomposisi dan oksigen. Ortofosfat
adalah bentuk fosfat sederhana yang digunakan oleh tanaman air atau akuatik.
mesotrofik 0,01-0,03 ppm dan terakhir bersifat eutrofik 0,03-0,1 ppm.Kadar fosfat
yang tinggi akan menyebabkan alga tumbuh dengan cepat dan dapat mengurangi
data yang diperoleh menunjukkan bahwa air di Mata Air Cinde sangat beracun.
Dalam studi Cinde Springs, lima lokasi diuji, baik amonia maupun nitrat. Hasil
3 dengan nilai yang sama yaitu 0,04 ppm dan konsentrasi amonia terendah
terdapat pada stasiun 2 dan 5 dengan nilai yang sama yaitu 0,02. Konsentrasi
nitrat tertinggi terdapat pada stasiun 1 dengan nilai 4,1 dan konsentrasi nitrat
terendah terdapat pada stasiun 4 dan 5 dengan nilai 3,4. Perbedaan ini
disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi nitrat dalam suatu perairan, maka
menyebabkan kematian pada biota air. Amonia adalah senyawa yang berasal ari
ammonia menjadi nitrat juga dipengaruhi oleh kelarutan oksigen dimana dapat
berlangsung optimum pada kondisi oksigen terlarut yang stabil (Magfirah, 2014).
Amonia dan nitrat berperan penting dalam proses nitrifikasi yang terjadi di
air. Hasil analisis hubungan antara amonia dan nitrat dalam air saling bergantung.
Jika konsentrasi amonia 1 ppm akan menjadi racun bagi satwa liar perairan.
perairan tersebut beracun bagi fauna perairan dan buruk kesuburannya. Hal ini
pertanian di sekitar perairan Mata Air Cinde, yang sering kali melibatkan
organisme dan merupakan salah satu hasil dari penguraian zat organik oleh
bakteri yang memiliki kadar optimum 0,5 – 1 ppm. Adapun bentuk bentuk dari
amonia dalam perairan, yaitu tak terionisasi (NH3) dan terionisasi (NH4). Fungsi
dari amonia adalah sebagai bahan energi bagi bakteri dalam proses nitrifikasi.
Faktor – faktor yang mempengaruhi amonia dalam perairan, yaitu suhu, pH, dan
oksigen terlarut (DO). Nitrat adalah bentuk utama dari nitrogen yang ada di
perairan dan merupakan nutrient utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga yang
memiliki nilai optimal 0,9 – 3,5 mg/l. Sumber utama nitrat di perairan adalah limbah
dan dekomposisi bahan organik. Nitrat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya amonia dan juga oksigen. Peranan nitrat dalam suatu perairan
sebagai nutrien utama bagi pertumbuhan alga dan tanaman. Kadar nitrat yang
tinggi akan terjadi pencemaran dalam perairan dan eutrofikasi dan jika kadar nitrat
Klasifikasi:
Kerajaan : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Subordo : Nematocera
Infraordo : Tipulomorpha
Superfamili : Tipuloidea
Famili : Tipulidae
Interpertasi hasil:
bahwa spesies bentos yang kami dapat pada pos 1 adalah Hydropsyche sp. Hasil
Hydropsyche, dan masuk ke dalam spesies Hydropsyche sp. Spesies ini memiliki
bentuk tubuh yang simetri bilateral, bersegmen, dan memiliki panjang 10 mm.
didalam atau di permukaan substrat dasar perairan. Organisme ini terdiri atas
yang merupakan kelompok hewan bentos berukuran 0,5 – 0,1 mm, mikrofauna
atau mikrozoobentos yang merupakan kelompok hewan bentos berukuran < 0,1
mm. Bentos sebagai organisme dasar perairan yang memiliki habitat yang relatif
tetap. Dengan sifat yang demikian, perubahan-perubahan kualitas air dan substrat
(Ardian et al ., 2019)
lumpur, pasir, dan batuan, baik berupa hewan maupun tumbuhan. Benthos
suspension feeder, detritivor dan parasit. Selain itu, benthos juga menjadi
bioindicator kualitas perairan yang ditempatinya. Hal ini tidak terlepas dari sifat
al., 2013).
sebagai inidkator kualitas suatu perairan dan sebagai penghubung aliran energi
benthos pada perairan perlu di perhatikan agar suatu perairan tetap stabil. Benthos
yang tumbuh di sumber mata air cinde memberikan tanda bahwa perairan di
Melobenthos merupakan salah satu jenis benthos yang hanya menjadi benthos
adalah bertindak sebagai penghubung dalam rantai aliran energi di dalam badan
air.
