Kelompok 6
Nama Anggota:
2017/2018
DAFTAR ISI
Sampul ...................................................................................................................................................... 1
Fenol.............................................................................................................................................. 5
Fotokatalitik .................................................................................................................................. 6
Biodegradasi.................................................................................................................................. 6
TiO2 ............................................................................................................................................... 7
Metodologi Fotolatalitik................................................................................................................ 9
Page | 2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia selain membawa keuntungan juga membawa
dampak negative bagi lingkungan sekitar misalnya pencemaran oleh limbah industri di
mana limbah industri ini dapat berbentuk cair, padat, dan gas. Air merupakan salah satu
sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh manusia, hewan dan tumbuhan. Limbah
cair merupakan unsur pencemaran yang sangat potensial bagi lingkungan air, dimana
limbah cair merupakan limbah yang sangat berbahaya dan sulit di degradasi.
Industri jamu merupakan salah satu industri yang banyak menghasilkan limbah
cair. Limbah cair industri jamu mengandung bahan organik dan bahan berbahaya seperti
fenol dan turunannya yang berasal dari bahan baku tanaman obat yang dipakai.
Kehadiran fenol dan turunannya pada badan air memiliki efek serius terhadap kehidupan
mikroorganisme meskipun pada konsentrasi yang relative rendah (Kibret et. al., 2000;
Chung et. al., 2003; Kumar et. al., 2005).
Limbah fenol tergolong limbah berbahaya, bersifat racun dan korosif. Apabila
mencemari perairan dapat menimbulkan rasa dan bau tidak sedap, serta pada nilai
konsentrasi tertentu dapat menyebabkan kematian organisme di perairan tersebut. Selain
itu apabila terminum dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada manusia seperti
gangguan pada otak, paru-paru, ginjal dan limpa serta dapat menyebabkan kegagalan
sirkulasi darah dan kematian akibat kegagalan pernafasan. Untuk itu diperlukan suatu
pengolahan, sebagai usaha menurunkan kadar fenol dalam air limbah sehingga menjadi
aman bagi lingkungan (Ariyani, 2011)
Pada dasarnya fenol dapat terdegradasi secara alamiah oleh cahaya matahari
(fotodegradsi), namun berlangsung secara lambat sehingga mengakibatkan akumulasi
yang lebih cepat dari pada degradasinya. Peningkatan efektivitas fotodegradasi fenol
dapat dilakukan dengn menggunakan fotokatalis seperti TiO2, karena mempunyai struktur
semikonduktor yaitu struktur elektronik yang dikarakterisasi oleh adanya pita valensi
(valence band; vb) terisi dan pita konduksi (conduction band ; cb) yang kosong. Kedua
pita tersebut dipisahkan oleh energi celah pita (band gap energy ; Eg). Eg TiO2 jenis
Page | 3
anatase sebesar 3.2 eV dan jenis rutile sebesar 3.0 eV, sehingga jenis anatase lebih foto
reaktif dari pada jenis rutile (Hoffmann et al., 1995; Fujishima et al., 1999).
Selain menggunakan fotokatalis TiO2, metode lain yang di gunakan adalah
dengan biodegradasi, yaitu dengan memanfaatkan aktivitas mikroba pendegradasi fenol.
Penggunaan mikroba dalam mengatasi pencemaran fenol di lingkungan dimungkinkan
sangat potensial. Hal tersebut disebabkan banyaknya lingkungan yang tercemar fenol,
sehingga banyak mikroba yang menggunakan fenol sebagai sumber karbon tunggal dan
sumber energy baik anaerob maupun aerob. Kelebihan penggunaan bakteri dalam proses
degradasi fenol adalah bakteri mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar
terhadap lingkungan. Selain itu bakteri ini juga tidak memerlukan tempat yang besar
untuk tumbuh, sehingga mudah ditumbuhkan dalam media buatan dan tingkat
pembiakannya relative cepat (‘Ulya, 2012).
Dengan menggabungkan kedua metode yaitu metode fotokatalitik dan metode
biodegradasi, diharapkan dapat menguraikan senyawa fenol dalam limbah jamu, sehingga
kadar fenol dalam limbah jamu sangat kecil atau limbah tersebut bebas dari senyawa
fenol.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah metode fotokatalitik dan biodegradasi dapat mendegradasi fenol?
2. Bagaimana cara menghasilkan limbah cair yang aman untuk lingkungan?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendegradasi senyawa fenol dalam limbah jamu.
