Anda di halaman 1dari 66

MODUL

PENCEMARAN TANAH

Oleh:
MARWANTI
G1J122010

PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2022

i
ABSTRAK

Pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan


limbah, salah satunya pencemaran tanah. Pembuatan modul
praktikum, sarana pembelajaran untuk mahasiswa dalam
kegiatan praktikum. Praktikum adalah kegiatan yang
menuntut mahasiswa untuk melakukan pengamatan, percobaan
atau pengujian suatu konsep atau prinsip materi mata kuliah
yang dilakukan di dalam atau di luar laboratorium. Pencemaran
Tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia
masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran tanah
juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan
kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan
kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah
sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan
metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang
hidup di lingkungan tanah tersebut. Berdasarkan
pembuatan modul praktikum pencemaran tanah mengetahui
berbagai macam praktikum dari beberapa parameter seperti
Pengukuran pH Tanah menggunakan Kertas Lakmus,
Pengukuran Tekstur Tanah, Pengukuran Kadar Lengas
Tanah, Pengukuran Kadar Berat Jenis Tanah, Pengukuran
Nitrogen Total, Pengukuran C- organik.

Kata kunci : Praktikum, Pencemaran Tanah

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur kehadirat


Allah SWT yang telah melimpahkan hidayah serta rahmat-Nya
kepada penulis maka modul ini telah terselesaikan dengan baik.
Shalawat teriring salam semoga tetap tercurah kepada junjungan
Nabi Agung Muhammad SAW dan semoga kita semua kelak
akan mendapat syafa’atnya dihari akhir.
Penulis menghaturkan ucapan terimakasih yang sedalam-
dalamnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu
penulis dalam pembuatan Modul dengan judul “Modul
Pencemaran Tanah” baik moril maupun materil sehingga
modul ini terselesaikan. Rasa hormat dan ucapan terimakasih
penulis sampaikan kepada :
1. Bapak dan Ibu dosen Mata Kuliah Kimia Lingkungan
dalam hal ini Ibu Prof. Dr.Hj.Mashuni, S.Si., M.Si yang
telah memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan yang
luas kepada penulis serta senantiasa memberikan
arahan dan motivasi kepada penulis.
2. Rekan-rekan seperjuangan khususnya kelas S2
pendidikan IPA, yang selalu bersama penulis selama
menempuh Pendidikan.

ii
ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR .................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Deskripsi Singkat ............................................................. 3
1. Sifat Fisik Tanah……………………………………..4
2. Sifat Kimia Tanah……………………………………6
3. Sifat Biologi Tanah………………………………….10
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pencemaran Tanah……… ............................. 13
B. Proses Pembentukan Tanah………………… ..................13
C. Klasifikasi Tanah…………………….….......................... 16
D. Struktur Tanah……………………………………………19
E. Pencemaran Tanah………………………………………..23
F. Sumber-sumber Pencemaran Tanah………………………25
G. Penyebab Pencemaran Tanah……………………………..35
H. Dampak pencemaran Tanah………………………………37
I. Penanganan Yang harus dilakukan……………………….37
J. Isu-isu terkini Pencemaran Tanah………………………..47
Contoh Soal………………………............................................... 48
DAFTAR PUSTAKA

5
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh
manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti
bahwa industri dan teknologi yang maju identik dengan tingkat
kehidupan yang lebih baik. Jadi kemajuan industri dan teknologi
berdampak positif terhadap lingkungan hidup karena
meningkatkan kualitas hidup manusia. Beberapa kelompok
masyarakat ketakutan akan adanya pencemaran lingkungan
yang ditimbulkan oleh kemajuan industri dan teknologi tersebut.
Namun, kurangnya pengetahuan masyarakat akan bahaya
dari pencemaran lingkungan tambah merumitkan permasalahan
lingkungan dan mereka pun ikut andil dalam melakukan
pencemaran.

Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh


dan berakibat kepada lingkungan alam saja, tetapi berakibat dan
berpengaruh terhadap kehidupan tanaman, hewan dan juga
manusia. Pencemaran yang masuk melalui jalur makanan dan
berada dalam daur pencemaran lingkungan cepat atau lambat
akan sampai juga dampaknya pada manusia. Menurut UU
Pengelolaan Lingkungan Hidup No.23 tahun 1997, Pencemaran
lingkungan adalah masuknya atau dimasukannya makhluk
hidup, zat, energi dan atau komponen lain kedalam
lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh
kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas
1 1
lingkungan turun, sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi
sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran lingkungan adalah
suatu keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata
lingkungan (tanah, udara, dan air) yang tidak menguntungkan
(merusak dan merugikan kehidupan manusia, binatang, dan
tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing
(seperti sampah, limbah industri, minyak, logam berbahaya dan
sebagainya). Hal ini salah satunya sebagai akibat perbuatan
manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak
berfungsi seperti semula.

2 1
B. Deskripsi Singkat

Pencemaran Tanah adalah keadaan di mana bahan kimia


buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami.
Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair
atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan
pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam
lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut
minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat
penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung
dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping). Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun
2000 tentang Pengendalian kerusakan tanah untuk produksi
bio massa: Tanah adalah salah atu komponen lahan berupa
lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan
bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan
mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Tetapi apa yang terjadi, akibat kegiatan
manusia, banyak terjadi kerusakan tanah. Di dalam PP No. 150
tahun di sebutkan bahwa Kerusakan tanah untuk produksi
biomassa adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui
kriteria baku kerusakan tanah. Ketika suatu zat
berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia
dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam
tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian
terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di
tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika
3
bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di
atasnya.Pencemaran lingkungan dapat dikategorikan menjadi:
pencemaran air, pencemaran udara, pencemaran tanah, dan
pencemaran suara.

Untuk mengetahui tanah maka harus diketahui sifat-sifat


dari tanah, sifat tanah dapat dibagi menjadi tiga bagian besar
yaitu sifat fisik tanah, sifat kimia tanah dan sifat biologi tanah.

1. Sifat Fisik Tanah

Kualitas tanah dapat dilihat secara sifat fisik dari tanah. Sifat
fisik tanah merupakan sifat tanah yang dilihat dari tektur,
struktur, konsistensi tanah, warna tanah, temperatur tanah.
Untuk menetapkan tektur tanah dapat dilakukan secara
kualitatif dengan melihat langsung lapangan dan secara
kuantitatif dengan melakukan pemeriksaan di laboratorium.
Sifat fisik tanah dapat dilihat dari :
a. Tekstur Tanah
Salah satu sifat fisik tanah adalah tekstur tanah,
dimana tekstur tanahtersusun dari tigagolongan besar
partikel tanah dalam suatu massa tanah, terutama
perbandingan antarafraksi-fraksi lempung (clay) dan
fraksi pasir (sand) dan debu (dust). Ukuran relatif partikel
tanah dinyatakan dalam istilah tekstur, yang mengacu
padakehalusan atau kekasaran tanah. Lebih khasnya
tekstur adalah perbandingan relatif pasir, debu dan tanah
liat.Tanah terdiri dari butir-butir tanah berbagai ukuran.
Bagian tanah yang berukuran lebih dari 2 mm sampai

4
lebih kecil dari pedon disebut fragmen batuan (rock
fragment) atau bahan kasar (kerikil sampai batu). Bahan-
bahan tanah yang lebih halus(< 2 mm) disebut fraksi
tanah halus (fine earth fraction) dan dapat dibedakan
menjadi:

Pasir : 2 mm -50µ

Debu : 50µ - 2µ

Liat : kurang dari 2µ

b. Struktur Tanah
Struktur tanah adalah penyusunan antar partikel
tanah primer (bahan mineral) dan bahan organik serta
oksida, membentuk agregat sekunder. Struktur tanah
merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah.
c. Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya
kohesi butir- butir tanah, atau daya adhesi butir-butir
tanah dengan benda lain. Konsistensi tanah sangat
dipengaruhi oleh kandungan air tanah (basah, lembab,
kering). Untuk mengetahui secara fisik dilapangan cukup
dilakukan dengan memijit-mijit tanah basah, lembab
atau kering dengan menggunakan jari-jari tangan.

d. Warna Tanah

Warna merupakan salah satu ciri tanah yang jelas


dan paling menonjol sehingga mudah terlihat dan lebih
sering digunakan dalam memberikan gambaran tanah dari
5
pada ciri tanahlain. Warna merupakan petunjuk untuk
beberapa sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut.
Penyebab perbedaan warna permukaan tanah
umumnya oleh perbedaan kandungan bahan organik.
Makin tinggi kandungan bahan organik, warna tanah
semakin gelap. Dilapisan bawah dimana kandungan bahan
organik umumnya rendah, warna tanah banyak
dipengaruhi oleh bentuk dan banyaknya senyawa Fe yang
didapat. Di daerah berdrainase buruk yaitu daerah yang
selalu tergenang air, seluruh tanah berwarna abu-abu
karena senyawa Fe terdapat dalam keadaan reduksi

