Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KIMIA LINGKUNGAN

OLEH:
Kelompok I
Asti Rey Mina Jaya 1913042031
Besse Fitriani 1913040005
Fahmita Alesiah 1913042027
Febiola 1913040017
Mirnawati 1913042025
St. Ainun Nasyrah U.A 1913041009
Suhardi 1913040019

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


            Alhamdulillah, segala puji bagi Allah swt Tuhan semesta alam karna berkat izin
dan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini tepat
waktu. Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah “ Kimia
Lingkungan“.
            Dalam penulisan makalah ini penulis menemui berbagai hambatan dikarenakan
kurangnya ilmu pengetahuan penulisan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan
makalah ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak
yang telah membantu penyelesaian makalah sederhana ini.
            Penulis sadar akan kemampuan menulis yang masih sederhana. Tapi dalam
makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin, tetapi penulis yakin bahwa
penulisan makalah ini masih banyak memiliki kekurangan.Oleh karena itu penulis
mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya.
            Akhir kata, harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca. Meskipun makalah ini memiliki kekurangan dan kelebihan, namun penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca. Terima kasih.

Makassar, Mei 2022

Kelompok I
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................... i


Daftar Isi.............................................................................................................................. ii

BAB I  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................
C. Tujuan Penulisan............................................................................................................
D.Manfaat Penulisan ...........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Tanah .............................................................................................................
B. Komponen Penyusun Panah ........................................................................................
C. Proses Pembentukan Tanah ........................................................................................
D. Sifat Kimia Tanah .......................................................................................................
E. Jenis-jenis Tanah .........................................................................................................
F. Manfaat Tanah ............................................................................................................
G. Pencemaran Tanah ......................................................................................................
H. Penyebab Pencemaran Tanah .....................................................................................
I. Dampak Pencemaran Tanah .......................................................................................
J. Pencegahan Pencemaran Tanah ..................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………..
B. Saran ………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………….


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manusia merupakan komponen lingkungan alam yang bersama-sama dengan
komponen alam lainnya, hidup bersama dan mengelola lingkungan dunia. Karena
manusia adalah makhluk yang memiliki akal dan pikiran, peranannya dalam mengelola
lingkungan sangat besar. Manusia dapat dengan mudah mengatur alam dan
lingkungannya sesuai dengan yang diinginkan melalui pemanfaatan ilmu dan teknologi
yang dikembangkannya. Akibat perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat,
kebudayaan manusia pun berubah dimulai dari budaya hidup berpindahpindah (nomad),
kemudian hidup menetap dan mulai mengembangkan buah pikirannya yang terus
berkembang sampai sekarang ini. Hasilnya berupa teknologi yang dapat membuat
manusia lupa akan tugasnya dalam mengelola bumi. Sifat dan perilakunya semakin
berubah dari zaman ke zaman. Sekarang ini manusia mulai bersifat boros, konsumtif dan
cenderung merusak lingkungannya.
Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung berarti
kemampuan lingkungan untuk dapat memenuhi kebutuhan sejumlah makhluk hidup agar
dapat tumbuh dan berkembang secara wajar didalamnya. Daya lenting berarti
kemampuan untuk pulih kembali kepada keadaan setimbang. Kegiatan manusia amat
berpengaruh pada peningkatan atau penurunan daya dukung maupun daya lenting
lingkungan. Manusia dapat meningkatkan daya dukung lingkungan, tetapi karena
keterbatasan kemampuan dan kapasitas lingkungan, tidak mungkin terus ditingkatkan
tanpa batas, sehingga manusia secara sadar ataupun tidak menyebabkan
ketidaksetimbangan atau kerusakan lingkungan.
Kerusakan lingkungan diakibatkan oleh berbagai faktor, antara lain oleh pencemaran.
Pencemaran ada yang diakibatkan oleh alam, dan ada pula yang diakibatkan oleh
perbuatan manusia. Pencemaran akibat alam antara lain letusan gunung berapi. Bahan-
bahan yang dikeluarkan oleh gunung berapi seperti asap dan awan panas dapat
mematikan tumbuhan, hewan bahkan manusia. Lahar dan batu-batu besar dapat merubah
bentuk muka bumi.
Pencemaran akibat manusia adalah akibat dari aktivitas yang dilakukannya.
Lingkungan dapat dikatakan tercemar jika dimasuki atau kemasukan bahan pencemar
yang dapat mengakibatkan gangguan pada mahluk hidup yang ada didalamnya.
Gangguan itu ada yang segera nampak akibatnya, dan ada pula yang baru dapat dirasakan
oleh keturunan berikutnya. Kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia di mulai dari
meningkatnya jumlah penduduk dari abad ke abad.
Akibat selanjutnya lingkungan semakin rusak dan mengalami pencemaran.
Pencemaran lingkungan terbagi atas tiga jenis, berdasarkan tempat terjadinya, yaitu
pencemaran udara, pencemaran air dan pencemaran tanah. Di Indonesia, kerusakan
lingkungan akibat pencemaran udara, air dan tanah sudah sangat kritis.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang pencemaran tanah dan penyebabnya serta
solusi yang ditawarkan agar kerusakan lingkungan akibat pencemaran dapat
diminimalisisi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi tanah?
2. Apa saja komponen penyusun tanah?
3. Bagaimana proses pembentukan tanah?
4. Apa saja sifat kimia tanah?
5. Apa saja jenis-jenis tanah?
6. Apa manfaat tanah?
7. Apa definisi pencemaran tanah?
8. Apa penyebab pencemaran tanah?
9. Apa dampak pencemaran tanah?
10. Bagaimana pencegahan pencemaran tanah?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi tanah


