Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MENGENAI

PAH (polycyclic aromatic hydrocarbons) dan PCB (Polychlorinated Biphenyls)

OLEH KELOMPOK 2 (Kelas polutan 2)

ANGGA ANUGRAH MAKARAWUNG (20506007)

SUSANTI DJUBALE (19506027)

PETRA SINAULAN (20506006)

JENDRI KAPONA (16506033)

KELAS B

EKOTOKSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

FAKULTAS METEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah karena berkat dan karunia-NYA sehingga kami
selaku penulis dapat menyusun makalah tentang “PCB (Polychlorinated Biphenyls),
PAH (polycyclic aromatic hydrocarbons)” dengan baik. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas kami pada mata kuliah Ekotoksikologi. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan
makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
segala pihak. Namun, besar harapan penulis semoga makalah ini berguna bagi penulis
dan bagi pihak yang membacanya.

Rabu, 2 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

Cover…………………………………………………………………………………..1

Kata Pengantar…………………………………………………………………..2

Daftar isi…………………………………………………………………….….……..3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………...……….4


1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………5
1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………..…..5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Hidrokarbon Aromatik polisiklik (PAH)………………………………………..6

a. Sumber dan emisi polutan PAH……………………………………6


b. Transpor polutan PAH dalam lingkungan…………………………….…….7
c. Mekanisme Transpor……………………………………………….….7
d. Transformasi polutan Dalam Lingkungan…………………………….…….7
e. Nasib Polutan Dalam Lingkungan……………………………….……8
f. Farmakokinetika Polutan…………………………………………….….…..9
g. Fase Toksikokinetik………………………………………….........10

2.2 Bifenil Poliklotinasi (PCB)………………………………………………..11

a. Sumber dan emisi polutan PCB…………………………………………12


b. Transport polutan PCB dalam lingkungan……………………….12
c. Mekanisme transpor…………………………………………………….12
d. Transformasi polutan dalam lingkungan………………………….13
e. Nasib Polutan Dalam Lingkungan…………………………………………13
f. Farmakokinetika Polutan………………………………….…………14

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………15

3.1 Saran………………………………………………………………………16

Daftar Pustaka……………………………………………………………………17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Potensi pencemaran lingkungan yang ditimbulkan dari proses eksplorasi dan


produksi batu bara salah satunya adalah pencemaran tanah yang terkontaminasi oleh
senyawa Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAH). PAH adalah senyawa organik
yang tersebar luas di alam, yang mengandung dua atau lebih rantai benzena
(Munawir, 2007), dan memiliki berat molekul relatif tinggi, serta bersifat hidropobik
dengan kecenderungan berikatan dengan senyawa organik padat sehingga sulit untuk
diuraikan. Karena sifatnya yang resisten di alam, senyawa PAH merupakan senyawa
bersifat toksik terhadap lingkungan. Hasil penelitian menunjukkan tentang bahaya
senyawa PAH memiliki sifat karsinogenik dan meningkatkan risiko mutasi gen dalam
tubuh manusia. PAH dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui kontak dengan
kulit, terhirup atau melalui saluran percernaan.

PCB adalah senyawa kima beracun yang sangat berbahaya. Senyawa ini
mungkin belum banyak diketahui efeknya terhadap kesehatan di Indonesia. Tidak ada
data khusus yang menjelaskan seberapa PCB digunakan ataupun regulasi resmi yang
memperingatkan mengenai bahaya dari senyawa ini. Sebelum tahun 1970, PCB
banyak digunakan sebagai tambahan dalam berbagai industri, sebagai campuran
bahan isolator, konduktor, kondensor, pompa hampa udara, sistem hidraulik, sebagai
zat pewarna dalam tinta, sebagai bahan dasar kertas fotocopy, plastiser, perekat,
turbin transmisi gas, sistem pemindah panas, pelumas dan banyak lainnya (Hutzinger
et al., 1974). Hal ini disebabkan sifat senyawa ini yaitu mempunyai titik didih yang
tinggi dan tidak mudah menguap sehingga sesuai untuk alat listrik. Senyawa ini
termasuk bahan cemaran organik yang persisiten (POP’s) yaitu yang sukar diurai oleh
mikroorganime di alam. Kebanyakan dari senyawa POP’s dari hasil pengamatan
menunjukkan dapat mengganggu siklus reproduksi baik bagi manusia maupun
kehidupan organisme hidup lainnya (Colon and Smolen, 1996).

4
Masuknya PCB yang utama ke dalam lingkungan dihasilkan dari penguapan
selama pembakaran, bocoran, pembuangan cairan industri, dan buangan dalam
timbunan dan urugan tanah (Peakall, 1975). Produksi kumulatif PCB sejak tahun
1930 dihitung sekitar 1 juta ton dan kira-kira separuh dari jumlah ini telah dibuang
dalam urugan tanah (landfill) dan timbunan (dump) serta dipercaya telah terlepas
secara perlahan dari sistem ini (WHO, 1976). Dalam air laut , atmosfir merupakan
sumber yang dominan, dengan berbagai macam perbedaan komposisi campuran jenis
PCB apabila dibandingkan dengan PCB dari sungai atau yang berasal langsung dari
sumbernya (misalnya buangan industri), sehingga senyawa ini dapat digunakan
sebagai ‘tracers’. Disebabkan besarnya kisaran sifat fisika-kimianya
(Physicochemical), senyawa PCB banyak digunakan sebagai model senyawa untuk
dipelajari dan memperkirakan sifat geokimia dari senyawa organik lipofilik yang
lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan PCB (Polychlorinated Biphenyls) dan PAH
(polycyclic aromatic hydrocarbons)?
2. Bagaimana mekanisme PCB dan PAH dapat terjadi?
3. Darimana sumber kedua polutan tersebut berasal?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan PCB (Polychlorinated
Biphenyls) dan PAH (polycyclic aromatic hydrocarbons)
2. Untuk mengetahui mekanisme PCB dan PAH yang terjadi
3. Untuk mengetahui sumber dari kedua polutan tersebut

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hidrokarbon Aromatik polisiklik (PAH)

Senyawa PAH merupakan senyawa organik yang tersebar luas di alam, yang
mengandung dua atau lebih rantai benzene (Munawir, 2007), memiliki berat molekul
relatif tinggi dan bersifat hidropobik dengan kecenderungan yang saling berikatan
dengan senyawa organik padat lainnya sehingga sangat sulit untuk diraikan.
Kebanyakan senyawa ini sedikit terlarut dalam air. PAH merupakan senyawa bersifat
toksik terhadap lingkungan (Ahmad, 2012), karsinogenik, dan/atau mutagenik. Hal
ini didasarkan sifatnya yang hidrofobik dan tidak memiliki gugus metil atau gugus
reaktif lainnya untuk dapat diubah menjadi senyawa yang lebih polar. Akibatnya
senyawa PAH sangat sulit diekskresi dari dalam tubuh dan biasanya terakumulasi
pada jaringan hati, ginjal maupun adiposa atau lemak tubuh.

a. Sumber dan emisi polutan PAH

Polutan Hidrokarbon Aromatik polisiklik (PAH) dapat bersumber dari sumber


alami (alam) dan juga sumber dari manusia. Sumber PAH ini berkaitan dengan
pelepasan (emisi) dari bahan kimia ke dalam lingkungan yang dapat disebabkan oleh
aktivitas manusia itu sendiri dan disebabkan oleh alam.

Secara alami, pelepasan (emisi) dari suatu bahan kimia kedalam lingkungan
dapat disebabkan oleh: kebakaran hutan dan lahan, rembesan minyak, letusan gunung
berapi serta eksudat dari pohon (Gan et al., 2009; Haritash & Kaushik, 2009). Karena
sifatnya yang hidropobik, PAH lebih mudah bercampur dengan minyak daripada
tanah sehingga PAH di lingkungan biasanya ditemukan di subtansi berminyak,
endapan (sedimen), dan terakumulasi di tanah (Sarbini, 2012). Sedangkan pelepasan
(emisi) bahan kimia kedalam lingkungan yang disebabkan oleh ulah manusia, yaitu;
industri, pembangkit listrik dan panas, insenerasi sampah, pembakaran terbuka,
penambangan terbuka, asap kebakaran hutan, aspal petroleum, beberapa pelarut
komersial, kendaraan bermotor, transportasi pengangkutan minyak, batu bara, dan
lain sebagainya.

6
Salah satu sumber kontaminasi PAH terbesar di tanah adalah dari aktivitas
penambangan batu bara, pengolahan batu bara, pembuangan limbah penambangan
batu bara, penimbunan batu bara di stockpile serta tumpahan selama bongkar-muat
batu bara di pelabuhan dan kecelakaan transportasi pengangkutan batu bara (Mizwar
& Trihadiningrum, 2014).

b. Transpor polutan PAH dalam lingkungan

Sesudah diemisikan dari sumbernya, nasib suatu polutan saat akan masuk
kedalam lingkungan antara lain bergantung pada media transpor. Media transport ini
dapat berupa tanah, udara, air, makanan dan organisme. Jika bahan kimia sudah
berada dalam lingkungan maka bahan kimia tersebut dapat mengalami perubahan
menjadi bahan kimia yang lain.

c. Mekanisme Transpor

Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia alami/buatan manusia


masuk dan mengubah tatanan tanah alami (Halifah, 2012). Pencemaran tanah ini
biasanya terjadi karena adanya kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri,
penggunaan pestisida, masuknya air pencemar ke dalam lapisan sub-permukaan,
kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, air limbah dari penimbunan sampah, dan
penambangan terbuka (Halifah, 2012). Pencemaran tanah oleh PAH merupakan
masalah penting yang belum dapat diselesaikan hingga saat ini. Permasalahan
tersebut muncul karena tingginya aktivitas penambangan batu bara di Indonesia,
khususnya wilayah Kalimantan dan Sumatera (Mukaromah, 2012).

PAH di dalam tanah berasal dari aktivitas alami (pirogenik) seperti


kebakaran hutan dan letusan gunung berapi ataupun dari hasil kegiatan manusia
(antropogenik) berupa pembakaran tidak sempurna, kecelakaan transportasi,
insenerasi sampah, penimbunan, dan pembuangan limbah minyak dan batu bara.
Pencemaran ini dapat menyebabkan kerusakan tanah dan pencemaran lingkungan
sehingga menimbulkan efek yang tidak diinginkan.

d. Transformasi polutan Dalam Lingkungan

Secara alami PAH mengalami tranformasi dengan proses biotik dan abiotik
seperti penguapan, adsorpsi, fotolisis, oksidasi kimiawi, dan degradasi biologis (Lors
et al., 2012). Bamforth & Singleton (2005) dan Cerniglia (1992), mengemukakan
bahwa PAH merupakan senyawa dengan kelarutan yang rendah dalam air dan
resisten di alam. Resistensi PAH di alam dipengaruhi berbagai faktor utama seperti,

7
struktur kimia PAH, konsentrasi polutan, dispersi PAH, dan bioavailabilitas
kontaminan (Mizwar & Trihadiningrum, 2014). Secara umum, semakin tinggi berat
molekul PAH, maka sifat PAH tersebut semakin hidrofobik, toksik, dan resisten PAH
di lingkungan.

Pengangkutan dan perubahan bentuk bahan toksik di lingkungan baik di


udara, air, tanah maupun dalam tubuh organisme sangat dipengaruhi oleh sifat fisika-
kimia bahan tersebut. Bahan toksik yang ada di lingkungan pada umumnya
mengalami perpindahan dari satu bagian utama ekosfer ke bagian utama ekosfer
lainnya. Penyebaran bahan toksik di lingkungan perairan sangat dipengaruhi oleh
sejumlah proses pengangkutan seperti evaporasi (penguapan), presipitasi, pencucian
dan aliran. Penguapan akan menurunkan konsentrasi bahan toksik dalam air,
sedangkan presipitasi, pencucian dan aliran cenderung meningkatkan konsentrasi
bahan toksik.

e. Nasib Polutan Dalam Lingkungan

Polutan organik yang masuk ke dalam suatu ekosistem, dapat teruptake oleh
organisme, sebagai konsekuensi adanya mekanisme difusi pasif melalui natural
barrier (lipid bilayer). Sebagai contoh, masuknya polutan melalui daun dan akar
tumbuhan; melalui kulit, saluran pencernaan, dan paru-paru pada vertebrate; tracheae
pada invertebrate terestrial, dan insang pada ikan. Proses pergerakan polutan melalui
lipid bilayer tergantung pada solubilitas polutan. Polutan yang mempunyai
keseimbangan antara solubilitas dalam lipid dan air akan dengan mudah melalui lipid
bilayer. Selain itu, proses difusi juga ditentukan fluiditas lipid bilayer. Pada suhu
rendah, lipid bilayer kehilangan fluiditas, sehingga proses difusi tidak terjadi. Setelah
melalui proses uptake, selanjutnya, polutan tersebut dapat mengalami proses
distribusi, metabolisme, dan penyimpanan dalam tubuh organisme serta ekskresi dari
tubuh organisme. Keseluruhan proses ini disebut toksikokinetik.

Polutan organik dapat menyebabkan efek merugikan pada organisme. Selain


itu, berdasarkan konsep fugasitas (kecenderungan polutan (bahan kimia) untuk
berpindah dari satu fase ke fase yang lain), polutan organik dapat terakumulasi dalam
jumlah besar dalam tubuh organisme. Hal ini disebabkan tubuh organisme
mempunyai kapasitas yang besar untuk mengikat polutan organik, dengan adanya
jaringan lemak. Apabila organisme membutuhkan energi melalui proses katabolisme
lemak, polutan organik yang semula terikat pada jaringan lemak akan terurai.

8
f. Farmakokinetika Polutan

Farmakokinetika mempelajari kinetika polutan di dalam tubuh organisme.


Mulai dari portal entri, absorpsi, distribusi, metabolisme, ekskresi, sampai dengan
efek/respons tubuh terhadapnya. Oleh karena itu, efek biologis yang tampak atau
terjadi dalam tubuh sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti dosis, distribusi,
toleransi, nasib/perlakuan/fate, ekskresi, sensitivitas dan kumulasi. Yang dimaksud
dengan dosis adalah jumlah polutan yang masuk ke dalam tubuh, besar dan kecilnya
dosis ini akan menentukan efek atau respons. Efek yang terjadi akibat masuknya
polutan ke dalam tubuh akan sangat bervariasi karena banyak faktor yang ikut serta
menentukan, seperti halnya usia, jenis kelamin, berat badan, portal entri, frekuensi
paparan, interval waktu paparan, kecepatan organisme mengekskresikanya dan
kombinasi dengan zat lain.

 portal entri

Portal entri adalah pintu masuknya polutan ke dalam tubuh organisme.


Seperti yang telah dijelaskan dalam ekokinetika, polutan setelah
diemisikan dari sumbernya maka akan berakhir dalam jumlah yang
tersedia untuk terabsorpsi (teruptake) oleh organisme. Absorpsi ini dapat
terjadi lewat pintu masuk, yaitu: Mulut, oral atau saluran pencernaan,
Saluran pernapasan (inhalasi), Kulit/dermal, Daun/akar pada tumbuhan
dan lain-lain.

 fase eksposisi

Ketika polutan kontak dengan berbagai portal entri di atas, maka tahap ini
disebut fase eksposisi (pemaparan). Fase eksposisi terjadi ketika ada kotak
antara polutan dengan organisme atau dengan kata lain, terjadi paparan
polutan pada organisme. Paparan ini dapat terjadi melalui kulit, oral,
saluran pernafasan (inhalasi) atau penyampaian polutan langsung ke
dalam tubuh organisme (injeksi) (Wirasuta, 2006).

 Absorpsi polutan

Absorpsi adalah proses masuknya (terserapnya) polutan ke dalam tubuh


organisme. Absorpsi dapat terjadi karena adanya berbagai mekanisme
dalam tubuh yang memungkinkan terjadinya transpor polutan dari satu
tempat ke tempat lain. Mekanismenya dapat berlangsung antara lain :

9
1. Difusi pasif yaitu pergerakan molekul melintasi membran sel melalui
gradient konsentrasi tanpa memanfaatkan energi seluler.
2. Difusi aktif yaitu pergerakan molekul dari area dengan konsentrasi
lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi dengan bantuan carrier
(protein pembawa) dalam membran sel, menggunakan energi seluler.
3. Transpor aktif yaitu perpindahan molekul melintasi membran sel
terjadi melawan gradien konsentrasi sehingga, memerlukan energi
untuk mengangkut molekul melintasi membran.

g. Fase Toksikokinetik

Setelah melalui beberapa proses absorpsi, polutan tersebut akan mengalami


proses distribusi, metabolisme, dan penyimpanan serta ekskresi dari tubuh organisme.
Keseluruhan dari proses ini disebut fase toksikokinetik.

 Distribusi polutan

Absorpsi polutan ke dalam tubuh organisme akan berlanjut dengan proses


distribusi polutan ke berbagai organ tubuh. Distribusi ini sangat ditentukan
oleh afinitas polutan terhadap organ dan spesifitas. Distribusi ini
terlaksana dengan cepat apabila polutan dapat memasuki peredaran darah
dan bersama darah akan terdistribusi ke seluruh tubuh. Mekanisme
transpor dalam distribusi ini sama dengan mekanisme transpor pada
absorpsi.

 Metabolisme polutan

Semua polutan yang memasuki tubuh akan mengalami perlakuan tertentu


atau mengalami proses metabolisme. Hal ini sering juga disebut sebagai
nasib (fate) dari polutan di dalam tubuh organisme. Metabolisme diartikan
sebagai biotransformasi polutan akibat proses seluler. Biodegradasi
merupakan proses alami oleh mikroorganisme yang menggunakan
hidrokarbon sebagai sumber makanan dan menghasilkan karbondioksida,
air, biomassa, dan senyawa oksidasi lain dari hasil metabolismenya.
Proses biodegradasi merupakan salah satu oksidasi dasar, dimana enzim
bakteri mengkatalisis perempatan oksigen dalam hidrokarbon, sehingga
molekul dapat digunakan dalam metabolisme seluler. Beberapa molekul
didegradasi secara sempurna menjadi CO₂ dan H₂O, sedangkan yang lain
diubah dan digabungkan menjadi biomassa. Keberhasilan proses

10
biodegradasi banyak ditentukan oleh aktivitas enzim. Untuk itu perlu
dicari mikroorganisme yang berpotensi menghasilkan enzim pendegradasi
hidrokarbon (PAH), kemudian aktivitasnya dioptimasikan dengan
pengaturan kondisi dan penambahan suplemen yang sesuai (Sarbini,
2012).

 Ekskresi polutan

Ekskresi merupakan bagian dari metabolisme yakni mengeluarkan zat


(metabolit) yang tidak terpakai oleh tubuh ataupun racun yang memasuki
tubuh. Beberapa vertebrata akuatik dapat mengekskresikan polutan
lipofilik melalui difusi. Ikan dapat mengekskresikan polutan melalui
insang, sedangkan katak melalui kulit yang permeabel. Burung dan
mamalia air tidak mempunyai kulit yang permeabel, sehingga ekskresi
polutan dilakukan melalui organ-organ ekskresi misalnya dalam bentuk
feses, urin, keringat, dll.

2.2 Bifenil Poliklotinasi (PCB)

Bifenil Poliklotinasi (PCB) adalah suatu senyawa organoklorine selain


mempunyai sifat racun yang sama dengan pestisida, juga mempunyai sifat yang
persisten di alam. Polychlorinated biphenyls (PCBs) merupakan senyawa
organoklorin yang mempunyai sifat racun yang sama dengan peptisida dan
mempunyai sifat yang persisten atau sukar di pecah dialam di alam. PCB umumnya
banyak digunakan dalam beberapa produk komersial. Banyak dari barang atau
peralatan ini yang dulunya digunakan sekarang dibawah otoritas peraturan federal
dan negara. Penggunaan PCB hanya dibolehkan dibawah kondisi tertentu dalam
skenario yang terbatas. Karena PCB digunakan secara meluas dalam peralatan yang
sampai sekarang masih tersedia, buangan minyak dari peralatan semacam ini
mengandung konsentrasi PCB yang dapat dideteksi.

11
a. Sumber dan emisi polutan PCB

Limbah mengandung berbagai macam bahan kimia yang bersifat toksik. Salah
satunya adalah Polychlorinated biphenyls (PCB) yang merupakan satu senyawa
organik persisten Persistence Organic Pollutant (POPs). PCB adalah sebuah
kelompok xenobiotik dari hidrokarbon aromatik terhalogenasi, merupakan
kontaminan lingkungan yang sangat berbahaya dan terdapat dimana-mana,
penyebarannya luas dan bersifat persisten. Expose dan kontaminasi PCB melalui
udara, makanan dan minuman yang terkontaminasi, kontak kulit dengan alat listrik
tua yang mengandung PCB. Dan PCB dapat ditranfer oleh ibu pada anaknya melalui
ASI. Ini yang sangat berbahaya, Lesmana et al., 2012 menemukan di dalam penelitian
tikus menyusui yang diexpose Oh-PCB dengan dosis yang sangat kecil dapat
meningkatkan kadar dopamine dan menggangu fungsi SSP yang sifatnya sex
dependent (terutama pada lelaki). Tingginya kadar dopamine ini akan menyebabkan
sifat hyperaktif. 

b. Transport polutan PCB dalam lingkungan

Transpor polutan PCB kedalam lingkungan terjadi disebabkan karena adanya


penggunaan yang terus menerus dari alat-alat elektronika model lama seperti
kapasitor dan transformer ataupun “carbonless paper” dari hasil buangan limbah dari
darat yang mana dalam pembuatannya menggunakan bubuk PCB. Bubuk PCB
banyak digunakan karena mempunyai titik leleh yang tinggi, tidak mudah menguap
pada suhu kamar jadi baik untuk penggunaan alat-alat elektronik yang membutuhkan
temperatur yang tinggi. Tampaknya masih banyak penggunaan alat elektronika yang
menggunakan senyawa PCB yang berasal dari kebanyakan aktivitas darat yang
akhirnya menyebabkan pencemaran terhadap perairan.
c. Mekanisme transpor
Adanya PCB dalam air laut adalah karena proses “leaching” yang berasal dari
darat yang diakibatkan oleh kegiatan industri yang menggunakan senyawa PCB, dan
ada juga yang berasal dari buangan akibat penggunaan alat kapasitor dan transformer
dalam alat ini yang mengandung senyawa PCB.

12
d. Transformasi polutan dalam lingkungan
PCB mengalami bioakumulasi dan biomagnifikasi dalam rantai makanan
mulai dari tingkat rendah sampai tinggi, yang akhirnya berkaitan dengan efek
terhadap kesehatan manusia dan hewan (Miller et al., 2012). Efek ini berpotensi
menguat dan meningkat selama perkembangan organisme hidup (Koibuchi dan
Iwasaki 2006). Selanjutnya pada manusia, PCB terutama disimpan dalam jaringan
adiposa, dengan eliminasi waktu paruh 6-10 tahun. PCB dapat memasuki udara, air
dan tanah selama penggunaan manufaktur dan pembuangan; dari tumpahan yang
disengaja dan kebocoran selama transportasi, dan dari kebocoran atau kebakaran pada
produk yang mengandung PCB. PCB masih dapat dilepaskan ke lingkungan dari situs
limbah berbahaya; pembuangan ilegal atau tidak benar dari limbah industri dan
produk konsumen; kebocoran dari transformator listrik tua yang mengandung PCB,
juga pembakaran beberapa limbah. PCB tidak siap memecah di lingkungan dan
dengan demikian mungkin tetap ada untuk waktu yang sangat lama.
e. Nasib Polutan Dalam Lingkungan

PCB umumnya banyak digunakan dalam beberapa produk komersial. Banyak


dari barang atau peralatan ini yang dulunya digunakan sekarang dibawah otoritas
peraturan federal dan negara. Penggunaan PCB hanya dibolehkan dibawah kondisi
tertentu dalam skenario yang terbatas. Karena PCB digunakan secara meluas dalam
peralatan yang sampai sekarang masih tersedia, buangan minyak dari peralatan
semacam ini mengandung konsentrasi PCB yang dapat dideteksi. Sifat PCB adalah
sebagai berikut; Senyawa organik buatan, berbentuk cairan ataupun padatan,
memiliki titik didih tinggi, tidak mudah menguap. Struktur PCB sangat stabil dan
sulit terurai di lingkungan à termasuk dalam POP’s (Persisten Organics Polutan) PCB
mempunyai half life yang panjang (8 sampai 10 tahun) tidak larut dalam air.

13
f. Farmakokinetika Polutan
 Portal entri

Pengertian portal entri ini sama dan penjelasan pada bagian sebelumnya,
yaitu pada bagian 2.1. Portal entri adalah pintu masuknya xenobiotik
kedalam tubuh organisme. Beberapa portal entri yang penting menurut
Slamet 1994 diantaranya: 1. Oral Pintu masuk melalui mulut dan masuk
ke dalam saluran pencernaan. Portal entri ini sering dipakai xenobiotik,
akan tetapi xenobiotik yang masuk tidak akan mudah mencapai peredaran
darah. 2. Inhalasi Yaitu masuknya xenobiotik lewat saluran pernafasan.
Portal entri ini akan memudahkan xenobiotik masuk kedalam peredaran
darah karena tipisnya dinding paru-paru yang berhadapan dengan dinding
kapiler darah yang juga hanya terdiri dari selapis sel. 3. Insang Insang
pada ikan yang dewasa mempunyai luas permukaan terbesar di seluruh
tubuhnya. Racun dengan demikian dapat mudah masuk ke dalam tubuh
insang lewat ikan. Universitas Sumatera Utara 4. Dermal Xenobiotik yang
memasuki tubuh lewat dermal akan lebih mudah memasuki peredaran
darah jika dibandingkan dengan melalui oral. 5. Parenteral Xenobiotik
masuk ke dalam tubuh melalui suntikan dan dapat langsung masuk ke
dalam peredaran darah.

 Fase eksposisi

Fase eksposisi disebut juga fase farmasetika. Faktor-faktor yang


mempengaruhi sifat polutan tersebut adalah atmosfer, air dan biota.
Transportasi dan transformasi zat/polutan di lingkungan berhubungan erat
dengan sifat-sifat fisikokimia polutan; proses transportasi polutan di
lingkungan dan transformasi polutan yang terjadi di lingkungan.
 Absorpsi polutan

Beberapa peneliti menemukan bahwa fly ash bisa menjadi absorbent untuk
pengolahan air limbah untuk menghilangkan berbagai macam senyawa
organic dan warna. Mereka menyimpulkan fly ash mempunyai kapsitas
adsorpsi untuk menghilangkan senyawa organic dari larutan. Komponen
pokok dari fly ash adalah aluminium, silicon, besi oksida, kalsium oksida
dan carbon.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

PAH merupakan senyawa bersifat toksik terhadap lingkungan (Ahmad, 2012),


karsinogenik, dan/atau mutagenik. Hal ini didasarkan sifatnya yang hidrofobik dan
tidak memiliki gugus metil atau gugus reaktif lainnya untuk dapat diubah menjadi
senyawa yang lebih polar. Akibatnya senyawa PAH sangat sulit diekskresi dari dalam
tubuh dan biasanya terakumulasi pada jaringan hati, ginjal maupun adiposa atau
lemak tubuh.

Polychlorinated biphenyls (PCB) merupakan senyawa organoklorin yang


mempunyai sifat racun yang sama dengan peptisida dan mempunyai sifat yang
persisten atau sukar di pecah dialam di alam. PCB adalah senyawa kima beracun
yang sangat berbahaya. Masuknya PCB yang utama ke dalam lingkungan dihasilkan
dari penguapan selama pembakaran, bocoran, pembuangan cairan industri, dan
buangan dalam timbunan dan urugan tanah. Dampak PCB antara lain; dapat memicu
terjadinya kanker dengan mengganggu kerja hormon. Expose dan kontaminasi PCB
melalui udara, makanan dan minuman yang terkontaminasi, kontak kulit dengan alat
listrik tua yang mengandung PCB, dan sebagainya. Selanjutnya dampak PCB
terhadap air laut adalah dapat larut dalam air dan berikatan dengan sedimen ataupun
terjadi akumulasi di dalam tubuh organisme laut, sehingga diperoleh organisme
karnivora memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan organisme
herbivora.

15
3.2 Saran
Dampak PCB dan PAH hendaknya mendapat perhatian agar langkah untuk
mencegah terjadinya musibah yag disebabkan oleh PCB dan PAH dapat dihindari,
yaitu dengan melakukan monitoring dan penelitian yang berkelanjutan, minimal PCB
dan PAH dapat dikenal secara umum oleh masyarakat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Rinawati, R. (2017). GREEN ANALYTICAL CHEMISTRY: SOLID PHASE


MICROEXTRACTION (SPME) DAN PRESSURIZED FLUID
EXTRACTION (PFE) UNTUK PENENTUAN POLSIKLIK
AROMATIK HIDROKARBON (PAH). Analit: Analytical and
Environmental Chemistry, 2(01), 63-71.

Diakses pada: http://repository.lppm.unila.ac.id/5329/

Waters, P. J. (2015). Kandungan dan Sumber Asal Senyawa Polisiklik Aromatik


Hidrokarbon (PAH) dalam Sedimen di Perairan Pakis Jaya, Kabupaten
Karawang. Jurnal Akuatika Vol. VI No, 95, 106.

Diakses pada: http://jurnal.unpad.ac.id/akuatika/article/view/7482/3438

Edward, E. (2016). Kontaminasi senyawa poliklorobifenil (PCB) pada kerang hijau,


Perna viridis dari Teluk Jakarta. Depik, 5(1).

Sinaga, B. P. (2015). Remediasi Tanah Terkontaminasi Polycyclic Aromatic


Hydrocarbon (PAH) Dengan Penambahan Surfaktan Pada Metode Co-
Composting (Doctoral dissertation, Institut Technology Sepuluh
Nopember).

Pribadi, M., Sains, P. K. F., Tarumingkeng, I. R. C., Coto, I. Z., & Hardjanto, I.
(2004). VARIABILITAS PCBS DI DALAM ORGANISMA LAUT
DITINJAU DARI KOMPOSISI LEMAK.

17

Anda mungkin juga menyukai