NIM : J0312201086 KELAS/KEL : KIM AP2 / Kel1 PJP : Rini Kurniasih, M.Si ASISTEN : Fernanda Chairunisa, S.Si TANGGAL : Selasa, 14-09-2021 / Praktikum 4
PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
Protein berarti “pertama atau utama” merupakan makromolekul yang
paling berlimpah didalam sel dan menyusun lebih dari setengah berat kering pada hampir semua organisme. Asam amino, unit struktur protein, dan peptida sederhana, yang terdiri dari beberapa asam amino yang digabungkan oleh ikatan peptida. Struktur protein yang terdiri dari polipeptida yang mempunyai rantai yang amat panjang, tersusun atas banyak unit asam amino. Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur- unsur C, H, O dan N yang tidak memiliki oleh lemak atau karbohidrat. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus (Natsir 2018). Asam amino merupakan komponen utama penyusun protein, dan dibagi dalam dua kelompok yaitu asam amino esensial dan non-esensial. Asam amino esensial tidak dapat diproduksi dalam tubuh sehingga sering harus ditambahkan dalam bentuk makanan, sedangkan asam amino non-esensial dapat diproduksi dalam tubuh. Asam amino umumnya berbentuk serbuk dan mudah larut dalam air, namun tidak larut dalam pelarut organik nonpolar.Cara yang dapat dilakukan untuk menganalisis asam amino dalam protein dapat dilakukan dengan uji kualitatif dan juga uji kuantitatif. Uji kualitatif didasarkan atas ada tidaknya asam amino dalam suatu sampel protein dengan melihat dari sifat-sifat yang tejadi pada uji kualitatif dapat kita tentukan dengan uji Hopkins-cole, ninhydrin, belerang, xantoproteat, millon, biuret. Untuk uji kuantitatif ditujukan kepada jumlah asam amino yang terkandung didalam sampel protein (Sitompul 2004). 1.2 Tujuan Mengetahui dan memahami uji kualitatif asam amino dan protein yaitu Hopkins-cole, ninhydrin, belerang, xantoproteat, millon, biuret. METODE 1.1 Alat dan Bahan 1.1.1 Alat a. Tabung reaksi b. Penangas air c. Pipet tetes 1.1.2 Bahan a. Pereaksi b. Analat albumin 2%, kasein 2%, gelatin 2%, dan pepton 2% c. Akuades
1.2 Cara Kerja
a. Uji Millon Tambahkan 5 tetes pereaksi Millon ke dalam 3 ml larutan protein, panaskan campuran baik-baik. Jika pereaksi yang digunakan terlalu banyak maka warna akan hilang pada pemanasan. Lakukan uji terhadap larutan albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, pepton 2%, dan fenol 2%. b. Uji Hopkins-Cole Campur 2 ml larutan bahan yang akan diperiksa dengan 2 ml pereaksi Hopkins-Cole dalam tabung reaksi. Hati-hati tambahkan 3 ml asam pekat melaluin dinding tabung yang dimiringkan sehingga membentuk lapisan dari cairan. Jangan dikocok, sesudah beberapa detik akan terbentuk cincin violet (ungu) pada pertemuan kedua lapisan cairan tersebut. Warna ini menunjukkan reaksi yang positif terhadap adanya triptofan. Lakukan uji ini terhadap larutan albumin 2%, kasein 2%, gelatin 2%, dan pepton 2%. c. Uji Ninhidrin Tambahkan 0.5 ml larutan ninhidrin 0.1% ke dalam 3ml larutan protein. Panaskan dalam penangas air mendidih selama 10 menit, perhatikan perubahan warna larutan yang terjadi. Lakukan uji ini terhadap larutan albumin 0.02%, kasein 0.02%, gelatin 0.02%, dan pepton 0.02%. d. Uji Belerang Pada 2 ml larutan protein tambahkan 5 ml NaOH 10%, didihkan beberapa menit. Tambahkan 2 tetes larutan Pb-Asetat 5%, lanjutkan pemanasan beberapa menit, amati warna yang terjadi. Lakukan uji ini terhadap larutan albumin 0.02%, kasein 0.02%, gelatin 0.02%, dan pepton 0.02%. e. Uji Xantoproteat Pada 2 ml larutan protein tambahkan 1 ml HNO3 pekat . Campurkan baik-baik dan panaskan hati-hati.Perhatikan timbulnya warna kuning tua. Dinginkan tabung, tambahkan tetes demi tetes larutan NaOH pekat sampai larutan menjadi basa.Amati perubahan warna yang terjadi.Lakukan uji ini terhadap larutan albumin 2%, kasein 2%, gelatin 2%, pepton 2%, dan fenol 2%. f. Uji Biuret Tambahkan 1 ml NaOH 10% ke dalam 3 ml larutan protein, dan kocok. Tambahkan 1 tetes larutan CuSO4 0.1%, kocok jika tidak timbul warna tambahkan 1 atau 2 tetes CuSO4.