2. Untuk mengetahui komponen penyusun tanah
3. Untuk mengetahui proses pembentukan tanah
4. Untuk mengetahui sifat kimia tanah
5. Untuk mengetahui jenis-jenis tanah
6. Untuk mengetahui manfaat tanah
7. Untuk mengetahui definisi pencemaran tanah
8. Untuk mengetahui penyebab pencemaran tanah
9. Untuk mengetahui dampak pencemaran tanah
10. Untuk mengetahui pencegahan pencemaran tanah
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI TANAH
Kimia lingkungan adalah studi ilmiah terhadap fenomena kimia dan biokimia yang
terjadi di alam. Bidang ilmu ini dapat didefinisikan sebagai studi terhadap sumber, reaksi,
transpor, efek, dan nasib zat kimia di lingkungan udara, tanah, dan air; serta efek aktivitas
manusia terhadapnya. Kimia lingkungan adalah ilmu antardisiplin yang memasukkan
ilmu kimia atmosfer, akuatik, dan tanah, dan juga sangat bergantung dengan kimia
analitik, ilmu lingkungan, dan bidang-bidang ilmu lainnya.
Tanah (soil) adalah lapisan yang menempati bagian atas kulit bumi yang terdiri dari
benda padat (bahan anorganik dan organik) serta air dan udara tanah. Tanah telah dikenal
sejak awal peradaban manusia terutama setelah manusia menggunakan tanah untuk
bercocok tanam dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengertian tentang tanah
mulai lebih jelas setelah para ahli fisika-kimia dan geologi memberi batasan /definisi
tentang tanah. Beberapa definisi tentang tanah sebagai berikut.

1. BERZELIUS (1803), seorang ahli kimia Swedia mendefiniksikan tanah sebagai “


Laboratorium kimia alam dimana proses dekomposisi dan reaksi sintesis kimia
berlangsung secara terang.” Disini tampak jelas bahwa tanah belum lagi dianggap
sebagai alat produksi pertanian melainkan tempat berlangsungnya segala reaksi kimia
yang terjadi di alam.

2. JUSTUS VON LIEBIG (1840) dari Jerman menyebut tanah sebagai tabung reaksi
dimana seseorang dapat mengetahui jumlah dan jenis hara tanaman. Tanah merupakan
gudang persediaan mineral-mineral yang bersifat statis.

3. FALLUO (1871), ahli mineralogi Jerman memandang tanah tidak hanya sebagai
batubatuan tetapi juga bagian dari petografi (petros = batuan) pertanian. Tanah adalah
produk hancuran iklim (weather) yang bercampur dengan bahan organik.

4. DAVY (1913) dari Inggris mendefinisikan tanah sebagai “ Laboratorium yang


menyediakan unsur-unsur hara tanaman.”

5. WERNER (1918) berpendapat bahwa tanah adalah lapisan hitam tipis yang menutupi
bahan padat kering terdiri atas bahan bumi berupa partikel-partikel kecil yang mudah
remah, sisa vegetasi dan hewan.
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh dan berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan
menyuplai kebutuhan air dan hara ke akar tanaman; secara kimiawi berfungsi sebagai
gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa organik maupun anorganik
sederhana dan unsur-unsur esensial, seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl);
dan secara biologis berfungsi sebagai habitat dari organisme tanah yang turut berpartisipasi
aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman. Faraksi padat dari
jenis tanah produktif terdiri dari kurang lebih 5% bahan organik dan 95% bahan
anorganik.