2. Mengkombinasikan metode fotokatalitik dan biodegradasi untuk mendegradasi fenol
dalam limbah jamu.
D. Manfaat Penelitian
1. Limbah lebih aman untuk dibuang ke lingkungan sesuai SNI
2. Pengolahan limbah lebih murah dan sederhana.
Page | 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Limbah Cair
Air limbah (waste water) adalah kotoran dari masyarakat, rumah tangga dan juga yang
berasal dari industri, air tanah, air permukaan, serta buangan lainnya (Sugiharto, 1987).
Begitupun dengan Metcalf & Eddy (2003) mendefinisikan limbah berdasarkan titik
sumbernya sebagai kombinasi cairan hasil buangan rumah tangga (permukiman), instansi
perusahaaan, pertokoan, dan industri dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan.
2. Fenol
Senyawa fenol dan turunanya misalnya p-klorofenol, dalam perairan diketahui sebagai
polutan yang berbahaya karena bersifat karsinogenik (pemicu kanker) dan beracun (U.S.
EPA, 1996). Senyawa p-klorofenol atau 4-klorofenol merupakan fenol yang tersubtitusi oleh
klor pada posisi para yang mempunyai rumus molekul C6H4OHCl sebagai berikut:
Pembakaran terhadap senyawa p-klorofenol akan menghasilkan HCl dan Cl2 yang
bersifat racun dan korosif. Senyawa para-klorofenol sangat berbahaya bagi manusia, antara
lain jika terhirup dapat mengganggu pernapasan, kontak dengan mata dapat menyebabkan
iritasi, jika kontak dengankulit dapat menyebabkan kulit melepuh dan sangat beracunjika
tertelan.
Tindakan pencegahan untuk keselamatan adalah setelah kontak dengan kulit, maka kuilit
harus segera dicuci dengan air yang cukup. Senyawa fenol dapat mengalami oksidasi
sehingga dapat berperan sebagai reduktor. Fenol dan p-klorofenol teroksidasi sebenarnya
dapat mengalami biodegradasi oleh karena adanya bakteri tertentu, namun pada umumnya
semakin banyak jumlah klor yang terikat pada fenol, maka laju biodegradasi aerobik semakin
menurun. Senyawa p-klorofenol dalam suasana asam lebih mudah melepaskan ion klorida
Page | 5
dari pada suasana basa, sehingga pada suasana asam p-klorofenol lebih mudah menjadi
senyawa fotoaktif dan mudah terdegradasi menjadi senyawa lain yang lebih sederhana.
Senyawa pklorofenol dapat mengalami reaksi fotooksidasi menjadi hidrokuinon,
pbenzokuinon, p-klorokatekol dan asam-asam karboksilat, dan jika fotodegradasi berlangsung
secara sempurna maka akan menghasilkan CO2, HCl, dan H2O (Hoffman et., 1997; Alemany
et al., 1997; dan Burrows et al., 1998).
3. Fotokatalitik
Fotokatalisis adalah reaksi perpaduan antara fotokimia dan katalis. Proses reaksi
fotokimia melibatkan suatu cahaya (foto). Fotokatalisis sendiri adalah suatu proses yang
dibantu oleh adanya cahaya dan material katalis. Katalis adalah suatu zat yang mempengaruhi
proses laju reaksi tanpa ikut berubah secara kimia. Katalis dapat mempercepat fotoreaksi
melalui interaksinya dengan substrat baik keadaan dasar maupun tereksitasi atau dengan
fotoproduk utamanya, tergantung pada mekanisme fotoreaksi tersebut (Otmer dan Kirk,
1994).
Proses fotokatalitik dengan katalis semikonduktor TiO2 merupakan salah satu metode
alternatif yang prospektif untuk mengatasi masalah campuran limbah yang kompleks, karena
beberapa hal diantaranya:
Biodegradasi dapat diartikan sebagai proses penguraian oleh aktivitas mikroba, yang
mengakibatkan transformasi struktur suatu senyawa sehingga terjadi perubahan integritas
molekuler (Sheehan 1997 dalam Sumarsono, 2011). Dalam proses biodegradasi terjadi
konversi yang lengkap dari bahan-bahan kimia yang komplek menjadi produk-produk yang
Page | 6
termineralisasi seperti air (H2O) dan karbondioksida (CO2) (Fingerman dan Nagabhushanam,
2005 dalam Sumarsono 2011).
