Anda di halaman 1dari 14

PENCEMARAN TANAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pencemaran


Lingkungan
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Siliwangi

Disusun oleh:
Kelompok 2
Crisna Maulana 172154061
Kulsum Musfiroh 192154031
Noni Azzahra 192154064
Seni Rahmawati 192154092
Amely Sarah Kamal 192154113

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Pencemaran Tanah”. Sholawat beserta salam semoga senantiasa
tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya,
sahabatnya dan tabi’in tabi’atnya.
Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini khususnya kepada:
1. Bapal Mufti Ali, M. Pd, Ibu Liah Badriah M. Pd dan Bapak Dita Agustin
M.Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Pencemaran Lingkungan.
2. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan motivasi dalam
menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam makalah ini yang harus disempurnakan. Oleh karena itu, penulis berharap
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun. Akhirnya, penulis
berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya
bagi pembaca.

Tasikmalaya, 3 Mei 2021

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan Makalah.............................................................................................
D. Manfaat Makalah...........................................................................................
BAB II ISI
A. Definisi Pencemaran Tanah...........................................................................
B. Zat Organik, Air dan Udara dalam Tanah......................................................
C. Perubahan dalam Tanah sebagai Akibat dari Pencemaran.............................
D. Metode Analisis dan Tingkat Pencemaran Tanah..........................................
E. Dampak Pencemaran Tanah..........................................................................
F. Penanggulangan serta Pencegahan Pencemaran Tanah................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa Indonesia adalah negara
yang sangat kaya akan sumber daya alam. Salah satu kekayaan tersebut yakni
Indonesia memilki tanah yang sangat subur karena berada di kawasan yang
umumnya masih muda, sehingga didalamnya banyak terapat gunung-gunung
berapi yang mampu mengembalikan permukaan muda kembali yang kaya
akan unsur hara.
Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah
Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa
memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan oleh pengolahan
tanah tersebut.
Terlepas dari hal tersebut aspek industri memegang peranan penting
dalam terjadinya pencemaran tanah yang mana diantaranya proses eksplorasi
dan produksi minyak bumi melalui tumpahan minyak bumi ke lingkungan
pada sumur produksi.
Hidrokarbon Aromatik Polisiklik (HAP) atau Polycylic Aromatic
Hydrocarbons (PAHs) merupakan polutan di udara, tanah, dan padatan yang
mengendap pada fase cair dan sedimen. Pencemaran utama HAP terjadi pada
proses eksplorasi dan produksi minyak bumi melalui tumpahan minyak bumi
ke lingkungan pada sumur produksi, jaringan pemipaan, tangki pengumpul,
hingga proses transportasi minyak bumi menuju kilang pengolahan.
Kebocoran dan pencemaran minyak bumi di lingkungan disebabkan intensitas
penggunaan melebihi batas umur peralatan dan proses pemeliharaan buruk.
Johnsen et al. (2005) menyatakan HAP adalah kontaminan unik di lingkungan
akibat pembakaran material organik tidak lengkap, seperti kebakaran hutan,
pemanas rumah, transportasi, atau pembakaran sampah. Selain itu, HAP
dihasilkan dari aktivitas vulkanologi, proses industri, gasifikasi, dan insinerasi
limbah plastik.
Berdasarkan gambaran umum sumber dan permasalahan di atas, HAP
memiliki dampak negatif bagi lingkungan bila tidak ditangani secara tepat
sehingga proses bioremediasi merupakan salah satu alternatif teknologi untuk
meminimalisasi dan memulihkan lahan tercemar dengan bantuan aktivitas
mikroorganisme.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami akan menyusun
makalah Pencemaran Lingkunag ini dan memilih unsur udara sebagai konsep
masalah yang diangkat dengan judul “Pencemaran Tanah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka kami
menyusun rumusan masalah yaitu sebagi berikut:
1. Apa Definisi Pencemaran Tanah?
2. Bagaimana Zat Organik, Air dan Udara dalam Tanah?
3. Bagaimana Perubahan dalam Tanah sebagai Akibat dari Pencemaran?
4. Bagaimana Metode Analisis dan Tingkat Pencemaran Tanah?
5. Bagaimana Dampak Pencemaran Tanah
6. Bagaimana Penanggulangan serta Pencegahan Pencemaran Tanah?
C. Tujuan Makalah
Dari rumusan masalah di atas, tujuan yang diharapkan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui Definisi Pencemaran Tanah
2. Untuk mengetahui Zat Organik, Air dan Udara dalam Tanah
3. Untuk mengetahui Perubahan dalam Tanah sebagai Akibat dari
Pencemaran
4. Untuk mengetahui Metode Analisis dan Tingkat Pencemaran Tanah
5. Untuk mengetahui Penanggulangan serta Pencegahan Pencemaran Tanah
D. Manfaat Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis. Secara teoritis makalah ini memberikan kegunaan
memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai pencemaran tanah. Secara
praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai wahana menambah penambah pengetahuan dan wawasan
mengenai konsep keilmuan khususnya mengenai pencemaran udara.
2. Pembaca, sebagai media informasi mengenai pencemaran udara
BAB II
ISI