B. KOMPONEN PENYUSUN TANAH


Secara umum tanah tersusun atas 4 komponen utama. Keempat komponen penyusun
tanah tersebut ialah bahan mineral, bahan organic, air dan udara. Akibat perbedaan jenis
dari masing-masing komponen ini tanah kemudian dapat digolongkan menjadi beberapa
jenis.
 Bahan Mineral “45%”
Bahan mineral ialah komponen penyusun tanah dengan persentase tertinggi yaitu kisaran
45%. Komponen ini terbentuk dari proses pelapukan batuan yang berlangsung dalam
jangka waktu sangat lama.
Batuan yang melapuk pada proses pembentukan tanah akan sangat mempengaruhi jenis
tanah yyang dihasilkan. Secara umum ada 3 jenis batuan yang dapat melapuk dan berubah
menjadi tanah yakni batuan beku, batuan sedimen dan batuan malihan.
 Bahan Organik “5%”
Komponen penyusun tanah yang selanjutnya ialah bahan organic. Komponen ini berasal
dari proses dekomposisi materi organic yang berasal dari hewan dan tumbuhan mati.
Dekomposisi yang dilakukan oleh decomposer atau detrivivor mengubah materi organik
menjadi senyawa-senyawa organik yang terkandung dalam tanah.
Meskipun tersedia dalam persentase yang sedikit yaitu sekitar 5% senyawa-senyawa
organik tersebut akan sangat mempengaruhi sifat-sifat tanah, terutama sifat fisik dan
kimianya. Materi organik dalam tanah yang menjadi sumber kandungan bahan organic
tanah berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi 3 yaitu:
 Sumber primer ialah sumber materi organik berasal dari tanaman yang telah mati,
termasuk juga yang berupa bagian dari jaringan tubuhnya, seperti akar, batang, daun dan
lain sebagainya.
 Sumber sekunder ialah sumber materi organic yang berasal dari hewan-hewan yang
telah mati, termasuk juga kotoran atau bagian-bagian tubuhnya.
 Sumber tersier ialah sumber materi organik yang berasal dari pemberian pupuk
organic, baik itu berupa pupuk hijau, pupuk kandang atau pupuk kompos.
 Air “25%”
Air dan udara ialah komponen penyusun tanah yang persentasenya bersifat dinamis atau
dapat berubah-ubah. Air dan udara sama-sama menempati pori tanah. Jikan kandungan air
tanah tinggi, maka kandungan udara tanah akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya.
Keberadaan air di dalam tanah ialah akibat kemampuan tanah dalam menyerap air melalui
mekanisme kohesi adhesi maupun gravitasi. Keberadaan air di dalam tanah dapat
dibedakan menjadi yaitu:
 Kapasitas lapang ialah keadaan dimana tanah cukup lembab yang ditunjukan oleh
jumlah air maksimal yang bisa ditahan tanah akibat adanya gaya tarik gravitasi.
 Titik layu permanen ialah keadaan di mana akar-akar tanaman mulai tidak sanggup
menyerap air tanah karena kandungannya yang sangat sedikit. Karena tanah mencapai titik
layu permanen, tanaman biasanya akan mulai layu.
 Air tersedia ialah selisih kadar air kapasitas lapang dengan kadar air titik layu
permanen.
 Udara “25%”
Kandungan udara di dalam tanah memungkinkan mikroorganisme tanah dapat hidup dan
melakukan metabolisme. Komponen penyusun tanah satu ini menempati sekitar 25% dari
volume keseluruhan tanah.
Sifat keberadaan udara dalam tanah yang dinamis memungkinkan ia dapat terdorong
keluar tanah saat kandungan air tanah meningkat.
Semoga dengan adanya ulasan tersebut mengenai Komponen Penyusun Tanah dapat
berguna dan bermanfaat bagi kalian semua,, terima kasih banyak atas kunjungannya.

C. PROSES PEMBENTUKAN TANAH


Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan fisik
maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi lunak dan
berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum dikatakan sebagai tanah,
tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena masih menunjukkan struktur batuan induk.
Proses pelapukan terus berlangsung hingga akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi
tanah. Oleh karena itu, proses pelapukan ini menjadi awal terbentuknya tanah.
Pembentukan tanah di bagi menjadi empat tahap, yaitu:
1. Batuan yang tersingkap ke permukaan bumi akan berinteraksi secara langsung dengan
atmsosfer dan hidrosfer. Pada tahap ini lingkungan memberi pengaruh terhadap
kondisi fisik. Berinteraksinya batuan dengan atmosfer dan hidrosfer memicu
terjadinya pelapukan kimiawi.

2. Setelah mengalami pelapukan, bagian batuan yang lapuk akan menjadi lunak. Lalu air
masuk ke dalam batuan sehingga terjadi pelapukan lebih mendalam. Pada tahap ini di
lapisan permukaan batuan telah ditumbuhi calon makhluk hidup.

3. Pada tahap ke tiga ini batuan mulai ditumbuhi tumbuhan perintis. Akar tumbuhan
tersebut membentuk rekahan di lapisan batuan yang ditumbuhinya. Di sini terjadi
pelapukan biologis.

4. Di tahap yang terakhir tanah menjadi subur dan ditumbuhi tanaman yang relatif besar.
Ada beberapa faktor lain yang memengaruhi proses pembentukan tanah, yaitu
organisme, bahan induk, topografi, dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat dirumuskan
sebagai berikut.

