Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KIMIA ANALITIK 2
KROMATOGRAFI KERTAS

DISUSUN OLEH :
NAMA : JULIMAN PUTRA GULO
NIM : 20506009
PRODI : PENDIDIKAN KIIA - A

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjakan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan anugerah-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini dengan judul “Kromatografi Kertas”.

Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan baik dalam penyusunan maupun dalam penulisan dan pemilihan
kata yang tepat. Oleh karena itu,dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan adanya kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
untuk kesempurnaan makalah ini.

Atas segala bantuan yang diberikan oleh berbagai pihak penulis


mengucapkan terimakasih dan penulis juga memohon maaf atas banyaknya
kekurangan dalam penyusunan makalah ini sehingga dengan seadanya makalah ini
dapat menjadi ilmu bagi kita semua.

Tondano Selatan, 04 Juni 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Metode Penulisan
1.4 Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
2.1 Sejarah Singkat

2.2 Prinsip Kromatografi Kertas

2.3 Eluen

2.4 Kertas Kromatografi

2.5 Alat dan Bahan

2.6 Jenis-jenis Kromatografi

2.7 Tehnik Elusi

2.8 Cara deteksi

2.9 Analisa Hasil Kromatografi

Bab III Penutup


3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman membuat ilmu pengetahuan semakin berkembang,


begitu pula dengan ilmu kefarmasian. Banyak obat baru yang ditemukan dan
juga semakin banyak komposisi atau campuran obat yang digunakan untuk
membuat obat yang mempunyai efek yang lebih optimum.

Zat-zat aktif yang ada di dalam campuran obat ini dapat kita ketahui melalui
berbagai macam proses dan cara yang bervariasi diantaranya dapat diketahui
melalui percobaan kromatografi dimana zat – zat ini dipisahkan oleh perbedaan
pengikatan ( partisi, adsorpsi, dsb) pada fase diam dan fase gerak.

1.2 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengertian dari kromatografi kertas.


2. Mengetahui peralatan yang diperlukan dalam identifikasi.
3. Mengetahui kegunaan kromatografi kertas dan cara analisa data.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Singkat

Kromatografi kertas pertama kali diperkenalkan oleh Consden, Gordon dan


Martin pada tahun 1994. Kromatografi kertas ini adalah salah satu bentuk cara
pemisahan zat secara sederhana, biasanya digunakan untuk uji identifikasi
secara kualitatif. Cara ini sangat khas dan mudah dilakukan untuk zat dengan
jumlah sedikit. Kromatografi kertas termasuk kromatografi cairan planar yang
menggunakan kertas sebagai penyangga fase diam dengan mekanisme
pemisahan partisi yang dominan dan terutama dimanfaatkan sebagai cara
mengidentifikasikan zat yang telah terpisahkan atau untuk mengevaluasi
kemurnian zat.

2.2 Prinsip Kromatografi Kertas

Prinsip dasar kromatografi kertas adalah Partisi Multiplikasi suatu senyawa


antara dua cairan yang saling tidak bercampur.

Kromatografi kertas berbeda dengan ekstraksi menggunakan corong


pemisah, dimana fase bawah berupa air (pelarut yang mengandung air) yang
terikat secara stationer pada selulosa kertas. Jadi, partisi suatu senyawa terjadi
antara selulosa air dan fase cair yang melewatinya yaitu berupa pelarut organic
yang sudah dijenuhkan dengan air atau fase pelarutnya. Jika kromatografi
kertas merupakan suatu kromatografi partisi, maka tidak deapat diabaikan
bahwa terjadinya proses absorpsi juga tergantung pada jenis pelarut yang
digunakan dan juga sifat kromatografi.

Kromatografi kertas tergolong kromatografi cairan dengan kertas sebagai zat


pendukung. Oleh karena kertas atau serat merupakan absorben lemah yang
hidrofil, absorpsi zat-zat oleh kertas tidak terlalu kuat dan akan terdesak oleh

5
air. Air atau bagian yang lebih polar dari suatu cairan yang bertindak sebagai
suatu eluen akan berlaku sebagai fase diam. Mekanisme pemisahan yang
dominan terjadi adalh partisi. Oleh karena gaya kapiler kertas, fase gerak dapat
bergerak naik, mendatar atau menurun. Yang berlaku sebagai fase gerak
sesungguhnya adalah bagian campuran yang kurang polar.

2.3 Eluen

Eluen disebut juga pelarut, cairan pengelusi, cairan pengembang atau cairan
penghantar. Agar dapar diperoleh hasil yang dapat diulang, komposisi pelarut
yang digunakan haruslah konstan. Dalam berbagai kasus, terutama dengan
pelarut yang dapat bercampur dengan air, variasi kecil dalam kadar air cukup
mempengaruhi efisiensi pemisahan. Dengan kata lain, semua pelarut yang
dipakai haruslah sangat murni. Di bawah ini adalah pelarut yang dapat
digunakan :

1. n-butil alkohol yang dijenuhi dengan asam klorida 3M.


2. Asetilaseton yang dijenuhi dengan air.
3. Asam asetat glacial yang mengandung 25% (v/v) metanol kering.
4. Aseton yang mengandung 5% (v/v) air dan 8% (v/v) asam klorida.
5. Piridina yang mengandung 20% (v/v) air dan 1% (b/v) kalium
tiosianat.
6. Metanol
7. Metil etil keton yang mengandung 30% (v/v) asam klorida.
8. Etil eter yang mengandung 2% (b/v) hidrogen klorida kering dan 7,5%
(v/v) metanol kering.
9. Metil asetat yang mengandung 3% (v/v) metanol dan 10% (v/v) air.
10. n-butil alkohol kering yang mengandung 40% (v/v) metanol kering.

Pada kromatografi kertas biasanya merupakan cempuran dua komponen


atau lebih. Yang berlaku sebagai fase gerak adalah bagian campuran yang
kurang polar. Pemilihan eluen diarahkan pada fase gerak dan diorientasikan
pada deretan eluotrop. Pelarut pengembang yang sesuai harus mempunyai
sifat fisikokimia, meliputi sifat akseptor donor, gaya dipole, gaya disperse,

6
gaya koordinasi serta mempunyai kemampuan mengikat ion cuplikan yang
hendak dipisahkan.

2.4 Kertas Kromatografi

Kertas kromatografi terdiri dari selulosa murni denhan serabut panjang yang
dalam keadaan menggelembung bersama-sama dengan air atau pelarut yang
mengandung air merupakan fase diam atau melampaui impregnasi dengan
senyawa ipofilik dapat bertindak sebagai bahan pengembang.
Untuk kromatografi menaik, dipakai kertas yang panjangnya sekitar 20 cm .
pada kromatografi menurun, panjang kertas dapat mencapai 50 cm atau lebih.
Di sisi lain, kromatografo mendatar sirkular memerlukan kertas dengan
diameter 12 – 20 cm. dalam kromatografi kertas. Harus digunakan kertas saring
yang dijual khusus untuk maksud ini. Biasanya berbentuk pita selebar 2-5 cm,
dimana kita dapat dengan mudah mengguntingnya sesuai dengan kebutuhan.
Jenis kertas kromatografi nerneda-neda tergantung pada susunan serat
selulosa dan ketebalannya. Dilihat dari sifat selulosanya, kemurnian,
kehomogenan, kemampuan menyerap dan mekanik ketangguhan merupakan
faktor yang berpengaruh. Kapasitas dan lamanya kromatografi tergantung dari
ketebalan dan kemampuan menyerap atau kemampuan menggelembung kertas.
Antara kecepatan migrasi dan ketajaman pemisahan terdapat hubungan. Kertas
yang melewatkan dengan cepat umumnya memisahkan dengan lebih baik.
Dalam perdagangan, terdapat berbagai macam kertas kromatografi dengan sifat
tertentu. Yang berbeda adalah kecepatan migrasi, kemampuan memisahkan, dan
mekanik ketangguhan. Yang dapat dipengaruhi oleh kertas kromatografi adalah
kecepatan alir eluen, nilai Rf dan bentuk bercak zat.

2.5 Alat dan Bahan

Alat :
 Bejana kromatografi
 Rak tahan korosi
 Bak pelarut

7
 Batang kaca antisifon
 Mikropipet
 Sprayer

Bahan:

 Kertas kromatografi
 Reagensia
 Zat uji
 Pelarut (eluen)

2.6 Jenis-jenis Kromatografi

Metode pemisahan kromatografi kertas dibagi menjadi :

a.Kromatografi menaik

b. Kromatografi menurun

c.Kromatografi mendatar

d. Kromatografi melingkar

Pada kromatografi menaik, pelarut bergerak ke atas sedangkan pada


kromatografi menurun pelarut bergerak ke bawah. Pada kromatografi mendatar ,
pelarut bergerak dalam dua arah yaitu arah rambatan pertama lalu diputar tegak
lurus setelah berelusi. Pada kromatografi melingkar, pelarut bergerak sesuai
dengan arah rambatannya dalam lingkaran.

2.6.1Kromatografi Menurun

Alat :

1. Bejana kromatografi

2. Bak pelarut

8
3. Gelas piala

4. Batang kaca antisifon

5. Kertas Kromatografi

Cara Kerja

1. Bejana dilengkapi lubang untuk memasukkan pelarut, bak pelarut,


dan batang penahan kertas

2. Zat yang diuji dilarutkan dengan pelarut yang sesuai

3. Larutan zat ditotolkan dengan jarak antar totolan minimal 1,5 cm.
Penotolan dilakukan setelah totolan sebelumnya telah kering

4. Kertas digantung dalam bejana menggunakan batang kaca antisifon


yang dapat menahan ujung kertas di dalam bak pelarut

5. Dasar bejana digenangi dengan selapis pelarut

6. Gelas piala diletakkan di dasar bejana dan diisi air, larutan garam
jenuh, atau asam dalam air

7. Bagian kertas yang tergantung di bawah batang kaca harus


tergantung bebas tanpa menyinggung gelas piala, dinding bejana,
atau cairan pada dasar bejana

8. Bejana ditutup, terjadi keseimbangan bejana dan kertas

9. Keseimbangan dapat dipercepat dengan melapis dinding bagian


dalam bejana dengan kertas saring

10. Fase gerak dibiarkan turun pada kertas hingga batas yang
dikehendaki

11. Setelah selesai, kertas diangkat dan dikeringkan. Kromatogram


dideteksi dengan menyemprotkan pereaksi yang cocok

Bejana kromatografi berisi gelas piala yang diletakkan di dasar


bejana, pelarut yang dituang ke dasar bejana, bak pelarut yang berisi pelarut

9
dan batang kaca untuk menopang kertas serta kertas kromatografi yang
digantung pada batang kaca. Bejana kromatografi ditutup dengan gabus atau
sumbat karet yang terhubung dengan batang kaca. Bak pelarut dipasang kira-
kira 2,5 cm dari bawah dasar sumbat. Kertas kromatografi dicelupkan ke
dalam pelarut dalam bak pelarut kemudian dibiarkan menggantung bebas. Di
dasar bejana terdapat selapis pelarut yang berfungsi untuk menjenuhkan
atmosfer di dalam bejana terhadap pelarutnya. Hal ini ditujukan untuk
mencegah penguapan tidak mengganggu kesetimbangan pelarut yang
bergerak ke bawah. Gelas piala yang berisi air, larutan garam jenuh, atau
asam dalam air yang dijenuhi dengan pelarut digunakan untuk
mengendalikan banyaknya uap air dalam atmosfer. Selain itu juga dapat
menjaga kondisi temperatur cukup konstan.

Kertas kromatografi berukuran 30-45 x 2,5 cm. Untuk membuat


garis nol, ditarik garis dengan pensil kira-kira 8cm dari ujung atas.
Campuran yang akan diuji diteteskan dengan menggunakan mikropipet.
Setelah pelarut kering, kertas digantung vertikal dalam bejana kromatografi
dan elusi dimulai.