(Fe2+). Pada tanah yang berdrainase baik, yaitu tanah


yang tidak pernah terendam air, Fe terdapat dalam

keadaan oksidasi (Fe3+) misalnya dalam senyawa


Fe2O3 (Hematit) yang berwarna merah atau
Fe2O3.3H2O (limonit) yang berwarna Kuning cokelat.
Bila tanah kadang-kadang basah dan kadang-kadang
kering maka disamping waran abu-abu (daerah yang
tereduksi) didapat pula becak-becak karatan merah atau
kuning yaitu ditempat-tempat dimana udara dapat masuk
sehingga terjadi oksidasi besi ditempat tersebut. Beberapa
jenis mineral seperti kuarsa dapat menyebabkan warna
tanah menjadi lebih terang.

e. Suhu

6
Suhu tanah juga menentukan kualitas tanah tersebut.
Suhu tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang
mempengaruhi proses- proses yang terjadi didalam tanah
seperti pelapukan, penguraian bahan tanah, reaksi-reaksi
kimia dan lain-lain dan dapat mempengaruhi langsung
pada pertumbuhan tanaman melalui percobaan
kelembaban tanah, aerasi, aktivitas mikroba, ketersediaan
unsur hara tanaman, dan lain-lain.

2. Sifat Kimia Tanah


Sifat Kimia tanah menggambarkan karakteristik bahan
kimia tanah dalam lingkungannya yang sangat penting untuk
memprediksi fungsi tanah dari sudut pandang kelarutan dan
ketersediaan unsur dalam tanah. Sifat kimia tanah dapat dilihat
dari:
a. Derajat Keasaman (pH)
Reaksi yang menunjukkan sifat kemasaman atau
alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai
pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen

(H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam


tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah

selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang

jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H +.

Pada tanah- tanah asam jumlah ion H+ lebih tinggi

daripada OH, sedang pada tanah alkalis kandungan OH -

7
lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama

dengan OH-, maka tanah bereaksi netral yaitu


mempunyai pH =7.

b. C-Organik
Bahan organik merupakan unsur yang berperan
dalam meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun
biologi tanah. Bahan organik tanah sangat menentukan
interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam
ekosistem tanah. Kandungan bahan organik dalam bentuk
C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari
2 persen, agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak
menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi
mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan
bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun.

c. Fosfor
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan
organik, pupuk buatan dan mineral-mineral didalam tanah.
Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH
sekitar 6-7. Di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor
yaitu fosfor organik dan fosfor anorganik. Bentuk fosfor
organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas yang
lebih kaya akan bahan organik. Kadar P organik
dalam bahan organik kurang lebih sama kadarnya dalam
8
tanaman yaitu 0,2 – 0,5 %. Jika kekurangan fosfor,
pembelahan sel pada tanaman terhambat dan
pertumbuhannya kerdil.

d. Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara diserap oleh tanaman

dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium


akan membantu menetralisir muatan listrik yang
disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau
unsur lainnya.
e. Natrium (Na)
Natrium merupakan unsur penyusun litosfer yaitu
2,75% yang berperan penting dalam menentukan
karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman terutama di
daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan
pantai, karena tingginya kadar Na di laut, suatu tanah
disebut tanah alkali jika KTK atau muatan negatif koloid-
koloidnya dijenuhi oleh ≥ 15% Na, yang mencerminkan
unsur ini merupakan komponen dominan dari garam-
garam larut yang ada.

f. N-Total

Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro


esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan
berfungsi terutama dalam pembentukan protein. Sumber
9
primer N berasal dari atmosfer dan lainnya berasal dari
aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder.
Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000
kg/ha pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman
hanya kurang 3 % dari jumlah tersebut. Manfaat dari
Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman
pada fase vegetatif, serta berperan dalam pembentukan
klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan
lain. Nitrogen terdapat di dalam tanah dalam bentuk
organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi
NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman menyerap
unsur ini terutama dalam bentuk NO 3, namun bentuk lain
yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea

(CO(N2))2 dalam bentuk NO3.

g. Kalsium (Ca)
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral
essensial sekunder seperti Magnesium dan Belerang.
Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan
pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan
batang dan membantu keberhasilan penyerbukan,
membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa
enzim.
h. Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan unsur pembentuk
klorofil. Seperti halnya dengan beberapa unsur hara
lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan
10
perubahan warna yang khas pada daun. Kadang- kadang
pengguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat
dari kekurangan magnesium.

i. Kapasitas Tukar Kation (KTK)


Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat
kimia yang sangat erat hubungannya dengan
kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih
tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan
organik rendah atau tanah-tanah berpasir.
j. Kejenuhan Basa
Kejenuhan basa dan pH terdapat hubungan yang
positif.Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah
kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar kation
yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah
berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa
mendekati 100% tanah bersifal alkalis.Kejenuhan basa
selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan
sesuatu tanah.Tanah sangat subur bila kejenuhan basa
> 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basa antara
50-80% dan tidak subur jika kejenuhan basa < 50 %. Hal
ini didasarkan pada sifat tanah dengan kejenuhan basa
80% akan membebaskan kation basa

11
dapat dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan
kejenuhan basa 50%.
3. Sifat Biologi Tanah
Tanah yang sehat akan banyak mikroorganisme yang
beraktifitas dana hidup didalam tanah, namun bila tanah tidak
sehat maka banyak mikroorganisme yang mati. Biologi tanah
merupakan studi tentang biota (organisme) yang hidup dan
beraktivitas di dalam tanah,yang melalui aktivitas
metaboliknya, peranannya dalam aliran energi dan siklus hara
berkaitanerat dengan produksi bahan organik primer
(tanaman). Sifat biologi tanah dapat dilihat dari :
a. Total Mikroorganisme Tanah
Jumlah total mikroorganisme yang terdapat didalam
tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility
indeks), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah
yang subur mengandung sejumlah mikroorganisme,
populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai
makanan atau energi yang cukup ditambah lagi dengan
temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup,
kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan
mikroorganisme pada tanah tersebut.

b. Jumlah Fungi Tanah


Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah.
Fungi tidak berklorofil sehingga mereka menggantungkan
kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan organik.
Fungi dibedakan dalam tiga golongan yaitu ragi, kapang,

12
dan jamur. Kapang dan jamur mempunyai arti penting
bagi pertanian.
c. Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat

Bakteri pelarut fosfat pada umumnya dalam tanah


ditemukan di sekitar perakaran yang jumlahnya berkisar
103 – 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan
enzim Phosphatase maupun asam- asam organik yang
dapat melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat
yang diberikan. Fungsi bakteri tanah yaitu turut serta
dalam semua perubahan bahan organik, memegang
monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu nitrifikasi dan
pelarut fosfat. Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi
karena perkembangan mereka sangat bergantung ddapat
dipertukarkan lebih mudah dari tanah dengan kejenuhan
basa 50%.
3. Sifat Biologi Tanah
Tanah yang sehat akan banyak mikroorganisme yang
beraktifitas dana hidup didalam tanah, namun bila tanah tidak
sehat maka banyak mikroorganisme yang mati. Biologi tanah
merupakan studi tentang biota (organisme) yang hidup dan
beraktivitas di dalam tanah,yang melalui aktivitas
metaboliknya, peranannya dalam aliran energi dan siklus hara
berkaitanerat dengan produksi bahan organik primer
(tanaman). Sifat biologi tanah dapat dilihat dari :

13
a. Total Mikroorganisme Tanah

Jumlah total mikroorganisme yang terdapat didalam


tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility
indeks), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah
yang subur mengandung sejumlah mikroorganisme,
populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai
makanan atau energi yang cukup ditambah lagi dengan
temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup,
kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan
mikroorganisme pada tanah tersebut.

b. Jumlah Fungi Tanah

Fungi berperan dalam perubahan susunan tanah.


