Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

ANALISIS KROMATOGRAFI
PERCOBAAN I
KROMATOGRAFI KERTAS

NAMA

: FEBRINA SUSILAWATI

NIM

: J0B112202

KELOMPOK

: I (SATU)

ASISTEN

: M. IRFAN N

PROGRAM STUDI DIII ANALIS FARMASI & MAKANAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2013

PERCOBAAN I
KROMATOGRAFI KERTAS

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk memisahkan komponen dalam

tinta dengan kromatografi kertas dan memisahkan ion logam Ag(I), Hg(II), dan Pb(II)
dalam campuran dengan kromatografi kertas.
II.

TINJAUAN PUSTAKA
Kromatografi adalah suatu metode analitik untuk pemurnian dan pemisahan

senyawa-senyawa organik dan anorganik. Metode ini berguna untuk fraksionasi


campuran kompleks dan pemisahan untuk senyawa-senyawa yang sejenis. Pada tahun
1944, Consden, Gordon dan Martin memperkenalkan teknik dengan menggunakan
kertas penyaring sebagai penunjang fase diam dan fase bergerak, berupa cairan yang
terserap di antara struktur pori kertas (Khopkar, 1990). Teknik pemisahan ini dikenal
sebagai kromotografi kertas. Dalam teknik ini, sedikit larutan contoh diteteskan pada
satu ujung pita kertas saring dan noda itu dibiarkan mengering (meniupnya dengan
pengering rambut cukup nyaman). Ujung kertas saring itu kemudian dicelupkan ke
dalam pelarut yang sesuai yang berada dalam bejana dan seluruh sistem berada dalam
bilik tertutup (Day & Underwood, 1999).
Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran
menjadi komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida yang terdapat pada
tahu, tempe, bubuk isoflavon memiliki banyak manfaat. Beberapa kelabihan senyawa
isoflavon yang potensial bagi kesehatan manusia, diantaranya adalah sebagai
antioksidan, antitumor / antikanker, antikolestrol, antivirus, antialergi, dan dapat
mencegah osteoporosis. Dan semua kromatografi bekerja berdasarkan metode
kromatografi. Kromotografi telah didefinisikan terutama sebagai suatu proses
pemisahan yang digunakan untuk pemisahan campuran yang pada hakikatnya
molekular. Kromotografi bergantung pada pembagian ulang molekul-molekul
campuran antara dua fase atau lebih. Tipe-tipe kromotografi mencakup kromotografi

adsorpsi, kromatografi partisi cairan, dan pertukaran ion. Sistem utama yang
digunakan dalam kromatografi partisi adalah partisi gas, partisi cairan yang
menggunakan alas tak bergerak (misalnya kromotografi kolom), kromotografi kertas
dan lapisan tipis. Dalam kromatografi partisi cairan, fase cair yang bergerak mengalir
melewati fase cair stasioner yang diserapkan pada suatu pendukung, dalam
kromatografi kertas pendukung itu adalah kertas atau kertas terolah (Basset, 1994).
Kemurnian radiokimia senyawa 170 Tm-EDTMP ditentukan dengan metode
kromatografi lapisan tipis (KLT) dengan menggunakan pelat silika gel 60 (2 x 10 cm)
sebagai fase diam dan aseton sebagai fase gerak. Metode kromatografi kertas
dilakukan dengan menggunakan kertas kromatografi Whatman 3 MM (2 x 10
cm),Whatman 3 MM (2 x 20 cm) dan Whatman 1 (2 x 25 cm) sebagai fase diam dan
larutan NaCl fisiologis (0,9%), asam asetat 50%, aseton serta larutan amoniak :
metanol : air (1:10:20) sebagai fase gerak. Sedangkan metode elektroforesis kertas
dilakukan dengan menggunakan pelat pendukung kertas kromatografi Whatman 3
MM (2 x38 cm) dan larutan dapar fosfat 0,02 M pH 7,5 sebagai larutan elektrolitnya,
pemisahan dilakukan selama 1 jam pada tegangan 350 volt. Kemudian kertas
kromatografi dan kertas elektroforesis dikeringkan, dipotong-potong dan dicacah
dengan pencacah- saluran tunggal dan dicacah dengan pencacah-saluran tunggal
jarak (cm) dari garis awal kepusat zona
jarak (cm) dari garis awal ke garis depan pelarut

