HALAMAN JUDUL......................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................2
B. Rumusan Masalah.................................................................................3
C. Tujuan Pembahasan...............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian anak...............................................................................14
A. KESIMPULAN ..................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................21
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kehendak untuk berbuat jahat dalam kehidupan manusia. Disisi lain manusia
ingin tentram, tertib damai, dan berkeadilan. Artinya tidak diganggu oleh
akal sehat setiap langkah dan perilakunya, sehingga dapat memisahkan antara
upaya preventif dan repesif dijelaskan dalam fiqih jinayah. Dalam makalah ini
hukuman.
2
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Pembahasan
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hukuman
‘uqubah. Lafadz ‘uqubah menurut bahasa berasal dari kata ‘aqoba, yang
4
dikenakan kepada orang yang melanggar undang-undang23 dan lain
ketentuan syara.”
sama dengan pidana. Yang dalam istilah Inggris sentencing yang disalin
5
suatu pengertian umum, sebagai suatu sanksi yang menderitakan atau
intisari bahwa hukuman atau pidana adalah suatu penderitaan atau nestapa,
atau akibat akibat lain yang tidak menyenangkan yang diberikan dengan
sengaja oleh badan yang berwenang kepada seseorang yang cakap menurut
2. Dasar Hukum
hukuman bagi kasus-kasus ta’zir. Semua itu pada hakikatnya dalam upaya
6
62:
ص
3. Tujuan Hukuman
kepentingan perseorangan.
pelaku menjadi jera dan takut. Oleh karena itu, pelaksanaannya dilakukan di
7
yang sesuai dengan perbuatannya. Yang harapannya pelaku menjadi jera
mengulangi perbuatan yang sama di masa datang. Dan jugaorang lain tidak
meniru perbuatan si pelaku sebab akibat yang sama juga akan dikenakan
kepada peniru.
Hukuman bagi pelaku pada dasarnya juga sebagai upaya mendidiknya agar
menjadi orang baik dan anggota masyarakat yang baik pula. Dia diajarkan
bahwa perbuatan yang dilakukannya telah mengganggu hak orang lain, baik
materil ataupun moril dan merupakan perkosaan terhadap hak orang lain.
dengan perbuatan lain yang sepadan, baik dibalas dengan dengan perbuatan
baik dan jahat dengan kejahatan pula dan itu sesuatu yang adil.
Yang dalam hukum Islam tujuan dari adanya hukuman adalah untuk
menjaga jiwa setiap manusia, seperti hukuman qishos lahir sebagai upaya
8
pihak yang dirugikan atau menjadi korban kejahatan. Lalu dibedakan antara
B. Syarat hukuman
9
Hukuman disyaratkan harus bersifat pribadi atau perorangan. Ini
melakukan tindak pidana dan tidak mengenai orang lain yang tidak
hanya terdapat dalam jarimah dan hukuman had atau qishash, karena
memperbaikinya pelaku.
10
C. Hapusnya Hukuman
pada asalnya yaitu dilarang. Hanya saja oleh karena keadaan pelaku tidak
berikut:8
1. Paksaan
seseorang karena orang lain dan oleh karena itu hilang kerelaannya atau
tidak sempurna lagi pilihannya. Kedua, paksaan ialah suatu perbuatan yang
ke luar dari orang yang memaksa dan menimbulkan pada diri orang yang
empat, paksaan ialah apa yang diperintahkan seorang pada orang lain yaitu
2. Mabuk
11
Syarat islam melarang minuman khamar baik sampi mengakibatkan
mabuk atau tidak. Minum khamar termasuk jarimah hudud dan dihukum
menurut pendapat yang kuat dari empat kalangan mazhab fiqih ialah bahwa
kehendak sendiri tapi tidak mengetahui bahwa apa yang diminumnya itu
3. Gila
rusak atau lemah”. Definisi tersebut merupakan definisi secara umum dan
luas, sehingga mencakup gila (junun), dungu (al-‘ithu), dan semua jenis
yang sejenis:
12
Gila terus menerus adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak
dapat berpikir sama sekali, baik hal itu diderita sejak lahir maupun yang
Al-Jununu Al-Muthbaq.
b. Gila berselang
Pertanggung jawaban pidana pada gila terus menerus hilang sama sekali,
c. Gila sebagian
d. Dungu (Al-‘Ithu)
13
“orang dungu adalah orang yang minim pemahamannya,
4. Di Bawah Umur
sekali dan meskipun telah lama usianya, namun menyamai teori terbaru di
dua perkara yaitu ketentuan berpikir dan pilihan idrak dan ikhtiar. Oleh
karena itu kedudukan anak kecil berbeda-beda menurut masa yang dilalui
tersebut.
Secara alamiah terdapat tiga masa yang dialami oleh setiap orang
berpikir (idrak), kedua; Masa kemampuan berpikir yang lemah, dan ketiga;
1. Pengertian Anak
literatur yang memberi batasan umur anak yang berbeda-beda. Dalam hal
14
menunjukkan kemampuan atau kecakapan seorang anak untuk bertindak.
istilahistilah anak dan belum dewasa secara campur aduk sehingga ukuran
milik dan larangan bertindak sendiri, sebenarnya ada dua tingkatan yaitu:
a. Kecil dan belum mumayyiz dalam hal ini anak itu sama sekali tidak
b. Kecil tapi sudah mumayyiz, dalam hal ini si kecil ini kurang
sebab itu kata-katanya sudah dapat dijadikan pegangan dan sudah sah
lain.10
15
Dalam hal ini dapat ditelusuriberdasarkan fase-fase perkembangan anak
secara campur aduk. Dengan demikian, ukuran atau batas umurnya juga
berbeda-beda
usia anak yang mampu berdiri sendiri atau dewasa adalah 21 tahun
sepanjang anak tersebut tidak bercacat fisik maupun mental atau belum
semua orang di bawah usia 21 tahun dan belum menikah sebagai anak-
11 Kompilasi Hukum Islam, Bab XIV Tentang Pemeliharaan Anak, Pasal 98 ayat
(1).
12 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, pasal 45
13 Undang-undang Nomor. 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, Pasal 1
Ayat (2).
16
Begitu juga dengan Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang
Anak adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi
Islam disebut sebagai mukallaf (orang yang dibebani hukum) atau mahkum
‘alaih(orang yang berlaku hukum padanya). Mukallaf adalah orang yang telah
akhirat.16
yang berhubungan dengan tuntutan atau pilihan untuk berbuat). Dalam Islam,
17
orang yang dikenai taklif adalah mereka yang sudah dianggap mampu untuk
Dasar adanya taklif kepada mukallaf, ialah karena adanya akal dan
dibebani hukum apabila ia berakal dan dapat memahami secara baik taklif
yang ditunjukkan kepadanya. Maka orang yang tidak atau belum berakal
dianggap tidak bisa memahami taklif dari Syar’i (Allah dan Rasul-Nya).
Akal pada diri seorang manusia tumbuh dan berkembang sesuai dengan
pertumbuhan fisiknya dan baru berlaku atasnya taklif bila akal telah mencapai
bila telah mencapai batas dewasa atau bulugh, kecuali bila mengalami kelainan
yang menyebabkan ia terhalang dari taklif. Dari uraian ini dapat dipahami
bahwa syarat seorang mukallaf yang pertama adalah “baligh dan berakal”
Selain dari syarat pertama di atas, ada syarat kedua yang harus dipenuhi
seorang mukallaf untuk menerima taklif. Syarat itu ialah kecakapan, atau yang
1. Ahliyah al wujub atau ahli wajib yaitu kelayakan seseorang untuk ada
kandungan) atau kanak-kanak, atau anak yang sudah mumayyiz atau sudah
18
baligh, atau dewasa, atau safih (bodoh), punya akal atau gila, dan sehat atau
sakit.18 Para ahli Ushul membagi ahliyah al-wujub ini dalam dua bagian;46
a. Ahliyah al-wujub naqish, atau kecakapan dikenai hukum secara lemah,
baik dalam hal ibadah maupun muamalah. Kecakapan berbuat hukum atau
ahliyah al-‘ada terdiri dari tiga tingkat. Setiap tingkat dikaitkan kepada
a. Adim al-ahliyah, atau tidak cakap sama sekali, yaitu manusia semenjak
18 Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushul Fiqih), Alih
Bahasa Nur Iskandar Al-Barsany dan Moh Tolchah Mansoer, Cet. III, (Jakarta: Rajawali,
1993), h. 217. 46Amir Syarifuddin, Op. Cit., h.357-358.
19Ibid., h. 359.
19
pasti karena ia belum dewasa. Adapun tindakan kejahatan yang
hukuman berupa ganti rugi dalam bentuk harta dan tidak hukuman badan.
Karena itu tidak berlaku padanya qishash dalam pembunuhan, dera atau
rajam pada perzinahan; atau potong tangan pada pencurian. Dia hanya dapat
bersifat jasmani; yaitu bagi wanita telah mulai haid atau mens dan para
perkawinan. Tanda dewasa yaitu haid bagi wanita dan mimpi bersetubuh
perkawinan.
Jika dalam keadaan tidak terdapat atau sukar diketahui tanda yang
jumhur ulama, umur dewasa itu adalah 15 tahun bagi laki-laki dan
20
tidak mencapai umur tersebut, maka belum berlaku padanya beban
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
hukuman atau pidana adalah suatu penderitaan atau nestapa, atau akibat
akibat lain yang tidak menyenangkan yang diberikan dengan sengaja oleh badan
yang berwenang kepada seseorang yang cakap menurut hukum yang telah
kepentingan individu.
Yang dalam hukum Islam tujuan dari adanya hukuman adalah untuk
menjaga jiwa setiap manusia, seperti hukuman qishos lahir sebagai upaya
diharapkan agar menjadi alat pencegahan (preventif) terhadap orang yang akan
melakukan kejahatan.
1. Paksaan
2. Mabuk
3. Gila
4. Di bawah umur
21
DAFTAR PUSTAKA
22