Anda di halaman 1dari 33

PEMISAHAN DENGAN

KROMATOGRAFI
KERTAS

M. RAFI RAYANDHIKA
(J0312201063)
TRI WAHYU KODRADI
(J0312201086)
PENDAHULUAN
Kromatografi
Kromatografi adalah proses melewatkan
sampel melalui suatu kolom, perbedaan

Kertas kemampuan adsorpsi terhadap zat-zat yang


sangat mirip mempengaruhi resolusi zat
terlarut dan menghasilkan apa yang disebut
kromatogram (Khopkar, 2008).
Pemisahan secara kromatografi memiliki
banyak metode, salah satunya adalah
kromatografi kertas. Kromatografi kertas
merupakan metode pemisahan sederhana
yang digunakan untuk memisahkan komponen
pigmen zat warna. Kromatografi dalam
pembelajarannya membutuhkan adanya
visualisasi molekul untuk menjelaskan
pemisahan zat warna atau pigmen dari
campuran zat cair yang bersifat homogen.
Proses pergerakan molekul mulai dari
pemisahan sampai zat warna terpisah menjadi
komponen penyusunanya (Rosalina V, et al.
2018).
Prinsip

Prinsip dasar percobaan ini adalah identifikasi


komponen zat berdasarkan perbedaan kecepatan
zat atau fase gerak merambat pada fase diam.
Adapun prinsip kerja kromatografi kertas yaitu
pengukuran, penotolan, pengembangan,
pengeringan, penyemprotan dan identifikasi.
Pelaksanaan pemisahan dengan kromatografi kertas terbagi dalam tiga tahap yaitu penotolan
campuran,pengembangan dan identifikasi. Pada tahap penotolan, campuran yang mengandung
komponen- komponen yang akan dipisahkan ditotolkan pada bagian bawah kertas (biasanya sekitar 2
cm dari tepi bawah) menggunakan mikropipet atau pipa kapiler sehingga akan meluas membentuk
noda yang bulat. Pada tahap pengembangan, ujung kertas kromatogram yang telah terdapat noda
kering dimasukkan dalam bejana tertutup sehingga tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai fasa
gerak.
Diusahakan agar pencelupan tidak sampai merendam noda totolan campuran. Pelarut (fasa
gerak) akan merembes ke dalam kertas secara lambat berdasarkan gaya kapiler. Sambil bergerak
pelarut tersebut membawa komponen-komponen campuran ikut bergerak. Komponen-komponen
dalam campuran akan bergerak pada laju yang berbeda atau mengalami migrasi diferensial karena
memiliki perbedaan kepolaran. Hal ini menyebabkan komponen-komponen dalam campuran akan
terpisah satu sama lain.
METODE
ALAT DAN BAHAN
PERSIAPAN PIPA
KAPILER
 Pipa Kapiler
 Bunsen
ALAT DAN BAHAN
PREPARASI KERTAS
BAHAN ALAT
Aseton Gelas kimia
Kertas Gunting
Pensil
Penggaris
ALAT DAN BAHAN
PEMISAHAN
INDIKATOR
BAHAN
 Kertas
ALAT
 Kertas kromatografi
 Sampel 1 dan 2  Jarum dan benang jahit
 Air  Corong pisah
 Alkohol  Pipet
 Butanol  Gelas ukur
 Amonia  Penjepit
 Klorida  Chamber
 Indikator Jingga Metil  Gunting
 Indikator Fenolftalein  Pipa kapiler
 Indikator Merah metal  Stopwatch
 Indikator Bromtimol biru
ALAT DAN BAHAN
PEMISAHAN Ag, Hg,
Pb
BAHAN
 Aseton
ALAT
 Gunting
 Sampel  Benang
 Etanol  Wadah
 HNO3 2M  Pipet ukur
 KI  Stopwatch
 K2CrO4 5%  Pinset
 Pengering
 Kaca
 Tissue
 Penggaris
 Kertas
 Pensil
 Pipa kapiler
ALAT DAN BAHAN
PEMISAHAN ION Cu(II), Zn(II),
Ni(II), Al(III)
BAHAN
 HCl pekat
ALAT
 Gunting
 Air  Benang dan jarum jahit
 Aseton  Kertas kromatografi
 Amonia  Corong pisah
 Dimetil glioksin  Pipet
 Sampel [Cu(II), Zn(II), Ni(II),  Gelas ukur
Al(III)]  Penjepit
 Chamber
 Pipa kapiler
PROSEDUR
PEMBUATAN PIPA KAPILER

Pipa kapiler dubagi dua


dengan dipanaskan deatas
bunsen
PREPARASI SAMPEL KERTAS
1. Siapkan kertas berukuran 30 x15 cm
2. Kertas dipotong menjadi 10x15 cm
3. Semua alat harus bersih, semprot dengan aseton
4. Kertas digunting, kemudian dibuat garis start dan finish
5. Dibuat ukuran kertas menjadi 10 x12 cm
6. Beri garis start dengan ukuran 2 cm dari tepi bawah
7. Diukur jarak elusi dan diberi garis
8. Jarak untuk sampel disesuaikan dengan jumlah sampel
9. Beri nama sampel
PEMISAHAN INDIKATOR

Dilakukan Penotolan sampai


Kertas disiapkan pengecekan pipa kertas jenuh Kertas dilipat
kapiler

Dijenuhkan Gas dikeluarkan Pembuatan eluen Botol disemprot


alkohol
PEMISAHAN INDIKATOR

Kertas dimasukkan Kertas diuapi Kertas diuapi Hasil pewarnaan Pewarnaan


dalam eluen dan dengan amonia dengan klorida diberi tanda dilakukan juga pada
diangkat kertas yang dielusi
dengan fase
atasnya
PEMISAHAN Ag, Hg, dan Pb
PEMISAHAN Ag, Hg, dan Pb
PEMISAHAN ION Cu(II), Zn(II), dan Al(III)