5. TiO2
Titanium dioksida (TiO2) merupakan oksida logam Ti (Titanium) yang paling banyak
dijumpai (Greenwood dan Earnshaw, 1997). Titanium dioksida dikenal sebagai senyawa
dioksida berwarna putih yang tahan karat dan tidak beracun. Berdasarkan sifatnya ini TiO2
telah lama digunakan sebagai bahan pemberi warna (pigmen) putih pada makanan maupun
produk kosmetik. Konfigurasi elektron atom titanium (22Ti) adalah
1s2,2s2,2p6,3s2,3p6,4s2,3d2. Sementara atom oksigen (8O) yaitu 1s2,2s2,2p4. Secara
sederhana orbital molekul TiO2 terbentuk antara ikatan kulit 3d Ti dengan kulit 2p O. Tingkat
energi kulit 3d menjadi daerah konduktif molekul sedangkan kulit 2p menjadi area valensi
molekul. Titanium dioksida (TiO2) secara mikroskopis memiliki dua bentuk utama yaitu
kristal dan amorf (Gunlazuardi, 2001). Titanium dioksida (TiO2) amorf seperti layaknya
senyawa amorf lain tidak memiliki keteraturan susunan atom sehingga bahan tersebut tidak
memiliki keteraturan pita konduksi dan valensi, akan tetapi TiO2 amorf juga dikenal memiliki
kemampuan untuk mendegradasi polutan dalam waktu yang tidak singkat.
Page | 7
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Metodologi Biodegradasi
Uji kemampuan degradasi fenol dilakukan dengan cara mengambil 1 ose bakteri
pendegradasi fenol kemudian diinokulasikan pada medium ramsay dengan konsentrasi fenol
500 ppm. Dishaker selama 48 jam pada suhu ruang dan kemudian dihitung kadar fenol yang
masih terkandung didalamnya dengan menggunakan metode folin-ciocalteau dengan
menggunakan fenol sebagai standar dengan konsentrasi 40 ppm, 80 ppm, 120 ppm, 160
ppm, dan 200 ppm . Diperiksa pada absorbansi sampel pada 750 nm menggunakan
spektrofotometer UVVIS.
Uji laju degradasi fenol dilakukan dengan cara mengambil 1 ose isolat 6 isolat
pendegradasi fenol kemudian diinokulasi pada medium ramsay cair ditambahkan fenol
500 ppm. Diinkubasi pada shaker inkubator pada suhu ruang dengan kecepatan 200 rpm
selama 48 jam. Diperiksa kadar fenol sampel dengan menggunakan metode folin
ciocalteau pada absorbansi 750 nm menggunakan spektrofotometer UV-VIS dan dihitung
laju degradasi dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
S0 – S1 S0 : ppm fenol awal
t S1 : ppm fenol akhir
t : waktu inkubasi
Page | 8
D. Karakterisasi Bakteri
2. Metodologi Fotokatalitik
Reaktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah reaktor fotokatalitik yang bekerja
secara batch. Reaktor terbuat dari tabung Pyrex dengan volume sekitar 500 ml, yang
dilengkapi dengan pengaduk magnetic dan sejumlah lampu UV jenis black light (10 watt).
Lampu UV dipasang pada bagian atas reaktor dengan jarak sekitar 5 cm. Di sekeliling
reaktor dipasang reflektor dari aluminium untuk mengoptimalkan kontak antara sinar UV
dengan reactor
A. Preparasi Katalis
Katalis yang digunakan dalam penelitian ini adalah katalis komersial serbuk. Preparasi
katalis TiO2 dimulai dengan mencampurkan serbuk TiO2 sebanyak 4,74 g ke dalam 10 mL
etanol. Kemudian larutan diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer.
Limbah sebelumnya sebanyak 300 mL yang telah diuji laju degradasi fenol dimasukkan
ke dalam reaktor yang telah diberi katalis TiO2, kemudian dilakukan pengaturan pH dengan
menambahkan HCl atau NaOH. Selanjutnya pengaduk magnetik dihidupkan dan lampu UV
dinyalakan selama 3 jam. Pengambilan sampel limbah dari reactor dilakukan setiap 20 menit
pada 1 jam pertama dan setiap 60 menit pada 2 jam terakhir. Kemudian sampel dianalisis
dengan UV-VIS Spectrophotometer pada panjang gelombang 500 nm.
Page | 9
DAFTAR PUSTAKA
Page | 10