1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang memengaruhi proses pembentukan tanah terutama unsur
suhu dan curah hujan.
a. Suhu/Temperature
Suhu akan berpengaruh terhadap proses pelapukan bahan induk. Apabila
fluktuasi suhu tinggi, maka proses pelapukan akan berlangsung cepat sehingga
pembentukan tanah juga cepat.
b. Curah Hujan
Curah hujan akan berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah,
sedangkan pencucian tanah yang cepat menyebabkan tanah menjadi asam (pH
tanah menjadi rendah).
2. Organisme (Vegetasi, Jasad Renik/Mikroorganisme)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah dalam hal:
a. Membantu proses pelapukan baik pelapukan organik maupun pelapukan
kimiawi. Pelapukan organik adalah pelapukan yang dilakukan oleh makhluk
hidup (hewan dan tumbuhan) sedangkan pelapukan kimiawi terjadi oleh proses
kimia seperti batu kapur yang larut oleh air.
b. Membantu proses pembentukan humus. Tumbuhan akan menghasilkan dan
menyisakan daun-daunan dan ranting-ranting yang menumpuk di permukaan
tanah. Daun dan ranting itu akan membusuk dengan bantuan jasad
renik/mikroorganisme yang ada di dalam tanah.

c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah sangat nyata terjadi di daerah
beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika. Vegetasi hutan dapat membentuk
tanah hutan dengan warna merah, sedangkan vegetasi rumput membentuk tanah
berwarna hitam karena banyak kandungan bahan organik yang berasal dari
akarakar dan sisa-sisa rumput.

d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh


terhadap sifat-sifat tanah. Contoh, jenis tanaman cemara akan memberi unsur-
unsur kimia seperti Ca, Mg, dan K yang relatif rendah, akibatnya tanah di bawah
pohon cemara, derajat keasamannya lebih tinggi daripada tanah di bawah pohon
jati.

3. Bahan Induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen (endapan),
dan batuan metamorf. Batuan induk itu akan hancur menjadi bahan induk, kemudian
akan mengalami pelapukan dan menjadi tanah. Tanah yang terdapat di permukaan bumi
sebagian memperlihatkan sifat (terutama sifat kimia) yang sama dengan bahan
induknya. Bahan induk terkadang masih terlihat pada tanah baru, misalnya tanah
bertekstur pasir berasal dari bahan induk yang kandungan pasirnya tinggi. Susunan
kimia dan mineral bahan induk akan memengaruhi intensitas tingkat pelapukan dan
vegetasi di atasnya. Bahan induk yang banyak mengandung unsur Ca akan membentuk
tanah dengan kadar ion Ca yang banyak pula, akibatnya pencucian asam silikat dapat
dihindari dan sebagian lagi dapat membentuk tanah yang berwarna kelabu. Sebaliknya
bahan induk yang kurang kandungan kapurnya membentuk tanah yang warnanya lebih
merah.
4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi:
a.Tebal atau Tipisnya Lapisan Tanah
Daerah yang memiliki topografi miring dan berbukit, lapisan tanahnya lebih
tipis karena tererosi sedangkan daerah yang datar lapisan tanahnya tebal karena
terjadi sedimentasi.
b.Sistem Drainase/Pengaliran
Daerah yang drainasenya tidak bagus seperti sering tergenang menyebabkan
tanahnya menjadi asam.
5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus-menerus berubah, akibat pelapukan
dan pencucian yang terus-menerus. Oleh karena itu, tanah akan menjadi semakin
tua. Mineral yang banyak mengandung unsur hara telah habis mengalami
pelapukan, sehingga tinggal mineral yang sukar lapuk seperti kuarsa. Karena proses
pembentukan tanah yang terus berjalan, maka induk tanah berubah berturut-turut
menjadi tanah muda, tanah dewasa, dan tanah tua. Lamanya waktu yang diperlukan
untuk pembentukan tanah berbeda-beda. Bahan induk vulkanik yang lepas-lepas
seperti abu vulkanik memerlukan waktu 100 tahun untuk membentuk tanah muda
dan 1.000–10.000 tahun untuk membentuk tanah dewasa.

D. SIFAT KIMIA TANAH


1. Derajat Kemasaman Tanah (pH)
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H + didalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion
OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. Pada tanah-tanah
masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedangkan pada tanah alkalis
kandungan OH- lebih banyak daripada H+.
Bila kandungan H+ sama dengan OH-, maka tanah bereaksi netral yaitu
mempunyai pH = 7. Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan
pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun
demikian pH tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya
bereaksi masam dengan 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah
dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa
sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut
tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat
kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak
mengandung garam Na.
2. C-Organik
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini
dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun
biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-
Organik. Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik
dan biotik dalam ekosistem tanah. Dalam penelitiannya menyatakan bahwa
kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak
kurang dari 2 persen, Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun
dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah
penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun.
3. Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot
tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein. Nitrogen dalam tanah
berasal dari :
a. Pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara
b. Pupuk
c. Air Hujan

Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari
aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Manfaat dari Nitrogen adalah untuk
memacu pertumbuhan tanaman pada fase vegetatif, serta berperan dalam
pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain. Nitrogen
terdapat di dalam tanah dalam bentuk organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik
meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N.

4. Fosfor (P)
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan
mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH
sekitar 6-7. Hasil keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineral-mineral P,
pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa
immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian.
Di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor yaitu fosfor organik dan fosfor
anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas yang lebih
kaya akan bahan organik. Kadar P organik dalam bahan organik kurang lebih sama
kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 – 0,5 %. Tanah-tanah tua di Indonesia (podsolik
dan litosol) umumnya berkadar alami P rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga
penanaman tanpa memperhatikan suplai P kemungkinan besar akan gagal akibat
defisiensi P. Jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman terhambat dan
pertumbuhannya kerdil.
5. Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap
oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu
menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau
unsur lainnya. Ketersediaan Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan
dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya
sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya sendiri.
Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang
mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik
maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium
tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat
lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai
kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-
mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation
tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung
sedikit Kalium.
6. Natrium (Na)
Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75%
yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan
tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan pantai,
karena tingginya kadar Na di laut, suatu tanah disebut tanah alkali jika KTK atau
muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh ≥ 15% Na, yang mencerminkan unsur
ini merupakan komponen dominan dari garam-garam larut yang ada. Pada tanah-tanah
ini, mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl). Kelompok tanah alkalin ini disebut
tanah halomorfik, yang umumnya terbentuk di daerah pesisir pantai iklim kering dan
berdrainase buruk. Sebagaimana unsur mikro, Na juga bersifat toksik bagi tanaman
jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang sedikit berlebihan.
7. Kalsium (Ca)
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti
Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman,
diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai
endapan-endapan sekunder dan tercuci. Adapun manfaat dari kalsium adalah
mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan
membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas
beberapa enzim.
8. Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan
beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang
khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan
akibat dari kekurangan magnesium.
9. Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik
atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan
kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir. Nilai KTK tanah sangat
beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri. Besar kecilnya KTK
tanah dipengaruhi oleh :
a. Reaksi tanah
b. Tekstur atau jumlah liat
c. Jenis mineral liat
d. Bahan organik dan,
e. Pengapuran serta pemupukan.
Peristiwa pertukaran kation dalam tanah merupakan mekanisme dimana
senyawa anorganik dan logam mikro esensial menjadi tersedia bagi tanaman. Ketika
ion-ion logam hara diserap oleh akar tanaman, ion hidrogen bertukar dengan ion-ion
logam. Proses ini karena adanya leaching dari kalsium, magnesium dan ion logam
lainnya dari dalam tanah oleh air yang mengandung asam karbonat cenderung
membuat tanah menjadi asam.
Ca2+ + 2CO2+ 2H2O 2H+ + Ca2+ + 2HCO3
Dalam suatu lahan dengan curah hujan rendah tanah akan cenderung menjadi basa
karena terdapatnya garam-garam seperti Na2CO3 dalam tanah, sifat ini dapat
dihilangkan dengan cara dengan cara menambahkan aluminium dan besi sulfat yang
akan melepaskan asam dalam proses hidrolisis.
2 Fe3+ + 3 SO42- + 6H2O 2Fe(OH)3 + 6H+ + 3SO42-
Bisa juga dengan menambahkan belerang. Belerang yaqng ditambahkan ke dalam
tanah dioksidasi oleh bakteri sebagai mediator reksi pembentukan asam sulfat.
S + 1 ½ O2 + H2O 2H+ + SO42-
10. Kejenuhan Basa (KB)
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan
dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah
berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal
alkalis. Tanah dengan kejenuhan basa sama dan komposisi koloid berlainan, akan
memberikan nilai pH tanah yang berbeda. Hal ini disebabkan oleh perbedaan derajat
disosiasi ion H+ yang diserap pada permukaan koloid. Kejenuhan basa selalu
dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu tanah. Tanah sangat subur
bila kejenuhan basa > 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basa antara 50-80%
dan tidak subur jika kejenuhan basa <50%.

E. JENIS-JENIS TANAH
Klasifikasi alami yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang
dimiliki tanpa menghubungkan sama sekali dengan tujuan penggunaannya. Klasifikasi
ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia dan mineralogi tanah yang
dimiliki masing-masing kelas dan selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan
bagi berbagai penggunaan tanah. Pada awalnya jenis tanah diklasifikasikan berdasarkan
prinsip zonalitas, yaitu :
1. Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi,
2. Tanah intrazonal, yakni tanah dengan faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal
terutama bahan induk dan relief,
3. Tanah azonal, yakni tanah yang belum mennjukkan perkembangan profil dan
dianggap sebagai awal proses pembentukan tanah.
Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis tanah
yang berbeda-beda. Berikut ini adalah macam-macam / jenis-jenis tanah yang ada di
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu:
1. Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang
pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2. Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk
dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
3. Tanah Alluvial / Tanah Endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di
dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan
pertanian.
4. Tanah Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan
curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.
5. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi
Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi
yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di
sekitar lereng gunung berapi.
6. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara,
nnamun unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi.
7. Tanah Mediteran / Tanah Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan
batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
8. Tanah Gambut / Tanah Organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang
merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan,
Papua dan Sumatera.