Penotolan, ukuran spot Kertas digunting ukuran Eluen disiapkan


maksimum 3 mm 12cm x 10 cm lalu dijahit 2
atau 3 titik

Kertas dimasukkan ke Ukur eluen sebanyak 20ml Pelarut dimasukkan ke


dalam chamber corong pisah

*Eluen yang digunakan aseton : HCl : Air (86:6:8) sebanyak 40 ml


PEMISAHAN ION Cu(II), Zn(II), dan Al(III)

Kertas diangkat Kertas diuapi Kertas disemprot Hasil pewarnaan Hasil


ketika eluen sudah dengan amonia dengan dimetil spot diberi tanda
mencapai front glioksim
Indikator Jarak Spot Jarak Eluen Rf Indikator Jarak Spot Jarak Eluen Rf
(cm) (cm) (cm) (cm)
JM 4,15 8,00 0,52 JM 7,20 8,00 0,90

PP 6,25 8,00 0,78 PP 5,85 8,00 0,73

MM 5,10 8,00 0,64 MM 6,15 8,00 0,77

BTB 6,65 8,00 0,83 BTB 7,75 8,00 0,97

Sampel Spot 1 5,05 8,00 0,63 Sampel Spot 1 6,10 8,00 0,76

Sampel Spot 2 6,55 8,00 0,82 Sampel Spot 2 7,80 8,00 0,98
Indikator Jarak Spot Jarak Eluen Rf
Fase atas (cm) (cm)
JM 4,15 8,00 0,52
PP 6,25 8,00 0,78
MM 5,10 8,00 0,64
BTB 6,65 8,00 0,83
Sampel Spot 1 5,05 8,00 0,63
Sampel Spot 2 6,55 8,00 0,82

Indikator Jarak Spot Jarak Eluen Rf


Fase bawah (cm) (cm)
JM 7,20 8,00 0,90
PP 5,85 8,00 0,73
MM 6,15 8,00 0,77
BTB 7,75 8,00 0,97
Sampel Spot 1 6,10 8,00 0,76
Sampel Spot 2 7,80 8,00 0,98
Analat Jarak Spot Warna Jarak Spot Warna Rf (K2CrO4) Rf (KI)
(cm) (K2CrO4) (cm) (KI) Kertas 1 Kertas 1
Ag+ 1,65 merah 1,75 kuning 0,2063 0,2188
Hg2+ Tidak terlihat 2,90 hijau 0,3625
Pb2+ 1,60 kuning 1,75 kuning 0,2000 0,2188
Sampel 1,40 kuning 1,55 kuning 0,1750 0,1938
Tidak terlihat 2,80 hijau 0,3500
Kertas 1 Kertas 2

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛 = 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 − (𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑓𝑟𝑜𝑛𝑡 + 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡)


Pada hasil dapat dilihat warna yang diperoleh sama dengan literatur. Hal ini menandakan hasil yang
didapat spesifik. Sampel 1 tidak dapat ditentukan kandungannya sedangkan sampel 2 terdapat ion Hg
pada KI karena Rf sampel tersebut mendekati Rf ion.
Analat Jarak spot (cm) Warna (NH4OH) Warna (DMG) Rf
Cu2+ 1,7 Biru Hijau 0,1889
Ni2+ 0,7 Tidak terdeteksi Merah muda 0,0778
Al3+ Tidak terdeteksi
Zn2+ Tidak terdeteksi
Sampel 1,65 Biru Hijau 0,1833
0,75 Tidak terdeteksi Merah muda 0,0833

𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑒𝑙𝑢𝑒𝑛


= 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 − (𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑓𝑟𝑜𝑛𝑡 + 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑟𝑡)
Analat Jarak spot (cm) Warna (NH4OH) Warna (DMG) Rf
Cu2+ 1,7 Biru Hijau 0,1889
Ni2+ 0,7 Tidak terdeteksi Merah muda 0,0778
Al3+ Tidak terdeteksi
Zn2+ Tidak terdeteksi
Sampel 1 1,65 Biru Hijau 0,1833
Sampel 2 0,75 Tidak terdeteksi Merah muda 0,0833
Indikator Suasana asam Suasana basa
JM jingga kuning
PP Tidak berwarna Merah muda
MM Merah Kuning
BTB Kuning Biru

Indikator jingga metil pada suasana asam berwarna jingga dan pada suasana basa
berwarna kuning, fenolftalein pada suasana asam tidak berwarna dan pada suasana basa
berwarna merah muda, Merah metil pada suasana asam berwarna merah dan pada
suasana basa berwarna kuning, brotimol biru pada suasana asam berwarna kuning dan
pada suasana basa berwarna biru.
Indikator JM, PP, MM, dan BTB memiliki berat molekul masing-masing adalah
327,33 g/mol, 318,33 g/mol, 269,30 g/mol, 624,38 g/mol. Semakin besar berat
molekulnya maka akan semakin sulit untuk naik ke atas.
DAFTAR PUSTAKA
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
Underwood AL, Day RA. 2002.Analisis Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam. Jakarta : Erlangga
Rosalina V, Evkar T, Tania L. 2018. Pengembangan Animasi
Berbasis Simulasi Molekul pada Metode Kromatografi :
FKIP Universitas Lampung
Rubianto, Dwiarso. 2017.Metode Kromatografi. Yogyakarta:
DEEPUBLISH.
Svehla. 1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif
Mikro dan Semi Mikro. Jakarta: Kalman Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai