Kelompok 1
1. Pada pemilihan jenis limbah padat dan gas, karakteristik jenis pengolahan nya itu
gimana untuk menentukan metode teknologi yang cocok?
Karakteristik fisik dari limbah terbagi dalam beberapa macam atau jenis, diantaranya sebagai
berikut :
1. ZAT PADAT
Karakteristik dari limbah yang paling mudah untuk dideteksi adalah zat padat, total dari zat padat
biasa disebut zat solid, yang artinya seluruh zat padat yang tetap ada sebagai suatu residu.
Setelah proses pemanasan mencapai suhu 103-105 derajat celcius di dalam sebuah laboratorium.
Sehingga zat tersebut tidak akan hancur walaupun dengan suhu panas rendah.
2. BAU
Hal yang paling khas dari limbah atau sampah adalah bau, bau adalah efek yang ditimbulkan dari
limbah. Karena merupakan sisa-sisa maka sampah atau limbah akan menimbulkan bau tak sedap.
Bau itu dihasilkan oleh gas hasil dari dekomposisi atau penguraian dari zat organik, yang
terdapat di dalam air limbah.
Jenis gas yang dapat menimbulkan bau di dalam air limbah yaitu antara lain amonia dan senyawa
organik sulfida. Sulfida ini biasanya ditemukan di perairan yang kotor sebagai dekomposisi,
senyawa organik dan juga sampah industri. Sehingga biasanya anda akan mencium bau tak
sedap, jika melewati sungai yang penuh dengan limbah.
3. SUHU
Suhu pada air limbah biasanya akan lebih tinggi dibandingkan suhu yang ada di sekitarnya. Suhu
yang tinggi tersebut akan menurunkan kadar DO dan dapat dideteksi dengan mudah dengan
menggunakan termometer biasa.
Konsentrasi bahan pencemar dalam udara dipengaruhi berbagai macam faktor antara lain:
volume bahan pencemar, sifat bahan, kondisi iklim dan cuaca, topografi.
1. Oksida Nitrogen
Oksida nitrogen lazim dikenal dengan NO.bersumber dari instalasi pembakaran pabrik dan
minyak bumi. Dalam udara, NO dioksidasi menjadi NO2 dan bila bereaksi dengan hidrokarbon
yang terdapat dalam udara akan membentuk asap. NO2 akan berpengaruh terhadap tanam-
tanaman dan sekaligus menghambat pertumbuhan. Pabrik yang menghasilkan NO di antaranya
adalah pabrik pulp dan rayon, almunium, turbin gas, nitrat, bahan peledak, semen, galas,
batubara, timah hitam, song dan peleburan magnesium.
2. Fluorida
Fluorida adalah racun bersifat kumulatif dan dapat berkembang d atmosfer karena amat
reaktif.Dalam bentuk fluorine, zat ini tidak dihisap tanah tapi langsung masuk ke dalam daun-
daun menyebabkan daun berwarna kuning kecoklatan.Binatang yang memakan dedaunan
tersebut bisa menderita penyakit gigi rontok. Pabrik yang menjadi sumber fluor antara lain
pabrik pengecoran aluminium pabrik pupuk, pembakaran batubara, pengecoran baja dan lainnya
3. Sulfur dioksida
Gas SO2 dapat merusak tanaman, sehingga daunnya menjadi kuning kecoklatan atau merah
kecoklatan dan berbintik-bintik.Gas ini juga menyebabkan hujan asam, korosi pada permukaan
logam dan merusak bahan nilon dan lain-lain.
2. Pada pengolahan limbah padat organik, itu kan ditimbun. Nah keuntungan
positifnya itu kan dapat menimbulkan zat hara. Dampak negatif nya itu apa dari
pengolahan tersebut?