F. MANFAAT TANAH
1. Tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran.
2. Penyedia kebutuhan primer tanaman
3. Penyedia kebutuhan sekunder tanaman
4. Sebagai habitat biota tanah, baik yang berdampak positif karena terlibat langsung atau
tak langsung dalam penyediaan kebutuhan primer dan sekunder tanaman tersebut,
maupun yang berdampak negatif karena merupakan hama & penyakit tanaman.
5. Penyediaan unsur hara untuk tumbuhan. Ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan
oleh tumbuhan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
produksi suatu tumbuhan. Jumlah dan jenis unsur hara yang tersedia di tanah dan
dibutuhkan oleh tumbuhan haruslah sesuai dan seimbang.
6. Penyedia makanan untuk biota tanah. Tanah menjadi habitat pengurai yang
menguraikan sisa organisme mati menjadi bahan makanan yang dibutuhkan oleh
tanaman dan organisme lain.
7. Sumber bahan baku barang kerajinan atau perabot rumah tangga. Kandungan tanah
liat dapat di manfaatkan manusia untuk membuat batu bata, barang-barang seni dan
kerajinan, maupun alat-alat rumah tangga. Tanah liat juga dapat dimanfaatkan salah
satunya sebagai bahan baku genteng penutup atap rumah atau bangunan.
8. Memiliki nilai ekologi, yaitu mampu menyerap dan menimpan air (melindungi tata
air), menekan erosi, serta menjaga kesuburan tanah.
9. Memiliki nilai ekonomis yaitu sebagai aset yang dapat disewakan atau diperjual
belikan dan mengandung barang tambang atau bahan galian yang berguna untuk
manusia.

G. DEFINISI PENCEMARAN TANAH


Pencemaran tanah merupakan keadaan dimana adanya berbagai bahan substansi kimia
yang masuk ke dalam lapisan tanah sehingga mengubah struktur dan lingkungan di
dalam tanah. Sumber utama dari adanya pencemaran tanah ini adalah adanya kebocoran
limbah kimia yang biasanya ada di pabrik baik itu bahan kimia organic maupun yang
kimia tulen. Biasanya di dalam pabrik tempat pembuangan limbah kimia ini terdapat di
dalam bunker yang terdapat di dalam tanah sehingga sangat rawan terjadi kebocoran. Jika
bunker tersebut sudah bocor maka selanjutnya yang terjadi adalah masuknya berbagai zat
kimia tersebut ke dalam tanah dan merusak struktur tanah itu sendiri.

H. PENYEBAB PENCEMARAN TANAH


Sebagian besar pencemaran tanah dikarenakan adanya kebocoran bahan kimia baik itu
yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja baik dalam skala besar ataupun
skala kecil. Penggunaan pestisida pada lahan pertanian, masuknya bahan kimia yang
terdapat di dalam air ke dalam permukaan tanah, adanya kecelakaan kendaraan
pengangkut minyak yang masuk ke dalam tanah juga mampu menimbulkan pencemaran
tanah. ketika bahan kimia sudah ada di dalam tanah maka bahan kimia tersebut dapat
larut ke dalam air, terbawa air hujan dan juga mampu menguap ke dalam udara sehingga
efeknya akan menjadi efek domino dimana yang berbahaya bukan hanya pada tanah saja
melainkan juga di dalam air dan udara.
Limbah sebagai penyebab pencemaran tanah merupakan hasil buangan baik dari
limbah industri domestik maupun rumah tangga. Limbah ini seringkali juga disebut
sebagai sampah dan kehadirannya tidak dipedulikan lagi oleh orang dan lingkungan.
Secara kandungan zat di dalamnya limbah tergolong dari dua jenis yaitu bahan kimia
organic dan anorganik. Adanya penumpukan limbah ini di dalam tanah akan mampu
membuat dampk negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia serta makhluk hidup
lainnya. karena bahayanya inilah oleh karena itu sangatlah penting untuk membuat
penanggulangan terhadap bahayanya.
Limbah industri yang mampu menyebabkan pencemaran tanah biasanya berasal dari
pabrik, manufaktur, industri kecil, industri besar dan industri perumahan. Limbah yang
dihasilkan ini bisa berupa limbah cair dan juga limbah padat. Adapun penjelasan lebih
detailnya adalah sebagai berikut ini:
1. Limbah Padat – Limbah industri yang padat merupakan limbah buangan dari hasil
industri pabrik berupa padatan, bubur, atau lumpur yang berasal dari hasil pengolahan
pabrik tersebut. Misalnya saja limbah dari pabrik gula, kertas, rayon, pulp, pengawet
buah, ikan, daging, plywood dan lainnya.
2. Limbah Cair – Sedangkan limbah cair adalah hasil pembuangan dari industri yang
berbentuk cair. Contoh limbah cair ini adalah seperti sisa dari pengolahan limbah
industri kimia dan logam. Limbah dalam bentuk cair ini sangat berbahaya terutama
jika mengandung berbagai bahan kimia yang berpotensi menganggu kesehatan
manusia.
3. Limbah anorganik – Limbah anorganik ini merupakan jenis limbah yang tidak
mampu mengalami penguraian yang dilakukan oleh mikroorganisme lainnya seperti
jamur dan bakteri. Contoh dari limbah anorganik ini misalnya adalah limbah kantong
plastic, kaleng bekas, botol minuman, bekas botol air mineral dan lainnya. limbah
anorganik ini memerlukan tindakan pembuangan yang harus diatur sedemikian rupa
supaya tidak membuat kerugian pada tanah dan juga makhluk hidup lainnya karena
tanah menjadi tercemar oleh adanya limbah ini.
4. Limbah organic – Untuk jenis limbah organic merupakan limbah yang lebih ramah
dibandingkan dengan limbah anorganik. Hal ini terjadi karena limbah organic mampu
diuraikan kembali oleh mikroorganisme di dalam tanah sehingga tidak begitu
berbahaya bagi tanah itu sendiri. Jenis limbah ini misalnya saja tinja atau feses, oli,
cat, sampah rumah tangga yang dari tumbuhan. Meskipun limbah atau sampah organic
ini tidak begitu berbahaya namun perlu diingat bahwa jika terlalu banyak sampah
organic di dalam tanah maka penguraiannya pun akan semakin lama dan hal ini
membuat pertumbuhan berbagai tanaman di dalamnya menjadi lebih lambat dan hal
ini tidak baik begitu lingkungan.
5. Limbah industri – Limbah industri ini bisa berasal dari limbah indsutri kecil dari
perumahan atau limbah industri besar berskala pabrik. Limbah ini bisa juga berasal
dari dunia usaha hotel, rumah makan, pasar, perdagangan, tempat wisata, instansi
pemerintah dan swasta, dan lainnya. limbah yang dihasilkan bisa berupa limbah padat
maupun cair dan organic maupun anorganik.
6. Limbah pertanian – Limbah dari hasil pertanian ini juga mampu menyebabkan
pencemaran tanah. misalnya saja adalah dengan penggunaan pupuk atau pestisida
pada pertanian sehingga menyebabkan tanah menjadi tercemar. Jika penggunaan
pestisida dan pupuk ini sudah melebihi batas wajarnya maka akan menyebabkan hal
yang tidak diinginkan termasuk rusaknya hasil tanaman dan juga hasil tanaman yang
tidak optimal lagi.