Fungi tidak berklorofil sehingga mereka menggantungkan
kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan organik.
Fungi dibedakan dalam tiga golongan yaitu ragi, kapang,
dan jamur. Kapang dan jamur mempunyai arti penting
bagi pertanian.

c. Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat


Bakteri pelarut fosfat pada umumnya dalam tanah
ditemukan di sekitar perakaran yang jumlahnya berkisar
103 – 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan
enzim Phosphatase maupun asam- asam organik yang
dapa melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat
yang diberikan. Fungsi bakteri tanah yaitu turut serta
14
dalam semua perubahan bahan organik, memegang
monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu nitrifikasi dan
pelarut fosfat. Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi
karena perkembangan mereka sangat bergantung dari
keadaan tanah. Pada umumnya jumlah terbanyak dijumpai
di lapisan atas. Jumlah yang biasa dijumpai dalam tanah
berkisar antara 3 – 4 miliar tiap gramtanah kering dan
berubah dengan musim.

d. Cacing Tanah

Cacing Tanah merupakan makrofauna tanah yang


berperan penting sebagai penyelaras dan
keberlangsungan ekosistem yang sehat, baik bagi biota
tanah lainnya maupun bagi hewan dan manusia. Secara
umum peran cacing tanah telah terbukti sebagai
bioamelioran (jasad hayati penyubur dan penyehat)
tanah terutama melalui kemampuannya dalam
memperbaiki sifat-sifat tanah, seperti ketersediaan hara,
dekomposisi bahan organik, pelapukan mineral,struktur,
aerasi, formasi agregat drainase, dan lain-lain
sehingga mampu meningkatkan produktivitas tanah.
(Catur Puspawati, P. Haryono, Bahan Ajar Kesehatan
Lingkungan Penyehatan Tanah, Jakarta: Pusat Pendidikan
Sumber Daya Manusia KesehatanBadan Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan,
2018.h.22-33)
15
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pencemaran Tanah


Pencemaran Tanah adalah keadaan di mana bahan kimia
buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami.
Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair
atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan
pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam
lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut
minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat
penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung
dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping).
Penyebab pencemaran tanah antara lain:
1. Bahan atau benda yang tidak dapat didaur ulang misalnya
plastik, kaca, logam dan karet. Jika benda-benda tersebut
tertimbun dalam tanah maka struktur tanah menjadi rusak.
2. Zat kimia misalnya sisa pestisida dari pertanian yang
meresap kedalam tanah ataupun sisa limbah industri dan
rumah tangga seperti deterjen dan lainnya.
3. Pengikisan lapisan humus (topsoil) oleh air.
4. Deposit senyawa asam dari peristiwa hujan asam

16
B. Proses Pembentukan Tanah
Tanah, campuran variabel mineral, bahan organik, dan air
yang mampu mendukung kehidupan tanaman di permukaan
bumi, merupakan kebutuhan paling mendasar untuk pertanian.
Ini adalah produk akhir dari tindakan pelapukan proses fisik,
kimia, dan biologis pada batuan, yang sebagian besar
menghasilkan mineral lempung. Bagian organik tanah terdiri
dari biomassa tanaman dalam berbagai tahap pembusukan.
Populasi tinggi bakteri, jamur, dan hewan seperti cacing tanah
dapat ditemukan di tanah. Tanah mengandung ruang udara dan
umumnya bertekstur gembur
Pembentukan tanah atau pedogenesis adalah proses
evolusi tanah di bawah pengaruh berbagai faktor fisik, biologi,
iklim, dan geologi. Pembentukan tanah terjadi melalui
serangkaian perubahan bahan induk yang kesemuanya bermuara
pada terbentuknya lapisan-lapisan tanah yang disebut juga
horizon tanah.
Fraksi padat dari tanah produktif yang khas adalah
sekitar 5% bahan organik dan 95% bahan anorganik.
Beberapa tanah, seperti tanah gambut, mungkin
mengandung sebanyak 95% bahan organik. Tanah lain
mengandung sedikitnya 1% bahan organik.

17
Tanah khas menunjukkan lapisan khas yang disebut cakrawala,
dengan kedalaman yang meningkat . Cakrawala terbentuk sebagai hasil
interaksi kompleks antara proses yang terjadi selama pelapukan. Air
hujan yang meresap melalui tanah membawa padatan terlarut dan
koloid ke cakrawala yang l ebih rendah di mana mereka diendapkan.
Proses biologis, seperti pembusukan bakteri dari sisa biomassa tanaman,
menghasilkan CO yang sedikit asam, asam organik, dan senyawa
kompleks yang dibawa oleh air hujan ke cakrawala yang lebih
rendah di mana mereka berinteraksi dengan lempung dan
mineral lainnya, mengubah sifat mineral. Lapisan atas tanah,
biasanya dengan ketebalan beberapa inci, dikenal sebagai
cakrawala A, atau tanah lapisan atas. Ini adalah lapisan aktivitas
biologis maksimum dalam tanah, mengandung sebagian besar
bahan organik tanah, dan sangat penting untuk produktivitas
tanaman. Berbagai tanah mungkin memiliki berbagai cakrawala
Pembentukan tanah atau pedogenesis adalah proses
evolusi tanah di bawah pengaruh berbagai faktor fisik, biologi,
iklim, dan geologi.

Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan


organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan.
Proses pembentukan tanah dikenal sebagai ''pedogenesis''.
Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang

18
terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah.
Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses
fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.

Pelapukan batuan induk dan mineral untuk membentuk


komponen tanah anorganik pada akhirnya akan membentuk
koloid anorganik. Koloid ini adalah gudang air dan nutrisi
tanaman, yang dapat tersedia untuk tanaman sesuai
kebutuhan. Koloid tanah anorganik sering menyerap zat
beracun di dalam tanah, sehingga berperan dalam
detoksifikasi zat yang jika tidak akan membahayakan
tanaman. Kelimpahan dan sifat bahan koloid anorganik
dalam tanah jelas merupakan faktor penting dalam
menentukan produktivitas tanah.

Penyerapan nutrisi tanaman oleh akar sering


melibatkan interaksi kompleks dengan air dan fase
anorganik. Misalnya, nutrisi yang dipegang oleh bahan
koloid anorganik harus melintasi antarmuka mineral/air dan
kemudian antarmuka air/akar. Proses ini sering sangat
dipengaruhi oleh struktur ionik bahan anorganik tanah.
Sebagaimana dicatat dalam Bagian 15.2, unsur-unsur
yang paling umum di kerak bumi adalah oksigen, silikon,
aluminium, besi, kalsium, natrium, kalium, dan magnesium.

19
Oleh karena itu, mineral yang tersusun dari unsur-unsur ini—
khususnya silikon dan oksigen—merupakan sebagian besar
fraksi mineral tanah. Konstituen mineral tanah yang umum
adalah kuarsa yang terbagi halus (SiO 2), ortoklas

(KAlSi3HAI8), albite (NaAlSi3HAI8), epidot (4CaO3

(AlFe)2HAI36SiO2H2O), geotit (FeO(OH)), magnetit

(Fe3HAI4), kalsium dan magnesium karbonat (CaCO 3,

CaCO3MgCO3), dan oksida mangan dan titanium.

C. Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah (alami) yang ada di dunia ini
berbagai macam, karena banyak negara menggunkan sistem
klasifikasi yang dikembangkan sendiri oleh negara tersebut. Di
Indonesia saja sekarang ini paling sedikit dikenal tiga sistem
klasifikasi tanah yang masing–masing dikembangkan oleh Pusat
Penelitian Tanah Bogor, FAO/UNESCO, dan USDA (Amerika
Serikat). Ketiga sistem klasifikasi tanah ini memiliki
kekurangan dan kelebihan jika diaplikasikan ke tanah-tanah di
Indonesia, sehingga pada KONGRES X HITI (Desember 2011)
disepakati akan dibentuk Sistem Klasifikasi Tanah
Nasional yang diharapkan akan dapat mewakili sifat-sisat tanah
yang tersebar di Indonesia.

20
1. Taksonomi Tanah (USDA)

Sistem klasifikasi tanah baru yang dikembangkan oleh,


Amerika Serikat dengan nama Soil Taxsonomy (USDA,
1975, 1999) menggunakan enam kategori
yaitu Ordo, SubOrdo, Great group, Subgroup, Family,
dan Seri. Sistem ini merupakan sistem yang benar–benar
baru baik mengenai cara–cara penamaan (tata nama)
maupun definisi–definisi mengenai horison–horison penciri
ataupun sifat–sifat penciri lain yang digunakan untuk
menentukan jenis–jenis tanah.

2. Sistem FAO/UNESCO

Sistem ini dibuat dalam rangka pembuatan peta skala


1:5.000.000 oleh FAO/UNESCO. Untuk ini telah
dikembangkan suatu sistem klasifikasi dengan dua kategori.
Kategori yang pertama kurang lebih setara dengan kategori
great group, sedangkan kategori kedua mirip dengan
subgroup dalam sistem Taksonomi Tanah USDA. Kategori
yang lebih tinggi dan lebih rendah dari kedua kategori
tersebut tidak dikembangkan.