Gambar Kromatografi Menurun

10
2.6.2 Kromatografi menaik

Cara Kerja :

1. Larutan zat ditotolkan pada kertas

2. Fase gerak dituang ke dalam bejana

3. Bejana pelarut kosong ditempatkan pada dasar bejana dan kertas


digantung hingga bagian kertas yang ditotolkan menggantung bebas
dalam bak pelarut kosong

4. Bak ditutup dan dijenuhkan

5. Pelarut dengan jumlah berlebih dari yang diperlukan dituang ke


dalam bak melalui lubang kemudian bejana ditutup kembali

6. Kertas tergantung tepat di atas pelarut, pada waktu memulai


pemisahan, kertas diturunkan hingga tercelup dalam pelarut

7. Pelarut dibiarkan merambat hingga batas yang dikehendaki. Laju


perambatan pelan namun dapat menghasilkan bercak yang jelas

8. Setelah selesai kertas dikeluarkan dan dikeringkan

Kertas kromatografi yang digunakan berukuran 30-45 x 2,5 cm.


Ujung bawah kertas tercelup ke dalam pelarut namun tidak melebihi titik
penotolan. Pelarut akan bergerak naik hingga batas yang ditentukan.

Gambar Kromatografi menaik

11
2.6.3 Kromatografi Mendatar

Penyempurnaan pemisahan dilakukan dengan eluasi berturut-turut


dalam dua arah yang tegak lurus

Cara Kerja :

1. Melakukan elusi dengan teknik menaik atau menurun hingga bercak


paling cepat mendekati tepian kertas

2. Kertas diangkat, dikeringkan, diputar 90o lalu eluasi dengan sistem


pelarut yang berbeda

3. Komponen yang tidak terpisah sempurna dalam pelarut satu dapat


sempurna dengan kombinasi tersebut

Pada kromatografi mendatar, dilakukan dua kali elusi dengan arah tegak
lurus satu sama lain. Setelah elusi pertama kering, kertas kromatografi
diputar 900 dan dilakukan kembali elusi kedua. Larutan campuran akan
terpisah setelah elusi kedua. Keuntungan dari teknik ini adalah peningkatan
resolusi dan kapasitas totolan yang lebih tinggi. Seluruh daerah pada kertas
kromatografi digunakan sehingga resolusi meningkat dan dapat menentukan
terjadinya penguraian pada proses kromatografi.

Gambar Kromatografi Mendatar

12
2.6.4 Kromatografi Melingkar

Cara Kerja :

1. Cawan petri tertutup digunakan untuk bawah pelarut

2. Kertas yang digunakan berbentuk lingkaran yang pada pusatnya


diberi sumbu untuk mengalirkan pelarut

3. Sampel diteteskan sekitar pusat kertas

4. Kertas diletakkan horisontal sehingga sumbu tercelup dalam pelarut

5. Pelarut bergerak ke arah tepi kertas sambil membawa komponen


campuran oleh aksi kapiler

6. Bercak berupa garis lengkung dengan diameter semakin panjang


semakin ke tepi

Pelarut pada kromatografi melingkar akan bergerak sesuai arah


rambatannya dalam lingkaran sehingga hasil yang didapat akan berbentuk
melingkar pula. Pertama pelarut akan merambat dari sumbu yang tercelup
kemudian akan merambat pada kertas kromatografi melingkar.

2.7 Teknik Elusi

1. Elusi (mini, orientasi )

a.Teteskan larutan uji pada titik yang telah disediakan pada kertas 3,75x9,5
cm. Biarkan pelarut menguap

b. Tempatkan kertas dalam wadah elusi yang telah mengandung eluen,


ujung kertas tercelup ke dalam eluen, zat uji tetap di atas permukaan
eluen

c.Elusi, biarkan eluen merambat setinggi 7cm

d. Setelah selesai, angkat kertas dan biarkan eluen menguap

e.Amati kromatogram dengan cara deteksi yang dipilih, hitung Rf

13
A. Larutan uji

1. Tartrazin 1%

2. Biru berlian 1%

3. Rodamin B 1%

4. Campuran ketiganya 1%

Eluen 1. NaCl 1% dalam air

2. Metil Etil Keton + Aseton + Air =7:3:3

B. Larutan Uji

1. Sulfadiazin 1% dalam etanol

2. Sulfamerazin 1% dalam etanol

3. Sulfadimidin 1% dalam etanol

4. Campuran ketiganya 1%

Eluen Botanol + amonia 25% + air = 4:1:5

2. Elusi (baku)

a. Teteskan larutan uji pada kertas 7,5x19 cm yang telah disiapkan. Biarkan
pelarut menguap

