Anda di halaman 1dari 10

“Kimia Lingkungan”

Dosen Pengampu : Dr. Hj. Taty Sulastry, M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 1
AFDHALIFAYANTI HAMDJAH 1913040003
DIAN ANUGRAH SUKMA 1913042021
HAMSIAH 1913040001
MUNAWWARA 1913040011
NURMIATI HAMID 1913041019
SUHARDI 1913040019
REZKY KASWA SALSABILA 1813041021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
PERTANYAAN DAN JAWABAN

1. Penanya : Risnawati (Kelompok 3)


Pertanyaan : Ketika mencuci pakaian, kemana seharusnya air limbah
deterjen dibuang agar tidak mencemari lingkungan?
Penjawab 1 : Munawwara
Jawaban :
Deterjen adalah Surfaktant anionik dengan gugus alkil (umumnya C 9-
C15) atau garam dari sulfonat atau sulfat berantai panjang dari Natrium (RSO 3-
Na+ dan ROSO3- Na+ ) yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak
bumi (fraksi parafin dan olefin). Menurut Kamulyan (1996), penambahan
bahan kimia tertentu yang lazim disebut koagulan akan menyebabkan
destabilisasi partikel koloid yang berada di dalam air sehingga dimungkinkan
terjadinya proses penggabungan antar partikel koloid atau terjadi pengikatan
partikel koloid oleh flok hasil reaksi bahan koagulan dalam air sehingga
terbentuk gumpalan.
Pencemaran air akibat limbah deterjen bekas mencuci dapat dikurangi
dengan melakukan pengolahan limbah sebelum membuangnya ke saluran air.
Salah satu cara sederhana untuk mengolahnya adalah dengan menambahkan
serbuk tawas pada air deterjen bekas mencuci pakaian.
Tawas atau Aluminium Sulfat (Al2(SO4)3) merupakan koagulan yang
akan mengendapkan partikel koloid yang ada dalam air. Ketika dalam air,
tawas akan terurai menjadi dispersi koloid yang bermuatan positif dan akan
mengikat partikel koloid bermuatan negatif. Dalam penjernihan air limbah
deterjen ini, ion Al³+ pada tawas akan mengikat dan mengendapkan fosfat.
Sebagai koagulan aluminium sulfat, tawas sangat efektif untuk
mengendapkan partikel koloid dan suspensi pada air maupun limbah.
Apabila tawas ditambahkan ke dalam air yang bersifat alkalin, akan
mengikuti reaksi sebgai berikut:
Al2(SO4)3 + 14H2O + 6HCO3- → 2Al(OH)3(s) + 6CO2 + 14H2O + 3SO42-
Reaksi diatas akan mengubah kesetimbangan karbonat dan menurunkan pH.
Selama konsentrasi alkalinitas cukup dan CO 2(g) diijinkan untuk berkembang,
pH tidak berkurang dengan drastis dan secara umum tidak menimbulkan
masalah (Davis dan Cornwell, 1991).
Sumber : https://media.neliti.com/media/publications/66868-ID-studi-
penggunaan-bahan-tambah-koagulan-a.pdf

Penjawab 2 : Suhardi
Saluran irigasi mengandung Pupuk kimia, insektisida dan pestisida
yang digunakan untuk memelihara tanaman. Hal ini dapat mencemari air
yang terkandung di dalam tanah. Kadar unsur N, P, dapat menyebabkan
eutrofikasi/pengkayaan nutrien pada perairan.
Adapun contoh dari irigasi dalam pencemaran limbah detergen yaitu,
salah satunya air sabun dan detergen yang dimana dihasilkan dari aktivitas
mencuci dalam sehari-hari. Limbah detergen termasuk jenis greywater atau
limbah nonkakus, yang juga mencakup limbah bekas mandi dan limbah
dapur.