Untuk pengklasifikasian, digunakan horison–horison


penciri, sebagian di ambil dari kriteria–kriteria horison

21
penciri pada Taksonomi Tanah USDA dan sebagian dari
sistem klasifikasi tanah FAO/UNESCO sendiri. Nama–
nama tanah yang diambil dari nama–nama klasik terutama
nama–nama tanah Rusia yang sudah terkenal, serta nama–
nama tanah yang digunakan di Eropa Barat, Kanada,
Amerika Serikat, dan beberapa nama baru yang khusus
dikembangkan untuk tujuan ini (misalnya Luvisol dan
Acrisol). Dari uraian diatas tampak bahwa sistem ini
merupakan kompromi dari berbagai sistem. Tujuannya jelas
agar dapat diterima oleh semua pihak. Walaupun demikian,
sistem ini lebih tepat disebut sebagai suatu sistem satuan
tanah daripada suatu sistem klasifikasi tanah karena tidak
disertaidengan pembagian kategori yang lebih terperinci.

3. Sistem Pusat Penelitian Tanah Bogor

Sistem klasifikasi tanah yang berasal dari Pusat


Penelitian Tanah Bogor dan telah banyak dikenal di
Indonesia adalah sistem Dudal-Soepraptohardjo (1957).
Sistem ini mirip dengan sistem Amerika Serikat terdahulu
(Baldwin, Kellog, dan Throp, 1938; Thorp dan Smith,
1949) dengan beberapa modifikasi dan tambahan. Dengan
dikenalnya sistem FAO/UNESCO (1974) dan sistem
Amerika Serikat yang baru (Soil Taxosonomy, USDA,

22
1975), sistem tersebut telah ppuka mengalami
penyempurnaan. Perubahan tersebut terutama menyangkut
definisi jenis–jenis tanah (great group) dan macam tanah
(subgroup). Dengan perubahan–perubahan definisi tersebut
maka disamping nama–nama tanah lama yang tetap
dipertahankan dikemukakanlah nama–nama baru yang
kebanyakan mirip dengan nama–nama tanah dari
FAO/UNESCO, sedang sifat–sifat pembedanya digunakan
horison–horison penciri  seperti yang dikemukakan oleh
USDA dalam Soil Taxosonomy (1975) ataupun oleh
FAO/UNESCO dalam Soil Map of the World (1974).

Tanah juga dapat diklasifikasikan kedalam:

1. Tanah Lempung
Tanah lempung adalah jenis tanah yang sangat
baik untuk berkebun. Tanah ini merupakan perpaduan
antara tanah liat, tanah berpasir, dan lumpur. Tanah ini
terdiri dari partikel-partikel yang sangat halus dan tidak
mengandung banyak bahan organik, teksturnya lengket.
Lalu, tanah liat bisa mempertahankan kelembapannya
dengan baik, sehingga lebih kaya akan nutrisi
dibandingkan dengan jenis tanah lainnya.
2. silt (lumpur), dan

23
3. sand (pasir).

D. Struktur Tanah

Struktur tanah adalah susunan komposisi partikel tanah


dari lapisan terbawah hingga permukaan. Partikel ini terdiri dari
pasir, debu, batuan kerikil, batuan padat serta tanah liat dan
terbentuk secara alami. Meskipun bahan organik didalamnya
masih saling terkait satu sama lain, namun susunan partikel
tersebut dibedakan pada setiap tingkatnya. Kondisi tersebut
menyebabkan setiap kedalaman lapisan tanah memiliki bentuk,
sifat, ukuran dan komponen yang berbeda.

Faktor yang Mempengaruhi Struktur Tanah


Campuran partikel seperti karbon, silika hingga oksida
juga turut berpengaruh pada struktur dalam tanah. Selain itu,
faktor yang mempengaruhi struktur tanah adalah curah hujan
yang berbeda di setiap daerah. Hal ini cukup berpengaruh pada
kualitas tanah. Tanah yang terletak di daerah dengan curah
hujan tinggi cenderung memiliki struktur remah. Sedangkan
daerah yang panas biasanya memiliki struktur yang lebih
prismatik di bagian lapisan bawah. Struktur dalam tanah
rupanya memiliki beberapa fungsi dalam kehidupan. Berikut
beberapa fungsi struktur tanah adalah:

24
1. Mengecek kondisi lingkungan sekitar
Kualitas tanah bisa dilihat melalui kandungan didalamnya.
Tanah yang baik adalah yang tidak terkontaminasi dengan
berbagai bahan kimia.Melalui strukturnya, Anda bisa
melihat apakah kandungan tanah tersebut cukup baik dan
stabil.

2. Menentukan pondasi rumah


Pemilihan pondasi bangunan juga ditentukan oleh kondisi
tanah. Tiap jenis pondasi memiliki karakteristik berbeda
yang disesuaikan dengan masing-masing tanah.
Misalnya, pondasi batu kali cocok untuk jenis tanah yang
stabil. Karena itu, penting bagi Anda untuk mengenali
kondisi tanah sebelum memutuskan memasang pondasi.

3. Memastikan kekuatan bangunan


Ketahanan bangunan yang berdiri di atas tanah turut
dipengaruhi oleh kondisi tanah. Apabila permukaan tanah
tidak begitu kuat dan labil, maka Anda bisa menggalinya
hingga lapisan yang pada sehingga aman untuk melanjutkan
pembangunan.

25
4. Melakukan perhitungan sistem penyerapan air
Mengenali karakteristik tanah juga akan mempermudah
Anda dalam membangun sistem penyerapan air. Saat
hendak membangun penyerapan air, Anda harus memilih
tanah dengan struktur yang memiliki kandungan air tinggi
sehingga mempermudah proses penggalian dan aliran air.

5. Melihat kandungan organisme


Tanah dengan struktur yang baik memiliki organisme yang
mendukung kesuburan tanah, seperti cacing tanah. Tanah
yang banyak mengandung cacing bisa dimanfaatkan untuk
keperluan bercocok tanam.

6. Melakukan penelitian
Dengan melakukan penelitian pada struktur pada tanah,
peneliti bisa mempelajari perubahan cuaca dan iklim di
suatu daerah.Hal ini bermanfaat untuk menghindari bencana
yang bisa saja terjadi di kemudian hari seperti banjir.
Sehingga bisa melakukan pencegahan lebih awal.

Macam-macam Struktur Tanah:


Ada beberapa macam-macam struktur tanah yang
wajib untuk Anda kenali, khususnya bagi Anda yang hendak
membeli tanah untuk tujuan tertentu.

26
1. Struktur tanah granular (butiran)
Struktur granular memiliki karakteristik dengan
bentuk membulat dan mempunyai banyak sisi serta
setiap gumpalannya tidak berpori. Tanah dengan struktur
ini cenderung tidak terlalu kering.
2. Struktur tanah remah (crumb)
Bersifat kebalikan dengan granular, tanah dengan
struktur remah cenderung lebih kering dan gumpalan
tanahnya terlihat berpori. Tanah dengan struktur ini
sering dijumpai pada wilayah dengan curah hujan
rendah.
3. Struktur tanah gumpal membulat dan bersudut
Struktur ini terbentuk dari gumpalan-gumpalan tanah
yang membulat dan secara fisik terlihat cukup jelas.
Seperti pada struktur gumpal membulat, tanah dengan
struktur ini juga menggumpal namun memiliki rusuk
bersegi yang tajam.
4. Struktur tanah lempeng (Platy)
Tanah lempeng memiliki struktur yang sumbu
horizontalnya lebih panjang daripada sumbu vertikalnya.
Namun, jika dilihat nampak seperti lempengan tanah.
5. Struktur tanah tiang (Columnar)

27
Tanah tiang adalah kebalikan dari tanah lempeng.
Tanah ini memiliki struktur yang sumbu horizontalnya
lebih panjang daripada sumbu vertikal. Dan jika dilihat
sedikit membulat.
6. Struktur tanah prismatik (Prismatic)
Tanah lempeng memiliki struktur yang sumbu
horizontalnya lebih pendek daripada sumbu vertikalnya.
Namun, jika dilihat dari atas tidak berbentuk membulat.
Tekstur Tanah
Selain dibagi menjadi bermacam-macam struktur,
tanah juga memiliki jenis tekstur yang berbeda yaitu:

1. Tekstur tanah sedang

Berikut ciri-ciri tanah yang bertekstur sedang:

 Terdiri dari 50% unsur pasir


 Pasir didalamnya memiliki tekstur yang berbeda
 Dipengaruhi oleh kondisi lingkungan kering.
Semakin kering maka pasir akan semakin banyak
dan halus

2. Tekstur tanah halus


Berikut ciri-ciri tanah yang bertekstur halus:

28
 Terdiri dari kandungan tanah liat sebesar 37,5%
 Tanah liat membentuk pori-pori yang semakin
mengecil
 Tanah terasa lebih padat dan berat
 Semakin banyak debu, pori-pori semakin banyak

3. Tekstur tanah kasar dan berpasir


Berikut ciri-ciri tanah yang bertekstur kasar dan berpasir:

 Terdiri dari unsur pasir sebanyak 70%


 Terdapat di daerah dengan curah hujan rendah
 Cenderung berada di wilayah yang gersang

Mengenali struktur tanah memang diperlukan ketelitian,


tetapi hal ini memang penting untuk dilakukan agar
konstruksi bangunan Anda bisa efektif.

E. Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah adalah suatu kondisi dimana tanah


tercemar di area permukaan atau bahkan bawah tanah.
Pencemaran ini disebabkan karena adanya polutan atau
kontaminan yang mencemari tanah.Pencemaran tanah dapat
terjadi disebabkan oleh banyak faktor, tetapi umumnya
disebabkan karena perbuatan manusia dan juga karena alami.

29
Jadi, ada pencemaran tanah alamiah dan ada pencemaran tanah
buatan.

Adanya bahan kimia yang sangat beracun dan berbahaya,


seperti polutan dan juga kontaminan yang menyebabkan
pencemaran tanah terjadi. Pencemaran tanah ini menjadi salah
satu penyebab rusaknya kesehatan manusia hingga kesehatan
flora dan fauna.

Meninjau pada kasus kontaminan polusi terhadap tanah,


banyak yang disebabkan oleh penyebab alamiah di dalam tanah
itu sendiri. Hal ini terjadi ketika kadar kontaminan tersebut
tinggi serta masih tetap bisa menimbulkan pencemaran terhadap
tanah dan tetap beresiko.

Meskipun, disebabkan oleh proses alamiah kontaminan


yang ada di tanah tetap saja berbahaya dan berpotensi
menimbulkan banyak dampak negatif terhadap kehidupan.Sama
hal nya dengan pencemaran udara dan juga pencemaran air.
Pencemaran tanah bukanlah permasalahan sederhana. Dengan
kata lain, pencemaran tanah adalah salah satu permasalahan
yang perlu diberikan perhatian besar. Terutama di beberapa
dekade terakhir, pencemaran tanah menjadi masalah yang serius
dari waktu ke waktu.

30
Sedangkan permasalahan lingkungan lainnya yang juga
menjadi permasalahan serius adalah perihal perubahan
iklim, global warming atau pemanasan global dan kepunahan
satwa. Polusi yang terjadi pada tanah disebabkan karena adanya
pengendapan akibat bahan limbah, baik yang berupa limbah
padat maupun limbah cair. Pengendapan tersebut terjadi di
permukaan tanah hingga di bawah tanah. Proses pengendapan
ini bisa mencemari tanah dan tentunya air tanah juga.

F. Sumber-sumber Pencemaran Tanah

1. Penggunaan Pestisida yang berlebihan

Berikut ini adalah empat masalah utama mengenai


pestisida di tanah yang perlu dipertimbangkan
sehubungan dengan perizinan dan peraturannya:

 Terbawanya pestisida dan produk degradasi yang


aktif secara biologis ke tanaman yang ditanam di
musim berikutnya
 Efek biologis pada organisme di ekosistem darat
dan akuatik termasuk bioakumulasi dan transfer
melalui rantai makanan
 Pencemaran air tanah

31
 Efek pada kesuburan tanah

Herbisida adalah bahan kimia paling umum yang


mempengaruhi tanah dan organisme yang mendukungnya
karena untuk menjadi efektif mereka umumnya harus
bersentuhan langsung dengan tanah dan bertahan cukup
lama untuk menjadi efektif.
Karakteristik lingkungan yang penting dari bahan kimia
seperti herbisida dalam tanah adalah pembentukan
residu terikat, yang merupakan senyawa induk atau
metabolit dalam tanah atau organisme yang menghuni
tanah dan yang tidak dapat diekstraksi dengan prosedur

ekstraksi umum. 6Cara umum untuk mempelajari residu


terikat terdiri dari tanah berduri dengan senyawa berlabel
karbon-14 radioaktif dan membuat tanah berduri untuk
diekstraksi. Dimungkinkan untuk mengukur karbon
berlabel radio dalam ekstrak, dalam produk respirasi
karbon dioksida, dan dalam residu tanah. Namun, prosedur
semacam ini tidak selalu mencerminkan ketersediaan
hayati suatu zat dalam tanah dan karakteristik terkait
biodegradasi, bioakumulasi, atau mineralisasi.

32
Telah diketahui dengan baik bahwa karena pestisida dan
senyawa asing lainnya tetap berada di tanah untuk jangka
waktu yang lebih lama, hal-hal berikut terjadi:

 Zat menjadi semakin resisten terhadap proses


ekstraksi dan desorpsi
 Mereka menjadi kurang bioavailable bagi organisme
 Toksisitas keseluruhan berkurang

2. Pencemar dari produksi ternak

Produksi ternak menghasilkan sejumlah besar polutan


lingkungan. Kotoran ternak memiliki BOD yang tinggi dan
dapat dengan cepat menguras air oksigen ketika masuk kedalam
saluran air. Penguraian produk kotoran hewan menghasilkan
Nitrogen anorganik yang dapat mencemari air dengan Nitrat
yang berpotensi racun. Nitrogen anorganik dan Fosfor yang
dilepaskan ke air dari dekomposisi limbah ternak dapat
menyebabkan eutrofikasi air. Nitrous Oksida, N2O yang
dilepaskan ke atmosfer dari degradasi limbah ternak dapat
menjadi pencemar udara. Metana yang dihasilkan dalam
degradasi anaerobik dari limbah ternak adalah gas rumah kaca
yang potensial.

33
3. limbah dan pencemar dalam tanah
4. Detergen yg bersifat non biodegradable
5. logam-logam berat (Zn, Pb, Cd, Hg)
6. senyawa organik volatil (VOC) seperti benzena, toluena, xilena,
diklorometana, trikloroetana, dan trikloroetilena.

Sedangkan kriteria umum untuk kandungan logam berat


yang terdapat di dalam tanah telah diteliti oleh Ferguson (1990)
mengemukakan batas beberapa kandungan logam berat yang tidak
tercemar di dalam tanah.

34
Batas Batas
No. Rerata Tanah
Logam Minimum Maksimum
Terkontaminasi
berat
Cadmium
1. (Cd) 0,62 μg/g 0,1 μg/g 1,0 μg/g
Mercury
2. (Hg) 0,098 μg/g 0,01 μg/g 0,06 μg/g
Arsenic
3. (As) 6,03 μg/g 5 μg/g 10 μg/g
4. Lead (Pb) 29,2 μg/g 10 μg/g 20 – 50 μg/g
Angka ini akan meningkat
5. (Se) 0,4 μg/g padadaerah asam dan semi
asam
Tabel 2.2 Batas Kandungan Logam Berat yang Tidak
Tercemar

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia


Nomor 150 tahun 2000, tanah didefinisikan sebagai salah satu
sumber daya alam, wilayah hidup, media lingkungan, dan faktor
produksi termasuk produksi biomassa yang mendukung
kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya harus dijaga
dan dipelihara kelestarian fungsinya. Seiring meningkatnya
kegiatan produksi biomassa yang memanfaatkan tanah maupun
sumber daya alam lainnya yang tidak terkendali dapat
mengakibatkan kerusakan tanah untuk produksi biomassa, sehingga
menurunkan mutu serta fungsi tanah yang pada akhirnya dapat
mengancam kelangsungan kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya. Berdasarkan pertimbangan untuk melaksanakan
pengelolaan lingkungan hidup, ditetapkan peraturan pemerintah
35
untuk mengendalikan kerusakan tanah untuk produksi biomassa.
Kriteria baku kerusakan tanah untuk produksi biomassa adalah
sebagai berikut:

Tabel 2.3 Kriteria Baku Kerusakan Tanah di Lahan Kering Akibat


Erosi

Ambang Kritis Erosi


Tebal Ton/ mm/10 Metode
Tanah ha/ tahun Peralatan
< 20 cm > 0,1 - <1 > 0,2 - <1,3 1. Gravimetrik 1.Timbangan ,ta
bung ukur,
20 - <50 1-<3 1,3 - < 4 2.Pengukuran penera debit
cm langsung (discharge)
50 - < 3-<7 4,0 - < 9,0 sungai dan peta
100 cm daerah
100 – 7–9 9,0 – 12
tangkapan air
150 cm (catchment area)
> 150 >9 > 12
2. Patok erosi
cm

Sumber: PPRI 150 tahun 2000

36
Tabel 2.4 Kriteria Baku Kerusakan Tanah di Lahan Kering

Ambang Metode
No. Parameter Kritis Pengukuran Peralatan
1. Ketebalan < 20 cm Pengukuran Meteran
Solum Langsung
2. Kebatuan > 40 % Pengukuran Meteran;
Permukaan langsung counter (line
imbangan atau
batu
total)
tanah
dan
dalam
luasan
unit

Tabel 2.5 Kisaran Nilai Ambang Logam Berat dalam Tanah

Logam Berat Nilai Ambang dalam Tanah (ppm)


As 0,1-4,0
B 2-100
F 30-300
Cd 0,1-7,0
Mn 100-4000
Ni 10-1000
Zn 10-300
Cu 2-100

37
Pb 2-200

USDA membuat standar nilai ambang untuk industri yang


limbahnya akan dibuang ke lahan pertanian. Limbah tersebut
dibuang dalam bentuk padatan (sludge), karena lebih mudah
dalam pencegahan dan membersihkan lahan dari kontaminasi
logam berat. Ambang batas logam berat yang diterapkan pada
tanah disajikan pada tabel berikut.