Limbah pasti akan berdampak negatif pada lingkungan hidup jika tidak adapengolahan yang
baik dan benar, dengan adanya limbah padat didalam linkunganhidup maka dapat
menimbulkan pencemaran seperti :
3. Apakah limbah organik bisa menjadi potensi sumberdaya alam atau sumber daya
terbarukan?
bisa, contohnya biogas dan biomassa. Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable)
yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme
tertentu pada kondisi yang relatif sangat kurang oksigen (anaerob), atau yang lebih kita
kenal sebagai proses fermentasi. Bahan baku untuk menghasilkan biogas dapat berasal
dari kotoran ternak (sapi, kerbau, babi, kuda, dan unggas), limbah industri ( industri tahu,
tempe, kecap, brem, ikan pindang, dan sejenisnya), kotoran manusia, dan sampah organik
lainnya seperti sampah rumah tangga dan bahkan daun-daun kering. Perbedaan sumber
kotoran/limbah/sampah yang digunakan akan mempengaruhi kualitas biogas yang
dihasilkan. Sebagai sumber energi terbarukan, biogas memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan bahan bakar fosil yang sekarang kita gunakan (bensin dan gas alam). Oleh
karena berasal dari bahan baku organik yang terus menerus ada, biogas dapat kita
produksi terus menerus. Dan karena bahan bakunya berasal dari barang sisa (limbah dan
sampah), maka sangat membantu dalam pengelolaan limbah dan sampah terpadu untuk
mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat. Terlebih lagi, biogas sangat ramah
lingkungan alias bebas polusi karena tidak menghasilkan asap seperti pada pembakaran
bensin. Biomassa adalah jenis energi terbarukan yang mengacu pada bahan biologis yang
berasal dari organisme yang hidup atau belum lama mati. Sumber biomassa antara lain
bahan bakar kayu, limbah dan alkohol. Pembangkit listrik biomassa di Indonesia seperti
PLTBM Pulubala di Gorontalo yang memanfaatkan tongkol jagung.
Kelompok 2
1. Bagaimana cara menghilangkan paritukar dalam limbah buangan gas?
a) Filter Udara
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak
ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari
cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau
sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan yang
baru.Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang keluar dari
proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan
lain sebagainya
b) Pengendap Siklon
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam
gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon
adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan
melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke
bawah.Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u –
40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.
c) Filter Basah
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja filter
basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari
bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang
berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah.Untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter
basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut
menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan.
d) Pegendap Sistem Gravitasi
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang ukuran
partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana
sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian
rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop),
zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan
pengendapan tergantung pada dimensi alatnya.
e) Pengendap Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam
jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap
air.Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini
sudah relatif bersih.
Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai
tegangan antara 25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana
dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan
pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan
yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat silinder.
Hal ini menyebabkan udara kotor seolah – olah mengalami ionisasi. Kotoran udara
menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan
menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh
dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan
kemudian terhembus keluar.
Dampak kesehatan yang ditimbulkan dari limbah pabrik ini antara lain adalah sebagai
berikut:
Timbul sampah yang dapat menimbulkan penyakit yang berhubungan dengan tikus.
Timbul sampah yang akan menjadi tempat perkembangbiakan lalat sehingga mudah
menularkan infeks.
Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah. Hal
ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier
cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.
Kelompok 3
1. Adakah contoh real mekanisme pengolahan limbah gas?
Tidak ada
2. Pada pengolahan limbah kenapa harus dengan cara penimbunan terbuka? Kenapa
kalau penimbunan tertutup?
Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka
(open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode penimbunan terbuka, sampah
dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang yang dibuat pada suatu lahan, biasanya di
lokasi tempat pembuangan akhir (TPA).Metode ini merupakan metode kuno yang sebenarnya
tidak memberikan banyak keuntungan. Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kurnan
penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah
organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah
terbakar.Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah
serta air.Bersama rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan.
Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open dumping menyebabkan
dikembangkan metode penimbunan sampah yang lebih balk, yaitu sanitary landfill. Pada metode
sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan lempung dan lembaran
plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah.Sampah yang ditimbun dipadatkan,
kemudian ditutupi dengan lapisan tanah tipis setiap hari. Hal ini akan mencegah tersebarnya gas
metan yang dapat mencemari udara dan berkembangbiaknya berbagai agen penyebab penyakit.
Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem lapisan ganda (plastik – lempung –
plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang
terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk
menghasilkan listrik.
Di sebagian besar negara maju, penimbunan sampah dengan metode open dumping telah banyak
digantikan oleh metode sanitary landfill. Namun, di Indonesia, tempat penimbunan sampah yang
menggunakan metode sanitary landfill masih jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan
yang melakukan penimbunan terbuka (open dumping).
. Beberapa parameter kimia kualitas air yang perlu diketahui antara lain adalah BOD, COD, DO,
dan pH. Pengukuran fisik dapat dilakukan dengan memperhatikan warna, bau, dan rasa air
sungai, kecepatan laju air dengan bola pingpong, penetrasi cahaya, dalam dan lebar sungai dan
lainnya.
BOD adalah ukuran kandungan oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme yang
hidup di perairan untuk menguraikan bahan organik yang ada di dalamnya.Apabila kandungan
oksigen dalam air menurun, maka kemampuan mikroorganisme aerobik untuk menguraikan
bahan organik tersebut juga menurun.BOD ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang
digunakan oleh mikroorganisme selama kurun waktu dan pada temperatur tertentu (biasanya
lima hari pada suhu 20°C). Nilai BOD diperoleh dari selisih oksigen terlarut awal dengan
oksigen terlarut akhir.BOD merupakan ukuran utama kekuatan limbah cair.
COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam air
dapat teroksidasi melalui reaksi kimiawi.Indikator ini umumnya digunakan pada limbah industri.
3. DO (Dissolved oxygen)
DO adalah kadar oksigen terlarut dalam air. Penurunan DO dapat diakibatkan oleh pencemaran
air yang mengandung bahan organik sehingga menyebabkan organisme air terganggu.
Semakin kecil nilai DO dalam air, tingkat pencemarannya semakin tinggi. DO penting dan
berkaitan dengan sistem saluran pembuangan maupun pengolahan limbah.
4. pH
Nilai pH limbah cair adalah ukuran kemasaman atau kebasaan limbah.Air yang tidak tercemar
memiliki pH antara 6.5-7.5.Sifat air bergantung pada besar kecilnya pH. Air yang memiliki
pHlebih kecil dari pH normal akan bersifat masam, sedangkan air yang memilki pH lebih besar
dari pH normal akan bersifat basa. Perubahan pH air tergantung pada polutan air tersebut.Air
yang memiliki pH lebih kecil atau lebih besar dari kisaran pH normal tidak sesuai untuk
kehidupan bakteri asidofil atau organisme lainnya.
1. Untuk mencegah pengotoran air permukaan (sungai, waduk, danau, rawa dll)
2. Untuk melindungi biota dalam tanah dan perairan
3. Untuk mencegah berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor penyakit seperti nyamuk,
kecoa, lalat dll.
4. Untuk menghindari pemandangan dan bau yang tidak sedap
3. Biasanya industri limbah gas itu di flat. Nah bisa atau tidak dimanfaatkan untuk
boiler? Alasannya apa?
Tidak bisa
Kelompok 5
1. Pengolahan limbah padat kan ada yang dibuat lubang. Nah gambaran mekanisme
nya itu seperti apa?
3 Limbah organik itu ditimbun dalam waktu berapa dan organisme pengurai nya apa
saja?
Pengomposan merupakan salah satu contoh proses pengolahan sampah secara aerobik dan
anaerobik yang merupakan proses saling menunjang untuk menghasilkan kompos. Sampah yang
dapat digunakan dengan baik sebagai bahan baku kompos adalah sampah organik, karena mudah
mengalami proses dekomposisi oleh mikroba-mikroba. Pada hakekatnya sampah organik dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik yang bernilai ekonomis. Proses
pembuatan pupuk organik secara konservatif membutuhkan waktu 8 – 12 minggu, sedang
apabila menggunakan sistem baru (penambahan inokulan) hanya memerlukan waktu 4 sampai 8
minggu dan hasilnya lebih baik. Perbedaan dari kedua proses pembuatan pupuk organik tersebut
ternyata terletak pada metode dan adanya bahan inokulan (EM-4, kotoran hewan, dan cacing).
Cara ini biasanya memerlukanwaktu relatif lebih singkat sehingga lebih efisien. Pembuatan
pupuk organik (kompos) dengan cara baru, telah diuji cobakan pada tanaman hortikultura, dan
hasilnya lebih baik dibanding dengan menggunakan pupuk organik hasil pemrosesan secara
konservatif. Proses pembuatan kompos yang dilakukan mempergunakan larutan effective
microorganisme yang disingkat EM. EM pertama kali ditemukan oleh Prof. Teruo Higa dari
Universitas Ryukyus. Jepang, dengan EM4 nya.Dalam EM ini terdapat sekitar 80 genus
microorganisme fermentor.Microorganisme ini dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam
memfermentasikan bahan organik. Secara global terdapat 5 golongan yang pokok yaitu: Bakteri
fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomycetes sp, Ragi (yeast),Actinomycetes.
Kelompok 6
1. Dampak apa saja yang ditimbulkan dari limbah itu sendiri?
Pencemaran merupakan peristiwa yang dapat merugikan makhluk hidup.Ada banyak sekali
dampak yang dapat ditimbulkan dari pencemaran limbah pabrik ini. Dampak- dampak yang
ditimbulkan ini tentu saja merupakan dampak yang buruk . Adapun dampak- dampak yang dapat
muncul sebab adanya pencemaran limbah pabrik ini antara lain adalah sebagai berikut:
Dampak kesehatan yang ditimbulkan dari limbah pabrik ini antara lain adalah sebagai berikut:
Itulah beberapa dampak negatif yang dapat timbul akibat adanya pencemaran yang dilakukan
oleh industri pabrik bagi lingkungan.Maka dari itulah bagi masyarakat yang bertempat tinggal di
daerah yang merupakan daerah industri maka hal mengenai limbah ini harus selalu diwaspadai
agar tidak merusak lingkungan.
Demikianlah dampak- dampak yang bisa ditimbulkan oleh adanya pencemaran oleh limbah
pabrik. Dampak negatif tersebut akan selalu terasa apabila tidak diusahakan untuk mengolah
limbah secara baik dan benar. Maka dari itulah perlu adanya upaya- upaya tertentu agar limbah
yang dihasilkan dapat dinetralisir agar tidak membahayakan, dan apabila sudah
terlanjur tercemar maka harus diupayakan untuk mengatasi pencemaran- pencemaran tersebut.
2. Pada limbah cair kan bersifat khusus .desinfeksi maksudnya apa dan contoh nya
apa saja?
metode yang menggunakan desinfektan yang dapat membunuh kuman-kuman atau
mengurangi mikroorganisme patogen (penyebab penyakit) yang ada dalam limbah cair/ air
limbah. Desifektan dapat berupa zat senyawa/ zat tertentu, atau dengan peralakuan fisik.
Proses disinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah
selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder, atau tersier, sebelum limbah dibuang ke
lingkungan.
Agar penggunaan desinfektan tepat guna, tidak mencemari lingkungan, dan tidak membuat
mikrooganisme menjadi resistan (kebal) terhadap suatu zat desinfektan, maka beberapa hal
yang perlu diperhatikan ketika memberikan desinfektan, antara lain:
- Daya racun zat.
- Waktu kontak yang diperlukan.
- Efektivitas zat.
- Kadar dosis yang digunakan.
- Tidak boleh bersifat toksik (racun) terhadap manusia dan hewan.
- Tahan terhadap air.
- Biayanya murah.
- Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi),
penyinaran dengan sinar ultraviolet (UV), atau dengan ozon (O3).
Ada beberapa hasil pengolahan limbah B3 yang perlu diketahui diantaranya dengan adanya
pengolahan ini telah memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 dengan jangka waktu
yang lama sekitar 30 tahun tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup.
Kelompok 8
1. Untuk pengolahan limbah padat yang tidak bisa didaur ulang itu diapain?
Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara
antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian dibuang dan dibakar.
2. Apa dampak yang terjadi jika pengolahan limbah dilakukan secara asal-asalan?
Berbagai jenis penyakit dapat ditimbulkan karena tidak adanya penangan atau pengelolaan
limbah yang benar.Mulai dari penyakit ringan seperti sakit perut/diare hingga penyakit yang
mematikan seperti keracunan akut dapat disebabkan oleh adanya limbah.
Berikut ini beberapa contoh jenis penyakit yang dapat menyerang manusia akibat adanya limbah:
Selain berdampak negatif bagi manusia, limbah juga berdampak negatif bagi lingkungan.
Dampak negatif yang paling terlihat jelas adalah rusaknya lingkungan sehingga menurunkan
nilai estetika lingkungan atau dengan kata lain lingkungan menjadi tidak enak dipandang.
Limbah berupa cairan yang masuk ke dalam sistem drainase atau sungai akan mengakibatkan
pencemaran air. Apabila hal ini sudah terjadi maka akan banyak organisme seperti ikan akan
mati keracunan. Jika hal ini terjadi maka akan terjadi perubahaan ekosistem perairan yang
menjebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem secara keseluruhan. Limbah padat yang
dibuang ke sungai dalam jumlah yang banyak dapat menyumbat aliran air sungai dan
menyebabkan banjir.
Selain pencemaran air, pencemaran udara oleh limbah juga akan terjadi seperti bau tidak
sedap yang ditimbulkan karena pembusukan sampah organik. Asap yang ditimbulkan
dari kendaran bermotor, pembakaran sampah maupun industri-industri besar juga dapat
menimbulkan pencemaran udara. Pembakaran sampah berbahan plastik tertentu bahkan
dapat bersifat karsinogenik dan menimbulkan kanker apabila dihirup manusia.
3. Bagaimana cara pengolahan limbah yang bersifat racun ?
Reduksi limbah dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam proses kegiatan
atau house keeping, substitusi bahan, modifikasi proses, maupun upaya reduksi lainnya.
Kegiatan pengemasan dilakukan dengan penyimbolan dan pelabelan yang menunjukkan
karakteristik dan jenis limbah B3 berdasarkan acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Nomor : Kep-05/Bapedal/09/1995.
Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan.Secara
umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari
karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang
disimpan di dalamnya.Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di
mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan
kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan.Limbah yang bersifat self-reactive dan
peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya.Pembantalan
kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak
mengalami penguraian atau dekomposisi saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas
pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas
rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan.
Penyimpanan dapat dilakukan di tempat yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku acuan
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-
01l/Bapedal/09/1995.
Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus disimpan
dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan
harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus
diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel.Bangunan
penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke
arah bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%.Bangunan juga harus memiliki ventilasi
yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem
penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan
yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan
dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi.
Pengumpulan dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan pada ketentuan Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-01/Bapedal/09/1995 yang
menitikberatkan pada ketentuan tentang karakteristik limbah, fasilitas laboratorium,
perlengkapan penanggulangan kecelakaan, maupun lokasi.
Kegiatan pengangkutan perlu dilengkapi dengan dokumen pengangkutan dan ketentuan
teknis pengangkutan.
Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan
pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002.Peraturan pengangkutan yang menjadi acuan adalah
peraturan pengangkutan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait dengan hal pemberian
label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus, dan sebagainya. Persyaratan yang harus
dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan
yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti.Selain itu,
kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektifitas kemasan tidak berkurang selama
pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbakar harus dilengkapi dengan head shields pada
kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk mencegah kenaikan suhu
yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan khusus selain juga adanya
kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang ada di setiap truk dan di dinas
pemadam kebarakan.
Upaya pemanfaatan dapat dilakukan melalui kegiatan daur ulang (recycle), perolehan
kembali (recovery) dan penggunaan kembali (reuse) limbah B3 yang dlihasilkan ataupun
bentuk pemanfaatan lainnya.
Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi, solidifikasi secara
fisika, kimia, maupun biologi dengan cara teknologi bersih atau ramah lingkungan.
Kegiatan penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1999.
Kelompok 9
1. Metode pengolahan limbah B3 secara fisika, kimia, dan bio itu bagaimana?
Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umum diterapkan adalah sebagai berikut:
Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara menambahkan senyawa kimia
tertentu yang larut dan dapat menyebabkan terbentuknya padatan. Dalam pengolahan air limbah,
presipitasi digunakan untuk menghilangkan logam berat, sufat, fluoride, dan fosfat.Senyawa
kimia yang biasa digunakan adalah lime, dikombinasikan dengan kalsium klorida, magnesium
klorida, alumunium klorida, dan garam – garam besi.Adanya complexing agent, misalnya NTA
(Nitrilo Triacetic Acid) atau EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid), menyebabkan
presipitasi tidak dapat terjadi. Oleh karena itu, kedua senyawa tersebut harus dihancurkan
sebelum proses presipitasi akhir dari seluruh aliran, dengan penambahan garam besi dan polimer
khusus atau gugus sulfida yang memiliki karakteristik pengendapan yang baik. Pengendapan
fosfat, terutama pada limbah domestik, dilakukan untuk mencegah eutrophicationdari
permukaan.Presipitasi fosfat dari sewage dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu
penambahan slaked lime, garam besi, atau garam alumunium.
Koagulasi dan Flokulasi digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi dari cairan jika
kecepatan pengendapan secara alami padatan tersebut lambat atau tidak efisien. Proses koagulasi
dan flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan yang tersuspensi koloid yang sangat halus
didalam air limbah, menjadi gumpalan-gumpalan yang dapat diendapkan, disaring, atau
diapungkan.
Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani hampir seluruh
polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yang beracun atau toksik, dan tidak tergantung
pada perubahan konsentrasi. Pengolahan kimia dapat meningkatkan jumlah garam pada effluent,
meningkatkan jumlah lumpur sehingga memerlukan bahan kimia tambahan akibatnya biaya
pengolahan menjadi mahal.
Lumpur yang banyak mengandung padatan diperoleh dari hasil proses pemisahan padat-cair dari
limbah yang sering disebut dengan sludge atau lumpur encer, di dalam sludge tersebut sebagian
besar mengandung air dan hanya beberapa persen berupa zat padat. Umumnya persentase
kandungan air tersebut dapat mencapai 95-99%. Lumpur yang dihasilkan unit pengolahan air
limbah dapat dikelola hingga menjadi abu dengan kadar 0,3 % dengan melalui beberapa tahap
pengolahan yang meliputi proses pemekatan dengan proses thickening, proses dewatering,
proses pengering dan pembakaran. Filtrat yang dihasilkan dari proses pemekatan dan dewatering
dikembalikan ke unit equalisasi (IPAL) untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut.
Kelompok 10
1. Kan ada 3 jenis limbah, nah mana yang paling susah untuk diolah kembali atau
didaur ulang?
Limbah padat,karena butuh waktu yang cukup lama untuk mengurai.
Tahapan pertama adalah tahapan pemisahan benda asing. Tahapan tersebut dilakukan dengan
memisahkan berbagai benda asing di limbah seperti halnya pasir, kerikil, batu, kayu dan berbagai
benda lainnya.
Nantinya sisa pada artikel akan digiling supaya tidak membuat rusak alat yang ada pada sistem
serta tidak menghambat laju aliran.
2. Tahap Primer
Tahap kedua pengolahan pada air limbah dengan menggunakan proses lumpur aktif ini adalah
tahapan primer alias pengendapan. Tahapan ini akan mengumpalkan berbagai partikel dengan
ukuran koloid dengn ditambahkan elektrolit.
3. Tahap Sekunder
Tahapan ketiga dari pengolahan pada air limbah dengan menggunakan proses lumpur aktif ini
adalah tahapan sekunder dimana terdapat dua tahap yakni tahap aerasi dan juga pengendapan.
Pada tahap aerasi, air limbah nantinya akan ditambahkan okigen setelah limbah tersebut
dicampur dengan lumpur aktif. Sedangkan tahapan pengendapan ini berasal dari lumpur aktif
yang telah mengendap lalu diletakan dalam tangki aerasi.
4. Tahapan Tersier
Tahap keempat proses pengolahan pada air limbah dengan menggunakan proses lumpur aktif ini
adalah tahapan tersier atau tahap pilihan. Biasanya tahapan ini digunakan untuk memisahkan
berbagai zat berbahaya bagi lingkngan seperti senyawa nitrat, dan berbagai senyawa lainnya.
5. Tahap Disinfektan
Setelah keempat tahapan pengolahan pada air limbah dengan menggunakan proses lumpur aktif
di atas dilalui, masih terdapat dua tahapan tersisa. Tahapan kelima dari proses pengolahan pada
air limbah dengan menggunakan proses lumpur aktif ini adalah tahap disinfektan.
Tahapan terakhir yakni tahapan keenam adalah tahapan pengolahan padatan lumpur. Tahapan
tersebut menguraikan bakteri aerobik yang mana digunakan untuk bahan bakar serta
bisolid yang digunakan untuk pupuk.
a. Limbah organic merupakan limbah yang meengandung unsur karbon atau berasal dari
makhluk hidup dan bersifat mudah membusuk/terurai oleh aktivitas mikroorganisme baik aerob
maupun anaerob. Limbah organik ini sangat mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti
sisa makanan, kotoran hewan, kulit buah, sayur busuk, dan lain sebagainya.
b. Limbah anorganik merupakan limbah yang tidak dapat atau sulit membusuk/terurai secara
alami oleh mikroorganisme pengurai contoh limbah anorganik yaitu plastik, kaca, logam, baja,
dan lain sebagainya.
Maka lebih bahaya limbah anorganik, karena jika limbah anorganik tersebut tidak diolah terlebih
dahulu sebelum dibuang maka akan berdampak langsung kepada lingkungan sekitar dan dalam
jangka waktu yang lama karena limbah ini sulit terurai.
2. Pada limbah b3. Ada tiga jenis pengolahan, nah jelaskan cara pengolahan atau
pembuangan tersebut
1. Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi Proses pengolahan limbah B3 dapat
dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi. Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik
yang umumnya dilakukan adalah stabilisasi/ solidifikasi . stabilisasi/solidifikasi adalah proses
pengubahan bentuk fisik dan sifat kimia dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa
pereaksi tertentu untuk memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran
daya racun limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses
stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metode insinerasi
(pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3 namun saat melakukan
pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak
mencemari udara. Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang
saat ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan
bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan
Vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-
bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh
limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih muran dibandingkan dengan metode Kimia atau
Fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses Bioremediasi dan
Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk
hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai
makanan di ekosistem.
2. Metode Pembuangan Limbah B3
a. Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well injection) Salah satu cara membuang limbah B3 agar
tidak membahayakan manusia adalah dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa
kelapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah
dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan
mencemari tanah maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran
atau korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes
kelapisan tanah.
b. Kolam penyimpanan (surface impoundments) limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-
kolam yang memang dibuat untuk limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang
dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi
dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan
semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut
menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara.
c. Landfill untuk limbah B3 (secure landfils) limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun
harus pengamanan tinggi. Pada metode pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan
dalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk
mencegah pencemaran limbah B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang
lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika
diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Namun,
metode secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi tinggi, masih ada
kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah
akan semakin menumpuk
3. Apakah hasil pengolahan dari limbah cair itu dapat digunakan atau dikonsumsi?
Tidak dapat, karena hasil pengolahan limbah tersebut sudah merupakan bahan yang harus
dibuang karena tidak memiliki kegunaan lagi.
Kelompok 12
1. Pada limbah organik kan pengolahan nya ditimbun. Kalau untuk non organik itu
bagaimana cara pengolahan nya
Limbah anorganik seperti botol, kertas, plastik dan kaleng, sebelum dibuang ke TPA sebaiknya
dipilah terlebih dahulu. Karena dari jenis sampah ini masih ada kemungkinan untuk
dimanfaatkan ulang maupun untuk didaur ulang.
B ) Daur Ulang
Berbicara mengenai proses daur ulang, ada baiknya apabila mengetahui jenis sampah yang dapat
didaur ulang.
Sampah-sampah yang dapat di daur ulang, antara lain:
– Sampah plastik.
– Sampah logam
– Sampah kertas
– Sampah kaca
C ) Sanitary Landfill
Ini merupakan salah satu metode pengolahan sampah terkontrol dengan sistem sanitasi yang
baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Kemudian sampah dipadatkan
dengan traktor dan selanjutnya ditutup tanah. Cara ini akan menghilangkan polusi udara. Pada
bagian dasar tempat sampah tersebut dilengkapi dengan sistem saluran leachate yang berfungsi
sebagai saluran limbah cair sampah yang harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai
atau ke lingkungan. Di sanitary landfill tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas
hasil aktivitas penguraian sampah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sanitary
landfill, yaitu :
– Semua lanfill adalah warisan bagi generasi mendatang.
– Memerlukan lahan yang luas.
– Penyediaan dan pemilihan lokasi pembuangan harus memperhatikan dampak lingkungan.
– Aspek sosial harus mendapat perhatian.
– Harus dipersiapkan instalasi drainase dan sistem pengumpulan gas.
– Kebocoran ke dalam sumber air tidak dapat ditolerir (kontaminasi dengan zat-zat beracun)
– Memerlukan pemantauan yang terus menerus.
D ) Pembakaran
Cara ini adalah cara yang paling mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan usaha keras.
Cara ini bisa dilakukan dengan cara membakar limbah-limbah padat misalnya kertas-kertas
dengan menggunakan minyak tanah lalu dinyalakan apinya. Sampah padat dibakar di dalam
insinerator. Hasil pembakaran adalah gas dan residu pembakaran. Penurunan volume sampah
padat hasil pembakaran dapat mencapai 70%. Cara ini lebih relatif mahal dibanding dengan
sanitary lanfill, yaitu sekitar 3 x lipatnya.
Kelebihan sistem pembakaran ini adalah :
Mengurangi dan mendaur ulang limbah B3 rumah tangga mengkonservasi sumber daya
dan energi yang terbuang selama produksi.
Menggunakan lagi limbah B3 rumah tangga sama dengan menghemat uang dan
mengurangi energi untuk mengolah.
Pembuangan limbah B3 rumah tangga yang tepat dapat membangun kesehatan manusia
dan lingkungan.
Mengurangi adanya dampak pencemaran lingkungan dengan melakukan pengelolaan
limbah B3 yang sesuai ketentuan.
Memberikan edukasi kepada semua orang bahwa limbah B3 dapat dikelola dan
dimanfaatkan.
Murah : tidak memerlukan investasi besar dalam bentuk peralatan. Pengelolaan hanya
memerlukan lahan yang luas dan jauh dari pemukiman selain peralatan operasional
Dapat menampung berbagai jenis sampah
Dapat dipersiapkan dalam waktu yang singkat
Dapat dirubah menjadi penghasil energi listrik karena sampah akan mengeluarkan gas
metana yang bisa dijadikan bahan bakar penggerak turbin
Mengurangi polusi udara karena sampah-sampah tersebut berada di dalam tanah