b. Tempatkan kertas dalam wadah elusi yang telah mengandung eluen,


ujung kertas tercelup ke dalam eluen, zat uji tetap di atas permukaan
eluen

c. Elusi dengan jarak 15 cm

d. Setelah selesai, angkat kertas dan biarkan eluen menguap

3. Elusi (dua dimensi)

a. Teteskan larutan uji pada kertas 10x10 cm pada salah satu sudut kertas
pada jarak 1,25 cm dari tepi bawah/samping

14
b. Elusi dengan eluen 1 sejauh 7,5 cm

c. Setelah diangkat dan eluennya menguap, elusi lagi dengan arah tegak
lurus elusi pertama dengan eluen 2 sejauh 7,5 cm

d. Setelah selesai, angkat kertas dan biarkan eluen menguap

4. Elusi sirkular

a. Siapkan kertas dengan ukuran 10x20 cm

b. Lubangi tepat di tengahnya, beri sumbu dari gulungan kertas 1x1 cm

c. Buat lingkaran berdiameter 1,5 cm dengan pensil di tengah kertas. Buat 6


titik pada jarak sama (60o ) pada lingkaran tersebut

d. Teteskan ke-6 larutan uji masing-masing pada titik di sekeliling


lingkaran pensil

e. Eluen sebanyak 2 ml ditempatkan di kaca arloji

f. Elusi secara mendatar dengan mencelupkan sumbu kertas ke dalam eluen

g. Pengamatan langsung untuk bercak yang berwarna

h. Bercak tidak berwarna dapat diamati di bawah lampu ultraviolet, yaitu


pada 254 nm untuk zat yang menyerap radiasi UV akan tampak gelap di
atas latar belakang ungu dan zat yang berfluoresensi diamati pada
panjang gelombang 365 nm

i. Disemprot dengan pereaksi tertentu

Gambar Kromatografi Melingkar

15
2.8 Cara Deteksi

Cara mendeteksi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :

1. Pengamatan langsung untuk bercak yang berwarna

2. Bercak tidak berwarna dapat diamati di bawah lampu ultraviolet, yaitu


pada 254 nm untuk zat yang menyerap radiasi UV akan tampak gelap di
atas latar belakang ungu dan zat yang berfluoresensi diamati pada
panjang gelombang 365 nm

3. Disemprot dengan pereaksi tertentu

Prosedur untuk mendeteksi kromatogram dapat dilakukan secara kualitatif


dan kuantitatif. Pada prosedur kualitatif, suatu produk obat yang dideteksi di
kertas kromatografi mempunyai harga Rf yang sama atau mendekati harga Rf
literatur. Pada prosedur kuantitatif dibutuhkan densitometri atau ekstrasi yang
diinginkan diikuti dengan pengukuran spektrofotometri. Beberapa reagensia
yang digunakan untuk mendeteksi antara lain: difeniltiokarbazon (ditizon), asam
rubeanat, difenilkarbazida, alizarin, salisilaldoksima, morin, kalium
heksasianoferat(II), kalium kromat, ammonium sulfida, hidrogen sulfida.

2.9 Analisa Hasil Kromatografi

Kromatografi kertas dapat digunakan untuk analisis kualitatif. Analisis


kualitatif akan memberikan hasil berupa Rf (retardation factor) zat.
Kromatogram merupakan hasil pemisahan zat oleh eluen. Kromatogram
ditunjukkan oleh bercak yang menandakan letak zat. Pada proses kromatografi,
termasuk kromatografi kertas, bercak akan bergerak pada fraksi tertentu sesuai
dengan kecepatan pelarut dan hal ini didefinisikan sebagai Rf (retardation
factor = faktor retardasi).

Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik


awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal.

16
Harga Rf adalah spesifik untuk suatu zat, karena ditentukan oleh harga
koefisien distribusi dari zat tersebut. Harga Rf dapat ditentukan dari persamaan:

Dengan k adalah koefisien distribusi. Namun begitu, harga Rf yang diperoleh


seringkali berbeda dengan yang termuat dalam literatur. Hal ini disebabkan oleh
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kondisi percobaan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi harga Rf ini yaitu:

a. Jenis dan mutu kertas, daya absorbsi, dan kelembaban. Jenis kertas yang ada
disesuaikan dengan kecepatan aliran pelarut yang diinginkan. Misalnya
untuk penggunaan umum dipakai kertas berjenis flow-rate medium, untuk
analisis asam amino dipakai kertas berjenis flow-rate lambat, dan untuk
elektroforesis dipakai kertas berjenis flow-rate cepat.
b. Susunan eluen, yang terdiri dari:
- Kemurnian pelarut, misalnya ada pengaruh 0,5 – 1% etanol dalam
kloroform.
- Stabilitas campuran pelarut. Susunan eluan akan berubah pada
pemakaian maupun penyimpanan, terutama pada komponen yang mudah
menguap dan kadarnya kecil; adanya alkohol dan asam dalam eluen
yang bisa menghasilkan ester.
- Temperatur dan kelembaban ruang
c. Kejenuhan yang akan berpengaruh pada uap eluen. Bila bejana tidak jenuh,
eluen akan menguap selama proses eluasi, sehingga waktu eluasi naik dan
nilai Rf naik.
d. Konsentrasi atau banyaknya zat yang akan dianalisis. Bila zat yang dianalisis
konsentrasinya terlalu kecil, maka hasil yang diperoleh seringkali tidak
akurat atau bahkan tidak dapat diidentifikasi.
e. Jarak bercak awal ke permukaan eluen.
f. Adanya zat lain dan konsentrasi dari zat lain tersebut yang dapat
mengontaminasi kondisi percobaan sehingga analisis yang diperoleh tidak
akurat. Zat lain ini antaranya dapat berupa ion-ion, seperti pada terdapatnya
klorida dalam pemisahan yang dilakukan dengan larutan-larutan nitrat.

17
g. Keasaman larutan aslinya; hal ini dapat disebabkan oleh kebutuhan akan
asam dalam kompleks yang dapat larut dalam pelarut organik, untuk
mencegah hidrolisis garam, dan lain sebagainya.
h. Waktu melakukan percobaan untuk sepotong kertas. Terkadang harga Rf
meningkat dengan bertambahnya waktu dan hal ini berbanding lurus dengan
berkurangnya laju gerak garis depan pelarut.

Karena dalam praktikum hampir semua luas harus dijaga konstan, dianjurkan
agar pada waktu melakukan kromatografi dikembangkan juga senyawa uji, dan
senyawa ini dianggap sebagai senyawa pembanding. Harga Rst adalah
perbandingan jarak tempuh senyawa yang hendak diperiksa terhadap jarak
tempuh senyawa pembanding.

Harga Rst tidak tergantung pada kondisi luar percobaan dan harganya dapat
lebih besar dari 1.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Kromatografi kertas merupakan tehnik pemisahan campuran zat menjadi


komponen-komponennya.
2. Terdapat 2 fase dalam kromatografi kertas, yakni fase diam dan fase gerak.
3. Fase diam merupakan kertas yang terbuat dari selulosa.
4. Fase gerak merupakan pelarut dan/atau campuran pelarut.

3.2 Saran

Prosedur yang telah dijabarkan di atas sebaiknya dilakukan ketika menguji


suatu zat di lab. Melalui percobaan yang dilakukan sendiri maka kita dapat
membuktikan sendiri bahwa campuran zat akan dipisahkan oleh kromatografi
kertas dan prosedur berjalan dengan sesuai.

19
DAFTAR PUSTAKA

G. Svehla.1985. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro Dan


Semimikro Edisi Kelima. Jakarta: PT Kalman Media Pusaka.
Adamovics, John A.Chromatographic Analysis of Pharmaceutical: second
edition, Revised and Expanded. Princeton, New Jersey: Cytogen Corporation.
Harmita. 2006. Buku Ajar Analisis Fisikokimia. Depok: Departemen Farmasi
FMIPA UI

20

Anda mungkin juga menyukai