Tabel 2.7 Standar Nilai Ambang Logam Berat Untuk


Industri menurut USDA

Konsentras Rata-
i rata Kumulati

Maksimu tahunan f bahan


Logam Berat
m bahan bahan pencemar
Arsenic 75 2 41(kg/ha)
Cadmium 85 1,9 39
Copper 3000 150 3000
Lead 4300 75 1500
Mercury 420 21 420

Molybdenum 840 15 300


Nickel 57 0,85 17
Selenium 75 0,90 18
Zinc 100 5 100

38
Kementerian ESDM Republik Indonesia mengeluarkan
peraturan No. 045 tahun 2006 tentang limbah lumpur pada
kegiatan pengeboran minyak dan gas bumi. Tabel baku
mutu logam berat limbah lumpur ditampilkan pada tabel
berikut.

Tabel 2.8 Baku Mutu Logam Berat Limbah Lumpur

Logam Berat Baku Mutu (mg/L)


Arsen 5,0
Barium 100,0
Cadmium 1,0
Chromium 5,0
Copper 10,0
Lead 5,0
Mercury 0,2
Selenium 1,0
Silver 5,0
Zinc 50,0

Baku mutu produk atau hasil pertanian dari lahan


pertanian yang tercemar sangat diperlukan, agar aman bagi
konsumen. Oleh karena batas kritis/ambang batas pencemaran
pada tanah, air, tanaman, dan produk pertanian belum ada atau
belum ditetapkan untuk kondisi
39
Indonesia.

40
Tabel 2.5 Kriteria Baku Kerusakan Tanah di Lahan Basah

Ambang Metode
No. Parameter Kritis Pengukuran Peralatan

1. Subsidensi > 35 cm/5 Pengukuran Patok


gambut di tahun untuk Subsidensi
atas pasir ketebalan
kuarsa gambut ≥ 3 m
atau 10%/5
tahun untuk
ketebalan
gambut < 3 m
2. Kedalaman < 25 cm Reaksi Cepuk
lapisan dengan pH ≤ Oksidasi dan H2O2,
plastic,
berpirit dari 2,5 Pengukuran stick
pH skala
permukaan Langsung satuan,
0,5
tanah meteran
3. Kedalaman > 25 cm Pengukuran Meteran
air tanah
dangkal
4. Redoks > -100 mV Tegangan pH
untuk tanah Listrik elektroda
meter,
berpirit platina
5. Redoks > 200 mV Tegangan pH
untuk Listrik elektroda
meter,
gambut
platina
6. pH (H2O) < 4,0 ; > 7,0 Potensiometri pH meter,
k stick
pH skala
1 : 2,5 0,5 satuan
7. Daya > 4,0 mS/cm Tahanan EC meter
Hantar listrik
Listrik
(DHL)
8. Jumlah < 102 cfu/g Plating Cawan petri,

15
41
mikroba tanah Techniqu Colony
counter
Sumber: peraturan pemerintahan RI Nomor 150 tahun 2000

Catatan :
- Untuk lahan basah yang tidak bergambut dan kedalaman pirit
> 100 cm, ketentuan kedalaman air tanah dan nilai redoks
tidak berlaku.

- Ketentuan-ketentuan subsidensi gambut dan kedalaman


lapisan berpirit tidak berlaku jika lahan belum terusik/masih
dalam kondisi asli/alami/hutan alam.

Berdasarkan pengetahuan saat ini, data minimum


indikator mutu tanah terdiri atas tekstur tanah, kedalaman tanah,
infiltrasi, berat jenis, kemampuan tanah memegang air, C organik,
pH, daya hantar listrik, N, P, K, biomassa mikroba, potensi N
dapat dimineralisasi, dan respirasi tanah. Logam berat perlu
juga dijadikan indicator karena dapat mempengaruhi produksi
tanaman, kesehatan hewan dan manusia, serta aktivitas
mikroba tanah. Tiga besar logam berat beracun adalah merkuri
(Hg), timbal (Pb), dan cadmium (Cd).

Untuk mengetahui pencegahan dan penanggulangan


pencemaran logam berat yang mencemari lingkungan sangat
penting diketahui batas/nilai ambang logam. Nilai ambang batas
logam berat tiap negara berbeda-beda, karena adanya perbedaan
kemampuan sifat tanah untuk menyangga logam berat. Di Inggris

42
dan Belanda, nilai ambang batas untuk Pb 5-6 kali lebih besar
dari negara industri lainnya. Untuk Indonesia dengan tingkat
pelapukan tanah yang intensif, kemungkinan daya sangga tanah
terhadap logam berat lebih rendah sehingga nilai ambang batasnya
akan lebih rendah dari negara industri tersebut. Ada beberapa hasil
penelitian yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk tindakan
reklamasi lahan. Pada tabel berikut dicantumkan data kisaran nilai
ambang logam berat dalam tanah (Pickering 1980).

G. Penyebab pencemaran Tanah


Berbagai hal dapat menyebabkan terjadinya pencemaran
tanah di suatu wilayah, berikut beberapa contohnya:

1. Limbah Padat

Faktor penyebab terjadinya pencemaran tanah yang pertama


pada suatu wilayah adalah limbah padat yang biasanya
dihasilkan oleh berbagai macam hal seperti pabrik gula, kertas,
rayon, ikan, plywood, pengawet buah, dan masih banyak lagi.
Limbah padat seperti namanya berupa bentuk padat yang
seringkali dihasilkan oleh industri pabrik dalam bentuk bubur
maupun lumpur. Limbah padat yang menumpuk dapat
mengotori tanah dan membuat timbulnya pencemaran tanah.
Selain itu, dengan adanya limbah padat di suatu wilayah dapat
merusak dan memperburuk pemandangan.

2. Limbah Cair

Faktor penyebab terjadinya pencemaran tanah yang kedua


pada suatu wilayah adalah limbah cair dimana biasanya berupa
43
sisa pengolahan limbah industri kimia dan juga logam. Hal ini
disebabkan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab
membuang limbah cair ke permukaan tanah tanpa mengolahnya
terlebih dahulu. Umumnya, limbah cair dihasilkan oleh industri
pabrik. Namun pada kenyataannya, kegiatan yang dilakukan
dalam ruang lingkup rumah tangga juga bisa menghasilkan
limbah cair ini seperti air sisa bekas cucian yang biasanya
mengandung sabun maupun deterjen. Pencemaran tanah yang
disebabkan oleh limbah cair ini bukan hanya terjadi di
permukaan tanah saja namun juga hingga ke tanah lapisan
dalam karena sifatnya yang dapat menyerap.

3. Limbah Anorganik

Faktor penyebab terjadinya pencemaran tanah yang


ketiga pada suatu wilayah adalah limbah anorganik yang
merupakan limbah yang tidak dapat mengalami proses
penguraian dengan waktu yang cepat. Contoh dari limbah
anorganik adalah berbagai produk yang terbuat dari bahan dasar
plastik seperti botol bekas ataupun kemasan minuman lain, besi,
kaleng, seng, dan berbagai jenis bahan dasar lain yang sulit
terurai. Selain itu, limbah anorganik juga dapat menjadi sarang
nyamuk jika dibiarkan terus menerus karena memiliki sifat
tidak mudah hancur dan dapat menampung air, oleh sebab itu
harus dicari solusi untuk menguraikan limbah anorganik ini,
seperti dengan cara dibakar yang dapat mengatasi permasalahan
ini.

44
4. Limbah Organik

Faktor penyebab terjadinya pencemaran tanah yang


keempat pada suatu wilayah adalah limbah organik yang
biasanya berasal dari berbagai macam tinja maupun feses,
hingga sampah rumah tangga yang menumpuk seperti sisa nasi,
sayuran, dan juga buah-buahan, serta kotoran hewan dan
berbagai jenis lainnya. Limbah organik sendiri seringkali
dianggap lebih baik dan sifatnya tidak berbahaya pada tanah
jika dibandingkan dengan limbah lainnya seperti limbah
anorganik. Namun, jika limbah organik yang ada terlalu banyak
dapat mempengaruhi terjadinya pencemaran tanah di wilayah
tersebut dan juga menghambat pertumbuhan tanaman.

H. Dampak Pencemaran Tanah

Timbunan sampah yang berasal dari limbah domestik


dapat mengganggu/ mencemari karena: lindi (air sampah), bau dan
estetika. Timbunan sampah juga menutupi permukaan tanah
sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan. Timbunan sampah bisa
menghasilkan gas nitrogen dan asam sulfida, adanya zat mercury,
chrom dan arsen pada timbunan sampah bisa timbulkan
pencemaran tanah / gangguan terhadap bio tanah, tumbuhan,
merusak struktur permukaan dan tekstur tanah. Limbah lainnya
adalah oksida logam, baik yang terlarut maupun tidak menjadi
racun di permukaan tanah. Yang menyebabkan lapisan tanah tidak
dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air adalah
45
Sampah anorganik tidak terbiodegradasi, sehingga peresapan air
dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah
mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang, oleh sebab itu
tanaman sulit tumbuh dan bahkan mati sebab tidak mendapatkan
makanan untuk berkembang. Tinja, deterjen, oli bekas, cat, adalah
limbah cair rumah tangga; peresapannya kedalam tanah akan
merusak kandungan air tanah dan zat kimia yang terkandung di
dalamnya dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah,
inilah salah satunya yang disebutkan sebagai pencemaran tanah.
Padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan adalah
limbah padat hasil buangan industri. Adanya reaksi kimia yang
menghasilkan gas tertentu menyebabkan penimbunan limbah padat
ini busuk selain itu pencemaran tanah juga menyebabkan
timbulnya bau di sekitarnya. Karena tertimbunnya limbah ini
dalam jangka waktu lama menyebabkan permukaan tanah menjadi
rusak dan air yang meresap ke dalam tanah terkontaminasi bakteri
tertentu dan berakibat turunnya kualitas air tanah pada musim
kemarau oleh karena telah terjadinya pencemaran tanah. Timbunan
yang mengering akan dapat mengundang bahaya kebakaran. Sisa
hasil industri pelapisan logam yang mengandung zat-zat seperti
tembaga, timbal, perak,khrom, arsen dan boron adalah limbah cair
yang sangat beracun terhadap mikroorganisme. Peresapannya ke
dalam tanah akan mengakibatkan kematian bagi mikroorganisme
yang memiliki fungsi sangat penting terhadap kesuburan tanah dan
dalam hal ini pun menyebabkan pencemaran tanah. Pupuk yang
digunakan secara terus menerus dalam pertanian akan merusak
struktur tanah, yang menyebabkan kesuburan tanah berkurang dan
46
tidak dapat ditanami jenis tanaman tertentu karena hara tanah
semakin berkurang. Dalam kondisi ini tanpa disadari justru pupuk
juga mengakibatkan pencemaran tanah. Pestisida yang digunakan
bukan saja mematikan hama tanaman tetapi juga mikroorga-nisme
yang berguna di dalam tanah. Padahal kesuburan tanah tergantung
pada jumlah organisme di dalamnya. Selain pencemaran tanah
penggunaan pestisida yang terus menerus akan mengakibatkan
hama tanaman kebal terhadap pestisida tersebut. Selain itu pada
berbagai bidang dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran
tanah, diantaranya adalah: 1. Pada kesehatan Dampak pencemaran
tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk
ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium,
berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan
karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada
anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta
kerusakan ginjal pada seluruh populasi. Paparan kronis (terus-
menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat
meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa)
dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal,
beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait
pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat
menyebabkan gangguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang
mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal
serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam
dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih,
iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut
di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat
47
menyebabkan Kematian. 2. Pada Ekosistem Pencemaran tanah juga
dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi
tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun.
Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari
mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan
tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa
spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat
yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai
makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan
terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat
menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan
terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.
Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi
DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur,
meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan
hilangnya spesies tersebut. Dampak pada pertanian terutama
perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat
menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat
menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana
tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa
bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada
kasus lain bahanbahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan
pencemar tanah utama.

48
I. PENANGANAN YANG HARUS DILAKUKAN

Pencegahan dan penanggulangan merupakan dua tindakan


yang tidak dapat dipisah-pisahkan dalam arti biasanya kedua
tindakan ini dilakukan untuk saling menunjang, apabila tindakan
pencegahan sudah tidak dapat dilakukan, maka dilakukan langkah
tindakan. Namun demikian pada dasarnya kita semua sependapat
bahwa tindakan pencegahan lebih baik dan lebih diutamakan
dilakukan sebelum pencemaran terjadi, apabila pencemaran sudah
terjadi baik secara alami maupun akibat aktivisas manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, baru kita lakukan tindakan
penanggulangan. Tindakan pencegahan dan tindakan
penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran dapat dilakukan
dengan berbagai cara sesuai dengan macam bahan pencemar yang
perlu ditanggulangi. Langkah-langkah pencegahan dan
penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran antara lain dapat
dilakukan sebagai berikut: Langkah pencegahan Pada umumnya
pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk tidak
menyebabkan terjadinya pencemaran, misalnya
mencegah/mengurangi terjadinya bahan pencemar, antara lain:

1) . Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh


mikroorganisme antara lain dapat dilakukan dengan
mengukur sampah-sampah dalam tanah secara tertutup dan
terbuka, kemudian dapat diolah sebagai kompos/pupuk.
Untuk mengurangi terciumnya bau busuk dari gasgas yang
timbul pada proses pembusukan, maka penguburan sampah
dilakukan secara berlapis-lapis dengan tanah.

49
2) Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak
dapat dimusnahkan oleh mikroorganisme dapat dilakukan
dengan cara membakar sampah-sampah yang dapat terbakar
seperti plastik dan serat baik secara individual maupun
dikumpulkan pada suatu tempat yang jauh dari pemukiman,
sehingga tidak mencemari udara daerah pemukiman. Sampah
yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotongpotong
menjadi partikel-partikel kecil, kemudian dikubur.

3) . Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam


berat yang akan mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai
atau ke tempat pembuangan agar dilakukan proses pemurnian.

4) Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu


pada sumursumur atau tangki dalam jangka waktu yang
cukup lama sampai tidak berbahaya, baru dibuang ke tempat
yang jauh dari pemukiman, misal pulau karang, yang tidak
berpenghuni atau ke dasar lautan yang sangat dalam.

5) Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara


sembarangan namun sesuai dengan aturan dan tidak sampai
berlebihan.

6) Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa


organik yang dapat dimusnahkan/diuraikan oleh
mikroorganisme.

Langkah Penanganan Penanganan khusus terhadap limbah


domestik yang berjumlah sangat banyak diperlukan agar tidak
mencemari tanah. Pertama sampah tersebut kita pisahkan ke dalam
sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme
50
(biodegradable) dan sampah yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme (non-biodegradable). Akan sangat baik jika setiap
rumah tangga bisa memisahkan sampah atau limbah atas dua
bagian yakni organik dan anorganik dalam dua wadah berbeda
sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir.

Sampah organik yang terbiodegradasi bisa diolah, misalnya


dijadikan bahan urukan, kemudian kita tutup dengan tanah
sehingga terdapat permukaan tanah yang dapat kita pakai lagi;
dibuat kompos; khusus kotoran hewan dapat dibuat biogas dll
sehingga dalam hal ini bukan pencemaran tanah yang terjadi tetapi
proses pembusukan organik yang alami. Sampah anorganik yang
tidak dapat diurai oleh mikroorganisme.

Cara penanganan yang terbaik dengan daur ulang. Kurangilah


penggunaan pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia untuk
pemberantasan hama seperti pestisida. Limbah industri harus
diolah dalam pengolahan limbah, sebelum dibuang kesungai atau
kelaut. Kurangilah penggunaan bahan-bahan yang tidak bisa
diuraikan oleh mikroorganisme (non-biodegradable). Salah satu
contohnya adalah dengan mengganti plastik sebagai bahan
kemasan/pembungkus dengan bahan yang ramah lingkungan
seperti dengan daun pisang atau daun jati

Ada beberapa langkah penanganan untuk mengurangi dampak


yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah. Diantaranya:

1. Remediasi

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan


permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi
51
tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi.
Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari
pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang
tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman.
Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari
zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di
bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan
ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar
dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan
instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh
lebih mahal dan rumit.

2. Bioremediasi Bioremediasi adalah proses pembersihan


pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme
(jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah
atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang
beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Selain langkah – langkah di atas terdapat pula teknologi yang


digunakan untuk menangani dampak dari pencemaran tanah yaitu,
Fitoromediasi.

Fitoremediasi adalah teknologi pembersihan, penghilangan atau


pengurangan polutan berbahaya, seperti logam berat, pestisida, dan
senyawa organik beracun dalam tanah atau air dengan
menggunakan bantuan tanaman (hiperakumulator plant). Terdapat
beberapa keunggulan dari karakteristik tanaman hiperkumulator

52
yaitu, mampu menyerap lebih dari 10.000 ppm Mn, Zn, Ni;
menyerap lebih dari 1.000 ppm untuk Cu dan Se; dan menyerap
lebih dari 100 ppm untuk Cd, Cr, Pb, dan Co.

Proses Fitoremediasi

Jenis Tanaman Unsur Yg Jenis Tanaman Unsur Yg Diserap


Diserap

Thlaspi caerulescens Zink (Zn) Thlaspi caerulescens Zink (Zn)


dan Kadmium (Cd) dan Kadmium (Cd)

Alyssum sp., Berkheya sp., Alyssum sp., Berkheya sp.,


Sebertia acuminate Nikel (Ni) Sebertia acuminate Nikel (Ni)

Brassicacea sp. Sulfate Brassicacea sp. Sulfate

Pteris vittata, Pityrogramma Pteris vittata, Pityrogramma


calomelanos Arsenik (As) calomelanos Arsenik (As)

Pteris vittata, Nicotiana Pteris vittata, Nicotiana tabacum,


tabacum, Liriodendron Liriodendron tulipifera. Mercuri
tulipifera. Mercuri (Hg) (Hg)

Thlaspi caerulescens, Alyssum Thlaspi caerulescens, Alyssum


murale, Oryza sativa Senyawa murale, Oryza sativa Senyawa
organik (petroleum organik (petroleum hydrocarbons,
hydrocarbons, PCBs, PAHs, PCBs, PAHs, TCE juga TNT)
TCE juga TNT)

Brassica sp. Emas (Au) Brassica sp. Emas (Au)

Brassica juncea. Selenium (Se) Brassica juncea. Selenium (Se)

53
1. Phytoacumulation : tumbuhan menarik zat kontaminan
sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan

2. Rhizofiltration : proses adsorpsi / pengendapan zat kontaminan


oleh akar untuk menempel pada akar.

3. Phytostabilization : penempelan zat-zat contaminan tertentu pada


akar yang tidak mungkin terserap kedalam batang tumbuhan.

4. Rhyzodegradetion : penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas


microba

5. Phytodegradation : penguraian zat kontamin

6. Phytovolatization : transpirasi zat contaminan oleh tumbuhan


dalam bentuk yang telah menjadi larutan terurai sebagai bahan
yang tidak berbahaya

Keuntungan Fitoremediasi

1. Biaya operasi lebih murah

2. Tanaman juga dapat digunakan bahan bakar.

3. Pencemaran pada tanah bisa berkurang secara alamiah

4. Tanah juga akan mengalami perbaikan akibat adanya aktivitas


akar.

5. Tanah menjadi lebih subur kembali.

6. Tanaman yang mampu menyerap unsur bernilai ekonomi seperti


emas (au) dan nikel (ni) bisa digunakan untuk pertambangan.

7. Tanaman hiperakumulator masuk dalam kriteria tanaman dengan


syarat tumbuh yang tidak membutuhkan nutrisi tinggi dan tidak
rewel.
54
air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah
industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi
syarat (illegal dumping). Penanganan khusus terhadap limbah
domestik yang berjumlah sangat banyak diperlukan agar tidak
mencemari tanah. Pertama sampah tersebut kita pisahkan ke dalam
sampah organik yang dapat diuraikan oleh mikroorganisme
(biodegradable) dan sampah yang tidak dapat diuraikan oleh
mikroorganisme (nonbiodegradable). Akan sangat baik jika setiap
rumah tangga bisa memisahkan sampah atau limbah atas dua
bagian yakni organik dan anorganik dalam dua wadah berbeda
sebelum diangkut ketempat pembuangan akhir.

Penanganan limbah dan sampah yang mengakibatkan


pencemaran tanah dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu,
Remediasi, Bioremediasi dan dengan teknologi fitoremediasi.
Walaupun beberapa cara telah dapat digunakan untuk mengurangi
dampak dari pencemaran tanah namun alangkah baiknya jika
kesadaran untuk menjaga kelestarian alam dan lingkungan lebih
ditingkatkan. Bahan bahan yang kita perlukan dalam memenuhi
kebutuhan dapat diperoleh dari tanah. Karenanya mari kita
menghindari pencemaran tanah bersama-sama menjaga
kelestariannya, demi kelangsungan anak, cucu kita dimasa datang.

J. Isu Terkait Pencemaran Tanah

adanya bencana Alam seperti gempa bumi yang baru baru ini
terjadi di Cianjur turut menjadi salah satu penyebab terjadinya
pencemaran tanah.nLiputan6.com, Jakarta - Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI

55
Suharyanto, menyatakan, ratusan rumah ibadah rusak akibat gempa
di Cianjur. Kerusakan itu tersebar di 15 kecamatan di seluruh
wilayah Kabupaten Cianjur. “Sebanyak 124 rumah ibadah rusak,
ada di 15 kecamatan wilayah terdampak gempa di Cianjur,” kata
Suharyanto saat jumpa pers daring, Rabu (23/11/2022). akibat dari
banyaknya kerusakan yang terjadi maka sampah bangunan yang
bertumpuk akan merusak bagian bagian tanah dan turut menjaadi
penyebab terjadinya pencemaran tanah.

56
CONTOH SOAL:

1. Sebutkan penyebab pencemaran tanah yang kamu ketahui.

Pembahasan:

Pencemaran tanah disebabkan oleh limbah rumah tangga dan


limbah industri. Limbah rumah tangga yang dapat mencemari
tanah yaitu sampah yang tidak bisa terurai. Misalnya kertas dan
plastik, karet dan bahan tekstil, logam dan kaca, dan sebagainya.
Sampah yang menumpuk dan tidak bisa terurai ini akan meracuni
tanah dan dapat mengakibatkan terganggunya ekosistem tanah.

2. apa yang akan terjadi jika para petani melakukan pemupukan


dengan pupuk kimia dengan dosis yang berlebihan

(jawab: tanah akan menjadi terlalu asam dan tidak subur sehingga
hasil panen akan menurun)

3. bagaimana cara mengembalikan tanah yang terlalu asam akibat


pemupukan dengan bahan kimia dengan dosis yang berlebihan
(jawab: dengan memberikan bubuk kapur pada tanah yang
dideteksi memiliki tingkat keasaman tinggi)

4. apa yang dapat kita lakukan untuk menanggulangi terjadinya


pencemaran tanah akibat plastik

(jawab: mengurangi penggunaan plastik, melakukan daur ulang


plastik dan memakai kembali plastik untuk keperluan berbeda)

5. apa dampak negative dari pemakaian pupuk kimia serta detergen


mengandung fosfat pada lingkungan perairan

(jawab: menyebabkan eutrofikasi)

57
DAFTAR PUSTAKA

Admin, “Jenis Tanah”, Fakultas Pertanian Universitas Medan


Area, 22 february 2021,https://pertanian.uma.ac.id/jenis
tanah/
Asnur, Paranita, Ratih Kurniasih, Dasar Ilmu Tanah
Modul Praktikum. Jakarta Barat: Universitas Gunadarma
Pemilihan Indikator Baku Mutu Tanah, Pusat
Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat
Puspawati, Catur, P. Haryono, Bahan Ajar Kesehatan
Lingkungan Penyehatan Tanah, Jakarta: Pusat
Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan, 2018
Ramadhan, Sofyan,Vanny M.A. Tiwow, dan Irwan Said, “Analisis
Kadar Unsur Nitrogen (N) Dan Posforus (P) dalam
Lamun (Enhalus Acoroides) Di Wilayah Perairan Pesisir
Kabonga Besar Kecamatan Banawa Kabupaten
Donggala”, Jurnal Akademika Kimia, Vol 5 No1: 37-
43, Februari 2016, ISSN
2302-6030 (p), 2477-5185 (e)
Rizal, Reda, 2017, Analisis kualitas lingkungan, Jakarta: penerbit
lembaga penelitian dan pengabdian masyarakat
universitas pembangunan nasional “veteran”

58
Si t e Default, “10 Jenis Tanah Untuk Pertanian dan
Perkebunan”, Ilmugeografi.com, 28 Oktober
2018, https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/jenis-
tanah-untuk- pertanian
, “Ciri Ciri Tanah Subur dan Tidak Subur”, 14 November
2015, https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/tanah/ciri-ciri-
tanah-subur-dan-tidak-subur
https://www.academia.edu/19554465/2_laporan_tekstur_
tanah

59
60
6

Anda mungkin juga menyukai