A. Definisi Pencemaran Tanah


Menurut Peraturan Pemerintah RI No.150 tahun 2000 tentang
Pengendalian kerusakan tanah untuk produksi bio massa: “Tanah adalah salah
atu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan
mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan
mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Tetapi akibat kegiatan manusia, banyak terjadi kerusakan tanah. Di
dalam PP No. 150 th. 2000 di sebutkan bahwa “Kerusakan tanah untuk
produksi biomassa adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui
kriteria baku kerusakan tanah.”
Pencemaran tanah merupakan keadaan dimana bahan kimia buatan
manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran tanah bisa
disebabkan limbah domestik, limbah industri, dan limbah pertanian.
B. Zat Organik, Air dan Udara dalam Tanah
Tanah subur adalah tanah yang mengandung komposisi sekitar 45%
bahan organik, 5 % zat anorganik, 25% air dan 25% udara. Tanah dikatakan
tercemar apabila komposisi bahan-bahan pada tanah tidak sesuai dengan
tanah yang subur. Sumber-Sumber pencemaran tanah adalah sebagai berikut :
1. Senyawa organik yang dapat membusuk karena diuraikan oleh
mikroorganisme, seperti sisa-sisa makanan, daun, tumbuh- tumbuhan dan
hewan yang mati.
2. Senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan/ diuraikan oleh
mikroorganisme seperti plastik, serat, keramik, kaleng-kaleng dan bekas
bahan bangunan, menyebabkan tanah menjadi kurang subur.
3. Pencemar Udara berupa gas yang larut dalam air hujan seperti oksida
nitrogen (NO dan NO2), oksida belerang (SO2 dan SO3), oksida karbon
(CO dan CO2), menghasilkan hujan asam yang akan menyebabkan tanah
bersifat asam dan merusak kesuburan tanah/ tanaman.
4. Limbah cair berbentuk; tinja, deterjen, oli, cat, pestisida yang jika
meresap kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah dan bisa
membunuh mikro-organisme di dalam tanah
5. Pencemar berupa logam-logam berat yang dihasilkan dari limbahindustri
seperti Hg, Zn, Pb, Cd dapat mencemari tanah.
6. Zat radioaktif yang dihasilkan dari PLTN, reaktor atom atau dari
percobaan lain yang menggunakan atau menghasikan zat radioaktif.
C. Perubahan dalam Tanah sebagai Akibat dari Pencemaran
Perubahan dalam Tanah sebagai Akibat dari Pencemaran yang
ditemukan pada artikel yang sedang dibahas yaitu:
1. Melalui proses evaporasi, pencucian (leaching), dan migrasi, HAP dapat
berpindah antara media udara, tanah, dan air tanah . Sejumlah penelitian
telah menunjukkan bahwa HAP menyerap sangat kuat ke permukaan
partikel tanah dan bahan organik sehingga proses biodegradasi
terhambat. Biodegredasi atau penguraian hayati adalah proses dimana
bahan organik diuraikan oleh enzim yang dihasilkan oleh organisme
hidup. Biodegredasi menawarkan solusi pencemaran lingkungan secara
efektif, efisien. Biodegredasi merupakan solusi penanganan limbah
secara biologi dengan memanfaatkan peran mikroorganisme. Penguraian
ini terjadi karena mikroorganisme mampu memanfaatkan limbah organik
untuk mendukung pertumbuhannya.
2. Pada media tanah, akumulasi HAP (Hidrokarbon Aromatik Polisiklik)
dapat menyebabkan biomagnifikasi dalam rantai makanan manusia
karena sangat larut di dalam lemak melalui pemaparan langsung atau
tidak langsung ke dalam sistem pencernaan. Dampak biomagnifikasi bagi
lingkungan adalah ketika hewan-hewan mengakumulasi polutan di dalam
tubuhnya maka hewan tersebut dapat mengalami keracunana hingga
kematian sehingga merusakmrantai makanan yang ada di lingkungan
tersebut.
3. HAP menjadi beban lingkungan di dalam tanah sebesar 95% dan
sebagian kecil di udara sebesar 0,2%. Dengan demikian, HAP bersifat
toksik pada lingkungan karena memiliki muatan yang mampat, sebagian
berat molekul tinggi, dan sifat hidrofobik.
4. Pada media heterogen, HAP diserap partikel organik pada pori-pori tanah
dalam ukuran kecil sehingga bakteri tanah tidak dapat mengakses HAP.
Mikrobia yanga ada di dalam tanah dapat meningkatkan kesuburan tanah,
memperkaya tanah akan kandungan mikroorganisme sehingga dapat
menghasilkan nutrisi organik yang berguna untuk tanah.
D. Metode Analisis dan Tingkat Pencemaran Tanah
Kajian ini berupa studi literatur mengenai informasi secara lebih detil
tentang laju kenaikan HAP pada tanah, gambaran umum proses metabolisme,
proses biodegradasi HAP melalui keterlibatan mikroorganisme, dan alternatif
pengolahan sebagai media teknologi penunjang aktivitas proses degradasi
Persistensi HAP di lingkungan sebagian besar ditentukan oleh proses
biodegradasi. Pertumbuhan bakteri pada kultur tercampur melalui tahap tiga
fase, yaitu fase eksponensial, fase pertumbuhan pseudolinear, dan fase
pseudo-stasioner
1. Fase Eksponensial
Pada tahap fase eksponensial, laju peningkatan jumlah
mikroorganisme dikendalikan melalui aktivitas metabolik melalui
peningkatan biomassa sehingga ketersediaan substrat tidak sebagai
komponen utama. Menurut Johnsen et al. (2005), fase eksponensial
sebagai nilai contoh pertumbuhan spesifik konstan dapat dideskripsikan
melalui dua skenario. Pada skenario pertama, konsentrasi HAP terlarut
menjadi jenuh saat proses pengambilan (uptake) bakteri karena laju
pelarutan (disolusi) HAP sangat cepat untuk mempertahankan kenaikan
substrat oleh populasi pertumbuhan. Laju pelarutan ditentukan
berdasarkan periode waktu distribusi substrat saat terlepas dan
memberikan kontribusi terhadap akumulasi HAP di dalam tanah (Enell et
al., 2008). Ketika konsumsi HAP akibat kenaikan laju populasi
melampaui laju pelarutan HAP, konsentrasi HAP terlarut turun menjadi
jenuh dan pertumbuhan eksponensial akan terhenti. Pada skenario kedua,
konsentrasi substrat terlarut dibiarkan konstan pada sistem pengambilan
(uptake) bakteri. Pada kasus ini, pertumbuhan eksponensial terjadi pada
nilai sub maksimum (Johnsen et al., 2005). Hal tersebut diketahui dari
pertumbuhan bakteri pada hidrokarbon cair atau kontak fisik bakteri aktif
melalui substrat. Pelarutan substrat tersisa konstan di dalam sel selama
tidak diisi oleh bakteri terekat. Walaupun mekanisme dapat berbeda, fase
eksponensial pada kurva peningkatan HAP berlangsung singkat karena
kebutuhan metabolik potensial pada peningkatan jumlah sel
membutuhkan laju pelarutan HAP pada saat yang sama.
2. Fase Pertumbuhan Pseudolinear
Pertumbuhan eksponensial terhenti ketika konsumsi substrat oleh
isolat atau konsorsium miroorganisme melebihi laju pelarutan substrat.
Isolat mencapai fase pertumbuhan pseudo-linear ketika dibatasi secara
fisik oleh pelarutan maksimum substrat ke dalam bentuk biomassa
(Johnsen et al., 2005; Janbandhu & Fulekar, 2011). Umumnya, HAP
dalam bentuk kristal mempunyai rasio perbandingan rendah antara area
dan volume, serta selalu konstan pada periode panjang (Johnsen et al.,
2005). Kurva linear tidak mungkin terjadi karena nilai maksimum
pelarutan cenderung menurun selama proses berlangsung tergantung pada
permukaan kristal. Formasi biomassa akan turun walaupun ketersediaan
substrat berlebih dan nilai pelarutan konstan. Kondisi tersebut disebabkan
kebutuhan substrat untuk pemeliharaan setiap sel sehingga tidak terjadi
penambahan biomassa.
3. Fase Pseudo-Stasioner
Total konsumsi pemeliharaan substrat meningkat seiring
peningkatan populasi dan fraksi substrat ke dalam formasi biomassa dan
menurun secara konstan mendekati nol. Hasil akhir fase pseudo-stasioner
berupa konsumsi substrat pada setiap individu sel saat mencapai batas nilai
pemeliharaan sehingga pertumbuhan sel terhenti (Johnsen et al., 2005). Sel
akan mencapai setengah dari keseimbangan (quasi-equilibrium) ketika
seluruh aliran HAP dikonsumsi untuk pemeliharaan sel.
Secara umum, proses metabolisme HAP membutuhkan tiga reaksi enzim
mediator, yaitu enzim cytochrome P450, epoksida hidrolase, vicinal diol-
epoksida. Hasil akhir metabolisme HAP berupa pertumbuhan mikroorganisme,
mineralisasi dan transformasi dari substrat HAP menjadi bentuk non-mineral.
E. Dampak Pencemaran Tanah
Diperkirakan banyak sekali hal-hal yang dapat menyebabkan
pencemaran tanah, misalnya seperti penggunaan pupuk yang berlebih,
pembakaran bahan bakar organic, aktivitas pertambangan, dan lainnya.
Dampak dari pencemaran tanah ini tergantung berdasarkan jenis pencemarnya,
semakin berbahaya pencemar semakin fatal dampak yang dapat ditimbulkan
terhadap kesehatan. Berikut ini beberapa dampak negativ yang dapat
ditimbulkan apabila tanah di suatu tempat mengalami pencemaran :
1. Dapat menimbulkan berbagai masalah pada kesehatan seperti gangguan
penglihatan, gangguan pendengaran, ruam pada kulit, pusing, letih, lelah,
dan gejala penyakit lainnya. apabila terjadi dosis yang sangat besar pada
paparan pencemaran ke dalam tubuh bahkan bisa berakibat fatal hingga
dapat menyebabkan kematian.
2. dapat memutuskan rantai makanan. Hal tersebut disebabkan oleh
perubahan metabolisme pada organisme yang hidup di dalam tanah.
Misalnya saja pengaruh zat DDT pada tanah yang di atasnya ditumbuhi
oleh tanaman yang menjadi makanan burung maka telur dari burung
tersebut akan menjadi rawan pecah.
3. menjadikan tanah tersebut tidak subur sehingga sulit untuk ditamani.
F. Penanggulangan serta Pencegahan Pencemaran Tanah
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
pencemaran tanah diantaranya dengan penanggulangan dan pencegahan.
penanggulangan pencemaran tanah dilakukan tergantung pada jenis bahan
pencemarnya itu sendiri, upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
masalah pencemaran tanah terbagi menjadi dua yaitu:
1. Remediasi
Remediasi adalah berbagai kegiatan yang dapat membersihkan bahan
pencemar yang terkandung dalam tenah. Bahan pencemar yang terkandung
tersebut memiliki berbagai macam karakteristik dan sifat sehingga hal
tersebut menyebabkan remediasi remediasi dibedakan menjadi beberapa
jenis, yaitu :
a. Berdasarkan tempat pelaksanaannya

1). Remediasi in-situ. Remediasi in-situ yaitu kegiatan pembersihan


yang dapat dilakukan langsung di lokasi tercemar, perbersihan ini
dapat lebih menghemat waktu, lebih mudah dilakukan, dan lebih
efisien terhadap waktu. Kegiatan remediasi ini terdiri dari
beberapa aktivitas yaitu :
 Pembersihan
 Injeksi/venting
 Bioremediasi

2). Remediasi ex-situ. Remediasi ini tidak dilakukan langsung dilokasi


tercemar, melainkan dilakukan ditempat yang lebih aman. Dapat
dilakukan dengan cara mengambil tanah yang tercemar lalu dibawa
ke tempat yang lebih aman untuk dilakukan pembersihan, remediasi
ini lebih rumit untuk dikerjakan sehingga hanya sedikit orang yang
melakukannya.
b. Berdasarkan organisme pembersihnya
1) Bioremediasi
Bioremediasi berasal dari dua kata yaitu “bio” yang berarti
kehidupan dan “remediate” yang berarti penyelesaian masalah, jadi
bioremediasi adalah penyelesaian masalah pencemaran dengan
membuang senyawa yang tidak dibutuhkan seperti lumpur,
organisme yang bersifat sebagai vector penyakit, air tanah yang
terkontaminasi, dan pencemar lainnya. Implementasi bioremediasi
di Indonesia mengacu pada Kepmen LH Nomor 128 Tahun 2003
tentang tata cara dan persyaratan teknis pengolahan limbah dan
tanah terkontaminasi oleh minyak bumi secara biologis.
Bioremediasi ini dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu :
a. Biostimulasi Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas,
ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar untuk
memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri remediasi yang telah
ada di dalam air atau tanah tersebut.
b. Bioaugmentasi dengan cara menebarkan mikroba pada tempat yang
mengalamai pencemaranMikroorganisme yang dapat membantu
membersihkan kontaminan tertentu ditambahkan ke dalam air atau
tanah yang tercemar. Cara ini yang paling sering digunakan dalam
menghilangkan kontaminasi minyak di suatu tempat.
c. Bioremediasi intrinsic Merupakan poroses bioremediasi yangterjadi
dengan sendirinya tanpa ada bantuan dari manusia, yang dibantu
langsung oleh alam (Broker. R, et all. 2008).

2). Fitoremediasi
Fitoremediasi berasal dari dua kata yaitu “fito” yang artinya
tumbuhan dan “remediate” yang berarti penyelesaian masalah,
jadi fitoremediasi adalah penyelesai masalah pencemaran
dengan menggunakan bantuan tumbuhan seperti pohon,
rerumputan, atau tumbuhan air. Contohnya seperti Nicothiana
Tobaco penyerap Mercur; Alyssum murale penyerap petroleum
hydrocarbon, PCBs, PAHs, TCE, TNT; Thlaspi caerulescens
penyerap Zink (Zn) ,Kadmium (Cd), Berkheya Sp penyerap
Nikel; Oryza sativa penyerap bahan organic. Berikut ini jenis-
jenis Proses yang terjadi dalam Fitoremediasi:
a. Phytoacumulation : tumbuhan menarik zat kontaminan
sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan
b. Rhizofiltration : proses adsorpsi/pengendapan zat
kontaminan oleh akar dimana bahan kontaminan menempel
pada akar.
c. Phytostabilization : penempelan zat-zat contaminan tertentu
pada akar yang tidak mungkin terserap kedalam batang
tumbuhan.
d. Rhyzodegradetion : penguraian zat-zat kontaminan oleh
aktivitas microba
e. Phytodegradation : penguraian zat kontamin oleh akar
sehingga mudah diserap oleh akar
f. Phytovolatization : transpirasi zat contaminan oleh
tumbuhan dalam bentuk yang telah menjadi larutan terurai
sebagai bahan yang tidak berbahaya.
Kelebihan dari proses fitoremediasi yaitu lebih hemat biaya,
dapat menangani pencemaran secara alami, tanah menjadi subur,
mampu menyerap kandungan logam berat dengan jumlah
banyak, tanamannya dapat menambah nilai estetika terhadap
lingkungan, dan lainnya.
2. Upaya penyuburan tanah
Kesuburan pada tanah adalah salah satu indikator yang dapat
menunjukkan bahwa tanah di daerah tersebut tidak tercemar. Tanah
yang subur dapat ditanami oleh berbagai jenis tumbuhan dengan
masa panen paling lama dua tahun sekali. Berbagai metode yang
dapat dilakukan untuk menyuburkan tanah seperti :
a. Penyuburan tanah dengan bantuan cacing. Cacing tanah
berperan sebagai decomposer makrofauna karena dapat
menguraikan zat organic sisa makhluk hidup sehingga dapat
menjadi zat organik yang dapat diserap produsen.
b. Penyuburan tanah dengan bantuan garam mineral. Garam
bermanfaat untuk mendekomposer atau demineralisasi senyawa
kompleks yang berasal dari sisa makhluk hidup (dedaunan, ranting
dan batang tanaman juga bagian tubuh hewan yang mati) dan
kotoran (tinja dan urin) menjadi mineral/unsur /zat yang lebih
sederhana untuk diserap oleh akar tanaman. Berbagai macam
manfaat garam dalam penyuburan tanah adalah: Menetralkan tanah
alkali atau basa, Sumber unsur mikro kebutuhan tanaman, Sumber
pengganti kalium, Menyuburkan tanah pertanian, Meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap serangan penyakit, Sebagai penyubur
tanah alami jangka panjang, dan lainnya.
Pencegahan pencemaran tanah dapat dilakukan oleh siapapun, seperti
mahasiswa, peneliti, pemerintah, masyarakat, bahkan oleh petani
sekalipun. Berikut ini upaya-upaya untuk melakukan pencegahan
pencemaran tanah :
a. Tanah diolah seperlunya tergantung pada kondisi sifat fisik tanah.
b. Menggunakan pupuk sewajarnya
c. Melakukan pengolahan tanah berdasarkan kontur tanah.
d. Melakukan peningkatan kandungan bahan organik tanah.
e. Membatasi penggunaan kendaraan.
f. Melakukan kegiatan daur ulang plastic agar limbah plastic tidak
tertimbun di dalam tanah
g. Membangun saluran irigasi agar limbah cair tidak langsung
mengkontaminasi tanah.
h. Mengganti bahan-bahan kimiawi menjadi bahan organic agar unsur-
unsur dalam tanah dapat terkendali.
i. Menggunakan pupuk kimia dengan sewajarnya.
j. Membuat saluran limbah agar tidak mencemari tumbuhan.
k. Mengelola botol air mineral untuk membuat ecobric.
l. Mengelola Styroform yang tidak dapat terurai dapat dimanfaatkan
sebagai batako yang dapat dimanfaatkan untuk bangunan seperti pagar
lingkungan, dinding rumah dan lain-lain.
m. Membuat sebuah karya seni dari bahan-bahan didaur ulang
n. Memilih dan memilah antara sampah organik dan sampah anorganik
saat dibuang.
o. Melakukan pengelolaan detergen sebelum dibuang ke lingkungan
dengan melakukan penampungan yang kemudian dilakukan
pengolahan seperti pengendapan, pematangan, penyaringan, dan
penjernihan.
p. Penggunaan pupuk anorganik secukupnya sesuai kebutuhan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tanah adalah salah atu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak
bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai
sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya. Tanah mengandung komposisi sekitar
45% bahan organik, 5 % zat anorganik, 25% air dan 25% udara. Sumber
pencemar tanah terdiri dari senyawa organik, senyawa anorganik, Pencemar
Udara berupa gas yang larut dalam air hujan seperti oksida nitrogen (NO dan
NO2), Limbah cair dan lain-lain. Perubahan dalam Tanah sebagai Akibat dari
Pencemaran yaitu diantaranya hilangnya mikrobia dalam tanah. Pertumbuhan
bakteri pada kultur tercampur melalui tahap tiga fase, yaitu fase eksponensial,
fase pertumbuhan pseudolinear, dan fase pseudo-stasioner. Dampak dari
pencemaran tanah ini tergantung berdasarkan jenis pencemarnya, semakin
berbahaya pencemar semakin fatal dampak yang dapat ditimbulkan terhadap
kesehatan. Salah satu upaya penyuburan tanah yang dapat dilakukan yaitu
melalui organisme penyuburan cacing, menggunakan garam mineral, dan lain
sebagainya.
B. Saran
Makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan
terhadap penulis maupun pembaca, mengenai konsep dasar pencemaran tanah
hingga implikasinya di kehidupan kita. Penulis menyadari, tentunya masih
banyak kekurangan dari berbagai segi penulisan, ataupun materi yang
disampaikan dalam makalah ini. Maka dari itu, diharapkan tanggapan dan
saran yang membangun agar makalah ini bisa di buat lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

http://kaltim.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?
option=com_content&view=article&id=735:pengaruh-kondisi-
tanah-bagi-tanaman&catid=15:benih&Itemid=
59

Kurniawan, A. Yanuar, CW. et.al. (2018). “Hidrokarbon Aromatik Polisiklik pada


Lahan Tercemar Limbah Minyak Bumi: Tinjauan Pertumbuhan Mikro
Organisme, Proses Metabolisme dan Biodegradasi”. Jurnal Ilmu
Lingkungan. 16(1):9-24.
XMuslimah. 2015. “Dampak Pencemaran Tanah Dan Langkah Pencegahan.”
(1):11–20.

Muslimah, M. muslimah. (2017). Dampak pencemaran tanah dan langkah


pencegahan. Jurnal Penelitian Agtisamudra, 2(1), 11-20

Perwira, Mufti, and Muli Edwin. 2016. “Analisis Status Kerusakan Tanah Pada
Lahan Kering Di Kampung Jawa Dusun Kabo Jaya, Sangatta.” Jurnal
Pertanian Terpadu 6(2):109–20.

Puspawati, C. Haryono, P. (2018). Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan: Kesehatan


Tanah , Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Suryani, Y. (2011). Bioremediasi Limbah Merkuri dengan Menggunakan Mikroba


pada Lingkungan yang tercemar. Jurnal Istek , 5(1), 139-148.

Anda mungkin juga menyukai