Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SANITARY LANDFILL

DOSEN PENGAMPU: Dr. Muhammad Syahrir, S.Pd, M.Si.


DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
1. Febiola
2. Mirnawati
3. Nur Mukhlisa
4. Nur Rahma Yusuf
5. Nurul Fahmi Zulkarnain
6. Putri Ramadhani
7. Syarifah Fatimah
8. Wirayuda

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Kehadirat ALLAH SWT yang atas Nikmat Dan karunia- NYA
serta IzinNYA sehingga makalah ini dengan judul “Sanitary Landfill”
terselesaikan dengan tepat waktu. Taklupa pula Salam dan Taslim kepada
Junjungan Kami Nabi Besar Muhammad SAW. Kami pun sadar bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat berbagai kekeliruan sehingga kritik dan
saran yang sifatnya membangun senantiasa kami harapkan demi perbaikan pada
penyusunan selanjutnya. Semoga apa yang terdapat didalam makalah ini banyak
berguna utamanya bagi diri sendiri dan bagi setiap pembacanya AMIIN….

Makassar, 24 Oktober 2022


Kelompok 2
HALAMAN JUDUL
KATAPENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTARISI...........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. latar Belakang...................................................................................1
B. Tujuan...............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................6
A. Pengertian Sanitary Landfill.............................................................6
B. Keuntungan dan kerugian Sanitary Landfill...................................33
C. Jenis Landfill..................................................................................33
D. Pengembangan Landfill..................................................................33
BAB III PENUTUP..............................................................................................................34
A. Kesimpulan.....................................................................................34
B. Saran...............................................................................................34
DAFTARPUSTAKA...................................................................................................41
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun,
dibakar atau dibuang ke lingkungan, karena mengandung bahan yang dapat
membahayakan manusia dan makhluk hidup lain. Terdapat dua cara penimbunan
sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka (open dumping)
dan metode sanitary landfill. Pada metode penimbunan terbuka, sampah
dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang yang dibuat pada suatu
lahan, biasanya dilokasi tempat pembuangan akhir (TPA). Gas metan yang
dihasilkan oleh pembusukan sampah organic dapat menyebar ke udara sekitar dan
menimbulkan bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan
sampah dapat merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.
Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open dumping
menyebabkan dikembangkan metode penimbunan sampah yang lebih baik, yaitu
sanitary landfill. Pada landfill yang lebih medrn lagi, biasanya dibuat system
lapisan ganda (plastic – lempung – plastic – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk
mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan
sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
Kelemahan utama penanganan sampah dengan cara penimbunan adalah cara
ini menghabiskan lahan. Sampah akan terus terproduksi sementara lahan untuk
penimbunan akan semakin berkurang, meskipun telah menggunakan sanitary
landfill, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran lapisan sehingga zat-zat
berbahaya dapat merembes dan mencemari tanah serta air.

B. Tujuan
1. Mengetahui definisi / pengertian dari Sanitary landfill
2. Mengetahui fungsi dari sanitary landfill
3. Mengetahui prinsif kerja dari sanitary landfill
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian SanitaryLandfill
Sanitary landfill yaitu menimbun sampah di tanah yang berlekuk untuk
ditutup dengan lapisan tanah. Penimbunan ini dilakukan secara berulang-ulang
seperti kue lapis yang terdiri atas penimbunan sampah yang ditutup tanah. Tanah
yang semula berlekuk menjadi rata oleh sanitary landfill sehingga harga tanahnya
bisa naik berlipat-lipat karena bisa dipakai untuk berbagai keperluan, seperti
tempat sarana olahraga, tanaman hijau dan lain-lain. Pengelolaan sampah pun
tumbuh menjadi sentra keuntungan. Yang penting harus dijaga agar sampah tidak
merusak lingkungan, merembes dan mencemari air tanah.
Ini merupakan salah satu metode pengolahan sampah terkontrol dengan
sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir),
kemudian sampah dipadatkan dengan traktor dan selanjutnya ditutup tanah. Bila
tempat pembuangan sudah mencapai kapasitas maksimum dan setelah semua
kegiatan operasi selesai maka lapisan tanah terakhir adalah 2 ft (60 cm) atau lebih.
Cara ini akan menghilangkan polusi udara. Pada bagian dasar tempat tersebut
dilengkapi system saluran leachate yang berfungsi sebagai saluran limbah cair
sampah yang harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai atau ke
lingkungan. Di sanitary landfill tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan
gas hasil aktivitas penguraian sampah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sanitary landfill, yaitu :
1. Semua landfill adalah warisan bagi generasi mendatang.
2. Memerlukan lahan yang luas.
3. Penyediaan dan pemilihan lokasi pembuangan harus memperhatikan dampak
lingkungan.
4. Aspek social harus mendapat perhatian.
5. Harus dipersiapkan instalasi drainase dan system pengumpulan gas.
6. Kebocoran ke dalam sumber air tidak dapat ditolerir (kontaminasi dengan zat-
zat beracun).
7. Memerlukan pemantauan yang terus-menerus
Masalah- masalah lain yang mungkin dapat timbul akibat landfill yang tidak
terkontrol adalah sebagai berikut :
1. Lahan yang luas akan tertutup oleh sampah dan tidak dapat digunakan untuk
tujuan lain.
2. Cairan yang dihasilkan akibat proses penguraian (leachate) dapat mencemari
sumber air.
3. Sungai dan pipa air minum mungkin teracuni karena bereaksi dengan zat-zat
atau polutan sampah
4. Penyumbatan badan air.
5. Merupakan tempat yang menarik bagi berbagai binatang (tikus, anjing liar).
6. Merupakan sumber dan tempat perkembangbiakan organisme penyebar
penyakit.
7. Gas yang dihasilkan dalam proses penguraian akan terperangkap di dalam
tumpukan sampah dapat menimbulkan ledakan jika mencapai kadar dan
tekanan tertentu.

B. Keuntungan dan kerugian sanitarylandfill


1. Kelebihan sanitary landfill :
a. Timbulan gas metan dan air lindi terkontrol dengan baik sehingga tidak
mencemari lingkungan.
b. Timbulan gas metan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
c. Setelah selesai pemakaiannya, area lahan urug dapat digunakan untuk
berbagai keperluan seperti areal parkir, lapangan golf, dan kebutuhan
lain.
2. Kerugian :
a. Aplikasi sistem pelapisan dasar (liner) yang rumit.
b. Aplikasi tanah penutup harian yang mahal.
c. Aplikasi sistem lapisan penutup akhir.
d. Biaya aplikasi pipa penyalur gas metan dan instalasi pengkonversian gas
metan menjadi sumber energi.
e. Biaya aplikasi pipa-pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) dan
intalasi pengolah air lindi.

C. Jenis Landfill
1. Berdasarkan penanganan sampahnya:
Dilihat dari bagaimana sampah ditangani sebelum diurug, maka dikenal
beberapa jenis aplikasi ini, yaitu :
a. Pemotongan sampah terlebih dahulu:
a.) Sampah dipotong dengan mesin pemotong 50-80 mm sehingga menjadi
lebih homogen, lebih padat (0,8 –1,0 ton/m3), dapat ditimbun lebih tebal
(> 1,5 M).
b.) Dapat digunakan sebagai pengomposan (aerobik) in-situ dengan
ketingian selsel 50 cm, sehingga memungkinkan proses aerobik yang
menghasilkan panas sehingga dapat menghindari lalat.
c.) Binatang pengerat (tikus dsb) berkurang karena rongga dalam timbunan
berkurang / dihilangkan, dan timbunan lebih padat.
d.) Bila tidak ada masalah bau, maka tidak perlu tanah penutup
e.) Degradasi (pembusukan) lebih cepat sehingga stabilitas lebih cepat.
f.) Butuh alat pemotong sehingga biaya menjadi mahal
b. Pemadatan sampah dengan baling
(Gambar 5):
a.) Banyak digunakan di Amerika
Serikat.
b.) Sampah dipadatkan dengan mesin
pemadat menjadi ukuran tertentu
(misalnya bervolume 1 m3).
Kepadatan mencapai 1,0 ton/m3 atau lebih. Gambar 5.
c.) Transportasi lebih murah karena sampah lebih padat, dan benbentuk
praktis.
d.) Pengurugan di lapangan lebih mudah (dengan fork-lift).
e.) Pengaturan sel lebih mudah dan sistematis.
f.) Butuh investasi dan operasi alat/mesin. Biaya menjadi sangat mahal.
g.) Dihasilkan lindi hasil pemadatan yang perlu mendapat perhatian

c. Landfilling dengan baling Landfill tradisional:


a.) Cara yang dikenal di Indonesia sebagai sanitary landfill.
b.) Sampah diletakkan lapis perlapis (0,5-0,6m) sampai ketinggian 1,2 –
1,5m.
c.) Urugan sampah membentuk sel-sel (Gambar 6) dan membutuhkan
ketelitian operasi alat berat agar teratur.
d.) Kepadatan sampah dicapai dengan alat berat biasa (dozer atau loader)
dan mencapai 0,6 – 0,8 ton/m3
e.) Membutuhkan penutupan harian 10 – 30 cm, paling tidak dalam 48 jam.
f.) Kondisi di lapisan ( lift) teratas bersifat aerob (ada oksigen), sedang
bagian bawah anaerob (tidak ada oksigen) sehingga dihasilkan gas metan.
g.) Bagian-bagian sampah yang besar diletakkan di bawah agar tidak terjadi
rongga

Gambar 6.
d. Pembuatan sel-sel sampah Landfill dengan kompaksi:
a.) Banyak digunakan untuk lahan-urug yang besar dengan dozer khusus
yang bisa memadatkan sampah pada ketebalan 30 – 50 cm, dan dicapai
densitas timbunan 0,8 – 1,0 ton/m3.
b.) Proses yang terjadi menjadi anaerob.
c.) Karena densitas tinggi, serangga dan tikus sulit bersarang
d.) Keuntungan dibanding lahana-urug tradisional adalah tanah penutup
menjadi berkurang, truk mudah berlalu lalang dan masa layan lebih lama
e.) Biaya operasi menjadi meningkat

2. Berdasarkan kondisi site


Dilihat dari kondisi topografi site, maka literatur USA membagi landfill
dalam beberapa kelompok, yaitu :
Metode area:
a. Dapat diterapkan pada site yang relatif datar,
b. Sampah membentuk sel-sel sampah yang saling dibatasi oleh tanah penutup
c. Setelah pengurugan akan membentuk slope
d. Penyebaran dan pemadatan sampah berlawanan dengan kemiringan
Metode slope/ramp:
a. Sebagian tanah digali
b. Sampah kemudian diurug pada tanah
c. Tanah penutup diambil dari tanah galian
d. Setelah lapisan pertama selesai, operasi berikutnya seperti metode area
Metode parit (trench):
a. Site yang ada digali, sampah ditebarkan dalam galian, dipadatkan dan
ditutup harian.
b. Digunakan bila airtanah cukup rendah sehingga zone non-aerasi di bawah
landfill cukup tinggi (> 1,5 m).
c. Digunakan untuk daerah datar atau sedikit bergelombang.
d. Operasi selanjutnya seperti metode area
Metode pit/canyon/quarry:
a. Memanfaatkan cekungan tanah yang ada (misalnya bekas tambang)
b. Pengurugan sampah dimulai dari dasar
c. Penyebaran dan pemadatan sampah seperti metode area
d. Kenyataan di lapangan, cara tersebut dapat berkembang lebih jauh sesuai
dengan kondisi yang ada.

3. Berdasarkan ketersediaan oksigen dalam timbunan


Seperti halnya pengomposan, maka pada dasarnya landfilling adalah
pengomposan dalam reaktor yang luas. Oleh karenanya terdapat kemungkinan
pembusukan sampah secara aerobik maupun secara anaerobik. Berikut ini
adalah penjelasan lanjut tentang hal tersebut:
a. Landfill anaerobik:
a.) Landfill yang banyak dikenal saat ini, khususnya di Indonesia. Timbunan
sampah dilakukan lapis perlapis tanpa memperhatikan ketersediaan
oksigen di dalam timbunan.
b.) Kondisi anaerob menghasilkan gas metan (gas bakar). Dihasilkan pula
uapuap asam – asa m organik, dan H2S yang menyebabkan jenis landfill
ini berbau bila tidak ditutup tanah.
c.) Karena kondisinya anaerob, stabilitas sampah tidak cepat tercapai, dan
dihasilkan lindi (leachate) dengan konsentrasi tinggi. Landfill semi-
aerobik (lihat Gambar 7):

Gambar 7 Landfill semi anaerobik


d.) Dihindari tergenangnya leachate dalam timbunan, melalui drainase
leachate dan ventilasi gasbio yang baik
e.) Tanah penutup tidak terlalu kedap

b. Landfill semi-aerobik Landfill aerobik:


a.) Mengupayakan agar timbunan sampah tetap mendapat oksigen. Dengan
demikian proses pembusukan lebih cepat, seperti halnya pengomposan
biasa.
b.) Leachate yang dihasilkan relatif lebih baik dibanding landfill anaerob.
Juga bau akan banyak berkurang. Disamping itu, tidak dibutuhkan
penutup tanah harian.
c.) Pencapaian kondisi aerobik dapat dilakukan dengan pendekatan :
1.)lapisan sampah dibiarkan beberapa hari berkontak dengan oksigen,
sebelum diatasnya dilapis sampah lain. Bila perlu dilakukan
pembalikan pada lapisan sampah tersebut. Dibutuhkan area yang luas.
2.)cara lain adalah memasukkan udara ke dalam timbunan secara
sistematis, sehingga proses pembusukan berjalan secara aerob.

4. Berdasarkan jenis limbah yang akan diurug:


Di beberapa negara maju, pembagian landfill saat ini dilakukan
berdasarkan jenis limbah yang akan diurug, seperti:
a. Landfill sampah kota dan sejenisnya
b. Landfill limbah industry
c. Landfill yang menerima kedua jenis limbah tersebut, dikenal sebagai
codisposal
Di Jepang, landfill dibagi menjadi:
a. Landfill sampah domestik (sampah kota)
b. Landfill industri, yang dibagi menjadi :
a.) landfill untuk limbah industri yang stabil : limbah sisa bangunan,
plastik, karet, logam dan keramik (Gambar 9)
b.)landfill dengan shut-off: dengan mengisolasi kontak air dari luar seperti
air hujan dan air tanah (Gambar 10).
c.) landfill limbah terdegradasi : oli, kertas, kayu, residu hewan / tanaman;
diperlukan adanya pengolah lindi (Gambar 11)

Gambar 9. Landfill limbah stabil


Gambar 10. Landfill dengan shut-off

Gambar 11. Landfill limbah terdegradasi


5. Landfill Limbah B3 di Indonesia (Damanhuri, 2008)
Peraturan Bapedal – Indonesia tentang landfill (untuk limbah B3)
membagi katagori landfill limbah B3 menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Landfill katagori I : Landfill dengan liner ganda dari geomembran HDPE,
digunakan untuk limbah yang dinilai sangat berbahaya.
b. Landfill katagori II : seperti katagori I, namun dengan liner geomembran
tunggal.
c. Landfill katagori III : untuk limbah B3 yang dianggap tidak begitu
berbahaya. Liner yang digunakan adalah clay dengan nilai permeabilitas
lebih kecil dari 10–7 cm/detik. Landfill jenis ini identik dengan landfill
sampah kota (sanitary landfill) yang baik.

6. Berdasarkan aplikasi tanah penutup dan penanganan leachate:


Di Jepang, landfill sampah kota dibagi berdarkan aplikasi tanah penutup,
yang menjadi keharusan dari sanitary landfill standar, serta penanggulangan
leachate. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
a. Controlled tipping:
a.) Peningkatan dari open dumping.
b.) Calon lahan telah dipilih dan disiapkan secara baik.
c.) Aplikasi tanah penutup tidak dilakukan setiap hari
d.) Konsep ini banyak dianjurkan di Indonesia, dikenal sebagai controlled
landfill
b. Sanitary landfill with a bund and dailiy cover soil:
a.) Peningkatan controlled tipping.
b.) Lahan penimbunan dibagi menjadi berbagai area, yang dibatasi oleh
tanggul ataupun parit.
c.) Penutupan timbunan sampah dilakukan setiap hari, sehingga masalah
bau, asap dan lalat dapat dikurangi.
c. Sanitary landfill with leachate recirculation:
a.) Masalah lindi (leachate) sudah diperhatikan.
b.) Terdapat sarana untuk mengalirkan lindi dari dasar landfill ke
penampungan (kolam)
c.) Lindi kemudian dikembalikan ke timbunan sampah melalui ventilasi
biogas tegak atau langsung ke timbunan sampah.
d. Sanitary landfill with leachate treatment:
a.) Lindi dikumpulkan melalui sistem pengumpul
b.) Kemudian diolah secara lengkap seperti layaknya limbah cair.
c.) Pengolahan yang diterapkan bisa secara biologi maupun secara kimia.
D. Pengembangan Landfill
Pengembangan landfill mencakup berbagai langkah aktivitas, baik yang
bersifat teknis, maupun yang sifatnya non-teknis, seperti kesesuaian dengan
regulasi terkait. Perencanaan yang mengutamakan kehati-hatian oleh pengelola
atau calon pengelola sangat penting dikedepankan. Disamping permasalahan
sosial dan lingkungan yang selalu menyertai aplikasi landfill, pengembangan
landfill membutuhkan investasi dana untuk periode waktu yang cukup lama.
Elemen biaya yang harus menjadi pertimbangan adalah :
1. Penentuan site, desain, analisis dampak lingkungan dan tahap konstruksi,
paling tidak dibutuhkan waktu 2 tahun.
2. Operasi, monitoring, dan administrasi : sesuai umur landfill
3. Aktivitas penutupan : 1 sampai 2 tahun
4. Monitoring dan pemeliharaan pasca-operasi : tergantung regulasi yang berlaku
di sebuah negara. Di Indonesia belum ada pengaturan untuk landfill sampah
kota, tetapi paling tidak diperlukan monitoring selama 5 tahun. Untuk landfill
limbah B3, regulasi di Indonesia mensyaratkan 30 tahun
5. Kegiatan remediasi : perlu dilakukan untuk menyehatkan kembali site atau air
tanah yang tercemar.
Terdapat beberapa langkah yang dibutuhkan, yang dapat dikelompokkan
menjadi 4 fase, yaitu:
a. Fase-1 : penentuan site merupakan fase tahapan studi kelayakan, yang terdiri
dari langkah-1 sampai langkah-6, yaitu :
a.) Langkah-1 : estimasi volume landfill yang dibutuhkan.
b.) Langkah-2 : investigasi dan pemilihan calon site
c.) Langkah-3 : penentuan regulasi yang terkait
d.) Langkah-4 : penilaian opsi landfill sebagai sumber enersi dan recoveri
bahan
e.) Langkah-5 : pertimbangan penggunaan site pasca operasi
f.) Langkah-6 : penentuan kecocokan site
b. Fase-2 : tahap desain dan analisis dampak lingkungan berdasarkan rancangan
aktivitas, terdiri dari langkah-7 sampai langkah 12
a.) Langkah-7 : desain area pengurugan dan pengembangan
b.) Langkah-8 : pengembangan rencana pengelolaan lindi
c.) Langkah-9 : pengembangan rencana monitoring lingkungan
d.) Langkah-10 : pengembangan rencana pengelolaan gas
e.) Langkah-11 : penyiapan spesifikasi tanah penutup
f.) Langkah-12 : penyiapan panduan pengoperasian
g.) Langkah-13 :analisa dampak lingkungan
c. Fase-3 : tahapan pengoperasian, terdiri dari langkah-14 sampai langkah-15
a.) Langkah-14 : kajian finansial untuk rencana pengoperasian, jaminan
penutupan dan pasca operasi
b.) Langkah-15 : pengoperasian landfill dan monitoring aktivitas
d. Fase-4 : tahapan pasca-operasi yang terdiri dari langkah-16 sampai langkah-17
a.) Langkah-16 : Penutupan landfill
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sanitary landfill yaitu menimbun sampah di tanah yang berlekuk untuk
ditutup dengan lapisan tanah. Penimbunan ini dilakukan secara berulang-ulang
seperti kue lapis yang terdiri atas penimbunan sampah yang ditutup tanah.
Kelebihan sanitary landfill :
a. Timbulan gas metan dan air lindi terkontrol dengan baik sehingga tidak
mencemari lingkungan.
b. Timbulan gas metan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
c. Setelah selesai pemakaiannya, area lahan urug dapat digunakan untuk berbagai
keperluan seperti areal parkir, lapangan golf, dan kebutuhan lain.
Kerugian :
a. Aplikasi sistem pelapisan dasar (liner) yang rumit.
b. Aplikasi tanah penutup harian yang mahal.
c. Aplikasi sistem lapisan penutup akhir.
d. Biaya aplikasi pipa penyalur gas metan dan instalasi pengkonversian gas metan
menjadi sumber energi.
e. Biaya aplikasi pipa-pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) dan
intalasi pengolah air lindi.
B. Saran
Ketika menggunakan sanitary landfill sebaiknya hati-hati karena sanitary
landfills mempunyai kelemahannya yaitu :
a. Biaya operasi tinggi
b. Mungkin mengalami kebocoran
c. Bukan solusi jangka panjang karena limbah terus menumpuk
Daftar Pustaka

http://noeswantoro.blogspot.com/2011/05/secure-landfill.html

http://id.shvoong.com/exact-sciences/biochemistry/2225584-teknik-pembuangan-
limbah-b3dengan/#ixzz2TMODany5

Anda mungkin juga menyukai