3. Perifithon
Klasifikasi:
Kingdom : Viridiplantae
Phylum : Charophyta
Class : Zygnematophyceae
Order : Zygnematales
Family : Zygnemataceae
Genus : Sprogyra
Interpertasi hasil:
Pengambilan sempel pada praktikum kali ini kelompok kami memiliki mengambil
labotarium dan mendapatkan hasil bahwa perifithon yang kami dapat termasuk
Spirogyra ozygospora. Spesies ini meiliki ciri- ciri kloropas yang berbentuk spiral,
dinding sel silinder. Spirogyra sp memiliki 2-10 kloroplas yang berbentuk spiral dan
pita. Memiliki dinding sel yang tersusun dari pectin dan tirenoid.
Salah satu biota yang digunakan sebagai bioindikator kualitas perairan
maupun hewan yang hidup menempel, bergerak bebas atau melekat pada
sebagai sumber makanan penting bagi organisme dengan tingkat trofik yang
lebih tinggi. Nitrat dan fosfat merupakanunsur yang dominan di perairan dan
esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan alga, sehingga menjadi faktor
produktifitas perairan.
komunitas yang dapat dipelajari dengan mengetahui satu atau duaaspek khusus
Pada praktikum Ekologi Perairan Terapan ini perifiton di Sumber Mata Air
suhu, arus, kekeruhan, unsur hara (nitrat, amonium, dan ortofosfat), oksigen, pH,
gas-gas terlarut, dan adanya interaksi dengan organisme air lainnya. Keberadaan
yang berada dalam air atau batu. Berdasarkan substrat menempelnya perifiton
hidup dan bergerak di antara butirbutir pasir. Perifiton lebih berperan sebagai
produsen daripada fitoplankton. Hal ini disebabkan karena fitoplankton akan selalu
terbawa arus, sedangkan perifiton relatif menetap pada tempat hidupnya karena
menggunakan lugol karena perifiton memiliki sel yang sensitif supaya tidak
Agadri, G., Subhan, B., Arafat, D. Dkk. (2017) Kolonisasi biota sesil pada media
semen “Crypto” di kedalaman berbeda di perairan gosong pramuka
kepulauan seribu.Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 9(3), (393-
403).
Ardian, I., Hafnidar, M., Adiningsih, U., & Kamal, S. (2019, January). Struktur
Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management for Pond Fish Culture. Elsevier
Scientific Pub.Co. New York.
Danladi Bello, A. A., Hashim, N. B., & Mohd Haniffah, M. R. (2017). Predicting
impact of climate change on water temperature and dissolved oxygen in
tropical rivers. Climate, 5(3), 58.
Hamuna, B., Tanjung, R. H., & Maury, H. (2018). Kajian kualitas air laut dan indeks
pencemaran berdasarkan parameter fisika-kimia di perairan Distrik Depapre,
Jayapura. Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(1), 35-43.
Hynes, G.B.N. 1963. The Biology of Polluted Waters. Liverpool University Press.
Liverpool.
Lestari, A., Sulardiono, B., & Rahman, A. (2021). Struktur komunitas perifiton,
nitrat, dan fosfat di Sungai Kaligarang, Semarang. Jurnal Pasir Laut, 5(1),
48-56.
Odum, E.P. 1996. Dasar – Dasar Ekologi. ed.3. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta. 697 hal.
Prescott, G. W., (1954). How to know the fresh water Algae. W. M. L Brown
Purdyaningrum, L. R., Rully R., & Fuad M. (2013). Struktur komunitas larva
trichoptera di sungai garang semarang. Jurnal Biologi, 2(4), 54-63.
Welcomme, R.L. 1985. River Fisheries. FAO Fisheries Technical Paper 262.
Rome.
LAMPIRAN
Gambar 5. pengukuran pH
Gambar 6. pengukuran DO