Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

LANDFILL

Dosen Pengampu:
Jailani Aroen, M.Si.

Oleh :

Rapil Abdul Bakri (1807035945)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III


TEKNOLOGI PULP DAN KERTAS
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 2


2.1 Landfill ........................................................................................................ 2
2.1.1 Open Dumping ............................................................................................. 3
2.1.2 Controlled Landfill ...................................................................................... 3
2.1.3 Sanitary Landfill .......................................................................................... 4
2.2 Pengembangan Landfill ............................................................................... 6
2.3 Jenis – Jenis Landfill ................................................................................... 8
2.3.1 Landfill Limbah B3 Di Indonesia Berdasarkan Karakter Site..................... 8
2.3.2 Berdasarkan Jenis Limbah Yang Akan Diurug ........................................... 8
2.3.3 Berdasarkan Aplikasi Tanah Penutup Dan Penanganan Leachate .............. 9

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10


3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 10
3.2 Saran ............................................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Open Dumping ................................................................................. 3


Gambar 2.2 Controlled Landfill .......................................................................... 4
Gambar 2.3 Sanitary Landfill .............................................................................. 5

iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat ALLAH SWT yang atas Nikmat Dan karunia- NYA
serta Izin- NYA sehingga makalah ini dengan judul “Landfill” terselesaikan dengan
tepat waktu. Tak lupa pula Salam dan Taslim kepada Junjungan kami Nabi Besar
Muhammad SAW. Adapun makalah pengolahan limbah industri tentang landfill ini
telah kami buat dengan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dan
sumber dari berbagai pihak. Untuk itu, kami tidak lupa menyampaikan banyak
terimakasih kepada semua pihak dan sumber yang telah membantu kami dalam
membuat makalah ini.
Namun tidak lepas dari smua itu, kami menyadari dalam pembuatan makalah
ini masih ada kekurangan baik dalam segi penyusunan bahasannya maupun dari
segi yang lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang dada dan tangan terbuka kami
membuka selebar – lebarnya bagi pembaca untuk memberi saran dan kritik kepada
kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Semoga dari makalah yang kami buat ini dapat diambil hikmah dan
manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi bagi pembaca.

Pekanbaru, 14 Desember 2019

Rapil Abdul Bakri

iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) tidak dapat begitu saja ditimbun,
dibakar atau dibuang ke lingkungan, karena mengandung bahan yang dapat
membahayakan manusia dan makhluk hidup lain. Terdapat dua cara penimbunan
sampah yang umum dikenal, yaitu metode penimbunan terbuka (open
dumping) dan metode sanitary landfill. Pada metode penimbunan terbuka, sampah
dikumpulkan dan ditimbun begitu saja dalam lubang yang dibuat pada suatu lahan,
biasanya dilokasi tempat pembuangan akhir (TPA). Gas metan yang dihasilkan oleh
pembusukan sampah organic dapat menyebar ke udara sekitar dan menimbulkan
bau busuk serta mudah terbakar. Cairan yang tercampur dengan sampah dapat
merembes ke tanah dan mencemari tanah serta air.
Berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh metode open dumping
menyebabkan dikembangkan metode penimbunan sampah yang lebih baik,
yaitu sanitary landfill. Pada landfill yang lebih medrn lagi, biasanya dibuat system
lapisan ganda (plastic – lempung – plastic – lempung) dan pipa-pipa saluran untuk
mengumpulkan cairan serta gas metan yang terbentuk dari proses pembusukan
sampah. Gas tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghasilkan listrik.
Kelemahan utama penanganan sampah dengan cara penimbunan adalah cara ini
menghabiskan lahan. Sampah akan terus terproduksi sementara lahan untuk
penimbunan akan semakin berkurang, meskipun telah menggunakan sanitary
landfill, masih ada kemungkinan terjadi kebocoran lapisan sehingga zat-zat
berbahaya dapat merembes dan mencemari tanah serta air.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengetahui metode – metode pengolahan limbah secara landfill
2. Menentukan pengolahan yang cocok sesuai dengan karakteristik site

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Landfill
Landfill adalah sebuah area yang menjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA)
sampah. secara garis besar, berdasarkan metode dan perlakuan di dalam landfill,
Landfill dibagi menjadi tiga, yaitu Open Dumping, Controlled Landfill, dan
Sanitary Landfill (Damanhuri, 2006). Landfill merupakan salah satu cara saat ini
yang dimiliki manusia untuk menyingkirkan limbahnya karena relatif murah, dan
mudah menerima limbah. Walaupun cara ini mempunyai banyak resiko terutama
akibat kemungkinan pencemaran air tanah, tetapi sampai saat ini landfilling akan
tetap merupakan bagian yang sulit untuk dihilangkan dalam pengelolaan limbah
karena alasan-alasan sebagai berikut :
1. Teknologi pengelolaan limbah seperti reduksi di sumber, daur ulang, daur
pakai atau minimasi limbah, tidak dapat menyingkirkan limbah secara
menyeluruh
2. Tidak semua limbah mempunyai nilai ekonomis untuk didaur ulang
3. Teknologi pengelolaan limbah seperti insinerator atau pengolahan secara
biologis atau kimia tetap menghasilkan residu yang harus ditangani lebih
lanjut
4. Kadangkala sebuah limbah sulit untuk diuraikan secara biologis, atau sulit
untuk dibakar, atau sulit untuk diolah secara kimia
5. Timbulan limbah tidak dapat direduksi sampai tidak ada sama sekali.

Sampai saat ini landfilling merupakan cara yang paling banyak digunakan,
terutama untuk menyingkirkan limbah padat karena relatif murah dan mudah dalam
menerima limbah. Pada awalnya metoda landfilling diterapkan dengan tujuan
ganda, yakni untuk pembuangan limbah padat sekaligus untuk pendayagunaan
lahan terlantar yang tidak bermanfaat. Lambat laun, penggunaan landfill dalam
sistem pengelolaan persampahan telah diterapkan secara luas di berbagai negara,
hal ini terutama disebabkan penggunaan landfill memberikan pertimbangan yang
cukup menguntungkan dari segi ekonomi dan dari segi lingkungan proses
pengontrolan kemungkinan pencemaran dapat dilakukan secara optimal. Seiring
dengan berjalannya waktu, berbagai data tentang dampak jangka pendek maupun

2
3

jangka panjang penggunaan landfill mulai diperoleh dan menghasilkan suatu


kesimpulan yang melahirkan kesadaran semua pihak bahwa landfill tidak akan lagi
dapat berfungsi sebagai metoda reklamasi atau perbaikan lahan apabila
pemakaiannya tidak memenuhi suatu kriteria ketat dalam hal pemilihan lokasi,
perancangan, konstruksi dan operasional (Purwanta, 2007).

2.1.1 Open Dumping


Open Dumping adalah sistem pembuangan paling sederhana dimana sampah
dibuang begitu saja dalam sebuah tempat pembuangan akhir tanpa perlakuan lebih
lanjut. Seyogyanya sistem pembuangan open dumping sudah tidak diberlakukan
lagi karena banyak menimbulkan persoalan mulai dari kontaminasi air tanah oleh
air lindi, bau, ceceran sampah hingga asap. Namun, masih banyak negera
berkembang memakai sistem pembuangan open dumping karena kemudahan dan
biaya yang rendah. Karena tidak adanya kontrol terhadapa area pembuangan,
banyak pemulung masuk ke dalam TPA untuk memilah sampah yang masih bisa
digunakan atau dijual kembali. Hal ini sangat berbahaya bagi keselamatan
pemulung karena sampah yang menggunung dapat longsor.

Gambar 2.1 Open Dumping

2.1.2 Controlled Landfill


Controlled landfill adalah sistem pembuangan yang lebih berkembang
dibanding open dumping. Pada metode ini, sampah yang datang setiap hari
diratakan dan dipadatkan dengan alat barat. Sampah dipadatkan menjadi sebuah sel.
Kemudian, sampah yang sudah dipadatkan tersebut dilapisi dengan tanah setiap
lima atau seminggu sekali. Hal ini dilakukan untuk mengurangi bau, mengurangi
perkembangbiakan lalat, dan mengurangi keluarnya gas metan. Selain itu, dibuat
juga saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan, saluran pengumpul air
4

lindi (leachate) dan instalasi pengolahannya, pos pengendalian operasional, dan


fasilitas pengendalian gas metan.

Gambar 2.2 Controlled Landfill


2.1.3 Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah metode TPA yang paling maju saat ini dimana
sampah diurug dan dibuang secara sistematis. Setiap hari sel sampah
ditutup/dilapisi dengan tanah. Pembuatan ketinggian dan lebar sel sampah juga
diperhitungkan. Pada dasar tempat pembuangan, dibuat pipa-pipa pengalir air lindi
yang kemudian diolah menjadi energi. Di antara sel-sel sampah juga dipasang pipa-
pipa penangkap gas metan yang kemudian diolah menjadi energi. Sanitary memiliki
fasilitas lebih lengkap dan mahal dibanding controlled landfill. Sanitary landfill
adalah jenis TPA yang diakui secara internasional (Metcalf and Eddy, 2003).
Pengelolaan sampah pun tumbuh menjadi sentra keuntungan. Yang penting
harus dijaga agar sampah tidak merusak lingkungan, merembes dan mencemari air
tanah. Ini merupakan salah satu metode pengolahan sampah terkontrol dengan
sistem sanitasi yang baik. Sampah dibuang ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir),
kemudian sampah dipadatkan dengan traktor dan selanjutnya ditutup tanah. Bila
tempat pembuangan sudah mencapai kapasitas maksimum dan setelah semua
kegiatan operasi selesai maka lapisan tanah terakhir adalah 2 ft (60 cm) atau lebih.
Cara ini akan menghilangkan polusi udara. Pada bagian dasar tempat tersebut
dilengkapi system saluran leachate yang berfungsi sebagai saluran limbah cair
sampah yang harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke sungai atau ke
lingkungan. Sanitary landfill tersebut juga dipasang pipa gas untuk mengalirkan gas
hasil aktivitas penguraian sampah (Metcalf and Eddy, 2003).
5

Gambar 2.3 Sanitary Landfill


Menurut Soemirat J. (1999) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
sanitary landfill, yaitu :
1. Semua landfill adalah warisan bagi generasi mendatang
2. Memerlukan lahan yang luas
3. Penyediaan dan pemilihan lokasi pembuangan harus memperhatikan dampak
lingkungan
4. Aspek social harus mendapat perhatian
5. Harus dipersiapkan instalasi drainase dan system pengumpulan gas
6. Kebocoran ke dalam sumber air tidak dapat ditolerir (kontaminasi dengan zat-
zat beracun)
7. Memerlukan pemantauan yang terus-menerus

Masalah- masalah lain yang mungkin dapat timbul akibat landfill yang tidak
terkontrol adalah sebagai berikut :
1. Lahan yang luas akan tertutup oleh sampah dan tidak dapat digunakan untuk
tujuan lain
2. Cairan yang dihasilkan akibat proses penguraian (leachate) dapat mencemari
sumber air
3. Sungai dan pipa air minum mungkin teracuni karena bereaksi dengan zat-zat
atau polutan sampah
4. Penyumbatan badan air
5. Merupakan tempat yang menarik bagi berbagai binatang (tikus, anjing liar)
6. Merupakan sumber dan tempat perkembangbiakan organisme penyebar
penyakit
6

7. Gas yang dihasilkan dalam proses penguraian akan terperangkap di dalam


tumpukan sampah dapat menimbulkan ledakan jika mencapai kadar dan
tekanan tertentu.
Keuntungan dan kerugian sanitary landfill
1. Kelebihan sanitary landfill :
a Timbulan gas metan dan air lindi terkontrol dengan baik sehingga tidak
mencemari lingkungan.
b Timbulan gas metan dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
c Setelah selesai pemakaiannya, area lahan urug dapat digunakan untuk
berbagai keperluan seperti areal parkir, lapangan golf, dan kebutuhan
lain.
2. Kerugian sanitary landfill :
a Aplikasi sistem pelapisan dasar (liner) yang rumit.
b Aplikasi tanah penutup harian yang mahal.
c Aplikasi sistem lapisan penutup akhir.
d Biaya aplikasi pipa penyalur gas metan dan instalasi pengkonversian gas
metan menjadi sumber energi.
e Biaya aplikasi pipa-pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) dan
intalasi pengolah air lindi.
2.2 Pengembangan Landfill
Pengembangan landfill mencakup berbagai langkah aktivitas, baik yang
bersifat teknis, maupun yang sifatnya non-teknis, seperti kesesuaian dengan
regulasi terkait. Perencanaan yang mengutamakan kehati-hatian oleh pengelola atau
calon pengelola sangat penting dikedepankan. Disamping permasalahan sosial dan
lingkungan yang selalu menyertai aplikasi landfill, pengembangan landfill
membutuhkan investasi dana untuk periode waktu yang cukup lama (Damanhuri,
2008). Elemen biaya yang harus menjadi pertimbangan adalah :
Penentuan site, desain, analisis dampak lingkungan dan tahap konstruksi, paling
tidak dibutuhkan waktu 2 tahun
Operasi, monitoring, dan administrasi : sesuai umur landfill
Aktivitas penutupan : 1 sampai 2 tahun
7

Monitoring dan pemeliharaan pasca-operasi : tergantung regulasi yang


berlaku di sebuah negara. Di Indonesia belum ada pengaturan untuk landfill sampah
kota, tetapi paling tidak diperlukan monitoring selama 5 tahun. Untuk landfill
limbah B3, regulasi di Indonesia mensyaratkan 30 tahun. Kegiatan remediasi : perlu
dilakukan untuk menyehatkan kembali site atau air tanah yang tercemar (Martono
H. D.1996). Menurut Damanhuri, Enri. (2008) Terdapat beberapa langkah yang
dibutuhkan, yang dapat dikelompokkan menjadi 4 fase, yaitu:
Fase-1 : penentuan site merupakan fase tahapan studi kelayakan, yang terdiri dari
langkah-1 sampai langkah-6, yaitu :
Langkah-1 : estimasi volume landfill yang dibutuhkan
Langkah-2 : investigasi dan pemilihan calon site
Langkah-3 : penentuan regulasi yang terkait
Langkah-4 : penilaian opsi landfill sebagai sumber enersi dan recoveri bahan
Langkah-5 : pertimbangan penggunaan site pasca operasi
Langkah-6 : penentuan kecocokan site
Fase-2 : tahap desain dan analisis dampak lingkungan berdasarkan rancangan
aktivitas, terdiri dari langkah-7 sampai langkah 12
Langkah-7 : desain area pengurugan dan pengembangan
Langkah-8 : pengembangan rencana pengelolaan lindi
Langkah-9 : pengembangan rencana monitoring lingkungan
Langkah-10 : pengembangan rencana pengelolaan gas
Langkah-11 : penyiapan spesifikasi tanah penutup
Langkah-12 : penyiapan panduan pengoperasian
Langkah-13 :analisa dampak lingkungan
Fase-3 : tahapan pengoperasian, terdiri dari langkah-14 sampai langkah-15
Langkah-14 : kajian finansial untuk rencana pengoperasian, jaminan penutupan
dan pasca operasi
Langkah-15 : pengoperasian landfill dan monitoring aktivitas
Fase-4 : tahapan pasca-operasi yang terdiri dari langkah-16
Langkah-16 : Penutupan landfill
8

2.3 Jenis – Jenis Landfill


2.3.1 Landfill Limbah B3 Di Indonesia Berdasarkan Karakter Site
Menurut Damanhuri, Enri. (2008) hubungan karakter permeabilitas site
dengan limbah dijadikan dasar pembagian landfill. Peraturan Bapedal Indonesia
tentang landfill (untuk limbah B3) membagi katagori landfill limbah B3 menjadi 3
jenis, yaitu:
1. Site landfill kelas 1
a site kedap dengan nilai permeabilitas (k) < 10–7 cm/detik
b migrasi leachate dapat diabaikan
c untuk limbah industri, termasuk limbah B3
2. Site landfill kelas 2
a site semi-kedap dengan nilai permeabilitas (k) antara 10 –4 sampai 10 –
7 cm/detik
b migrasi leachate lambat
c untuk limbah sejenis sampah kota
3. Site landfill kelas 3
a site tidak kedap dengan nilai permeabilitas (k) > 10 –4 cm/detik
b migrasi leachate cepat
c untuk limbah inert dengan pencemaran diabaikan
2.3.2 Berdasarkan Jenis Limbah Yang Akan Diurug
1. Di beberapa negara maju, pembagian landfill saat in i dilakukan berdasarkan
jenis limbah yang akan diurug, seperti:
a Landfill sampah kota dan sejenisnya
b Landfill limbah industri
c Landfill yang menerima kedua jenis limbah tersebut, dikenal sebagai
co-disposal
2. Di Jepang, landfill dibagi menjadi:
a Landfill sampah domestik (sampah kota)
b Landfill industri, yang dibagi menjadi :
c landfill untuk limbah industri yang stabil : limbah sisa bangunan,
plastik, karet, logam dan keramik
9

d landfill dengan shut-off: dengan mengisolasi kontak air dari luar seperti
air hujan dan air tanah (Gambar 10).
e landfill limbah terdegradasi : oli, kertas, kayu, residu hewan / tanaman;
diperlukan adanya pengolah lindi
2.3.3 Berdasarkan Aplikasi Tanah Penutup Dan Penanganan Leachate:
Di Jepang, landfill sampah kota dibagi berdarkan aplikasi tanah penutup,
yang menjadi keharusan dari sanitary landfill standar, serta penanggulangan
leachate. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Controlled tipping:
a Peningkatan dari open dumping.
b Calon lahan telah dipilih dan disiapkan secara baik.
c Aplikasi tanah penutup tidak dilakukan setiap hari
d Konsep ini banyak dianjurkan di Indonesia, dikenal sebagai controlled
landfill
2. Sanitary landfill with a bund and dailiy cover soil:
a Peningkatan controlled tipping.
b Lahan penimbunan dibagi menjadi berbagai area, yang dibatasi oleh
tanggul ataupun parit.
c Penutupan timbunan sampah dilakukan setiap hari, sehingga masalah
bau, asap dan lalat dapat dikurangi.
3. Sanitary landfill with leachate recirculation:
a Masalah lindi (leachate) sudah diperhatikan.
b Terdapat sarana untuk mengalirkan lindi dari dasar landfill ke
penampungan (kolam)
c Lindi kemudian dikembalikan ke timbunan sampah melalui ventilasi
biogas tegak atau langsung ke timbunan sampah.
4. Sanitary landfill with leachate treatment:
a Lindi dikumpulkan melalui sistem pengumpul
b Kemudian diolah secara lengkap seperti layaknya limbah cair
c Pengolahan yang diterapkan bisa secara biologi maupun secara kimia.
BAB III
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Landfill merupakan salah satu cara saat ini yang dimiliki manusia untuk
menyingkirkan limbahnya karena relatif murah, dan mudah menerima limbah.
Landfill dibagi menjadi tiga, yaitu Open Dumping, Controlled Landfill, dan
Sanitary Landfill. Dari ketiga metode tersebut metode sanitary landfill yang sangat
efisien dan ini merupakan salah satu metode pengolahan sampah terkontrol dengan
sistem sanitasi yang baik. Selain itu sanitary landfill juga dapat mengurangi
pencemaran udara atau polusi udara. Akan tetapi metode ini juga membutuhkan
biaya tanah pelapisan yang mahal.

3.4 Saran
1. Jangan pernah membuang limbah disembarangan tempat sebelum diolah dan
mencapai baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
2. Gunakanlah metode pengolahan limbah yang sesuai dengan karakteristik
limbah yang dihasilkan dari proses produksi maupun proses yang lainnya.

10
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, Enri. 2008. Diktat Landfilling Limbah. Institut Teknologi Bandung.
Versi 2008, 40.
Damanhuri, Enri; Ismaria, Ria; dan Padmi, Tri.2006. Pedoman Pengoperasian dan
Pemeliharaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sistem Controlled
Landfill dan Sanitary Landfill. Bandung: Departemen Pekerjaan Umum
Direktorat Jendral Cipta Karya.
Martono H. D.1996. Pengendalian Air Kotor (Lachate) dari Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) Sampah. Jurnal Analisis Sistem BPPT No 5 Tahun III,
1996. ISSN : 0854 – 9117.
Metcalf and Eddy., 2003. Wastewater Engineering Treatment and Reuse. Fourth
Edition. California: Mc Graw Hill.
Purwanta W. 2007. Tinjauan Teknologi Pengolahan Leachate di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Perkotaan. JAI Vol 3 No 1, 2007.
Soemirat J. 1999. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada
Press.

11

Anda mungkin juga menyukai