Anda di halaman 1dari 25

Bab 1 : Karakteristik Proses Pengolahan Limbah Industri

Kelompok 1

1. Pada pemilihan jenis limbah padat dan gas, karakteristik jenis pengolahan nya itu
gimana untuk menentukan metode teknologi yang cocok?

Karakteristik fisik dari limbah terbagi dalam beberapa macam atau jenis, diantaranya sebagai
berikut :

1. ZAT PADAT
Karakteristik dari limbah yang paling mudah untuk dideteksi adalah zat padat, total dari zat padat
biasa disebut zat solid, yang artinya seluruh zat padat yang tetap ada sebagai suatu residu.
Setelah proses pemanasan mencapai suhu 103-105 derajat celcius di dalam sebuah laboratorium.
Sehingga zat tersebut tidak akan hancur walaupun dengan suhu panas rendah.
2. BAU
Hal yang paling khas dari limbah atau sampah adalah bau, bau adalah efek yang ditimbulkan dari
limbah. Karena merupakan sisa-sisa maka sampah atau limbah akan menimbulkan bau tak sedap.
Bau itu dihasilkan oleh gas hasil dari dekomposisi atau penguraian dari zat organik, yang
terdapat di dalam air limbah.
Jenis gas yang dapat menimbulkan bau di dalam air limbah yaitu antara lain amonia dan senyawa
organik sulfida. Sulfida ini biasanya ditemukan di perairan yang kotor sebagai dekomposisi,
senyawa organik dan juga sampah industri. Sehingga biasanya anda akan mencium bau tak
sedap, jika melewati sungai yang penuh dengan limbah.
3. SUHU
Suhu pada air limbah biasanya akan lebih tinggi dibandingkan suhu yang ada di sekitarnya. Suhu
yang tinggi tersebut akan menurunkan kadar DO dan dapat dideteksi dengan mudah dengan
menggunakan termometer biasa.
Konsentrasi bahan pencemar dalam udara dipengaruhi berbagai macam faktor antara lain:
volume bahan pencemar, sifat bahan, kondisi iklim dan cuaca, topografi.

1. Oksida Nitrogen
Oksida nitrogen lazim dikenal dengan NO.bersumber dari instalasi pembakaran pabrik dan
minyak bumi. Dalam udara, NO dioksidasi menjadi NO2 dan bila bereaksi dengan hidrokarbon
yang terdapat dalam udara akan membentuk asap. NO2 akan berpengaruh terhadap tanam-
tanaman dan sekaligus menghambat pertumbuhan. Pabrik yang menghasilkan NO di antaranya
adalah pabrik pulp dan rayon, almunium, turbin gas, nitrat, bahan peledak, semen, galas,
batubara, timah hitam, song dan peleburan magnesium.
2. Fluorida
Fluorida adalah racun bersifat kumulatif dan dapat berkembang d atmosfer karena amat
reaktif.Dalam bentuk fluorine, zat ini tidak dihisap tanah tapi langsung masuk ke dalam daun-
daun menyebabkan daun berwarna kuning kecoklatan.Binatang yang memakan dedaunan
tersebut bisa menderita penyakit gigi rontok. Pabrik yang menjadi sumber fluor antara lain
pabrik pengecoran aluminium pabrik pupuk, pembakaran batubara, pengecoran baja dan lainnya

3. Sulfur dioksida
Gas SO2 dapat merusak tanaman, sehingga daunnya menjadi kuning kecoklatan atau merah
kecoklatan dan berbintik-bintik.Gas ini juga menyebabkan hujan asam, korosi pada permukaan
logam dan merusak bahan nilon dan lain-lain.

2. Pada pengolahan limbah padat organik, itu kan ditimbun. Nah keuntungan
positifnya itu kan dapat menimbulkan zat hara. Dampak negatif nya itu apa dari
pengolahan tersebut?

Limbah pasti akan berdampak negatif pada lingkungan hidup jika tidak adapengolahan yang
baik dan benar, dengan adanya limbah padat didalam linkunganhidup maka dapat
menimbulkan pencemaran seperti :

a) Timbulnya gas beracun, seperti asam sulfida (H2S), amoniak (NH3),


methan 3(CH4), C02 dan sebagainya. Gas ini akan timbul jika limbah padat ditimbundan
membusuk dikarena adanya mikroorganisme. Adanya musim hujan dankemarau, terjadi
proses pemecahan bahan organik oleh bakteri penghancurdalam suasana aerob/anaerob.
b) Dapat menimbulkan penurunan kualitas udara, dalam sampah yang ditumpuk,akan
terjadi reaksi kimia seperti gas H2S, NH3 dan methane yang jikamelebihi NAB (Nilai
Ambang Batas) akan merugikan manusia. Gas H2S 50ppm dapat mengakibatkan mabuk
dan pusing.
c) Penurunan kualitas air, karena limbah padat biasanya langsung dibuangdalam perairan
atau bersama-sama air limbah. Maka akan dapatmenyebabkan air menjadi keruh dan rasa
dari air pun berubah.
d) Kerusakan permukaan tanah.Dari sebagian dampak-dampak limbah padat diatas, ada
beberapa dampak
limbah yang lainnya yang ditinjau dari aspek yang berbeda secara umum. Dampaklimbah
secara umum di tinjau dari dampak terhadap kesehatan dan terhadaplingkungan adalah
sebgai berikut :
 Dampak Terhadap Kesehatan
Dampaknya yaitu dapat menyebabkan atau menimbulkan panyakit. Potensibahaya
kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah sebagai berikut:
 Penyakit diare dan tifus, penyakit ini terjadi karena virus yang berasaldari
sampah dengan pengelolaan yang tidak tepat.
 Penyakit kulit misalnya kudis dan kurap.
 Dampak Terhadap Lingkungan
Cairan dari limbah – limbah yang masuk ke sungai akan mencemarkan airnyasehingga
mengandung virus-virus penyakit. Berbagai ikan dapat matisehingga mungkin lama
kelamaan akan punah. Tidak jarang manusia jugamengkonsumsi atau menggunakan air
untuk kegiatan sehari-hari, sehinggamenusia akan terkena dampak limbah baik secara
langsung maupun tidaklangsung. Selain mencemari, air lingkungan juga menimbulkan
banjir karenabanyak orang-orang yang membuang limbah rumah tanggake
sungai,sehingga pintu air mampet dan pada waktu musim hujan air tidak dapatmengalir
dan air naik menggenangi rumah-rumah penduduk, sehingga dapatmeresahkan para
penduduk.

3. Apakah limbah organik bisa menjadi potensi sumberdaya alam atau sumber daya
terbarukan?
bisa, contohnya biogas dan biomassa. Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable)
yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme
tertentu pada kondisi yang relatif sangat kurang oksigen (anaerob), atau yang lebih kita
kenal sebagai proses fermentasi. Bahan baku untuk menghasilkan biogas dapat berasal
dari kotoran ternak (sapi, kerbau, babi, kuda, dan unggas), limbah industri ( industri tahu,
tempe, kecap, brem, ikan pindang, dan sejenisnya), kotoran manusia, dan sampah organik
lainnya seperti sampah rumah tangga dan bahkan daun-daun kering. Perbedaan sumber
kotoran/limbah/sampah yang digunakan akan mempengaruhi kualitas biogas yang
dihasilkan. Sebagai sumber energi terbarukan, biogas memiliki beberapa kelebihan
dibandingkan bahan bakar fosil yang sekarang kita gunakan (bensin dan gas alam). Oleh
karena berasal dari bahan baku organik yang terus menerus ada, biogas dapat kita
produksi terus menerus. Dan karena bahan bakunya berasal dari barang sisa (limbah dan
sampah), maka sangat membantu dalam pengelolaan limbah dan sampah terpadu untuk
mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat. Terlebih lagi, biogas sangat ramah
lingkungan alias bebas polusi karena tidak menghasilkan asap seperti pada pembakaran
bensin. Biomassa adalah jenis energi terbarukan yang mengacu pada bahan biologis yang
berasal dari organisme yang hidup atau belum lama mati. Sumber biomassa antara lain
bahan bakar kayu, limbah dan alkohol. Pembangkit listrik biomassa di Indonesia seperti
PLTBM Pulubala di Gorontalo yang memanfaatkan tongkol jagung.

 Kelompok 2
1. Bagaimana cara menghilangkan paritukar dalam limbah buangan gas?
a) Filter Udara
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak
ikut terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari
cerobong. Filter udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau
sudah jenuh (sudah penuh dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan yang
baru.Jenis filter udara yang digunakan tergantung pada sifat gas buangan yang keluar dari
proses industri, apakah berdebu banyak, apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan
lain sebagainya
b) Pengendap Siklon
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam
gas buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon
adalah pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan
melalui tepi dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif “berat” akan jatuh ke
bawah.Ukuran partikel / debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u –
40 u. Makin besar ukuran debu makin cepat partikel tersebut diendapkan.
c) Filter Basah
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja filter
basah adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari
bagian atas alt, sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang
berdebu kontak dengan air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah.Untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter
basah digabungkan menjadi satu. Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut
menghasilkan suatu alat penangkap debu yang dinamakan.
d) Pegendap Sistem Gravitasi
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang ukuran
partikelnya relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana
sekali, yaitu dengan mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian
rupa sehingga pada waktu terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop),
zarah akan jatuh terkumpul di bawah akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan
pengendapan tergantung pada dimensi alatnya.
e) Pengendap Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam
jumlah (volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap
air.Alat ini dapat membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini
sudah relatif bersih.
Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai
tegangan antara 25 – 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana
dindingnya diberi muatan positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan
pusat silinder, sejajar dinding tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan
yang cukup besar akan menimbulkan corona discharga di daerah sekitar pusat silinder.
Hal ini menyebabkan udara kotor seolah – olah mengalami ionisasi. Kotoran udara
menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif dan masing-masing akan
menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan ditarik oleh
dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan
kemudian terhembus keluar.

2. Apa dampak limbah padat, cair dan gas pada kesehatan?

Dampak kesehatan yang ditimbulkan dari limbah pabrik ini antara lain adalah sebagai
berikut:

 Menyebabkan adanya sampah beracun.


 Timbul penyakit yang menular dari rantai makanan

 Timbulnya penyakit jamur.

 Menyebabkan penyakit kolera, diare, dan tifus.

 Timbul sampah yang dapat menimbulkan penyakit yang berhubungan dengan tikus.

Timbul sampah yang akan menjadi tempat perkembangbiakan lalat sehingga mudah
menularkan infeks.

3. Bagaimana pengolahan tersier pada limbah cair?


Pengolahan Tersier (Tertiary Treatment)
Pengolahan tersier dilakukan jika setelah pengolahan primer dan sekunder masih terdapat
zat tertentu dalam limbah cair yang dapat berbahaya bagi lingkungan atau
masyarakat.Pengolahan tersier bersifat khusus, artinya pengolahan ini disesuaikan dengan
kandungan zat yang tersisa dalam limbah cair / air limbah. Umunya zat yang tidak dapat
dihilangkan sepenuhnya melalui proses pengolahan primer maupun sekunder adalah zat-
zat anorganik terlarut, seperti nitrat, fosfat, dan garam- garaman.

Pengolahan tersier sering disebut juga pengolahan lanjutan (advanced treatment).


Pengolahan ini meliputi berbagai rangkaian proses kimia dan fisika. Contoh metode
pengolahan tersier yang dapat digunakan adalah metode saringan pasir, saringan
multimedia, precoal filter, microstaining, vacum filter, penyerapan dengan karbon aktif,
pengurangan besi dan mangan, dan osmosis bolak-balik.

Metode pengolahan tersier jarang diaplikasikan pada fasilitas pengolahan limbah. Hal
ini disebabkan biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengolahan tersier
cenderung tinggi sehingga tidak ekonomis.

 Kelompok 3
1. Adakah contoh real mekanisme pengolahan limbah gas?

Tidak ada

2. Pada pengolahan limbah kenapa harus dengan cara penimbunan terbuka? Kenapa
kalau penimbunan tertutup?

Terdapat dua cara penimbunan sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka
(open dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode penimbunan terbuka, sampah
dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang yang dibuat pada suatu lahan, biasanya di
lokasi tempat pembuangan akhir (TPA).Metode ini merupakan metode kuno yang sebenarnya
tidak memberikan banyak keuntungan. Di lahan penimbunan terbuka, berbagai hama dan kurnan
penyebab penyakit dapat berkembang biak. Gas metan yang dihasilkan oleh pembusukan sampah
organik dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan bau busuk serta mudah
terbakar.Cairan yang tercampur dengan sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah
serta air.Bersama rembesan cairan tersebut, dapat terbawa zat-zat yang berbahaya bagi
lingkungan dan kesehatan.
Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open dumping menyebabkan
dikembangkan metode penimbunan sampah yang lebih balk, yaitu sanitary landfill. Pada metode
sanitary landfill, sampah ditimbun dalam lubang yang dialasi lapisan lempung dan lembaran
plastik untuk mencegah perembesan limbah ke tanah.Sampah yang ditimbun dipadatkan,
kemudian ditutupi dengan lapisan tanah tipis setiap hari. Hal ini akan mencegah tersebarnya gas
metan yang dapat mencemari udara dan berkembangbiaknya berbagai agen penyebab penyakit.
Pada landfill yang lebih modern lagi, biasanya dibuat sistem lapisan ganda (plastik – lempung –
plastik – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk mengumpulkan cairan serta gas metan yang
terbentuk dari proses pembusukan sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk
menghasilkan listrik.
Di sebagian besar negara maju, penimbunan sampah dengan metode open dumping telah banyak
digantikan oleh metode sanitary landfill. Namun, di Indonesia, tempat penimbunan sampah yang
menggunakan metode sanitary landfill masih jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan
yang melakukan penimbunan terbuka (open dumping).

3. Apakah semua industri menghasilkan limbah padat, cair, dan gas?


a) Jenis Limbah Padat
Limbah padat adalah limbah yang berbentuk padat yang mana ada yang mudah
terurai seperti limbah organis semisal sampah daun dan limbah padat yang tak mudah
terurai seperti plastik, kaca dan sebagainya.
b) Jenis Limbah Cair
Limbah cair adalah limbah yang berupa cairan dan biasanya jenis limbah cair ini
sangat riskan mencemari lingkungan sehingga dikenal sebagai entitas pencemar air
dan tanah.Untuk skala industri limbah cair umumnya terdiri dari bahan buangan
padat, bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik sisa dari hasil produksi
sedang limbah yang biasa dihasilkan oleh rumah tangga / domestik dapat berupa air
kotor dari pemakian mandi, cuci dan toilet.
c) Jenis Limbah Gas dan Partikel
Limbah gas dan partikel merupakan limbah yang biasa terdapat di udara.Untuk
kategori limbah ini banyak dihasilkan oleh industri dan pabrik besar. Jenis limbah
partikel bisa berupa asap, kabut maupun debu sedang untuk gas apabila
kandungannya dalam udara telah melebihi batas maksimum dapat diartikan sebagai
limbah suatu missal CO2 yang berlebihan dari hasil pembakaran pabrik dan industri
 Kelompok 4
1. Apa saja parameter tercemarnya limbah cair?

. Beberapa parameter kimia kualitas air yang perlu diketahui antara lain adalah BOD, COD, DO,
dan pH. Pengukuran fisik dapat dilakukan dengan memperhatikan warna, bau, dan rasa air
sungai, kecepatan laju air dengan bola pingpong, penetrasi cahaya, dalam dan lebar sungai dan
lainnya.

Manakala pengukuran biologi dilakukan dengan menghitung indeks keanekaragaman dan


kelimpahan organisme air seperti plankton, benthos, serangga air, moluska, ikan dan lainnya
sehingga diperoleh data yang valid. Pengukuran ketiga metode (faktor fisik, kimia dan biologi)
merupakan metode paling tepat dan akurat dalam menentukan parameter kualitas perairan.

1. BOD (Biochemical oxygen demand)

BOD adalah ukuran kandungan oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme yang
hidup di perairan untuk menguraikan bahan organik yang ada di dalamnya.Apabila kandungan
oksigen dalam air menurun, maka kemampuan mikroorganisme aerobik untuk menguraikan
bahan organik tersebut juga menurun.BOD ditentukan dengan mengukur jumlah oksigen yang
digunakan oleh mikroorganisme selama kurun waktu dan pada temperatur tertentu (biasanya
lima hari pada suhu 20°C). Nilai BOD diperoleh dari selisih oksigen terlarut awal dengan
oksigen terlarut akhir.BOD merupakan ukuran utama kekuatan limbah cair.

2. COD (Chemical oxygen demand)

COD merupakan jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada didalam air
dapat teroksidasi melalui reaksi kimiawi.Indikator ini umumnya digunakan pada limbah industri.

3. DO (Dissolved oxygen)

DO adalah kadar oksigen terlarut dalam air. Penurunan DO dapat diakibatkan oleh pencemaran
air yang mengandung bahan organik sehingga menyebabkan organisme air terganggu.

Semakin kecil nilai DO dalam air, tingkat pencemarannya semakin tinggi. DO penting dan
berkaitan dengan sistem saluran pembuangan maupun pengolahan limbah.

4. pH

Nilai pH limbah cair adalah ukuran kemasaman atau kebasaan limbah.Air yang tidak tercemar
memiliki pH antara 6.5-7.5.Sifat air bergantung pada besar kecilnya pH. Air yang memiliki
pHlebih kecil dari pH normal akan bersifat masam, sedangkan air yang memilki pH lebih besar
dari pH normal akan bersifat basa. Perubahan pH air tergantung pada polutan air tersebut.Air
yang memiliki pH lebih kecil atau lebih besar dari kisaran pH normal tidak sesuai untuk
kehidupan bakteri asidofil atau organisme lainnya.

2. Bagaimana penanganan blimbah Industri padat, cair, dan gas?


a) PENANGANAN LIMBAH PADAT
Limbah padat dapat dihasilkan dari industri, rumah tangga, rumah sakit, hotel, pusat
perdagangan/restoran maupun pertanian/peternakan. Penanganan limbah padat melalui
beberapa tahapan, yaitu :

1. Penampungan dalam bak sampah


2. Pengumpulan sampah
3. Pengangkutan
4. Pembuangan di TPA.
Sampah yang sudah berada di TPA akan mengalami berbagai macam perlakuan, seperti menjadi
bahan makanan bagi sapi / ternak yang digembala di TPA, di sortir oleh pemulung, atau diolah
menjadi pupuk kompos.

 Berikut ini beberapa metode penanganan limbah organik padat :


1. Composting, yaitu penanganan limbah organik menjadi kompos yang bisa
dimanfaatkan sebagai pupuk melalui proses fermentasi. Bahan baku untuk membuat
kompos adalah sampah kering maupun hijau dari sisa tanaman, sisa makanan, kotoran
hewan, sisa bahan makanan dll. Dalam proses pembuatan kompos ini bahan baku akan
mengalami dekomposisi / penguraian oleh mikroorganisme.Proses sederhana
pengomposan berlangsung secara anaerob yang sering menimbulkan gas. Sedangkan
proses pengomposan secara aerob membutuhkan oksigen yang cukup dan tidak
menghasilkan gas.
2. Gas Bio, yaitu pengubahan sampah organik yang berasal dari tinja manusia maupun
kotoran hewan menjadi gas yang dapat berfungsi sebagai bahan bakar alternatif.
Kandungan gas bio antara lain metana ( CH4) dalam komposisi yang terbanyak,
karbondioksida ( CO2 ), Nitrogen ( N2 ), Karbonmonoksida ( CO ), Oksigen (O2), dan
hidrogen sulfida (H2S). Gas metana murni adalah gas tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa. Supaya efektif, proses pengubahan ini harus pada tingkat kelembaban yang
sesuai, suhu tetap dan pH netral.
3. Makanan ternak ( Hog Feeding ), adalah pengolahan sampah organik menjadi
makanan ternak. Agar sampah organik dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak harus
dipilih dan dibersihkan terlebih dulu agar tidak tercampur dengan sampah yang
mengandung logam berat atau bahan-bahan yang membahayakan kesehatan ternak.
 Berikut ini beberapa metode penanganan limbah anorganik padat :
1. Empat R ( 4 R = replace, reduce, recycle dan reuse )Replace yaitu usaha mengurangi
pencemaran dengan menggunakan barang-barang yang ramah lingkungan. Contohnya
memanfaatkan daun daripada plastik sebagai pembungkus, menggunakan MTBE
daripada TEL untuk anti knocking pada mesin, tidak menggunakan CFC sebagai
pendingin dan lain-lain.
Reduce yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan meminimalkan
produksi sampah. Contohnya membawa tas belanja sendiri yang besar dari pada banyak
kantong plastik, membeli kemasan isi ulang rinso, pelembut pakaian, minyak goreng
dan lain-lain daripada membeli botol setiap kali habis, membeli bahan-bahan makanan
atau keperluan lain dalam kemasan besar daripada yang kecil-kecil.
Recycle yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan mendaur ulang
sampah melalui penanganan dan teknologi khusus. Proses daur ulang biasanya
dilakukan oleh pabrik/industri untuk dibuat menjadi produk lain yang bisa
dimanfaatkan. Dalam hal ini pemulung berjasa sekaligus mendapatkan keuntungan
karena dengan memilah sampah yang bisa didaur ulang bisa mendapat
penghasilan.Misalnya plastik-plastik bekas bisa didaur ulang menjadi ember, gantungan
baju, pot tanaman dll.
Reuse yaitu usaha mengurangi pencemaran lingkungan dengan cara menggunakan dan
memanfaatkan kembali barang-barang yang seharusnya sudah dibuang. Misalnya
memanfaatkan botol/kaleng bekas sebagai wadah, memanfaatkan kain perca menjadi
keset, memanfaatkan kemasan plastik menjadi kantong belanja / tas dll
2. Insenerator, adalah alat yang digunakan untuk membakar sampah secara terkendali
pada suhu tinggi. Insenerator efisien karena sanggup mengurangi volume sampah
hingga 80 %. Residunya berupa abu sekitar 5 – 10 % dari total volume sampah yang
dibakar dan dapat digunakan sebagai penimbun tanah. Kekurangan alat ini adalah mahal
dan tidak bisa memusnahkan sampah logam.
3. Sanitary Landfill, adalah metode penanganan limbah padat dengan cara membuangnya
pada area tertentu.
b) Penanganan Limbah cair
Sekitar 80% air yang digunakan manusia untuk aktivitasnya akan dibuang lagi dalam
bentuk air yang sudah tercemar, baik itu limbah industri maupun limbah rumah tangga.
Untuk itu diperlukan penanganan limbah dengan baik agar air buangan ini tidak menjadi
polutan.Tujuan pengaturan pengolahan limbah cair ini adalah :

1. Untuk mencegah pengotoran air permukaan (sungai, waduk, danau, rawa dll)
2. Untuk melindungi biota dalam tanah dan perairan
3. Untuk mencegah berkembangbiaknya bibit penyakit dan vektor penyakit seperti nyamuk,
kecoa, lalat dll.
4. Untuk menghindari pemandangan dan bau yang tidak sedap

3. Biasanya industri limbah gas itu di flat. Nah bisa atau tidak dimanfaatkan untuk
boiler? Alasannya apa?

Tidak bisa

 Kelompok 5
1. Pengolahan limbah padat kan ada yang dibuat lubang. Nah gambaran mekanisme
nya itu seperti apa?

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH PADAT


Dalam memproses pengolahan limbah padat terdapat empat proses yaitu
pemisahan, penyusunan ukuran, pengomposan, dan pembuangan limbah.
1. PemisahanKarena limbah padat terdiri dari ukuran yang berbedan dan kandungan
bahanyang berbeda juga maka harus dipisahkan terlebih dahulu, supaya peralatan
pengolahan menjadi awet.Sistem pemisahan ada tiga yaitu diantaranya :
Sistem Balistik. Adalah sistem pemisahan untuk mendapatkan keseragaman
ukuran / berat / volume.Sistem Gravitasi. Adalah sistem pemisahan berdasarkan gaya
berat misalnyabarang yang ringan / terapung dan barang yang berat / tenggelam.
Sistem Magnetis. Adalah sistem pemisahan berdasarkan sifat magnet yang
bersifat agnet, akan langsung menempel. Misalnya untuk memisahkan
campuran logam dan non logam.
2. Penyusunan Ukuran
Penyusunan ukuran dilakukan untuk memperoleh ukuran yang lebih kecilagar
pengolahannya menjadi mudah.
3. Pengomposan
Pengomposan dilakukan terhadap buangan / limbah yang mudah membusuk,
sampah kota, buangan atau kotoran hewan ataupun juga pada lumpur pabrik.
Supaya hasil pengomposan baik, limbah padat harus dipisahkan dan
disamakan ukurannya atau volumenya.
4. Pembuangan LimbahProses akhir dari pengolahan limbah padat adalah pembuangan
limbah yangdibagi menjadi dua yaitu :a) Pembuangan Di Laut
Pembuangan limbah padat di laut, tidak boleh dilakukan pada sembarang
tempat dan perlu diketahui bahwa tidak semua limbah padat dapatdibuang ke laut. Hal ini
disebabkan :1. Laut sebagai tempat mencari ikan bagi nelayan.2. Laut sebagai tempat
rekreasi dan lalu lintas kapal.3. Laut menjadi dangkal.4. Limbah padat yang mengandung
senyawa kimia beracun danberbahaya dapat membunuh biota laut.
b) Pembuangan Di Darat Atau TanahUntuk pembuangan di darat perlu dilakukan
pemilihan lokasi yang harus dipertimbangkan sebagai berikut :1. Pengaruh iklim,
temperatur dan angin.2. Struktur tanah.3. Jaraknya jauh dengan permukiman. 4. Pengaruh
terhadat sumber lain, perkebunan, perikanan,peternakan, flora atau fauna. Pilih lokasi
yang benar-benar tidakekonomis lagi untuk kepentingan apapun.
Mekanisme Pengolahan limbahIndustri ProdukBeracun dan berbahaya Konsumen
Pengolahan Limbah Daur Ulang Pembuangan Produk Pengolahan Konsumen Limbah
Pembuangan memenuhi syarat

2. Pada limbah cair. Contoh penanganan khusus nya seperti apa?

CARA PENANGANAN LIMBAH CAIR

 PENYARINGAN: Limbah cair bisa di saring / difiltrsi unt memisahkan partikel


tersusensi dari air
 FLOTASI: Flotasi merupakan proses penanganan limbah dengan cara membuang dan
memisahkan partikel yang mengapung diatas permukaan air
 ABSORBSI/ PENYERAPAN: Proses absorbsi ini dilakukan dengan menggunakan
karbon sehngga partikel yang tidak dibutuhkn bisa terserap dan terpisah dari air
 PENGENDAPAN: Pengendapan diakukan dengan tujan supaya bahan yangtidak mudah
larut bisa terpisah dari air. Proses ini dilakukan dengan cara menambahkan elektrolit
 PENYISIHAN: Penyisihan dapat dilakuan dengan cara mengoksidsi limbah cair
sehingga zatorganis beracun bisa terpisah dari air
 MENGHILANGKAN MATERIAL ORGANIK: Pada cara penanganan limbah cair ini
dilakukan dengan cara memberikan mikroorganisme supaya material organik dalam air
hancur atau hilang
 MENGHILANGKAN ORGANISME PENYEBAB PENYAKIT: Pada proses ini, kita
bisa menggunakan sinar ltravioletataupun menambahkan khlorin
 PENGHANCURAN PARTIKEL PERUSAK: Ini perlu dilakukan untuk melindungi alat
dari partiel – partikel yanng bersifat merusak
 PENGGUNAAN KOLAM OKSIDASI: Ini merupakan metode penanganan limbah cair
secara Biologi
 PENGURANGAN LIMBAH CAIR: Jumlah limbah cair bisa dikurangi dengan cara
mengefisienkan proses produksi sehingga jumlah limbah cair yang dihasilkan bisa
diminimalisir

3 Limbah organik itu ditimbun dalam waktu berapa dan organisme pengurai nya apa
saja?

Pengomposan merupakan salah satu contoh proses pengolahan sampah secara aerobik dan
anaerobik yang merupakan proses saling menunjang untuk menghasilkan kompos. Sampah yang
dapat digunakan dengan baik sebagai bahan baku kompos adalah sampah organik, karena mudah
mengalami proses dekomposisi oleh mikroba-mikroba. Pada hakekatnya sampah organik dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pupuk organik yang bernilai ekonomis. Proses
pembuatan pupuk organik secara konservatif membutuhkan waktu 8 – 12 minggu, sedang
apabila menggunakan sistem baru (penambahan inokulan) hanya memerlukan waktu 4 sampai 8
minggu dan hasilnya lebih baik. Perbedaan dari kedua proses pembuatan pupuk organik tersebut
ternyata terletak pada metode dan adanya bahan inokulan (EM-4, kotoran hewan, dan cacing).
Cara ini biasanya memerlukanwaktu relatif lebih singkat sehingga lebih efisien. Pembuatan
pupuk organik (kompos) dengan cara baru, telah diuji cobakan pada tanaman hortikultura, dan
hasilnya lebih baik dibanding dengan menggunakan pupuk organik hasil pemrosesan secara
konservatif. Proses pembuatan kompos yang dilakukan mempergunakan larutan effective
microorganisme yang disingkat EM. EM pertama kali ditemukan oleh Prof. Teruo Higa dari
Universitas Ryukyus. Jepang, dengan EM4 nya.Dalam EM ini terdapat sekitar 80 genus
microorganisme fermentor.Microorganisme ini dipilih yang dapat bekerja secara efektif dalam
memfermentasikan bahan organik. Secara global terdapat 5 golongan yang pokok yaitu: Bakteri
fotosintetik, Lactobacillus sp, Streptomycetes sp, Ragi (yeast),Actinomycetes.
 Kelompok 6
1. Dampak apa saja yang ditimbulkan dari limbah itu sendiri?

Pencemaran merupakan peristiwa yang dapat merugikan makhluk hidup.Ada banyak sekali
dampak yang dapat ditimbulkan dari pencemaran limbah pabrik ini. Dampak- dampak yang
ditimbulkan ini tentu saja merupakan dampak yang buruk . Adapun dampak- dampak yang dapat
muncul sebab adanya pencemaran limbah pabrik ini antara lain adalah sebagai berikut:

a. Dampak bagi kesehatan

Dampak kesehatan yang ditimbulkan dari limbah pabrik ini antara lain adalah sebagai berikut:

 Menyebabkan adanya sampah beracun.


 Timbul penyakit yang menular dari rantai makanan
 Timbulnya penyakit jamur.
 Menyebabkan penyakit kolera, diare, dan tifus.
 Timbul sampah yang dapat menimbulkan penyakit yang berhubungan dengan tikus.
 Timbul sampah yang akan menjadi tempat perkembangbiakan lalat sehingga mudah
menularkan infeksi.
b. Dampak bagi lingkungan
Selain akan berdampak pada kesehatan, adanya limbah pabrik ini juga dapat menyebabkan
dampak buruk bagi lingkungan. Adapun beberapa dampak negatif yang disebabkan oleh limbah
pabrik bagi lingkungan antara lain adalah sebagai berikut:

 Menurunnya kualitas lingkungan


 Menurunnya estetika atau nilai keindahan lingkungan
 Terhambatnya pengembangan Negara
 Membuat lingkungan kurang nyaman untuk ditempati
 Membuat makhluk hidup yang terkena pencemaran menjadi musnah atau mati.

Itulah beberapa dampak negatif yang dapat timbul akibat adanya pencemaran yang dilakukan
oleh industri pabrik bagi lingkungan.Maka dari itulah bagi masyarakat yang bertempat tinggal di
daerah yang merupakan daerah industri maka hal mengenai limbah ini harus selalu diwaspadai
agar tidak merusak lingkungan.

Demikianlah dampak- dampak yang bisa ditimbulkan oleh adanya pencemaran oleh limbah
pabrik. Dampak negatif tersebut akan selalu terasa apabila tidak diusahakan untuk mengolah
limbah secara baik dan benar. Maka dari itulah perlu adanya upaya- upaya tertentu agar limbah
yang dihasilkan dapat dinetralisir agar tidak membahayakan, dan apabila sudah
terlanjur tercemar maka harus diupayakan untuk mengatasi pencemaran- pencemaran tersebut.

2. Pada limbah cair kan bersifat khusus .desinfeksi maksudnya apa dan contoh nya
apa saja?
metode yang menggunakan desinfektan yang dapat membunuh kuman-kuman atau
mengurangi mikroorganisme patogen (penyebab penyakit) yang ada dalam limbah cair/ air
limbah. Desifektan dapat berupa zat senyawa/ zat tertentu, atau dengan peralakuan fisik.
Proses disinfeksi pada limbah cair biasanya dilakukan setelah proses pengolahan limbah
selesai, yaitu setelah pengolahan primer, sekunder, atau tersier, sebelum limbah dibuang ke
lingkungan.
Agar penggunaan desinfektan tepat guna, tidak mencemari lingkungan, dan tidak membuat
mikrooganisme menjadi resistan (kebal) terhadap suatu zat desinfektan, maka beberapa hal
yang perlu diperhatikan ketika memberikan desinfektan, antara lain:
- Daya racun zat.
- Waktu kontak yang diperlukan.
- Efektivitas zat.
- Kadar dosis yang digunakan.
- Tidak boleh bersifat toksik (racun) terhadap manusia dan hewan.
- Tahan terhadap air.
- Biayanya murah.
- Contoh mekanisme desinfeksi pada limbah cair adalah penambahan klorin (klorinasi),
penyinaran dengan sinar ultraviolet (UV), atau dengan ozon (O3).

3. Limbah B3 jika sudah diolah hasilnya itu jadi apa?

Ada beberapa hasil pengolahan limbah B3 yang perlu diketahui diantaranya dengan adanya
pengolahan ini telah memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 dengan jangka waktu
yang lama sekitar 30 tahun tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup.

 Kelompok 8
1. Untuk pengolahan limbah padat yang tidak bisa didaur ulang itu diapain?
Bagi limbah padat yang tidak punya nilai ekonomis dapat ditangani dengan berbagai cara
antara lain ditimbun pada suatu tempat, diolah kembali kemudian dibuang dan dibakar.
2. Apa dampak yang terjadi jika pengolahan limbah dilakukan secara asal-asalan?

Dampak Limbah terhadap Kesehatan Manusia

Berbagai jenis penyakit dapat ditimbulkan karena tidak adanya penangan atau pengelolaan
limbah yang benar.Mulai dari penyakit ringan seperti sakit perut/diare hingga penyakit yang
mematikan seperti keracunan akut dapat disebabkan oleh adanya limbah.

Berikut ini beberapa contoh jenis penyakit yang dapat menyerang manusia akibat adanya limbah:

 Gangguan pencernaan seperti diare


 Tifus
 Keracunan akut dan keracunan kronis
 Jamur pada kulit
 Sesak napas
 Gangguan saraf
4.2 Dampak Limbah terhadap Lingkungan

Selain berdampak negatif bagi manusia, limbah juga berdampak negatif bagi lingkungan.
Dampak negatif yang paling terlihat jelas adalah rusaknya lingkungan sehingga menurunkan
nilai estetika lingkungan atau dengan kata lain lingkungan menjadi tidak enak dipandang.

Limbah berupa cairan yang masuk ke dalam sistem drainase atau sungai akan mengakibatkan
pencemaran air. Apabila hal ini sudah terjadi maka akan banyak organisme seperti ikan akan
mati keracunan. Jika hal ini terjadi maka akan terjadi perubahaan ekosistem perairan yang
menjebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem secara keseluruhan. Limbah padat yang
dibuang ke sungai dalam jumlah yang banyak dapat menyumbat aliran air sungai dan
menyebabkan banjir.

Selain pencemaran air, pencemaran udara oleh limbah juga akan terjadi seperti bau tidak
sedap yang ditimbulkan karena pembusukan sampah organik. Asap yang ditimbulkan
dari kendaran bermotor, pembakaran sampah maupun industri-industri besar juga dapat
menimbulkan pencemaran udara. Pembakaran sampah berbahan plastik tertentu bahkan
dapat bersifat karsinogenik dan menimbulkan kanker apabila dihirup manusia.
3. Bagaimana cara pengolahan limbah yang bersifat racun ?

Upaya pengelolaan limbah B3 dapat dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

 Reduksi limbah dengan mengoptimalkan penyimpanan bahan baku dalam proses kegiatan
atau house keeping, substitusi bahan, modifikasi proses, maupun upaya reduksi lainnya.
 Kegiatan pengemasan dilakukan dengan penyimbolan dan pelabelan yang menunjukkan
karakteristik dan jenis limbah B3 berdasarkan acuan Keputusan Kepala Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan Nomor : Kep-05/Bapedal/09/1995.
Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan.Secara
umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari
karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang
disimpan di dalamnya.Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di
mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan
kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan.Limbah yang bersifat self-reactive dan
peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya.Pembantalan
kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak
mengalami penguraian atau dekomposisi saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas
pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas
rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan.
 Penyimpanan dapat dilakukan di tempat yang sesuai dengan persyaratan yang berlaku acuan
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-
01l/Bapedal/09/1995.
Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus disimpan
dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan
harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus
diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel.Bangunan
penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke
arah bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%.Bangunan juga harus memiliki ventilasi
yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem
penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan
yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan
dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi.
 Pengumpulan dapat dilakukan dengan memenuhi persyaratan pada ketentuan Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor: Kep-01/Bapedal/09/1995 yang
menitikberatkan pada ketentuan tentang karakteristik limbah, fasilitas laboratorium,
perlengkapan penanggulangan kecelakaan, maupun lokasi.
 Kegiatan pengangkutan perlu dilengkapi dengan dokumen pengangkutan dan ketentuan
teknis pengangkutan.
Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan
pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002.Peraturan pengangkutan yang menjadi acuan adalah
peraturan pengangkutan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait dengan hal pemberian
label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus, dan sebagainya. Persyaratan yang harus
dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi pengangkutan
yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang berarti.Selain itu,
kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektifitas kemasan tidak berkurang selama
pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbakar harus dilengkapi dengan head shields pada
kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas untuk mencegah kenaikan suhu
yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan khusus selain juga adanya
kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang ada di setiap truk dan di dinas
pemadam kebarakan.
 Upaya pemanfaatan dapat dilakukan melalui kegiatan daur ulang (recycle), perolehan
kembali (recovery) dan penggunaan kembali (reuse) limbah B3 yang dlihasilkan ataupun
bentuk pemanfaatan lainnya.
 Pengolahan limbah B3 dapat dilakukan dengan cara thermal, stabilisasi, solidifikasi secara
fisika, kimia, maupun biologi dengan cara teknologi bersih atau ramah lingkungan.
 Kegiatan penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 18 Tahun 1999.

 Kelompok 9
1. Metode pengolahan limbah B3 secara fisika, kimia, dan bio itu bagaimana?
Beberapa metode penanganan limbah B3 yang umum diterapkan adalah sebagai berikut:

 Metode Pengolahan secara Kimia,


Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel
yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik
beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan tergantung jenis dan kadar
limbahnya.
Proses pengolahan limbah B3 secara kimia yang umum dilakukan adalah stabilisasi/ solidifikasi.
Stabilisasi/ solidifikasi adalah proses mengubah bentuk fisik dan/atau senyawa kimia dengan
menambahkan bahan pengikat atau zat pereaksi tertentu untuk memperkecil/membatasi
kelarutan, pergerakan, atau penyebaran daya racun limbah, sebelum dibuang. Definisi stabilisasi
adalah proses pencampuran limbah dengan bahan tambahan dengan tujuan menurunkan laju
migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut.
Solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan
aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang
sama. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses stabilisasi/solidifikasi adalah semen,
kapur, dan bahan termoplastik.
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan
termoplastik.Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing,
dan plant mixing.Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan
Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
Apabila konsentrasi logam berat di dalam air limbah cukup tinggi, maka logam dapat dipisahkan
dari limbah dengan jalan pengendapan menjadi bentuk hidroksidanya. Hal ini dilakukan dengan
larutan kapur (Ca(OH)2) atau natrium hidroksida (NaOH) dengan memperhatikan kondisi pH
akhir dari larutan. Pengendapan optimal akan terjadi pada kondisi pH dimana hidroksida logam
tersebut mempunyai nilai kelarutan minimum. Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah
larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan
dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya
dapat diendapkan.Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan
larutan alkali misalnya air kapur, sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut
atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan
untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan
sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan
membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).

Presipitasi adalah pengurangan bahan-bahan terlarut dengan cara menambahkan senyawa kimia
tertentu yang larut dan dapat menyebabkan terbentuknya padatan. Dalam pengolahan air limbah,
presipitasi digunakan untuk menghilangkan logam berat, sufat, fluoride, dan fosfat.Senyawa
kimia yang biasa digunakan adalah lime, dikombinasikan dengan kalsium klorida, magnesium
klorida, alumunium klorida, dan garam – garam besi.Adanya complexing agent, misalnya NTA
(Nitrilo Triacetic Acid) atau EDTA (Ethylene Diamine Tetraacetic Acid), menyebabkan
presipitasi tidak dapat terjadi. Oleh karena itu, kedua senyawa tersebut harus dihancurkan
sebelum proses presipitasi akhir dari seluruh aliran, dengan penambahan garam besi dan polimer
khusus atau gugus sulfida yang memiliki karakteristik pengendapan yang baik. Pengendapan
fosfat, terutama pada limbah domestik, dilakukan untuk mencegah eutrophicationdari
permukaan.Presipitasi fosfat dari sewage dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu
penambahan slaked lime, garam besi, atau garam alumunium.
Koagulasi dan Flokulasi digunakan untuk memisahkan padatan tersuspensi dari cairan jika
kecepatan pengendapan secara alami padatan tersebut lambat atau tidak efisien. Proses koagulasi
dan flokulasi adalah konversi dari polutan-polutan yang tersuspensi koloid yang sangat halus
didalam air limbah, menjadi gumpalan-gumpalan yang dapat diendapkan, disaring, atau
diapungkan.
Beberapa kelebihan proses pengolahan kimia antara lain dapat menangani hampir seluruh
polutan anorganik, tidak terpengaruh oleh polutan yang beracun atau toksik, dan tidak tergantung
pada perubahan konsentrasi. Pengolahan kimia dapat meningkatkan jumlah garam pada effluent,
meningkatkan jumlah lumpur sehingga memerlukan bahan kimia tambahan akibatnya biaya
pengolahan menjadi mahal.

 Metode Pengolahan secara Fisik


Sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan, dilakukan penyisihan terhadap
bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap atau bahan-bahan yang
terapung. Penyaringan atau screening merupakan cara yang efisien dan murah untuk
menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah
mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang
utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi
hidrolis di dalam bak pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti
minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat
digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan
lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air buangan, biasanya dilakukan untuk mendahului proses
adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak
mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau
menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik
misalnya fenol dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk
menggunakan kembali air buangan tersebut.
Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil,
terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah.Biaya instalasi
dan operasinya sangat mahal.
Evaporasi pada umumnya dilakukan untuk menguapkan pelarut yang tercampur dalam limbah,
sehingga pelarut terpisah dan dapat diisolasi kembali.Evaporasi didasarkan pada sifat pelarut
yang memiliki titik didih yang berbeda dengan senyawa lainnya.
Metode insinerasi atau pembakaran dapat diterapkan untuk memperkecil volume limbah
B3.Namun saat melakukan pembakaran perlu dilakukan pengendalian agar gas beracun hasil
pembakaran tidak mencemari udara.Pengolahan secara insinerasi bertujuan untuk
menghancurkan senyawa B3 yang terkandung di dalamnya menjadi senyawa yang tidak
mengandung B3.Insinerator adalah alat untuk membakar sampah padat, terutama untuk
mengolah limbah B3 yang perlu syarat teknis pengolahan dan hasil olahan yang sangat ketat.
Ukuran, desain dan spesifikasi insinerator yang digunakan disesuaikan dengan karakteristik dan
jumlah limbah yang akan diolah. Insinerator dilengkapi dengan alat pencegah pencemar udara
untuk memenuhi standar emisi.
Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat).
Teknologi ini bukan solusi terakhir dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya
hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat
mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas.
Kelebihan metode pembakaran adalah metode ini merupakan metode hemat uang di bidang
transportasi dan tidak menghasilkan jejak karbon yang dihasilkan transport seperti pembuangan
darat. Menghilangkan 10% dari jumlah limbah cukup banyak membantu mengurangi beban
tekanan pada tanah.Rencana pembakaran waste-to-energy (WTE) juga memberikan keuntungan
yang besar dimana limbah normal maupun limbah B3 yang dibakar mampu menghasilkan listrik
yang dapat berkontribusi pada penghematan ongkos.Pembakaran 250 ton limbah per hari dapat
memproduksi 6.5 megawatt listrik sehari (berharga $3 juta per tahun).
Kerugian metode pembakaran adalah adanya biaya tambahan dalam pembangunan instalasi
pembakaran limbah.Selain itu pembakaran limbah juga menghasilkan emisi gas yang
memberikan efek rumah kaca.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi atau heating value limbah.
Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses
pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem
insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3
ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple
chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator
tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat,
cair, dan gas secara simultan.
 Metode Pengolahan secara Biologi
Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang berkembang dewasa saat ini dikenal dengan
istilah bioremediasi dan fitoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan bakteri dan
mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3. Sedangkan fitoremediasi adalah
penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-bahan beracun dari tanah.
Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh limbah B3 dan biaya
yang diperlukan lebih murah dibandingkan metode kimia atau fisik. Namun, proses ini juga
masih memiliki kelemahan. Proses bioremediasi dan fitoremediasi merupakan proses alami
sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk membersihkan limbah B3, terutama
dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk hidup, proses ini dikhawatirkan
dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai makanan di dalam ekosistem.

2. Bagaimana cara pengolahan limbah secara anaerob?


Pengolahan secara anaerobik meliputi pencerna anaerob (anaerobic digestion) dan UASB
(Upflow Anaerobic Sludge Blanket).Tangki pencerna enaerob adalah sebuah tangki
kedap udara yang dialiri air limbah. Di dalam tangki ini, air limbah mengalami proses
penguraian oleh bakteri anaerob. Proses ini menghasilkan gas, diantaranya yang paling
khas adalah gas H2S yang berbau busuk. Proses anaerob juga dapat menghasilkan gas
metan, sehingga apabila dikelola dengan baik akan diperoleh gas bio yang sangat
bermanfaat.
UASB pada dasarnya sama dengan pencerna anaerob, perbedaannya terletak pada cara
pengaliran air limbah. Pada UASB aliran air mengarah ke atas pada tangki vertikal.Unit
pengolah limbah anaerobik lainnya adalah ABR (Anaerobic Baffle Reactor).ABR sangat
rentan terhadap perubahan debit limbah dan perubahan konsentrasi bahan organik secara
mendadak (organic & hydrolic loading).

3. Apa itu slude treatment?

Lumpur yang banyak mengandung padatan diperoleh dari hasil proses pemisahan padat-cair dari
limbah yang sering disebut dengan sludge atau lumpur encer, di dalam sludge tersebut sebagian
besar mengandung air dan hanya beberapa persen berupa zat padat. Umumnya persentase
kandungan air tersebut dapat mencapai 95-99%. Lumpur yang dihasilkan unit pengolahan air
limbah dapat dikelola hingga menjadi abu dengan kadar 0,3 % dengan melalui beberapa tahap
pengolahan yang meliputi proses pemekatan dengan proses thickening, proses dewatering,
proses pengering dan pembakaran. Filtrat yang dihasilkan dari proses pemekatan dan dewatering
dikembalikan ke unit equalisasi (IPAL) untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut.

 Kelompok 10
1. Kan ada 3 jenis limbah, nah mana yang paling susah untuk diolah kembali atau
didaur ulang?
Limbah padat,karena butuh waktu yang cukup lama untuk mengurai.

2. Pada pengolahan limbah industr. bagaimana cara pengolahan limbah lumpur?

1. Tahap Pemisahan Benda Asing

Tahapan pertama adalah tahapan pemisahan benda asing. Tahapan tersebut dilakukan dengan
memisahkan berbagai benda asing di limbah seperti halnya pasir, kerikil, batu, kayu dan berbagai
benda lainnya.
Nantinya sisa pada artikel akan digiling supaya tidak membuat rusak alat yang ada pada sistem
serta tidak menghambat laju aliran.

2. Tahap Primer

Tahap kedua pengolahan pada air limbah dengan menggunakan proses lumpur aktif ini adalah
tahapan primer alias pengendapan. Tahapan ini akan mengumpalkan berbagai partikel dengan
ukuran koloid dengn ditambahkan elektrolit.

3. Tahap Sekunder

Tahapan ketiga dari pengolahan pada air limbah dengan menggunakan proses lumpur aktif ini
adalah tahapan sekunder dimana terdapat dua tahap yakni tahap aerasi dan juga pengendapan.

Pada tahap aerasi, air limbah nantinya akan ditambahkan okigen setelah limbah tersebut
dicampur dengan lumpur aktif. Sedangkan tahapan pengendapan ini berasal dari lumpur aktif
yang telah mengendap lalu diletakan dalam tangki aerasi.

4. Tahapan Tersier

Tahap keempat proses pengolahan pada air limbah dengan menggunakan proses lumpur aktif ini
adalah tahapan tersier atau tahap pilihan. Biasanya tahapan ini digunakan untuk memisahkan
berbagai zat berbahaya bagi lingkngan seperti senyawa nitrat, dan berbagai senyawa lainnya.

5. Tahap Disinfektan

Setelah keempat tahapan pengolahan pada air limbah dengan menggunakan proses lumpur aktif
di atas dilalui, masih terdapat dua tahapan tersisa. Tahapan kelima dari proses pengolahan pada
air limbah dengan menggunakan proses lumpur aktif ini adalah tahap disinfektan.

Tahapan ini dilakukan dengan menambahkan disinfektan guna menghilangkan mikrooorganisme


yang menyebabkan bau serta warna keruh. Setelah tahapan ini dilalui, nantinya air dapat
digunakan untuk berbagai keperluan industri ataupun irigasi.

6. Tahap Pengolahan Padatan Lumpur

Tahapan terakhir yakni tahapan keenam adalah tahapan pengolahan padatan lumpur. Tahapan
tersebut menguraikan bakteri aerobik yang mana digunakan untuk bahan bakar serta
bisolid yang digunakan untuk pupuk.

3. Pada pengolahan limbah padat. Pengolahan secara sekunder nya menggunakan


mikroorganisme. Nah mikroorganisme nya itu apa saja?

Mikroorganisme yang digunakan umumnya adalah bakteri aerob.


 Kelompok 11

1. Lebih bahaya mana antar limbah organik dan anorganik?

a. Limbah organic merupakan limbah yang meengandung unsur karbon atau berasal dari
makhluk hidup dan bersifat mudah membusuk/terurai oleh aktivitas mikroorganisme baik aerob
maupun anaerob. Limbah organik ini sangat mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti
sisa makanan, kotoran hewan, kulit buah, sayur busuk, dan lain sebagainya.

b. Limbah anorganik merupakan limbah yang tidak dapat atau sulit membusuk/terurai secara
alami oleh mikroorganisme pengurai contoh limbah anorganik yaitu plastik, kaca, logam, baja,
dan lain sebagainya.

Maka lebih bahaya limbah anorganik, karena jika limbah anorganik tersebut tidak diolah terlebih
dahulu sebelum dibuang maka akan berdampak langsung kepada lingkungan sekitar dan dalam
jangka waktu yang lama karena limbah ini sulit terurai.

2. Pada limbah b3. Ada tiga jenis pengolahan, nah jelaskan cara pengolahan atau
pembuangan tersebut

1. Metode pengolahan secara kimia, fisik dan biologi Proses pengolahan limbah B3 dapat
dilakukan secara kimia, fisik, atau biologi. Proses pengolahan limbah B3 secara kimia atau fisik
yang umumnya dilakukan adalah stabilisasi/ solidifikasi . stabilisasi/solidifikasi adalah proses
pengubahan bentuk fisik dan sifat kimia dengan menambahkan bahan peningkat atau senyawa
pereaksi tertentu untuk memperkecil atau membatasi pelarutan, pergerakan, atau penyebaran
daya racun limbah, sebelum dibuang. Contoh bahan yang dapat digunakan untuk proses
stabilisasi/solidifikasi adalah semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metode insinerasi
(pembakaran) dapat diterapkan untuk memperkecil volume B3 namun saat melakukan
pembakaran perlu dilakukan pengontrolan ketat agar gas beracun hasil pembakaran tidak
mencemari udara. Proses pengolahan limbah B3 secara biologi yang telah cukup berkembang
saat ini dikenal dengan istilah bioremediasi dan viktoremediasi. Bioremediasi adalah penggunaan
bakteri dan mikroorganisme lain untuk mendegradasi/ mengurai limbah B3, sedangkan
Vitoremediasi adalah penggunaan tumbuhan untuk mengabsorbsi dan mengakumulasi bahan-
bahan beracun dari tanah. Kedua proses ini sangat bermanfaat dalam mengatasi pencemaran oleh
limbah B3 dan biaya yang diperlukan lebih muran dibandingkan dengan metode Kimia atau
Fisik. Namun, proses ini juga masih memiliki kelemahan. Proses Bioremediasi dan
Vitoremediasi merupakan proses alami sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk
membersihkan limbah B3, terutama dalam skala besar. Selain itu, karena menggunakan makhluk
hidup, proses ini dikhawatirkan dapat membawa senyawa-senyawa beracun ke dalam rantai
makanan di ekosistem.
2. Metode Pembuangan Limbah B3
a. Sumur dalam/ Sumur Injeksi (deep well injection) Salah satu cara membuang limbah B3 agar
tidak membahayakan manusia adalah dengan cara memompakan limbah tersebut melalui pipa
kelapisan batuan yang dalam, di bawah lapisan-lapisan air tanah dangkal maupun air tanah
dalam. Secara teori, limbah B3 ini akan terperangkap dilapisan itu sehingga tidak akan
mencemari tanah maupun air. Namun, sebenarnya tetap ada kemungkinan terjadinya kebocoran
atau korosi pipa atau pecahnya lapisan batuan akibat gempa sehingga limbah merembes
kelapisan tanah.

b. Kolam penyimpanan (surface impoundments) limbah B3 cair dapat ditampung pada kolam-
kolam yang memang dibuat untuk limbah B3. Kolam-kolam ini dilapisi lapisan pelindung yang
dapat mencegah perembesan limbah. Ketika air limbah menguap, senyawa B3 akan terkosentrasi
dan mengendap di dasar. Kelemahan metode ini adalah memakan lahan karena limbah akan
semakin tertimbun dalam kolam, ada kemungkinan kebocoran lapisan pelindung, dan ikut
menguapnya senyawa B3 bersama air limbah sehingga mencemari udara.

c. Landfill untuk limbah B3 (secure landfils) limbah B3 dapat ditimbun pada landfill, namun
harus pengamanan tinggi. Pada metode pembuangan secure landfills, limbah B3 ditempatkan
dalam drum atau tong-tong, kemudian dikubur dalam landfill yang didesain khusus untuk
mencegah pencemaran limbah B3. Landffill ini harus dilengkapi peralatan moditoring yang
lengkap untuk mengontrol kondisi limbah B3 dan harus selalu dipantau. Metode ini jika
diterapkan dengan benar dapat menjadi cara penanganan limbah B3 yang efektif. Namun,
metode secure landfill merupakan metode yang memliki biaya operasi tinggi, masih ada
kemungkinan terjadi kebocoran, dan tidak memberikan solusi jangka panjang karena limbah
akan semakin menumpuk

3. Apakah hasil pengolahan dari limbah cair itu dapat digunakan atau dikonsumsi?

Tidak dapat, karena hasil pengolahan limbah tersebut sudah merupakan bahan yang harus
dibuang karena tidak memiliki kegunaan lagi.

 Kelompok 12

1. Pada limbah organik kan pengolahan nya ditimbun. Kalau untuk non organik itu
bagaimana cara pengolahan nya

Limbah anorganik seperti botol, kertas, plastik dan kaleng, sebelum dibuang ke TPA sebaiknya
dipilah terlebih dahulu. Karena dari jenis sampah ini masih ada kemungkinan untuk
dimanfaatkan ulang maupun untuk didaur ulang.

A ) Dijual ke Pasar Loak / Dirombeng


Untuk Bahan Baku Sisi lain dari pemanfaatan sampah anorganik, seperti kertas bekas, koran
bekas, majalah bekas, botol bekas, ban nekas, radio tua, TV tua, dan sepeda usang, adalah dijual
ke pasar loak. Atau jika enggan pergi ke pasar loak, juga dapat memanggil tukan loak yang biasa
membeli barang-barang bekas ke rumah-rumah. Cara lain dapat juga di jual ke tetangga ataupun
teman. Dengan demikian, sudah ada usaha mengurangi jumlah sampah yang ada. Cobalah untuk
mengumpulkan barang-barang bekas kemudian dijual, pendapatan rumah tangga akan
bertambah.

B ) Daur Ulang
Berbicara mengenai proses daur ulang, ada baiknya apabila mengetahui jenis sampah yang dapat
didaur ulang.
Sampah-sampah yang dapat di daur ulang, antara lain:
– Sampah plastik.
– Sampah logam
– Sampah kertas
– Sampah kaca

C ) Sanitary Landfill
Ini merupakan salah satu metode pengolahan sampah terkontrol dengan sistem sanitasi yang
baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Kemudian sampah dipadatkan
dengan traktor dan selanjutnya ditutup tanah. Cara ini akan menghilangkan polusi udara. Pada
bagian dasar tempat sampah tersebut dilengkapi dengan sistem saluran leachate yang berfungsi
sebagai saluran limbah cair sampah yang harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai
atau ke lingkungan. Di sanitary landfill tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas
hasil aktivitas penguraian sampah. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sanitary
landfill, yaitu :
– Semua lanfill adalah warisan bagi generasi mendatang.
– Memerlukan lahan yang luas.
– Penyediaan dan pemilihan lokasi pembuangan harus memperhatikan dampak lingkungan.
– Aspek sosial harus mendapat perhatian.
– Harus dipersiapkan instalasi drainase dan sistem pengumpulan gas.
– Kebocoran ke dalam sumber air tidak dapat ditolerir (kontaminasi dengan zat-zat beracun)
– Memerlukan pemantauan yang terus menerus.

D ) Pembakaran
Cara ini adalah cara yang paling mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan usaha keras.
Cara ini bisa dilakukan dengan cara membakar limbah-limbah padat misalnya kertas-kertas
dengan menggunakan minyak tanah lalu dinyalakan apinya. Sampah padat dibakar di dalam
insinerator. Hasil pembakaran adalah gas dan residu pembakaran. Penurunan volume sampah
padat hasil pembakaran dapat mencapai 70%. Cara ini lebih relatif mahal dibanding dengan
sanitary lanfill, yaitu sekitar 3 x lipatnya.
Kelebihan sistem pembakaran ini adalah :

– Mudah dan tidak membutuhkan usaha keras


– Membutuhkan tempat atau lokasi yang cukup kecil dibanding sanitary landfill.
– Membutuhkan lahan yang relatif kecil
– Dapat dibangun di dekat lokasi industri.
– Residu hasil pembakaran relatif stabil dan hampir semuanya bersifat anorganik.
– Dapat digunakan sebagai sumber energi, baik untuk pembangkit uap, air panas, listrik, dan
pencairan logam.

2. Manfaat pengolahan limbah B3

 Mengurangi dan mendaur ulang limbah B3 rumah tangga mengkonservasi sumber daya
dan energi yang terbuang selama produksi.
 Menggunakan lagi limbah B3 rumah tangga sama dengan menghemat uang dan
mengurangi energi untuk mengolah.
 Pembuangan limbah B3 rumah tangga yang tepat dapat membangun kesehatan manusia
dan lingkungan.
 Mengurangi adanya dampak pencemaran lingkungan dengan melakukan pengelolaan
limbah B3 yang sesuai ketentuan.
 Memberikan edukasi kepada semua orang bahwa limbah B3 dapat dikelola dan
dimanfaatkan.

3. Keuntungan/kerugian dari pengolahan sanitary landfill

Keuntungan Menggunakan Metode Sanitary Landfill


Begitu populernya metode pengelolaan sampah yang satu ini adalah

 Murah : tidak memerlukan investasi besar dalam bentuk peralatan. Pengelolaan hanya
memerlukan lahan yang luas dan jauh dari pemukiman selain peralatan operasional
 Dapat menampung berbagai jenis sampah
 Dapat dipersiapkan dalam waktu yang singkat
 Dapat dirubah menjadi penghasil energi listrik karena sampah akan mengeluarkan gas
metana yang bisa dijadikan bahan bakar penggerak turbin
 Mengurangi polusi udara karena sampah-sampah tersebut berada di dalam tanah

Kerugian Menggunakan Metode Sanitary Landfill


Ada beberapa kelemahan atau kerugian menggunakan metode ini, terutama jika tidak
dioperasikan dengan benar, seperti :
 Pencemaran air : sampah-sampah , terutama bahan organik atau kimia sering
menghasilkan cairan yang dapat merembes ke dalam tanah dan bisa mencemari tanah dan
air.
 Gas metana yang keluar dari proses pembusukan sampah, jika tidak dialirkan dapat
menimbulkan bahaya ledakan seperti pernah terjadi di TPA Leuwigajah beberapa tahun
yang lalu yang menimbulkan korban jiwa
 Membutuhkan lahan yang luas dan hal ini sulit tersedia di kota-kota yang sudah padat
penduduknya
 Mendapat tentangan dari warga : masalah sosial yang timbul karena lokasi TPA yang
dulunya jauh dari lokasi peukiman menjadi dekat akibat berkembangnya pemukiman
penduduk
 Butuh biaya transportasi yang mahal dan juga menghasilkan polusi udara

Anda mungkin juga menyukai