RF =
Harga RF cukup konstan asal semua variabel dikendalikan baik-baik. Namun
dijumpai bahwa laju relatif gerakan itu konstan meskipun kendali itu kurang ketat,
sehingga memungkinkan identifikasi satu pita pada sepotong kertas berdasarkan
posisi relatif pita itu terhadap pita-pita yang diketahui. Lagi pula dengan besarnya
jumlah uji bercak yang tersedia untuk mendeteksi ion-ion anorganik secara terpisah,
keharusan mengetahui harga RF secara cermat telah berkurang. Jika kemurnian
pelarut, temperatur dan penjenuhan atmosfirnya benar-benar dijaga, maka harga RF
dipengaruhi antara lain oleh faktor-faktor berikut :

1.

Pelarut
Disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka perubahan-perubahan yang
sangat kecil dalam komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan-perubahan
harga Rf.

2.

Suhu
Perubahan suhu merubah koefisien partisi dan juga kecepatan aliran.

3.

Ukuran dari bejana


Volume

dari

bejana

mempengaruhi

homogenitas

dari

atmosfer

jadi

mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen-komponen pelarut dari


kertas. Dua faktor yaitu penguapan dan komposisi mempengaruhi harga Rf.
4. Kertas
Kertas-kertas mempengaruhi kecepatan aliran, ia akan juga mempengaruhi pada
kesetimbangan partisi.
5.

Sifat dari campuran


Partisi dari senyawa selalu mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu
terhadap lainnya hingga terhadap harga-harga Rf.
Bila akan melakukan pemisahan dengan kromatografi kertas, maka hal-hal

seperti berikut perlu mendapatkan perhatian:


1.

Metoda (penaikkan, penurunan atau mendatar).

2.

Macam dari kertas.

3.

Pemilihan dan pembuatan pelarut (fasa bergerak).

4.

Kesetimbangan dalam bejana yang dipilih.

5.

Pembuatan cuplikan.

6.

Waktu pengembangan.
(Sastrohamidjojo, 2002).

III.

ALAT DAN BAHAN


A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah botol semprot, gelas
ukur, Kertas Whatman No.1, penggaris, pensil, pipa kapiler, dan ruang
pengembang.
B. Bahan

Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah akuades, asam


asetat, dikromat, KI, larutan baku Ag(I), Hg(II), Pb(II), larutan cuplikan, dan
pulpen tinta berwarna (merah, kuning, hijau, dan biru).
IV.

PROSEDUR KERJA
A. Pemisahan Komponen dalam Tinta
1. Disiapkan Kertas Whatman No.1 dengan ukuran 12 x 25 cm dengan
pensil ditarik batas kira-kira 2 cm dari pinggir kertas dan dibagi kertas
menjadi 4 kolom serta diberi nomor.
2. Ditotol masing-masing kolom dengan pulpen tinta yang berbeda-beda
warnanya.
3. Disiapkan ruang pengembang yang diisi dengan 25 mL larutan air,
dibiarkan hingga jenuh.
4. Dimasukkan kertas ke dalam ruang pengembang, dijaga agar larutan
pengembang tidak menyentuh cuplikan.
5. Ditutup ruang pengembang. Bila larutan pengembang sudah mencapai
3
4

bagian kertas, maka kertas diambil dari larutan dan diberi tanda

batas larutan pengembang tersebut, kemudian dikeringkan.


6. Diamati warna setiap komponen pada masing-masing tinta dan
dibandingkan nilai Rf-nya.
B. Pemisahan ion logam Ag(I), Hg(II), dan Pb(II) dalam campuran
1.

Disiapkan kertas dengan ukuran 12x25 cm kemudian ditarik batas


dengan pensil kira-kira 2 cm dari pinggir kertas, kertas dibagi menjadi 6
kolom dan tiap kolom diberi nomor.

2.

Diteteskan larutan cuplikan di atas kolom ganjil dan kolom genap


dengan larutan Ag(I), Hg(II), dan Pb(II) dengan pipa kapiler.

3.

Diisi 25 mL larutan CH3COOH : air dalam ruang pengembang.

4.

Dimasukkan dalam ruang pengembang dan dijaga agar larutan


pengembang tidak menyentuh cuplikan.

5.

Ditutup dan kertas diambil dari larutan ketika larutan pengembang


mencapai bagian kertas, diberi tanda batas untuk larutan pengembang
yang ada pada kertas.

6.

Dikeringkan kemudian setiap 2 kolom pada kertas digunting dan


disemprot dengan larutan pereaksi pengenal.

7.

Disemprotkan

pada

kolom Ag(I)

dengan

dikromat

akan

menghasilkan warna merah, disemprotkan pada kolom Pb(II) dengan KI


akan menghasilkan warna kuning dan menghasilkan warna merah pada
kolom Hg(II).
8.

Dihitung nilai Rf-nya masing-masing komponen dalam campuran,


dibandingkan dengan standar.

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil dan Perhitungan
1. Hasil
Tabel 1. Hasil Pemisahan komponen dalam tinta
No
.
1.

Sampel
Pulpen tinta warna
kuning
(Tanpa Merek)

Hasil Pengamatan
Kuning

Keterangan gambar

2.

Pulpen tinta warna hijau


(Tanpa Merek)

3.

Pulpen tinta warna biru

Hijau, biru dan


kuning

Biru

(Merek Standard)

4.

Pulpen tinta warna


merah
(Merek Snowman)

Merah

Tabel 2. Hasil Pemisahan ion logam Ag(I), Hg(II), dan Pb(II) dalam campuran
No

Sampel

Hasil Pengamatan

.
1.

Larutan Ag(I)

Kuning

2.

Larutan cuplikan

Kuning

Campuran Ag(I) dan Hg


(II)

3.

Larutan Hg(II)

Kuning

4.

Larutan cuplikan

Kuning

Campuran Hg (II) dan


Pb(II)

Keterangan gambar

5.

Larutan Pb(II)

Tidak tampak

6.

Larutan cuplikan

Tidak tampak

Campuran Ag(I) dan Pb


(II)

1. Perhitungan
Perhitungan Rf pemisahan komponen dalam tinta
a. Pulpen tinta warna kuning (Tanpa Merek)
Diketahui

: jarak komponen noda kuning = 0,4 cm


jarak gerak pelarut = 5,5 cm

Ditanya
Rf =

0,4 cm
5,5 cm

: nilai Rf ?
= 0,072 cm

b. Pulpen tinta warna hijau (Tanpa Merek)


Diketahui

: jarak komponen noda hijau

= 5,4 cm

jarak komponen noda kuning = 0,7 cm


jarak komponen noda biru
jarak gerak pelarut = 5,5 cm
Ditanya

: nilai Rf ?

= 5,4 cm

5,4 cm
5,5 cm

= 0,981 cm

Rf kuning

0,7 cm
5,5 cm

= 0,127 cm

Rf biru

5,4 cm
5,5 cm

= 0,981 cm

Rf hijau

c. Pulpen tinta warna biru (Merek Standard)


Diketahui

: jarak komponen noda biru = 1,6 cm


jarak gerak pelarut = 5,5 cm

Ditanya
Rf =

1,6 cm
5,5 cm

: nilai Rf ?
= 0,290 cm

d. Pulpen tinta warna merah (Merek Snowman)


Diketahui

: jarak komponen noda merah = 5,4 cm


jarak gerak pelarut = 5,5 cm

Ditanya
Rf =

5,4 cm
5,5 cm

: nilai Rf ?
= 0,981 cm

Perhitungan Rf pemisahan ion logam Ag(I), Hg(II), dan Pb(II) dalam


campuran
a. Larutan cuplikan campuran Ag(I)+Dikromat
Diketahui

: jarak komponen noda kuning = 4,2 cm


jarak gerak pelarut = 5,5 cm

Ditanya
Rf =

4,2 cm
5,5 cm

: nilai Rf
= 0,763

b. Larutan cuplikan Campuran Ag(I)+Hg(II)+Dikromat


Diketahui

: jarak komponen noda kuning = 4,3

jarak gerak pelarut = 5,5


Ditanya
Rf =

4,3 cm
5,5 cm

: nilai Rf ?
= 0,781

c. Larutan cuplikan campuran Hg (II) + KI


Diketahui

: jarak komponen noda kuning = 3,7


jarak gerak pelarut = 5,6

Ditanya
Rf =

3,7 cm
5,5 cm

: nilai Rf
= 0,672

d. Larutan cuplikan campuran Ag(I)+Pb(II)+KI


Diketahui

: jarak komponen noda kuning = 2,5


jarak gerak pelarut = 5,5

Ditanya
Rf =

2,5 cm
5,5 cm

: nilai Rf
= 0,454

e. Larutan cuplikan campuran Pb(II)+Dikromat


Diketahui

: jarak komponen noda = 3,7


jarak gerak pelarut = 5,5

Ditanya
Rf =

3,7 cm
5,5 cm

: nilai Rf
= 0,672

f. Larutan cuplikan campuran Hg (II) dan Pb(II)


Diketahui

: jarak komponen noda kuning = 2,1


jarak gerak pelarut = 5,5

Ditanya
Rf =

2,1cm
5,5 cm

: nilai Rf
= 0,381

B.

Pembahasan
Percobaan kali ini berjudul kromatografi kertas yang bertujuan

memisahkan komponen dalam tinta dengan kromatografi kertas serta


memisahkan ion logam Ag(I), Hg(II) dan Pb(II) dalam campuran dengan
kromatografi kertas. Teknik kromatografi kertas merupakan pengembangan dari
kromatografi partisi dengan menggunakan kertas sebagai padatan pendukung
fase diam. Fase diam disini berupa air yang teradsorpsi pada kertas, dan sebagai
fase gerak adalah pelarut organik yang telah dijenuhkan dengan air. Dalam
percobaan ini dilakukan pemisahan komponen yang terkandung dalam larutan
cuplikan menggunakan larutan standar Ag(I), Hg(II) dan Pb(II) sebagai
pembanding. Larutan cuplikan yang digunakan ada tiga, yaitu Ag+Hg, Hg+Pb,
dan Ag+Pb.
Pada percobaan pemisahan komponen dalam tinta, pertama-tama
disiapkan Kertas Whatman No.1 dengan ukuran 12 x 25 cm dengan pensil ditarik
batas kira-kira 2 cm dari pinggir kertas dan dibagi kertas menjadi 4 kolom serta
diberi nomor. Kemudian ditotol masing-masing kolom dengan pulpen tinta yang
berbeda-beda warnanya dan disiapkan ruang pengembang yang diisi dengan 25
mL larutan air, dibiarkan hingga jenuh. Selanjutnya memasukkan kertas ke dalam
ruang pengembang, dijaga agar larutan pengembang tidak menyentuh cuplikan.
Ruang pengembang segera ditutup dan apabila larutan pengembang sudah

mencapai

3
4

bagian kertas, maka kertas diambil dari larutan dan diberi tanda

batas larutan pengembang tersebut, kemudian dikeringkan. Dapat diamati warna


setiap komponen pada masing-masing tinta dan dihitung nilai Rf nya. Nilai Rf
untuk pulpen tinta berwarna kuning yang menampakkan noda kuning adalah