Reaksi pada uji Millon bergantung pada keberadaan turunan monohidroksi
benzena, seperti tirosin dan fenol. Reaksi ini dapat diganggu oleh ion Cl- dan NH4 + sehingga uji ini tidak dapat digunakan untuk menganalisis urine. Reaksi ini tidak spesifik untuk protein. Hanya senyawa uji yang memiliki gugus fenol yang memberikan hasil positif. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna merah pada larutan senyawa uji. Data sekunder 1 tidak sesuai prinsip millon. Seharusnya semua berwarna merah kecuali gelatin yang tidak punya gugus OH dan asam amino tirosin. secara prinsip bahwa milon bisa mendeteksi gugus fenol. Asam amino yang memiliki gugus fenol adalah tirosin. Albumin, kasein, gelatin, dan pepton masing-masing mengandung tirosin kurang lebih dari NCBI sekitar 5.6 %, 4.7 %, 7.7 %, dan 7.8 %. kekurangan dari uji ini karena kurang spesifik.
Data sekunder di atas sesuai, walau beberapa penelitian ada yang
menghasilkan cicin tipis untuk gelatin tapi hal tersebut jarang terjadi karena masih ada kandungan triptofan walau sedikit. Uji Hopkins-Cole spesifik pada protein yang mengandung asam amino triptofan. Untuk mengetahui apakah terdapat asam amino ini, sampel direkasikan dengan pereaksi Hopkins-Cole lalu ditambahkan asam pekat. Hasil positif ditunjukkan bila terbentuk cincin ungu. Prinsip pengujian ini adalah triptofan akan terkondensasi dengan aldehid (asam glioksilat) dan membentuk kompleks berwarna ungu. Reaksi tersebut hanya akan berhasil jika terdapat oksidator kuat yang mana pada pengujian ini menggunakan H2SO4. Gugus asam amino dideteksi pada sampel yang diuji ninhidrin yaitu dengan memasukkan reagen ninhidrin pada sampel. Asam amino bereaksi dengan ninhidrin membentuk aldehida dengan satu atom C lebih rendah dan melepaskan molekul NH3 dan CO2. Ninhidrin yang telah bereaksi akan membentuk hidrindantin. Hasil positif ditandai dengan terbentuknya kompleks berwarna biru/keunguan yang disebabkan oleh molekul ninhidrin dan hidrindantin yang bereaksi dengan NH3 setelah asam amino tersebut dioksidasi atau kuning untuk prolin dan hidroksiprolin Data sekunder tidak sesuai. Uji ninhidrin diuji pada sampel albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, dan pepton 2%. Adanya perubahan warna tersebut menandakan bahwa protein terdegradasi sempurna menjadi asam amino. Harusnya semua positif karena Albumin, gelatin, dan pepton mempunyai gugus asam amino bebas dan kasein mengandung gugus prolin jadi warna kuning. Hasil ini sesuai, karena albumin ada kandungan mentionin dan menurut literatur asam amino yang terkait dengan sulfur ada 3, metionin, sistin, dan sistein. Uji belerang diuji pada sampel albumin 2%, gelatin 2%, kasein 2%, dan pepton 2%. Berdasarkan percobaan didapatkan albumin 2% menghasilkan hasil positif dengan terbetuknya endapan hitam. Sedangkan, gelatin 2%, kasein 2%, dan pepton 2% menghasilkan hasil negatif dengan tidak terbentuknya endapan hitam. Hasil tersebut sesuai dengan teori, karena albumin memiliki memiliki kandungan sistein dan metionin yang lebih tinggi dibandingakan dengan yang lain bahkan gelatin tidak memiliki sistein dan metionin. Kandungan sistein dan metionin yang rendah mungkin tidak dapat terdeteksi dengan uji ini Kemungkinan pada gelatin kasein pepton kandungan asam aminonya ini ada,, tapi sangat sedikit, sehingga banyak penelitian yang menyatakan negtif.
Prinsip Uji xantoprotein merupakan uji kualitatif pada protein yang
digunakan untuk menunjukkan keberadaan gugus benzene. Reaksi perubahan yang terjadi disebut nitrasi pada inti dari benzena yang terdapat pada molekul dari protein. Hasil positif pada uji xantoprotein adalah munculnya warna kuning hingga jingga yang disebabkan karena bereaksinya cincin aromatic yang terdapat dalam molekul protein dengan asam nitrat pekat yang bila dipanaskan membentuk warna tersebut. Hasil data sekunder di atas sesuai untuk semua analat +. Hasil yang positif menunjukan bahwa sampel mengandung setidaknya salah satu asam amino dari tirosin, fenilalanin, ataupun triptofan. Data sekunder di atas sudah sesuai. Uji Biuret baik digunakan untuk menguji protein secara umum karena uji ini dapat mendeteksi keberadaan ikatan peptida. Uji biuret berprinsip pada reaksi antara ion Cu2+ dengan ikatan peptida dalam suasana basa. Warna kompleks ungu yang terbentuk menunjukkan keberadaan protein. Jumlah ikatan peptida yang terdeteksi ditunjukkan oleh intensitas warna ungu yang dihasilkan. Reaksi ini hanya positif terhadap senyawa yang memiliki minimal dua ikatan peptida, dan hasilnya akan negatif terhadap senyawa yang hanya memiliki satu ikatan peptida. KESIMPULAN Protein dan asam amino dapat diidentifikasi dengan beberapa uji analisis kualitatif dengan beberapa metode. Pada uji Millon dapat mengidentifikasi adanya asam amino tyrosin ditandai dengan kompleks warna merah, Uji Hopkins-Cole dapat mengidentifikasi senyawa tirosin, triptofan dan fenilalanin, ditandai dengan cincin ungu pada bidang batas. Uji Ninhidrin dapat mengidentifikasi protein secara umum, ditandai dengan kompelks warna biru, ungu atau kuning, kemudian Uji Xantoproteat dapat mengidentifikasi keberadaan cincin benzena pada protein dan asam amino, ditandai dengan warna kuning tua dan orange. Untuk Uji Biuret dapat mengidentifikasi adanya protein, ditandai dengan kompleks berwarna ungu. Selanjutnya Uji Belerang dapat mengidentifikasi protein yang mengandung belerang (sulfur) ditandai dengan endapan hitam jika positif. DAFTAR PUSTAKA Dwiputra S.2013. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Politeknik Kesehatan Bandung Jurusan Gizi. Natsir NA.2018. Analisis Kandungan Protein Total Ikan Kakap Merah Dan Ikan Kerapu Bebek. Biosel: Biology Science and Education, 7(1):49. https://doi.org/10.33477/bs.v7i1.392 Sitompul S.2004. Analisis Asam Amino dalam Tepung Ikan dan Bungkil Kedelai. Buletin Teknik Pertanian. 9(1):33–37.