I. DAMPAK PENCEMARAN TANAH


Setelah mengetahui penyebab dari pencemara tanah kemudian anda juga perlu untuk
mengetahui apa saja dampak dari pencemaran tanah. ada beberapa bentuk dari dampak
pencemaran tanah, diantaranya adalah berikut ini:
1. Dampak pada kesehatan
Adanya pencemaran tanah sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Seberapa besar
dampak ini pada kesehatan sebenarnya juga sangat tergantung pada jenis polutan serta
seberapa sering dan banyak polutan yang terpapar ke dalam tubuh. semakin banyak dan
sering polutan masuk ke dalam tubuh maka dampak penyakit yang akan dialami juga
akan semakin besar dan juga sebaliknya. adapun berbagai jenis resiko polutan dan
penyakitnya adalah sebagai berikut ini:
 Kromium, yang merupakan zat kimia yang digunakan dalam berbagai pestisida dan
juga herbisida ini mampu membuat munculnya dampak karsinogenik pada semua
populasi bukan hanya untuk spesies manusia saja namun juga makhluk hidup lainnya.
 Zat timbale, ini sangat berbahaya jika terlalu banyak terpapar ke dalam tubuh karena
dapat mengakibatkan peningkatan resiko terkena penyakit ginjal dan kerusakan otak.
 Benzene, jika tubuh terus menerus mengalami paparan benzene dalam jumlah banyak
dan intensitas yang sering maka bisa meningkatkan terkena penyakit leukemia atau
kanker darah. tentu saja penyakit ini sangat berbahaya bahkan mematikan.
 Merkuri, tubuh yang terlalu sering mendapatkan paparan dari zat ini akan sangat
mudah mengalami gangguan pada organ ginjalnya bahkan ada beberapa penyakit juga
yang tidak bisa diobati karena zat ini.
 Sikoldenia, zat ini memicu timbulnya infeksi dan gangguan pada fungsi organ hati
 Karmabat, yang mampu membuat gangguan pada saraf otot sehingga tubuh akan
mengalami kesulitan dalam bergerak,
 Klorin, zat cair yang mengandung klorin ini sangat berbahaya bagi tubuh karena
mengganggu fungsi kinerja dari organ hati dan ginjal serta menyebabkan gangguan pada
saraf pusat di dalam otak.
 Selain dampak pada kesehatan yang telah disebutkan di atas, dampak pada kesehatan
lainnya yang akan dirasakan oleh para penderitanya antara lain adalah gangguan pada
penglihatan, pendengaran, ruam pada kulit, pusing, letih, lelah, dan gejala penyakit
lainnya. apabila terjadi dosis yang sangat besar pada paparan pencemaran ke dalam tubuh
bahkan bisa berakibat fatal pada kematian.
2. Dampak pada ekosistem
Dampak lainnya yang timbul dari adanya pencemaran tanah ini adalah dampak pada
ekosistem yang telah ada. Tanah merupakan bahan yang sangat sensitive dan sangat
mudah mengalami perubahan kandungan kimiawi dan struktur di dalamnya meskipun itu
hanya sedikit saja jumlah dari zat kimia yang masuk ke dalam tanah. perubahan
kandungan kimia di dalam tanah ini akan mengakibatkan perubahan metabolisme pada
organism yang hidup di dalam tanah. akibat dari hal ini tidaklah sepele yaitu bisa memicu
adanya putusnya rantai makanan. Bagaimana hal ini bisa terjadi? jadi rantai makanan
primer jika sudah terkontaminasi oleh pencemaran juga akan mempengaruhi rantai
makanan yang ada di atasnya sehingga ini bisa memunsnahkan rantai makanan. Misalnya
saja pengaruh zat DDT pada tanah yang di atasnya ditumbuhi oleh tanaman yang menjadi
makanan burung maka telur dari burung tersebut akan menjadi rawan pecah.
Selain itu dengan adanya pencemaran tanah ini juga dapat menimbulkan zat kimia masuk
ke dalam air tanah sehingga membuat berbagai jenis tumbuhan akan sulit tumbuh di
atasnya. Kesuburan tanah pun akan menghilang dan ini akan sangat berbahaya bagi
kehidupan makhluk hidup di bumi ini.
3. Dampak pada pertanian
Dampak pencemaran tanah pada pertanian akan dapat terlihat jelas terutama pada
perubahan metabolisme tanaman dan akhirnya dapat terlihat langsung dari adanya
penurunan hasil pertanian itu sendiri. Pencemaran tanah ini juga akan mengakibatkan
tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan optimal sehingga tanah juga menjadi rawan
mengalami erosi tanah karena tidak ada penahannya lagi. Jika tanah mengalami
pencemaran dalam jangka waktu yang lama maka bisa menyebabkan tanah tercemar
secara permanen sehingga tidak bisa digunakan lagi sebagai lahan pertanian. Untuk itu
sebaiknya para petani untuk tidak menggunakan bahan kimia seperti pupuk dan pestisida
dalam jumlah yang berlebihan pada tanamannya karena ternyata bukan hanya membunuh
hama namun juga membuat pencemaran di dalam tanah.

J. PENCEGAHAN PENCEMARAN TANAH


Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi pencemaran tanah yaitu:
1. Sebelum dibuang ke tanah senyawa sintetis seperti plastik sebaiknya diuraikan lebih
dahulu, misalnya dengan dibakar.
2. Untuk bahan-bahan yang dapat didaur ulang, hendaknya dilakukan proses daur ulang,
seperti kaca, plastik, kaleng, dan sebagainya.
3. Menumbuhkan kesadaran pada masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.
4. Sebelum dibuang, sampah harus dipisahkan antara sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari tumbuhan dan hewan
yang cepat busuk dan dapat didaur ulang menjadi kompos. Sampah anorganik seperti
plastik, baterai, dan kaleng bekas, tidak dapat diurai oleh mikroorganisme sehingga
harus dipisahkan.
5. Limbah deterjen sebaiknya jangan dibuang ke tanah, tetapi ditampung ke dalam bak
penampungan untuk selanjutnya dilakukan pengendapan, penyaringan, dan
penjernihan.
6. Penggunaan pestisida dengan dosis yang telah ditentukan.
7. Penggunaan pupuk anorganik secara tidak berlebihan pada tanaman.
8. Untuk menghindari pengikisan lapisan humus oleh air hujan dapat dilakukan dengan
menjaga kelestarian tanaman, karena tanaman dapat menyerap air, seresah dedaunan
yang dihasilkan dapat menyerap dan menahan air, serta perakarannya dapat menahan
dan mengikat tanah agar tidak mudah tererosi.
F. PENANGANAN PENCEMARAN TANAH
Ada 2 cara untuk penanganan pencemaran tanah
1. Remidiasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau
off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih
murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa
ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian
zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar
dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air
limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.

2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau
tidak beracun (karbon dioksida dan air).
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan
merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran
limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida;
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan
kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat
penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak
memenuhi syarat (illegal dumping).
Ada beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah, diantaranya
dengan remediasi dan bioremidiasi. Remediasi yaitu dengan cara membersihkan
permukaan tanah yang tercemar. Sedangkan Bioremediasi dengan cara proses
pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).

B. SARAN
Untuk lebih memahami semua tentang pencemaran tanah, disarankan para pembaca
mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu,
diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari – hari dalam menjaga kelestarian tanah beserta penyusun yang
ada di dalamnya.
DAFTAR PUSTAKA

Hardjowigeno, Sarwono Frof Dr. Ir. H. M,Sc.2003. Klasifikasi Tanah dan Phetagonesis.

Subardi, Nuryani, Pramono S. 2009. Biologi 1. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen


Pendidikan Nasional.

Sulistyorini A. 2009. Biologi 1. Jakarta:  Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Suwarno. 2002. Panduan Pembelajaran Biologi. Jakarta:  Pusat Perbukuan Departemen


Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai