LAPORAN PRAKTIKUM
I. PENDAHULUAN
II. METODE
2.3.1 Preparasi
Sampel asam amino dilarutkan hingga homogen. Wadah dan kertas spot
kromatografi dipreparasi. Fase gerak dijenuhkan dengan wadah dan diberikan
tanda jarak spot 1 cm dan diameter spot 2 mm.
2.3.2 Pemisahan
Campuran asam amino diteteskan pada ujung kertas spot kromatografi.
Noda dikeringkan menggunakan kering udara dan kertas diletakkan di atas
bingkai logam. Bingkai logam diletakkan dengan posisi noda sampel berada di
dekat pelarut pertama dan dibiarkan selama satu hari. Setelah satu hari, kertas
diambil dan diletakkan di dalam ruang asam. Kertas dikeringkan dengan aliran
udara dingin dan diputar 90℃ . Setelah itu, kertas diletakkan dengan posisi noda
berada dekat dengan pelarut kedua. Kertas dikeringkan kembali dalam ruang asam
dengan aliran udara dingin.
2.3.3 Visualisasi
Kertas spot kromatografi dicelupkan atau disemprot dengan ninhidrin.
Kemudian, kertas diangin-anginkan di dalam ruang asam untuk menguapkan
ninhidrin yang tidak bereaksi dengan asam amino. Setelah kering, kertas
dipanaskan pada suhu 105℃ selama 2-3 menit sampai terlihat warna ungu.
Gambar 1 Hasil pemisahan asam amino dengan kromatografi kertas dua dimensi
Nilai Rf yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 1, dimana komponen asam
amino yang terpisah memiliki nilai Rf yang berbeda-beda. Hal tersebut menunjukkan
bahwa tiap spot yang terbentuk merupakan jenis asam amino yang berbeda. Hasil
nilai Rf pada pemisahan asam amino yang didapat pada percobaan di bawah (Tabel 1)
berturut-turut ialah 0.16, 0.25, 0.29, 0.42, 0.33, 0.39, dan 0.62.
1.28
Sampel A ¿
8
Biokimia Fisik | BIK210
Departemen Biokimia, FMIPA IPB
Semester Genap 2021-2022
¿ 0.16
2.00
Sampel B ¿
8
¿ 0. 25
2.32
Sampel C ¿
8
¿ 0.2 9
3.36
Sampel D ¿
8
¿ 0. 42
2.64
Sampel E ¿
8
¿ 0 .33
3. 12
Sampel F ¿
8
¿ 0. 39
4 . 96
Sampel G ¿
8
¿ 0 .62
3.2 Pembahasan
Kromatografi kertas terbagi menjadi dua yaitu satu dimensi (1-dimensi)
dan dua dimensi (2-dimensi). Kromatografi kertas satu dimensi dengan dua
dimensi perbedaanya terletak pada jumlah elusi dan pelarut yang digunakan. Elusi
pada kromatografi satu dimensi dilakukan sekali dengan satu pelarut atau
campuran pelarut, sedangkan pada kromatografi dua dimensi elusi dilakukan
sebanyak dua kali dengan menggunakan dua pelarut atau campuran pelarut yang
berbeda. Elusi pertama dilakukan dengan menotolkan sampel pada kertas yang
hasilnya kemudian dikeringkan.
Hasil tersebut kemudian mengalami elusi kembali dengan memutar
kertasnya 90° dan menggunakan pelarut kedua yang memiliki polaritas berbeda
(Asrinda dan Tombang 2018). Kromatografi dua dimensi menggunakan dua
pelarut yang berbeda polaritasnya untuk memperjelas hasil kromatografi, terutama
untuk sampel dengan jumlah yang banyak dan memiliki kepolaran yang
berdekatan seperti metabolit pada sampel biologis. Elusi dilakukan dua kali agar
komponen yang tidak terpisah secara maksimal pada elusi yang pertama, akan
terpisah dengan lebih baik pada elusi kedua (Bos et al. 2020).
Biokimia Fisik | BIK210
Departemen Biokimia, FMIPA IPB
Semester Genap 2021-2022
histidine 0.11
isoleucine 0.72
leucine 0.73
lysine 0.14
methionine 0.55
phenylalanine 0.68
proline 0.43
serine 0.27
threonine 0.35
tryptophan 0.66
tyrosine 0.45
valine 0.61
IV. SIMPULAN
V. DAFTAR PUSTAKA
Asrina, R. and Tombang, G., 2018. Identifikasi Rhodamin B Pada Arum Manis
Yang Dijual Di SD Inpres PAI 2 Makassar Secara Kromatografi Kertas
(Paper Chromatography). Jurnal Farmasi Sandi Karsa, 4(6), pp.10-14.
Atun S. 2014. Metode isolasi dan identifikasi struktur senyawa organik bahan
alam. Jurnal Konservasi Cagar Budaya Borobudur. 8(2): 53-61.
Aulia SS, Sopyan I, Muchtaridi. 2016. Penetapan kadar simvastatin menggunakan
Biokimia Fisik | BIK210
Departemen Biokimia, FMIPA IPB
Semester Genap 2021-2022