2. Penanya : Mirnawati (Kelompok 5)


Pertanyaan : Jelaskan mengapa putusnya arus siklus kimia menjadi
penyebab tercemarnya lingkungan!
Penjawab : Afdhalifayanti Hamdjah
Jawaban :
Putusnya arus siklus kimia menjadi penyebab tercemarnya lingkungan
karena, siklus Biokimia sebagai pertukaran antara komponen biosfer yang
hidup maupun tidak hidup yang dimana akan diangkat trofiknya yang tidak
hilang dalam ekosistem. Salah satu reaksi kimia pada siklus Biokimia yaitu :
C(s) + O₂(g) → CO₂(g)
Sumber : http://https.ruangguru.com/

3. Penanya : Febiola (Kelompok 3)


Pertanyaan : Bagaimana cara kita mengetahui air yang kita gunakan
dirumah terhindar dari pencemaran lingkungan?
Penjawab : Nurmiati Hamid
Jawaban :
Cara kita mengetahui air yang kita gunakan di rumah terhindar dari
pencemaran air yaitu sebagai berikut:
a. Tidak Berbau
Air yang murni dan sehat tidak akan menimbulkan bau. Jika sudah
tercemar oleh zat polutan, air tersebut akan menimbulkan bau busuk dan
menyengat. Berikut reaksi antara hidrogen dan oksigen membentuk air.
H2(g) + O2(g) H2O(l)
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)
CH2O(g) + H+(aq) + SO42- H2S(g) + CO2(g) + H2O(l)
b. Derajat Keasaman Netrala
Normalnya, derajat keasaman air adalah 7. Jika melebihi atau kurang dari
7, air tersebut sudah tercemar.
c. Mikroorganisme Normal
Limbah atau sampah yang ada di dalam air akan diuraikan oleh
mikroorganisme yaitu bakteri pengurai. Proteus dan Clostridiummerupan
contoh bakteri penguari. Untuk menguraikannya, mikroorganisme
membutuhkan pasokan oksigen. Semakin banyak limbah atau sampah,
membuat jumlah mikroorganisme dan pasokan oksigen yang dibutuhkan
juga semakin banyak. Hal ini akan membuat kandungan oksigen di dalam
air berkurang sehingga hewan dan tumbuhan yang hidup di dalamnya akan
kekurangan oksigen.
d. Tidak Memiliki Rasa
Air yang baik, murni, dan sehat adalah air yang tidak memiliki rasa. Jika
memiliki rasa, baik itu asam, manis, atau pahit, dapat dipastikan air
tersebut tercemar. Berikut rekasi oksigen dan hidrogen membentuk air.
H2(g) + O2(g) H2O(l)
2H2(g) + O2(g) 2H2O(l)
e. Radioaktivitas Air dalam Keadaan Normal
Jika jumlah zat radioaktif sangat banyak, radioaktivitas air akan meningkat
yang kemungkinan besar air tersebut sudah tercemar. Jika tidak segera
ditangani, zat-zat yang berasal dari aktivitas manusia dan aktivitas mesin
ini dapat merusak lingkungan.
f. Tidak Adanya Bahan Pelarut Dan Endapan
Bahan pelarut dan endapan dapat membuat air berbau, memiliki derajat
keasaman yang tinggi, memiliki rasa, dan berwarna. Berikut reaksi
pengendapan.
KI(aq) + Pb(NO3)2(aq) KNO3(aq) + PbI2(s)
g. Suhu Air Normal
Dalam kondisi normal, suhu air lebih rendah dibandingkan dengan suhu
lingkungan. Karena itulah, air akan terasa dingin saat disentuh. Jika dalam
kondisi normal suhu air terus berubah, dapat dipastikan air tersebut sudah
tercemar.
h. Tidak Berwarna
Air yang bersih tidak akan berwarna dan terlihat bening. Jika zat polutan
sudah mencemarinya, air akan mudah berubah warna.
Air mempunyai rumus molekul H2O. Antara atom O dan kedua atom
H terbentuk ikatan kovalen; namun karena atom oksigen bersifat lebih
elektronegatif dibanding atom hidrogen maka molekul air bersifat polar.
Sudut ikatan antara H dan O dalam molekul H2O adalah 104,5o . Sifat polar
yang kuat dari air sangat berperan dalam pembentukan ikatan hidrogen. Jenis
ikatan ini umumnya terjadi antara molekul-molekul yang bersifat polar yang
mengandung H dengan senyawa-senyawa yang mengandung O, F dan N.
Dalam hal ini H atom yang bermuatan positif akan tertarik oleh atom yang
bersifat elektronegatif. Satu molekul air dapat membentuk empat ikatan
hidrogen. Atom O dapat membentuk dua ikatan hidrogen karena mempunyai
dua pasang elektron bebas sedangkan masing-masing atom H membentuk
satu ikatan hidrogen dengan atom O pada molekul lain yang berdekatan.
Dalam keadaan cair, molekul-molekul air senantiasa bergerak dan ikatan
hidrogen secara terus-menerus terbentuk dan terputus. Susunan molekul-
molekulnya bersifat acak.

Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperatur air, tekanan


parsial oksigen dalam atmosfir dan kandungan garam dalam air. Penggunaan
oksigen untuk menghancurkan senyawa-senyawa organik dapat dinyatakan
dengan persamaan reaksi berikut :
CH2O + O2 CO2 + H2O
Oksigen di dalam air yang digunakan oleh organisme hidup adalah oksigen
terlarut, bukan atom O dalam molekul H2O. Untuk tersedianya air yang sehat,
jumlah oksigen dan gas-gas yang lainnya haruslah dijaga setinggi mungkin.
Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada suhu dan kadar garam. Jika
dalam air terjadi proses pemakaian oksigen maka kadar oksigen terlarut
menjadi makin kecil dan bahkan dapat mencapai nol yang tentu saja hal ini
sangat merugikan bagi ekosistem dalam badan air tersebut.
Pada air, satu molekul air dapat berikatan hidrogen dengan empat molekul
air lain di sekitarnya dalam susunan tetrahedral seperti terlihat dalam gambar
(a) di bawah. Pada es, molekul-molekul air berikatan hidrogen dalam struktur
susunan yang kaku namun lebih terbuka. Struktur yang lebih terbuka
(berongga) pada es seperti terlihat pada gambar (b) mengakibatkan es
memiliki densitas (massa jenis) yang lebih kecil. Ketika es melebur, sebagian
ikatan hidrogen putus. Hal ini menyebabkan molekul-molekul air dapat
tersusun lebih rapat sehingga densitasnya meningkat seperti terlihat pada
gambar (c). Dengan kata lain, jumlah molekul H 2O per satuan volum dalam
wujud cair lebih banyak dibanding dalam wujud padat.

Ikatan pada air es


Sumber :
http://www.galeripustaka.com/2014/08/pembuangan-sampah-
menyebabkan-pemanasan-global.html?m=1
https://www.studiobelajar.com/ikatan-hidrogen/
https://www.kompas.com/skola/read/2021/02/02/190919169/
ciri-air-tidak-tercemar
https://dlh.semarangkota.go.id/ciri-ciri-air-yang-tercemar/

4. Penanya : Syurkiah (Kelompok 3)


Pertanyaan : Kapan pencemaran lingkungan dikatakan tercemar? Apakah
memiliki proses atau terjadi secara langsung?
Penjawab : Dian Anugrah Sukma
Jawaban :
Suatu lingkungan dikatakan tercemar jika dalam lingkungan tersebut
terdapat polutan dan zat-zat pencemar (seperti zat kimia berbahaya, CO2, CO)
dalam tingkat akumulasi yang tinggi dan apabila jumlah atau kadar polutan
melebihi ambang batas sehingga menyebabkan menurunnya kualitas atau
daya dukung lingkungan dan terganggunya kehidupan makhluk hidup.
Proses pencemaran dapat terjadi secara langsung maupun tidak
langsung. Secara langsung yaitu bahan pencemar tersebut langsung
berdampak meracuni sehingga mengganggu kesehatan manusia, hewan dan
tumbuhan atau mengganggu keseimbangan ekologis baik air, udara maupun
tanah. Proses tidak langsung, yaitu beberapa zat kimia bereaksi di udara, air
maupun tanah, sehingga menyebabkan pencemaran.
Setidaknya ada lima zat yang disebut-sebut menjadi penyebab
pencemaran. Kelima zat tersebut, yakni karbon monoksida (CO), nitrogen
dioksida (NO2), sulfur dioksida (SO2), ozon, serta partikel debu. Zat-zat
tersebut menurunkan kualitas hidup karena berpotensi menghasilkan berbagai
penyakit. Adapun dampak dari zat tersebut antara lain:
a. Bagi manusia dampak CO dapat menyebabkan gangguan kesehatan
sampai kematian, karena CO bersifat racun metabolis, ikut bereaksi secara
metabolis dengan hemoglobin dalam darah (Hb):
Hb + O2 → O2Hb (oksihemoglobin)
Hb + CO → COHb (karboksihemoglobin) COHb 140 kali lebih
stabil daripada O2Hb.
b. SOx sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, terutama
batubara. Gas buang lebih banyak mengandung SO2 dibanding SO3.
Dengan oksigen dari udara SO2 menghasilkan SO3:
SO2 + O2 → SO3
Gas SO2 berbau tajam dan tak mudah terbakar. Gas SO 3 sangat reaktif.
Dengan uap air dari udara:
SO2 + H2O → H2SO3 SO3 + H2O → H2SO4
Pencemar ada yang langsung terasa dampaknya, misalnya berupa
gangguan kesehatan langsung (penyakit akut), atau akan dirasakan setelah
jangka waktu tertentu (penyakit kronis). Sebenarnya alam memiliki
kemampuan sendiri untuk mengatasi pencemaran (self recovery), namun alam
memiliki keterbatasan. Setelah batas itu terlampaui, maka pencemar akan
berada di alam secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak pada
manusia, material, hewan, tumbuhan dan ekosistem. Hal ini menyebabkan
penurunan daya hidup makhluk hidup yang tinggal disekitar lingkungan
tersebut, dan seiring berjalannya waktu terjadi penurunan jumlah makhluk
hidup yang diiringi dengan rusaknya ekosistem.
Sumber : https://environment-indonesia.com/articles/cara-pencegahan-
pencemaran-lingkungan/
https://dlhk.sidoarjokab.go.id/

5. Penanya : Asti Rey Mina Jaya (Kelompok 3)


Pertanyaan : Apakah tanah yang tercemar dapat kembali baik lagi? Jelaskan!
Penjawab : Hamsiah
Jawaban :
Saat ini terutama di negara-negara maju dan berkembang, dengan
banyaknya aktivitas pembangunan sedikitnya akan mengakibatkan terjadinya
kontaminasi terhadap lingkungan baik ke air, udara, maupun tanah.
Pencemaran terhadap tanah menjadi hal yang penting untuk segera ditangani
karena akan berpengaruh terhadap aspek lainnya, yaitu air tanah.
Dosen Institut Teknologi Bandung, Agus Jatnika Effendi, Ph.D., dari
Kelompok Keahlian Rekayasa Air dan Limbah Cair, Fakultas Teknik Sipil
dan Lingkungan ITB melakukan penelitian tentang teknologi soil washing
atau alat pencuci tanah yang mampu bekerja memperbaiki tanah yang telah
terkontaminasi.
Soil washing sendiri adalah salah satu teknik memulihkan tanah yang
tercemar, kembali ke kondisi awal atau semula. Sehingga tidak menyebabkan
terjadinya penghantaran polutan ke media lain. Dalam penelitian, ia
menjelaskan, pendekatan yang digunakan adalah remediasi atau pemulihan
kembali.
Ia mengatakan, sebetulnya banyak sekali teknik pemulihan tanah
terkontaminasi, salah satu yang dikembangkan di ITB adalah soil washing.
Menurutnya, yang unik dari teknologi soil washing ini adalah spesifik
terhadap karakteristik setempat. Kemudian, jenis kontaminannya pun
berbeda-beda. Selain soil washing, teknik lain untuk pencucian tanah adalah
bio-remediasi yaitu menggunakan pendeketan secara biologi dengan
memanfaatkan bakteri. Namun dijelaskannya, salah satu kelemahan dari bio-
remediasi adalah waktunya yang lambat.
Sumber : https://www.kompas.com/

Anda mungkin juga menyukai