KIMIA LINGKUNGAN
OLEH:
Kelompok I
Asti Rey Mina Jaya 1913042031
Besse Fitriani 1913040005
Fahmita Alesiah 1913042027
Febiola 1913040017
Mirnawati 1913042025
St. Ainun Nasyrah U.A 1913041009
Suhardi 1913040019
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Kelompok I
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................
D.Manfaat Penulisan ...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Tanah .............................................................................................................
B. Komponen Penyusun Panah ........................................................................................
C. Proses Pembentukan Tanah ........................................................................................
D. Sifat Kimia Tanah .......................................................................................................
E. Jenis-jenis Tanah .........................................................................................................
F. Manfaat Tanah ............................................................................................................
G. Pencemaran Tanah ......................................................................................................
H. Penyebab Pencemaran Tanah .....................................................................................
I. Dampak Pencemaran Tanah .......................................................................................
J. Pencegahan Pencemaran Tanah ..................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………….
A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan komponen lingkungan alam yang bersama-sama dengan
komponen alam lainnya, hidup bersama dan mengelola lingkungan dunia. Karena
manusia adalah makhluk yang memiliki akal dan pikiran, peranannya dalam mengelola
lingkungan sangat besar. Manusia dapat dengan mudah mengatur alam dan
lingkungannya sesuai dengan yang diinginkan melalui pemanfaatan ilmu dan teknologi
yang dikembangkannya. Akibat perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat,
kebudayaan manusia pun berubah dimulai dari budaya hidup berpindahpindah (nomad),
kemudian hidup menetap dan mulai mengembangkan buah pikirannya yang terus
berkembang sampai sekarang ini. Hasilnya berupa teknologi yang dapat membuat
manusia lupa akan tugasnya dalam mengelola bumi. Sifat dan perilakunya semakin
berubah dari zaman ke zaman. Sekarang ini manusia mulai bersifat boros, konsumtif dan
cenderung merusak lingkungannya.
Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung berarti
kemampuan lingkungan untuk dapat memenuhi kebutuhan sejumlah makhluk hidup agar
dapat tumbuh dan berkembang secara wajar didalamnya. Daya lenting berarti
kemampuan untuk pulih kembali kepada keadaan setimbang. Kegiatan manusia amat
berpengaruh pada peningkatan atau penurunan daya dukung maupun daya lenting
lingkungan. Manusia dapat meningkatkan daya dukung lingkungan, tetapi karena
keterbatasan kemampuan dan kapasitas lingkungan, tidak mungkin terus ditingkatkan
tanpa batas, sehingga manusia secara sadar ataupun tidak menyebabkan
ketidaksetimbangan atau kerusakan lingkungan.
Kerusakan lingkungan diakibatkan oleh berbagai faktor, antara lain oleh pencemaran.
Pencemaran ada yang diakibatkan oleh alam, dan ada pula yang diakibatkan oleh
perbuatan manusia. Pencemaran akibat alam antara lain letusan gunung berapi. Bahan-
bahan yang dikeluarkan oleh gunung berapi seperti asap dan awan panas dapat
mematikan tumbuhan, hewan bahkan manusia. Lahar dan batu-batu besar dapat merubah
bentuk muka bumi.
Pencemaran akibat manusia adalah akibat dari aktivitas yang dilakukannya.
Lingkungan dapat dikatakan tercemar jika dimasuki atau kemasukan bahan pencemar
yang dapat mengakibatkan gangguan pada mahluk hidup yang ada didalamnya.
Gangguan itu ada yang segera nampak akibatnya, dan ada pula yang baru dapat dirasakan
oleh keturunan berikutnya. Kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia di mulai dari
meningkatnya jumlah penduduk dari abad ke abad.
Akibat selanjutnya lingkungan semakin rusak dan mengalami pencemaran.
Pencemaran lingkungan terbagi atas tiga jenis, berdasarkan tempat terjadinya, yaitu
pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah. Di Indonesia, kerusakan
lingkungan akibat pencemaran udara, air dan tanah sudah sangat kritis.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang pencemaran tanah dan penyebabnya serta
solusi yang ditawarkan agar kerusakan lingkungan akibat pencemaran dapat
diminimalisisi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi tanah?
2. Apa saja komponen penyusun tanah?
3. Bagaimana proses pembentukan tanah?
4. Apa saja sifat kimia tanah?
5. Apa saja jenis-jenis tanah?
6. Apa manfaat tanah?
7. Apa definisi pencemaran tanah?
8. Apa penyebab pencemaran tanah?
9. Apa dampak pencemaran tanah?
10. Bagaimana pencegahan pencemaran tanah?
C. TUJUAN
2. JUSTUS VON LIEBIG (1840) dari Jerman menyebut tanah sebagai tabung reaksi
dimana seseorang dapat mengetahui jumlah dan jenis hara tanaman. Tanah merupakan
gudang persediaan mineral-mineral yang bersifat statis.
3. FALLUO (1871), ahli mineralogi Jerman memandang tanah tidak hanya sebagai
batubatuan tetapi juga bagian dari petografi (petros = batuan) pertanian. Tanah adalah
produk hancuran iklim (weather) yang bercampur dengan bahan organik.
5. WERNER (1918) berpendapat bahwa tanah adalah lapisan hitam tipis yang menutupi
bahan padat kering terdiri atas bahan bumi berupa partikel-partikel kecil yang mudah
remah, sisa vegetasi dan hewan.
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan
menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman; secara kimiawi berfungsi sebagai
gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa organik maupun anorganik
sederhana dan unsur-unsur esensial, seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl);
dan secara biologis berfungsi sebagai habitat dari organisme tanah yang turut berpartisipasi
aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman. Faraksi padat dari
jenis tanah produktif terdiri dari kurang lebih 5% bahan organik dan 95% bahan
anorganik.
2. Setelah mengalami pelapukan, bagian batuan yang lapuk akan menjadi lunak. Lalu air
masuk ke dalam batuan sehingga terjadi pelapukan lebih mendalam. Pada tahap ini di
lapisan permukaan batuan telah ditumbuhi calon makhluk hidup.
3. Pada tahap ke tiga ini batuan mulai ditumbuhi tumbuhan perintis. Akar tumbuhan
tersebut membentuk rekahan di lapisan batuan yang ditumbuhinya. Di sini terjadi
pelapukan biologis.
4. Di tahap yang terakhir tanah menjadi subur dan ditumbuhi tanaman yang relatif besar.
Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu
organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut.
1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah terutama unsur
suhu dan curah hujan.
a. Suhu/Temperature
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila
fluktuasi suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga
pembentukan tanah juga cepat.
b. Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah,
sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH
tanah menjadi rendah).
2. Organisme (Vegetasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
a. Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan
kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk
hidup (hewan dan tumbuhan) sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses
kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
b. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan
menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan
tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad
renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.
c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah
beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk
tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah
berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari
akarakar dan sisa-sisa rumput.
3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan),
dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian
akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan bumi
sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan
induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah
bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan
kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan
vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk
tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula, akibatnya pencucian asam silikat dapat
dihindari dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya
bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih
merah.
4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a.Tebal atau Tipisnya Lapisan Tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih
tipis karena tererosi sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena
terjadi sedimentasi.
b.Sistem Drainase/Pengaliran
Daerah yang drainasenya tidak bagus seperti sering tergenang menyebabkan
tanahnya menjadi asam.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan
dan pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin
tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami
pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses
pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut
menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Lamanya waktu yang diperlukan
untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas
seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda
dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa.
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari
aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Manfaat dari Nitrogen adalah untuk
memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam
pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain. Nitrogen
terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik
meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N.
4. Fosfor (P)
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan
mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH
sekitar 6-7. Hasil keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineral-mineral P,
pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa
immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian.
Di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor yaitu fosfor organik dan fosfor
anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas yang lebih
kaya akan bahan organik. Kadar P organik dalam bahan organik kurang lebih sama
kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 – 0,5 %. Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik
dan litosol) umumnya berkadar alami P rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga
penanaman tanpa memperhatikan suplai P kemungkinan besar akan gagal akibat
defisiensi P. Jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman terhambat dan
pertumbuhannya kerdil.
5. Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap
oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu
menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau
unsur lainnya. Ketersediaan Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan
dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya
sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya sendiri.
Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang
mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik
maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium
tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat
lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai
kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-
mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation
tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung
sedikit Kalium.
6. Natrium (Na)
Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75%
yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan
tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan pantai,
karena tingginya kadar Na di laut, suatu tanah disebut tanah alkali jika KTK atau
muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh ≥ 15% Na, yang mencerminkan unsur
ini merupakan komponen dominan dari garam-garam larut yang ada. Pada tanah-tanah
ini, mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl). Kelompok tanah alkalin ini disebut
tanah halomorfik, yang umumnya terbentuk di daerah pesisir pantai iklim kering dan
berdrainase buruk. Sebagaimana unsur mikro, Na juga bersifat toksik bagi tanaman
jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang sedikit berlebihan.
7. Kalsium (Ca)
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti
Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman,
diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai
endapan-endapan sekunder dan tercuci. Adapun manfaat dari kalsium adalah
mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan
membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas
beberapa enzim.
8. Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan
beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang
khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan
akibat dari kekurangan magnesium.
9. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik
atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan
kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Nilai KTK tanah sangat
beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK
tanah dipengaruhi oleh :
a. Reaksi tanah
b. Tekstur atau jumlah liat
c. Jenis mineral liat
d. Bahan organik dan,
e. Pengapuran serta pemupukan.
Peristiwa pertukaran kation dalam tanah merupakan mekanisme dimana
senyawa anorganik dan logam mikro esensial menjadi tersedia bagi tanaman. Ketika
ion-ion logam hara diserap oleh akar tanaman, ion hidrogen bertukar dengan ion-ion
logam. Proses ini karena adanya leaching dari kalsium, magnesium dan ion logam
lainnya dari dalam tanah oleh air yang mengandung asam karbonat cenderung
membuat tanah menjadi asam.
Ca2+ + 2CO2+ 2H2O 2H+ + Ca2+ + 2HCO3
Dalam suatu lahan dengan curah hujan rendah tanah akan cenderung menjadi basa
karena terdapatnya garam-garam seperti Na2CO3 dalam tanah, sifat ini dapat
dihilangkan dengan cara dengan cara menambahkan aluminium dan besi sulfat yang
akan melepaskan asam dalam proses hidrolisis.
2 Fe3+ + 3 SO42- + 6H2O 2Fe(OH)3 + 6H+ + 3SO42-
Bisa juga dengan menambahkan belerang. Belerang yaqng ditambahkan ke dalam
tanah dioksidasi oleh bakteri sebagai mediator reksi pembentukan asam sulfat.
S + 1 ½ O2 + H2O 2H+ + SO42-
10. Kejenuhan Basa (KB)
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan
dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah
berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal
alkalis. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan
memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat
disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid. Kejenuhan basa selalu
dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu tanah. Tanah sangat subur
bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basa antara 50-80%
dan tidak subur jika kejenuhan basa <50%.
E. JENIS-JENIS TANAH
Klasifikasi alami yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang
dimiliki tanpa menghubungkan sama sekali dengan tujuan penggunaannya. Klasifikasi
ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia dan mineralogi tanah yang
dimiliki masing-masing kelas dan selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan
bagi berbagai penggunaan tanah. Pada awalnya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan
prinsip zonalitas, yaitu :
1. Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi,
2. Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal
terutama bahan induk dan relief,
3. Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan perkembangan profil dan
dianggap sebagai awal proses pembentukan tanah.
Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah
yang berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu:
1. Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang
pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2. Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk
dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
3. Tanah Alluvial / Tanah Endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di
dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan
pertanian.
4. Tanah Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan
curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.
5. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi
Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi
yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di
sekitar lereng gunung berapi.
6. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara,
nnamun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi.
7. Tanah Mediteran / Tanah Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan
batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
8. Tanah Gambut / Tanah Organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang
merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan,
Papua dan Sumatera.
F. MANFAAT TANAH
1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran.
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman
4. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau
tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut,
maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama & penyakit tanaman.
5. Penyediaan unsur hara untuk tumbuhan. Ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan
oleh tumbuhan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
produksi suatu tumbuhan. Jumlah dan jenis unsur hara yang tersedia di tanah dan
dibutuhkan oleh tumbuhan haruslah sesuai dan seimbang.
6. Penyedia makanan untuk biota tanah. Tanah menjadi habitat pengurai yang
menguraikan sisa organisme mati menjadi bahan makanan yang dibutuhkan oleh
tanaman dan organisme lain.
7. Sumber bahan baku barang kerajinan atau perabot rumah tangga. Kandungan tanah
liat dapat di manfaatkan manusia untuk membuat batu bata, barang-barang seni dan
kerajinan, maupun alat-alat rumah tangga. Tanah liat juga dapat dimanfaatkan salah
satunya sebagai bahan baku genteng penutup atap rumah atau bangunan.
8. Memiliki nilai ekologi, yaitu mampu menyerap dan menimpan air (melindungi tata
air), menekan erosi, serta menjaga kesuburan tanah.
9. Memiliki nilai ekonomis yaitu sebagai aset yang dapat disewakan atau diperjual
belikan dan mengandung barang tambang atau bahan galian yang berguna untuk
manusia.
2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau
tidak beracun (karbon dioksida dan air).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran
limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida;
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan
kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat
penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak
memenuhi syarat (illegal dumping).
Ada beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah, diantaranya
dengan remediasi dan bioremidiasi. Remediasi yaitu dengan cara membersihkan
permukaan tanah yang tercemar. Sedangkan Bioremediasi dengan cara proses
pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).
B. SARAN
Untuk lebih memahami semua tentang pencemaran tanah, disarankan para pembaca
mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu,
diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari – hari dalam menjaga kelestarian tanah beserta penyusun yang
ada di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigeno, Sarwono Frof Dr. Ir. H. M,Sc.2003. Klasifikasi Tanah dan Phetagonesis.