Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA PEMISAHAN

PEMISAHAN KATION SECARA KROMATOGRAFI KERTAS

NAMA : Khanifah

NIM : K1A020047

SHIFT :A

HARI/TANGGAL : Rabu/ 17 November 2021

ASISTEN : Brainy Happy

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN

RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN KIMIA

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK

PURWOKERTO

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

I. TUJUAN .............................................................................................. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 1
III. PROSEDUR PERCOBAAN................................................................ 3
3.1.Alat ................................................................................................. 3
3.2.Bahan.............................................................................................. 3
3.3.Cara Kerja ...................................................................................... 4
IV. PEMBAHASAN .................................................................................. 6
4.1.Data Pengamatan ............................................................................ 6
4.2.Data Perhitungan ............................................................................ 7
4.3.Pembahasan .................................................................................... 8
V. KESIMPULAN .................................................................................... 12
5.1.Kesimpulan .................................................................................... 12
5.2.Saran .............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 13

ii
PEMISAHAN KATION SECARA KROMATOGRAFI KERTAS

I. TUJUAN
1. Membuat bercak sampel pada kertas kromatografi dengan diameter
maksimal 4 mm
2. Mengelusikan bercak sampel dalam ruang pemisah
3. Mengidentifikasi komponen-komponen pada kertas kromatografi
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana
analit-analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase yaitu fase diam dan
fase gerak. Fase diam dapat berupa bahan padatan dalam bentuk molekul
kecil atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau
dilapiskan pada dinding kolom. Sedangkan fase gerak dapat berupa gas
atau cairan. Jika gas digunakan sebagai fase gerak maka prosesnya dikenal
sebagai kromatografi gas. Dalam kromatografi cair dan juga kromatografi
lapis tipis, fase gerak yang digunakan berbentuk cair (Rohman, 2006).
Fase diam dan fase gerak mempunyai arti masing-masing. Fase
diam merupakan salah satu fase komponen yang penting. Terjadinya
perbedaan kromatografi karena adanya interaksi dengan fase diam yang
menyebabkan terjadinya perbedaan waktu retensi (Rf) dan terpisahnya
komponen-komponen dari suatu senyawa. Fase gerak merupakan
pembawa analit dapat bersifat berinteraksi dengan analit tersebut. Fase
gerak dapat berupa bahan cair dan berupa gas yang umumnya dapat
dipakai sebagai gas senyawa yang mudah menguap. Fase diam juga
merupakan proses yang dilalui oleh fase gerak untuk mengetahui jarak
antara noda dengan jarak pelarutnya (Basri, 2003).
Kromatografi dibedakan dalam banyak jenis seperti kromatografi
lapis tipis (KLT), kromatografi gas (GC), kromatografi cepat kinerja tinggi
(HPLC), Kromatografi kolom, dan kromatografi kertas. GC dan HPLC
merupakan jenis kromatografi yang membutuhkan instrumen tingkat
tinggi. Kromatografi lapis tipis (KLT) dan kromatografi kertas tergolong
“Kromatografi planar”. Tata cara pelaksanaan kromatografi lapis tipis
(KLT) sangat mirip dengan kromatografi kertas. Perbedaanya terletak pada
fase diam atau media pemisahnya. Kromatografi kolom merupakan teknik
kromatografi yang digunakan untuk membedakan komposisi minyak bumi
(McNair&Miller, 2009).
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan distribusi dari komponen-komponen dalam fasa
gerak dan fasa diam. Fasa gerak dapat berupa gas atau cairan, sedangkan

1
2

fasa diam dapat berupa cairan atau padatan. Fasa gerak berupa gas disebut
kromatografi gas (Gas Chromatography). Kegunaan dari gas
chromatography adalah untuk identifikasi semua jenis senyawa organik
yang mudah menguap dan juga dapat digunakan untuk analisis kualitatif
dan kuantitatif senyawa dalam suatu campuran. Analisis kuantitatif
dengan gas chromatography menggunakan metode standar internal
(Rizalina, 2018).
Kromatografi kertas merupakan bidang khusus kromatografi cair-
cair. Prinsip kerja kromatografi kertas sama seperti kromatografi kolom
partisi, tetapi konfigurasi pada kromatografi kertas bukan kolom (Column
configuration) tetapi datar/ planar. Adsorben dalam kromatografi kertas
adalah kertas saring yakni selulosa. Sampel yang akan dianalisis ditotolkan
ke ujung kertas yang kemudian digantung dalam wadah. Kemudian dasar
kertas saring dicelupkan ke dalam pelarut yang mengisi dasar wadah.
Kromatografi kertas mendasarkan proses pemisahan senyawa-senyawa
menurut interaksi partisi atau distribusi senyawa pada fasa diam
(Rubiyanto,2017).
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1.Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah ruang pemisah,
pipet kapiler, pengering rambut, labu semprot, klip dan lain-lain.
3.2.Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah eluen campuran
dari HNO3 dan metanol 24 : 76, larutan sampel dari sistem campuran,
larutan standar Pb(NO3)2 5%, larutan standar Hg(NO3)2 5%, larutan
standar Bi(NO3)2 5%, larutan pewarna 0,5% KI

3
4

3.3.Cara Kerja
3.3.1. Pembuatan larutan
a. Pembuatan larutan standar Pb(NO3)2 5%
1. Sebanyak 1,25 gram Pb(NO3)2 anhidrat ditimbang dan
dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 25 mL
b. Pembuatan larutan standar Hg(NO3)2 5%
1. Sebanyak 1,25 gram Hg(NO3)2 anhidrat ditimbang dan
dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 25 mL
c. Pembuatan larutan standar Bi(NO3)2 5%
1. Sebanyak 1,25 gram Bi(NO3)2 anhidrat ditimbang dan
dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 25 mL
d. Pembuatan larutan KI 0,5%
1. Sebanyak 0,5 gram KI ditimbang dan dilarutkan dengan
akuades dalam labu ukur 100 mL
3.3.2. Prosedur percobaan
1. Kertas kromatografi whatman No.1 ukuran 15 x 15 cm
dibuat garis start setinggi 2,5 cm dari teppi bawah dengan
pensil. Diatas garis start setinggi 10 cm dibuat garis front
2. Pada garis start dibuat empat buah titik dengan pensil pada
jarak 3 cm dari tepi kiri kertas dengan interval 3 cm
3. Pada keempat titik yang ditengah garis dibuat bercak
berturut-turut dari larutan standar Pb, Hg, Bi dan larutan
sampel dengan diameter minimal 4 mm. Cara membuat tiap
bercak dengan pipet kapiler yang berbeda. Setiiap bercak
ditetesi 3 kali kemudian dikeringkan dengan pengering
rambut
4. Kertas kromatografi dimasukkan ke dalam ruang pemisah
yang sudah berisi eluen dan dijenuhi dengan uap eluen
dengan arah elusi naik. Tinggi permukaan eluen tidak boleh
melebihi tinggi garis start
5. Ruang pemisah ditutup dengan rapat dan eluen dibiarkan
naik sampai garis front
6. Kertas kromatografi diangkat setelah eluen sampai pada
garis front dan dikeringkan dengan pengering rambut
7. Kertas kromatografi yang sudah kering disemprot dengan
larutan pewarna 0,5 % KI dengan kabut yang halus sampai
timbul warna kuning. Kemudian penyemprotan segera
dihentikan supaya warna yang timbul tidak hilang atau
luntur
5

8. Kertas kromatografi dikeringkan lagi dengan pengering


rambut
9. Jarak masing-masing bercak komponen sampel dan bercak
standard diukur. Rf masing-masing bercak dihitung
10. Atas dasar Rf standard dan warna bercak tetapkan macam
logam dan masing-masing komponen dari sampel.
IV. PEMBAHASAN
4.1.Data Pengamatan

Perlakuan Pengamatan
Dibuat garis start dan garis front
setinggi 2,5 cm dari tepi kertas
kromatografi Whatman No. 1 dengan
ukuran 15 x 15 cm
Dibuat empat buah titik dengan
pensil pada jarak 3 cm dari tepi kiri
kertas dengan interval 3 cm
Dibuat bercak berturut-turut dari
larutan standar Pb, Hg, Bi dan
sampel dengan menggunakan pipa
kapiler, diameter bercak minimal 4
mm
Dikeringkan kertas dengan pengering
rambut
Dimasukkan kertas ke dalam ruang
pemisah yang sudah berisi eluen
(HNO3 : metanol)
Ditutup ruang pemisah agar eluen
naik
Dikeringkan lagi kertas
menggunakan pengering rambut
Disemprot dengan larutan KI 0,5%
Dikeringkan dengan pengering
rambut
Jarak yang telah ditempuh oleh noda Jarak eluen : 10 cm
dan jarak yang ditempuh oleh eluen Jarak Pb : 6,7 cm
diukur untuk menghitung nilai Rf Jarak Hg : 5,2 cm
Jarak Bi : 4,1 cm
Jarak sampel : 7,1 cm

6
7

4.2.Data Perhitungan
Diketahui :
Jarak eluen : 10 cm
Jarak Pb : 6,7 cm
Jarak Hg : 5,2 cm
Jarak Bi : 4,1 cm
Jarak sampel : 7,1 cm
jarak noda
Rf = jarak eluen
jarak noda 6,7
Rf Pb = jarak eluen = = 0,67
10
jarak noda 5,2
Rf Hg = jarak eluen = = 0,52
10
jarak noda 4,1
Rf Bi = jarak eluen = = 0,41
10
jarak noda 7,1
Rf sampel = jarak eluen = = 0,71
10
8

4.3.Pembahasan
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan campuran
berdasarkan perbedaan distribusi dari komponen-komponen dalam fasa
gerak dan fasa diam. Fasa gerak dapat berupa gas atau cairan,
sedangkan fasa diam dapat berupa cairan atau padatan (Rizalina,
2018). Prinsip dari kromatografi adalah memisahkan senyawa dalam
campuran untuk mengetahui perbandingan senyawa suatu campuran
(Sastroamidjojo, 1985).
Fase gerak merupakan pembawa analit dapat bersifat berinteraksi
dengan analit tersebut. Fase gerak dapat berupa bahan cair dan berupa
gas yang umumnya dapat dipakai sebagai gas senyawa yang mudah
menguap. Fase diam juga merupakan proses yang dilalui oleh fase
gerak untuk mengetahui jarak antara noda dengan jarak pelarutnya
(Basri, 2003).
Pemilihan fasa gerak atau solvent system harus cocok agar
komponen senyawa
terpisah dengan baik.
Adapun syarat eluen yang baik (Sastrohamidjojo, 2003) sebagai
berikut:
a. Memiliki kemurnian yang memadai
b. Memiliki stabilitas yang memadai
c. Viskositas rendah
d. Tekanan uap sedang
e. Daya toksik serendah mungkin.
Percobaan pemisahan kation dengan kromatografi kertas memiliki
3 tahap. Tahap pertama yaitu tahap penotolan cuplikan, Pada tahap ini
diawali dengan kertas kromatografi whatman No.01 yang berukuran 15
x 15 cm dibuat garis start setinggi 2,5 cm dari tepi bawah dengan
pensil. Pemilihan kertas kromatografi No. 01 pada percobaan ini
karena mengandung selulosa (96%) dan efektif sebagai media
perambatan eluen yang mempunyai berat molekul (BM) cukup besar
sehingga eluen dapat merambat dengan baik (Hendayana,2006).
Kemudian pada garis start dibuat empat buah titik dengan pensil pada
jarak 3 cm dari tepi kiri kertas dengan interval 3 cm. fungsi dari
penggunaan pensil ini yaitu karena pensil terbuat dari grafit yang tidak
larut dalam eluen, apabila menggunakan tinta, maka tinta akan ikut
bergerak sebagai kromatogram berkembang (Hendayana, 2006).
kemudian dibuat bercak berturut-turut dari larutan standar Pb, Hg, Bi
dan sample dengan pipet kapiler. Diameter dari masing-masing bercak
minimal 4 mm.
9

Gambar 4.3.1.
Proses penotolan
Tahap selanjutnya, kertas kromatografi dimasukkan ke dalam wadah
yang tertutup dan berisi eluen (campuran metanol dan HNO3) dan
dijenuhi dengan uap eluen dengan arah elusi naik. Fungsi penggunaan
wadah tertutup yaitu agar eluen dapat jenuh sehingga pergerakan noda
dapat seimbang dan merata (Handayana, 2006).

Gambar 4.3.2.
Kertas kromatografi dimasukkan ke dalam wadah tertutup
Tahap selanjutnya, setelah eluen sampai pada garis font, kertas
kromatografi diangkat dan dikeringkan dengan pengering rambut,
kemudian disemprotkan dengan larutan pewarna 0,5% KI dengan
kabut yang halus sampai timbul warna kuning. Fungsi penambahan
0,5% KI yaitu untuk memperjelas penampakan noda (Handayana,
2006). Kemudian penyemprotan segera dihentikan setelah timbul
warna agar warna yang sudah timbul tidak hilang. Kemudian setelah
kertas kromatografi kering dapat diidentifikasi dan diukur masing-
masing bercak dan hitung nilai Rf nya.
Reaksi yang terjadi :
Pb 2+ + 2KI → PbI2 + 2K+
Hg 2+ + 2KI → HgI2 + 2K+
Bi 2+ + 2KI → BiI2 + 2K+
10

Gambar 4.3.3.
Proses pengeringan

Gambar 4.3.4.
Proses penyemprotan KI

Gambar 4.3.5.
Bercak noda yang dihasilkan
Berdasarkan percobaan diperoleh hasil nilai Rf Pb yaitu 0,67, nilai Rf
Hg yaitu 0,52, nilai Rf Bi yaitu 0,41 dan nilai Rf pada sampel yaitu
0,71. Berdasarkan hasil nilai Rf Pb dan sampel lebih besar, hal ini
dikarenakan kedua larutan tersebut memiliki kelarutan yang besar. Hal
ini sesuai dengan referensi bahwa nilai Rf yang baik berada pada
rentang 0,2 – 0,8 cm (Fassenden, 2003).
11

Aplikasi kromatografi pada kehidupan (Gritter, 1991) sebagai


berikut:
a. Pada bidang bioteknologi
Kromatografi mempunyai peranan yang sangat besar dalam bidang
bioteknologi misalnya pada penentuan senyawa dalam protein.
b. Pada bidang klinik
Kromatografi sangat bermanfaat terutama dalam menginvestigasi
fluida badan seperti air liur. Dokter dapat mengetahui jenis
penyakit yang sedang diterima pasien dari air liur pasien tersebut.
c. Pada bidang Forensik
Aplikasi kromatografi pada bidang forensik yaitu dilihat dari segi
keamanan. Kromatografi dapat menganalisis bahan-bahan kimia
yang terkandung dalam bahan peledak.
Kekuranagan pemisahan dengan metode kromatografi
(SastroHamidjojo, 2003) adalah :
1. Tidak mampu memisahkan sampel dalam skala besar
2. Ada beberapa senyawa yang tidak dapat dipisahkan, misalnya
hidrokarbon
Kelebihan pemisahan dengan metode kromatografi (Alimin, 2007)
adalah :
1. Dapat digunakan untuk sampel atau konstituen yang sangat kecil
2. Cukup selektif terutama untuk senyawa-senyawa organik multi
komponen
3. Proses pemisahan dilakukan dalam waktu yang relatif singkat
4. Seringkali murah dan sederhana karena umumnya tidak
memerlukan alat yang mahal dan rumit.
V. KESIMPULAN
5.1.Kesimpulan
1. Pembuatan bercak sampel pada kertas dapat dilakukan dengan
penotolan sampel ke kertas dengan diameter 4 mm menggunakan
pensil.
2. Kertas kromatografi yang berisi totolan dielusi dalam wadah
tetutup. Pada proses ini eluen yang berisi campuran metanol dan
HNO3
3. Identifikasi bercak dilakukan dengan menyemprotkan pereaksi
pewarna seperti larutan KI pada kertas, menyinari kertas dengan
sinar ultraviolet, dan penguapan iodium. Berdasarkan percobaan
diperoleh hasil nilai Rf pada Pb yaitu 0,67 cm, pada Hg yaitu 0,52
cm, pada Bi yaitu 0,41 cm, dan pada sampel yaitu 0,71 cm.
5.2.Saran
Sebaiknya praktikum dilakukan dengan kehati-hatian dan teliti agar
hasil yang diperoleh lebih akurat.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alimin, dkk. (2007). Kimia Analitik. Makassar: Alauddin Press.

Basri, S. (2003). Kamus Kimia. Jakarta: Kineka Cipta.

Fessenden.R. K. dan Fessenden. (2003). Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta:


Erlangga.

Gritter, R. J. J. M. Bobbit dan E.S. Arthur. (1991). Pengantar Kromatografi.


Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Hendayana, Sumar. (2006). Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan


Elektrolisis Modern. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

McNair, H.M. & Miller. (2009). Basic Gas Chromatography (2nd ed). United
States of Amerika: A john Willey & Sons, Inc.

Rizalina, Hartias., dkk. (2018). Optimasi Penentuan Kadar Metanol dalam Darah
Menggunakan Gas Chromatography. Indonesian Journal of Chemical
Science. 7 (3).

Rohman, Abdul dan Ibnu Gholib G. (2006). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Rubiyato, Dwiarso. (2017). Metode Kromatografi; Prinsip dasar, Praktikum dan


Pendekatan Pembelajaran Kromatografi. Yogyakarta: DEEPUBLISH.

Sastrohamidjojo, H. (1985). Kromatografi. Yogyakarta: Liberty.

Sostroharmidjojo, H. (2003). Kromatografi, Edisi II. Yogyakarta: Liberty.

13

Anda mungkin juga menyukai