0,072 cm. Nilai Rf untuk pulpen tinta berwarna hijau 0,981 cm dan
menampakkan noda kuning 0,127 cm dan noda biru 0,981 cm. Nilai Rf untuk
pulpen tinta berwarna biru yang menampakkan noda 0,290 cm. Nilai Rf untuk
pulpen berwarna merah menampakkan noda merah dengan jarak gerak
komponen 5,5 cm adalah 0,981 cm. Sedangkan pemisahan ion logam Ag(I),
Pb(II), dan Hg(II) dalam campuran didapatkan hasil Ag(I) dengan pereaksi
dikromat menghasilkan warna kuning dengan nilai Rf 0,763 cm, Ag(I) ditambah
dengan Hg(II) dengan pereaksi dikromat menghasilkan warna kuning dengan
nilai Rf 0,781 cm, Hg(II) dengan pereaksi KI menghasilkan warna kuning
dengan nilai Rf 0,672 nm, Ag(I) ditambah dengan Pb(II) dengan pereaksi KI
menghasilkan warna kuning dengan nilai Rf 0,454 cm , Pb(II) dengan pereaksi
KI menghasilkan warna merah dengan nilai Rf 0,672 cm dan Hg(II) ditambah
dengan Pb(II) dengan pereaksi KI menghasilkan warna merah dengan nilai Rf
0,381 cm.
Pada umumnya, polaritas suatu unsur atau senyawa akan meningkat
seiring dengan bertambahnya gugus fungsional dan akan berkurang dengan
bertambahnya berat molekul. Ag memiliki berat molekul 169,875gr/mol; Pb
memiliki berat molekul 331,214gr/mol dan Hg memiliki berat molekul
324,604gr/mol. Sedangkan air memiliki berat molekul 18gr/mol dan asam asetat
memiliki berat molekul 60gr/mol. Dari nilai-nilai ini dapat diketahui bahwa Pb
memiliki polaritas yang lebih kecil dari Hg dan keduanya memiliki polaritas
yang lebih kecil dari Ag. Namun ketiganya memiliki berat molekul yang tidak
jauh berbeda sehingga dapat dipastikan nilai kepolarannya pun tidak begitu
banyak perbedaan. Dari sini dapat diartikan pula bahwa pemisahan yang terjadi
diantara ketiganya pun tidak begitu besar. Dari nilai berat molekul juga dapat
diketahui bahwa asam asetat memiliki kepolaran lebih kecil dari air.
Teknik ini didasarkan pada perambatan larutan pengembang dalam
kertas saring sebagai akibat adanya gaya kapiler. Rambatan dapat diusahakan
dalam arah naik atau menurun, dan dalam percobaan ini rambatannya diusahakan
naik yaitu dengan cara. Larutan pengembang yang merambat naik akan

membawa serta larutan cuplikan dan larutan standar naik ke atas sehingga
kemudian dapat ditentukan jarak gerak larutannya. Jarak gerak untuk larutan
cuplikan Ag+Pb adalah 5 cm dan jarak gerak pelarut adalah 7,4 cm sehingga nilai
Rf nya adalah 0,67.
Terjadinya kekeliruan seperti pada larutan Ag+Hg dan Hg+Pb yang
tidak memberikan perubahan warna ketika disemprot dengan pereaksi pengenal
mungkin disebabkan karena pada saat menotolkan kurang banyak sehingga
larutan cuplikan tersebut tidak menempel dengan sempurna. Kemungkinan lain
adalah karena terkontaminasi udara dan teroksidasi, atau larutan cuplikan tidak
tercampur sempurna antara Ag dengan Hg dan Hg dengan Pb.
VI.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah:
1. Teknik kromatografi kertas merupakan pengembangan dari kromatografi
partisi dengan menggunakan kertas sebagai padatan pendukung fase diam.
2. Teknik ini berdasarkan perambatan larutan pengembang dan larutan cuplikan
pada kertas sebagai akibat dari adanya gaya kapiler dan perbedaan polaritas.
3. Nilai Rf untuk pulpen tinta berwarna kuning adalah 0,074. Nilai Rf untuk
pulpen tinta berwarna hijau yang menampakkan noda kuning dan noda biru
masing-masing adalah 0,129 dan 1. Nilai Rf untuk pulpen tinta berwarna
biru 0,296. Nilai Rf untuk pulpen berwarna merah adalah 1cm.
4. pemisahan ion logam Ag(I), Pb(II), dan Hg(II) dalam campuran didapatkan
hasil Ag(I) dengan pereaksi dikromat menghasilkan warna kuning dengan
nilai Rf 0,60, Ag(I) ditambah dengan Hg(II) dengan pereaksi dikromat
menghasilkan warna kuning dengan nilai Rf 0,61, Hg(II) dengan pereaksi KI
menghasilkan warna kuning dengan nilai Rf 0,66, Ag(I) ditambah dengan
Pb(II) dengan pereaksi KI menghasilkan warna kuning dengan nilai Rf 0,44 ,
Pb(II) dengan pereaksi KI tidak menghasilkan warna Hg(II) ditambanh
dengan Pb(II) dengan pereaksi KI.

DAFTAR PUSTAKA
Aziz, A., Marlina, M. B. Febrian. 2011. Penentuan Kondisi Optimum Dalam
Penandaan Ligan Edtmp Dengan Radioisotop 170Tm. J. Iptek Nuklir Ganendra
Vol. 14 No. 1 hal (19 27)
Basset, J. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Day, R. A. & A. L. Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press.
Jakarta
Sastrohamidjojo, H. 2002. Kromatografi. Liberty. Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai