Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA I
KROMATOGRAFI

OLEH :
NAMA : Immanuel Sena Aji Pamungkas
NIM : B0A021020
ASISTEN : Ajeng Nurrohmah

KEMENTRIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKONOLOGI
LABORATERIUM KIMIA DASAR
JURUSAN BUDIDAYA PERKIKANAN
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS JENDRAL SEODIRMAN PURWOKERTO
2021
ii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii


KROMATOGRAFI ............................................................................................................ 1
I. TUJUAN.................................................................................................................. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 1
III. PROSEDUR DAN PERCOBAAN ....................................................................... 3
1. Alat .................................................................................................................. 3
2. Bahan ............................................................................................................... 3
3. Skema Kerja .................................................................................................... 4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 5
1. Data pengamatan ............................................................................................. 5
2. Data perhitungan ............................................................................................. 6
3. Pembahasan ..................................................................................................... 6
V. KESIMPULAN ..................................................................................................... 9
1. Kesimpulan ...................................................................................................... 9
2. Saran .............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 11
KROMATOGRAFI
IDENTIFIKASI CAMPURAN LOGAM DALAM LARUTAN SAMPEL
DENGAN METODE KROMATOGRAFI KERTAS

I..TUJUAN
Mengidentifikasi adanya logam Hg, Pb dan Bi dalam larutan sampel.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Kromatografi pertama kali dikembangkan oleh ahli botani dari Rusia, M.S. Tswett
(1872-1919) yang melakukan teknik pemisahan pigment tanaman berwarna.
Teknik ini dinamakan “chromatograhpy” yang merupakan penggabungan dua kata
dari bahasa Yunani, yaitu chroma yang berarti warna dan graphein yang berarti
menulis. Pada awalnya, kromatografi berarti menulis dengan warna (Rubiyanto,
2016). Kromatografi didefinisikan oleh IUPAC, merupakan suatu metode yang
khususnya digunakan dalam pemisahan komponen-komponen dalam suatu sampel
yang terdistribusi dalam dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam dapat
berupa padat, cairan yang diletakkan di atas padatan atau gel. Fasa diam dapat
dibuat dalam bentuk kolom, disebarkan sebagai suatu lapisan tipis atau
didistribusikan sebagai film. Fasa gerak dapat berupa gas atau cairan. Teknik ini
dapat diterapkan dengan baik pada skala mikro dan makro (Rubiyanto, 2016).
Fase diam (fase stationer) dan fase gerak mempunyai arti masingmasing.
Fase diam merupakan salah satu komponen yang penting di mana terjadinya
perbedaan kromatografi karena adanya interaksi dengan fase diam yang
menyebabkan terjadinya perbedaan waktu retensi (Rf) dan terpisahnya komponen-
komopnen senyawa. Sedangkan fase gerak merupakan pembawa anlit yang dapat
bersifat dan berinteraksi dengan analitik tersebut. Fase gerak berupa cairan atau gas
yang biasanya digunakan sebagai senyawa yang mudah menguap. Fase diam juga
merupakan proses yang dilalui oleh fase gerak untuk mengetahui jarak antara noda
dengan pelarutnya (Basri, 2003). Kromatografi dibagi menjadi dua, yaitu
kromatografi preparatif dan kromatografi analitik. Kromatografi dapat dilakukan
dengan alat yang sederhana dan prosesnya cepat (Sastrohamidjojo, 1985).
Keuntungan dari kromatografi, yaitu pelaksaannya lebih sederhana, hanya
membutuhkan waktu yang singkat, dan mempunyai kepekaan yang tinggi. Metode
ini dapat dilakukan jika metode lain tidak dapat atau sulit dilakukan (Chang, 2005).
Kegunaan kormatografi dalam bidang sains, yaitu untuk analisis atau
menguji suatu campuran, komponen, dan hubungan antar komponen,

1
identifikasikan atau menentukan campuran atau komponen yang menggunakan
senyawa standar, permurnian atau memisahkan senyawa pengotor, kuantifikasi atau
menentukan jumlah konsentrasi campuran atau komponennya. Sedangkan dalam
kehidupan sehari-hari, kromatografi sangat berguna untuk perusahaan farmasi
dalam menentukan jumlah beban aktif produk, rumah sakit untuk mendeteksi
adanya komponen dalam tubuh pasien, penegakan hukum untuk pengujian barang
bukti khusus pada TKP, pabrik kimia dalam pemurnian bahan untuk pembuatan
suatu produk, badan lingkungan hidup untuk pengujian polutan, kualitas
lingkungan, dan lainlain (Rubiyanto, 2016). Beberapa teknik kromatografi yaitu
kromatografi kertas (KK), kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi gas cair
(KGC), dan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) (Harborne, 1987).
Kromatografi kertas merupakan contoh kromatografi partisi dalam bentuk
konvensional. Teknik ini sangat sederhana karena hanya membutuhkan sepotong
kertas, tinta warna, dan pelarut. Pada dasarnya, kromatografi kertas mendasarkan
proses pemisahan senyawa menurut interaksi partisi atau distribusi senyawa pada
fasa diam. Karakter fasa diam meliputi cairan yang didukung dengan padatan inert,
contohnya selulosa. Sedangkan fasa gerak terdiri dari cairan, contohnya air,
alkohol, dan lainlain (Rubiyanto, 2016). Prinsip kerja kromatografi kertas yaitu
senyawa terlarut dalam fasa gerak akan melewati fasa diam yang terletak di suatu
padatan pendukungnya. Gerakan atau aliran senyawa terjadi karena efek kapilaritas
padatan pendukungnya. Kecepatan bergerak suatu komponen dalam campuran
senyawa tergantung pada kelarutannya dalam fasa diam. Mekanisme pemisahan
yang terjadi dibagi menjadi dua, yaitu peristiwa kapilaritas dan solubilitas.
Pemisahan dalam kertas bisa terjadi apabila ada perbedaan kelarutan solut dalam
solven dan adanya perbedaan afinitas solute terhadap fasa diam dan fasa gerak
(Rubiyanto, 2016). Distribusi molekul-molekul komponen dalam dua fasa tersebut
ditentukan oleh tetapan kesetimbangan dengan koefisien distribusi K.

merupakan konsentrasi molekul dalam fase diam dan Cm merupakan konsentrasi


molekul komponen dalam fase gerak. Dengan prinsip, jika K besar, maka populasi

molekul komponen dalam fase diam lebih besar daripada fase gerak, sehingga
terjadi pemisahan.

2
Pada kromatografi kertas, perbedaan molekul komponen dapat diidentifikasikan
melalui teknik pewarnaan dan perhitungan Rf yang dibandingkan dengan
komponen standar. Rf disini merupakan Relatif mobility of front atau jarak relative
yang ditempuh oleh molekul komponen (Staf Departemen Kimia, 2020).

III. PROSEDUR PERCOBAAN


1. Alat
Alat-alat yang diperlukan untuk praktikum kromatografi, yaitu ruang pemisah,
pipet kapiler, pengering rambut, labu semprot, klip, dan lain-lain.
2. Bahan
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk praktikum kromatografi antara lain, eluen
campuran dari HNO₃ dan Metanol 24:76, larutan sampel darisistein, larutan standar
Pb(NO₃)₂, larutan standar Hg(NO₃)₂, larutan standar Bi(NO₃)₂, dan larutan pewarna
0,5% KI.

3
3. Skema Kerja

4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Data Pengamatan

No Perlakuan Pengamatan
Dibuat garis start setinggi 2,5 cm dari
tepi bawah kertas kromatografi Garis start dan front
1 Whatman No. 1 dengan ukuran 15 × 15 telah dibuat pada
cm, dengan pensil. Dibuat garis front di kertas kromatografi
atas garis start setinggi 20 cm.
Dibuat empat buah titik pada garis start
Sebanyak 4 titik telah
2 dengan pensil pada jarak 3 cm dari tepi
dibuat di tengah garis
kiri kertas dengan interval 3 cm.
Dibuat bercak berturut-turut dari larutan
standar Pb, Hg, Bi dan larutan sampel
dengan diameter bercak maksimal 4 mm Dikeempat titik telah
di keempat titik yang ada di tengah garis. dibuat bercak
3 Cara membuat bercak satu persatu menggunakan tiga
dengan pipet kapiler yang berbeda. larutan standar, Pb,
Setiap bercak ditetesi 3 kali, kemudian Hg, dan Bi
keringkan dengan pengering rambut atau
hair dryer.
Dimasukkan kertas kromatografi ke
Kertas kromatografi
dalam ruang pemisah yang sudah berisi
telah dimasukkan ke
eluen dan dijenuhi dengan uap eluen
4 dalam toples atau
dengan arah elusi naik. Tinggi
ruang pemisah yang
permukaan eluen tidak boleh melebihi
telah diberi eluen
tinggi garis start.
Ruang pemisah ditutup rapat dan Toples telah tertutup
5
dibiarkan eluen naik sampai garis front. rapat
Setelah eluen sampai pada garis front,
Kertas kromatografi
6 kertas kromatografi diangkat dan
telah dikeringkan
dikeringkan dengan pengering rambut.
Kertas kromatografi yang sudah kering
disemprot dengan larutan pewarna 0,5%
Kertas kromatografi
KI dengan kabut halus, hingga timbul
7 telah disemprot larutan
warna kuning. Kemudian, penyemprotan
pewarna KI
dihentikan agar warna yang timbul tidak
hilang atau hancur.
Kertas kromatografi
Dikeringkan lagi dengan pengering
8 telah dikeringkan
rambut.
kembali

5
Jarak masing-masing
Diukurlah jarak masing-masing bercak
bercak telah diukur
9 komponen sampel dan bercak standard
dan telah dihitung Rf
dan dihitung Rf masing-masing bercak.
nya
Ditetapkan macam logam dan masing
Masing-masing bercak
masing bercak komponen dari sampel di
10 ditetapkan logamnya
atas dasar Rf standard dan warna bercak.
dan ditarik kesimpulan
Lalu, ditarik kesimpulannya.

2. Data Perhitungan
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Rf=
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑓𝑟𝑜𝑛𝑡
a. Sistein
4 cm
Rf= = 0,4 𝑐𝑚
10 cm
b. Pb(NO₃)₂
0, 8 cm
Rf= = 0,08 𝑐𝑚
10 cm
c. Hg(NO₃)₂
5,5 cm
Rf= = 0,55 𝑐𝑚
10 cm
d. Bi(NO₃)₂
3,9 cm
Rf= = 0,39 𝑐𝑚
10 cm

3. Pembahasan
Kromatografi merupakan cara pemisahan campuran menjadi komponen
dengan bantuan perbedaan fisik masing-masing komponennya (Takeuchi, 2009).
Pada kromatografi terdapat fase gerak dan fase diam. Fase gerak dan fase diam (fase
stationer) mempunyai arti masing-masing. Fase diam merupakan komponen
terjadinya perbedaan kromatografi karena interaksi yang menyebabkan terjadinya
perbedaan waktu retensi (Rf) dan terpisahnya komponen-komponen senyawa.
Sedangkan fase gerak merupakan pembawa anlit yang bersifat dan berinteraksi
dengan analitik tersebut. Fase gerak berupa cairan atau gas yang mudah menguap.
Fase diam juga merupakan proses yang dilalui oleh fase gerak untuk mengetahui

6
jarak antara noda dengan pelarutnya (Basri, 2003). Kromatografi dibagi ke dalam
beberapa jenis antara lain, kromatografi kertas, kromatografi kolom, kromatografi
lapis tipis, dan kromatografi gas. Kromatografi kertas adalah contoh kromatografi
partisi yang sangat sederhana dan mudah. Kromatografi ini hanya membutuhkan
sepotong kertas, tinta warna, dan pelarut saja. Kromatografi kertas mengacu pada
prinsip pemisahan senyawa-senyawa interaksi partisi atau distribusi senyawa pada
fasa diam. Fasa diam dalam jenis kromatografi ini berupa cairan yang didukung
dengan padatan inert, seperti selulosa. Sedangkan , fasa geraknya berupa zat cair,
seperti air, alkohol, dan lainnya (Rubiyanto, 2016).
Kromatografi kolom merupakan teknik pemisahan senyawa dengan
mekanisme perbedaan gaya antar molekul dalam sampel dengan fasa gerak dan fasa
diam. Kromatografi kolom bisa disebut juga kromatografi adsorpsi. Karakteristik
fasa diam pada kromatografi kolom berupa padatan, seperti silika gel, alumina,
karbon aktif, dan lainnya. Sedangkan, karakteristik fasa geraknya berupa larutan
yang bersifat cair, seperti aston, etanol, dan lainlain. Prinsip kerja dalam
kromatografi kolom yaitu zat cair (fasa gerak) membawa senyawa menuju fasa
diam dan akan terjadi adsorpsi senyawa oleh padatan pada kolom. Selanjutnya akan
diperoleh hasil berupa fraksi senyawa (eluat) yang ditampung di bawah kolom
(Rubiyanto, 2016)
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan kromatografi planar. Jenis
kromatografi ini sederhana sehingga banyak digunakan. Alat dan bahan yang
digunakan juga sederhana yaitu bejana yang tertutup (chamber), pelarut, dan
lempeng KLT. Optimasi metode dan instrumen yang kuat, menghasilkan
pemisahan yang efisien dan akurat. Kromatografi planar dapat digunakan untuk
pemisahan skala preparatif, namun dengan menggunakan lempeng, perlatan dan
teknik khusus (Wulandari, 2011). Kromatografi gas (KG) adalah metode pemisahan
campuran menjadi komponen berdasarkan interaksi fasa gerak dan diam. Cuplikan
yang dapat dipisahkan harus yang mudah menguap. Prinsip kerja kromatografi gas
yaitu cuplikan (uap) dibawa aliran gas ke kolom pemisah, hasil pemisahan tersebut
lalu dianalisis dengan kromatogram (Sholihah, 2018).
Hasil pengamatan “Identifikasi Campuran Logam dalam Larutan Sampel
dengan Metode Kromatografi Kertas” sebagai berikut : Langkah pertama, buat garis
start setinggi 2,5 cm dari tepi bawah kertas kromatografi Whatman No. 1 dengan
ukuran 15 × 15 cm, dengan pensil, lalu buat garis front di atas garis start setinggi
20 cm. Pengggunaan pensil bertujuan disini agar pensil tidak ikut bereaksi dengan
eluen. Karena pada dasarnya pensil berasal dari bahan karbon yang bersifat inert.
Berbeda jika memakai bolpoint, tinta bolpoint bisa tercampur dengan noda eluen.
Langkah kedua, dibuat empat buah titik pada garis start dengan pensil pada jarak 3
cm dari tepi kiri kertas dengan interval 3 cm. Langkah ketiga, dibuat bercak

7
berturut-turut dari larutan standar Pb, Hg, Bi dan larutan sampel dengan diameter
bercak maksimal 4 mm di keempat titik yang ada di tengah garis. Agar nantinya
jalannya eluen lurus, tidak melebarkemana-mana, dan terlihat lebih rapih. Lalu,
cara membuat bercak satu persatu dengan pipet kapiler yang berbeda. Setiap bercak
ditetesi 3 kali, kemudian keringkan dengan pengering rambut atau hair dryer. Cara
menotolkannya menggunakan pipa kapiler harus tegak lurus 90°, agar turunnya
eluen tepat dibawah dan bentuk noda sempurna. Langkah keempat, kertas
kromatografi dimasukkan ke dalam ruang pemisah yang sudah berisi eluen dan
dijenuhi dengan uap eluen dengan arah elusi naik. Tinggi permukaan eluen tidak
boleh melebihi tinggi garis start. Lalu, ruang pemisah ditutup rapat dan dibiarkan
eluen naik sampai garis front. Kertas kromatografi yang akan dimasukkan ke dalam
toples atau ruang pemisah harus digulung terlebih dahulu, agar tetap tegak lurus dan
tidak memengaruhi jalannya elusi. Tempat atau wadah yang digunakan harus yang
tertutup agar eluen tidak terpengaruh udara uap air dari luar. Karena kertas
kromatografi terbuat dari selulosa murni yang sifatnya mudah mengikat air. Uap air
juga akan mengganggu jalannya elusi. Setelah eluen sampai pada garis front, kertas
kromatografi diangkat dan dikeringkan dengan pengering rambut. Kertas
kromatografi yang sudah kering disemprot dengan larutan pewarna 0,5% KI dengan
kabut halus, hingga timbul warna kuning. Kemudian, penyemprotan dihentikan
agar warna yang timbul tidak hilang atau hancur. Larutan KI disini berfungsi
sebagai pewarna logam. Pada awalnya logam yang digunakan pada praktikum kali
ini tidak berwarna, namun setelahdisemprotkan larutan KI logam tersebut menjadi
berwarna kuning. Hal ini karena larutan KI bereaksi dengan larutan standar dan
sistein. Fungsi hairdryer disini untuk mengeringkan kertas. Kertas dikeringkan agar
eluen menguap dan mempermudah dalam pengukuran jarak nanti, jika kertas masih
basah akan sulit untuk diukur. Pengeringan kertas disini agar mempermudah dalam
pengukuran. Hasil akhir terlihat noda bercak berwarna kekuningan, hasil dari noda
yang dieluenkan atau dielusikan yaitu logam Pb, Hg, Bi, dan sistein. Ukurlah jarak
masing-masing bercak komponen sampel dan bercak standard dan dihitung Rf
masing-masing bercak. Ditetapkan macam logam dan masing-masing bercak
komponen dari sampel di atas dasar Rf standard dan warna bercak. Lalu, ditarik
kesimpulannya.
Percobaan kromatografi selalu berkaitan dengan nilai Rf. Besarnya jarak
tempuh tergantung kelarutan antara noda dan pelarutnya. Jika noda dan pelarutnya
memiliki prinsip saling melarut karena sifatnya sama, maka noda tersebut akan
mudah bergerak. Jika kemampuan pelarut bergerak merambat pada kertas
kromatografi tinggi, maka nilai Rf-nya akan rendah. Cara mengitung Rf yaitu
dengan rumus:

8
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
Rf=
𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 ℎ𝑖𝑛𝑔𝑔𝑎 𝑔𝑎𝑟𝑖𝑠 𝑓𝑟𝑜𝑛𝑡
Berdasarkan data pengamatan, didapatkan jarak tempuh larutan sistein yaitu
4,4 cm, larutan Pb(NO3)2 yaitu 1,2 cm, larutan Hg(NO3)2 yaitu 5,9 cm, dan larutan
Bi(NO3)2 yaitu 4,3 cm. Dibagi dengan jarak tempuh pelarut yang merupakan jarak
dari garis start sampai garis front yaitu 10 cm. Dihasilkan data nilai Rf larutan
sistein, Pb(NO3)2, Hg(NO3)2, dan Bi(NO3)2 berturut-turut yaitu 0,44 , 0,12 , 0,59
, dan 0,43. Hal ini sesuaidengan referensi, menurut Harborne (1987:11) hasil dari
nilai Rf selalu berupa pecahan yang berada diantara 0,01 dan 0,99.
Karena larutan sistein ini mempunyai struktur gugus sulfihidril, yang
artinya mempunyai tingkat afinitas yang tinggi terhadap logam, maka sangat
memungkinkan gugus sulfihidril dalam sistein ini mampu mengikat logam (Pb, Hg,
dan Bi). Jadi ketika nilai Rf larutan standar ada yang mendekati atau mirip dengan
nilai Rf larutan sistein, maka sistein bisa mengikat salah satu larutan standar yang
terdekat. Pada praktikum kali ini nilai Rf larutan Bi(NO3)2 yaitu 0,43 cm mendekati
nilai Rf larutan sistein yaitu 0,44, cm. Maka, artinya larutan sistein mengikat logam
Bi.
Reaksi yang dihasilkan oleh larutan Pb(NO3)2, Hg(NO3)2, dan Bi(NO3)2
ketika disemprotkan dengan larutan KI (Sutresna, 2007), sebagai berikut:
Pb(NO3)2(aq)+2 KI(aq) → 2 KNO3(aq )+PbI 2(s)
Hg(NO3)2(aq)+KI(aq)→ KNO3(aq )+ Hg I 2(s)
Bi(NO3)2(aq)+KI(aq) → 2 KNO3(aq )+Bi I 2(s)

V. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Bercak pada larutan sampel dibuat masing-masing berukuran maksimal 4
mm. Tujuannya agar nantinya jalannya eluen lurus, tidak melebar, dan terlihat lebih
rapih. Kertas kromatografi dimasukkan ke dalam ruang pemisah yang sudah berisi
eluen dan dijenuhi dengan uap eluen dengan arah elusi naik. Tinggi permukaan
eluen tidak boleh melebihi tinggi garis start. Lalu, ruang pemisah ditutup rapat dan
dibiarkan eluen naik sampai garis front. Kertas kromatografi yang akan dimasukkan
ke dalam toples atau ruang pemisah harus digulung terlebih dahulu, agar tetap tegak
lurus dan tidak memengaruhi jalannya elusi. Tempat atau wadah yang digunakan
harus yang tertutup agar eluen tidak terpengaruh udara uap air dari luar. Karena
kertas kromatografi terbuat dari selulosa murni yang sifatnya mudah mengikat air.

9
Uap air juga akan mengganggu jalannya elusi.Komponen-komponen yang ada pada
kertas kromatografi yaitu larutan sampel (sistein) dan larutan standar (Pb(NO3)2,
Hg(NO3)2, dan Bi(NO3)2).
2. Saran
Saran yang dapat diberikan adalah praktikan memperukan ketepatan bahan
dan cara saat menotolkan larutan ke kertas kromatografi, juga ketelitian saat
mengukur dan mengitung jarak eluen, jarak start, dan jarak bercak,

10
DAFTAR PUSTAKA

Basri, S. 2003. Kamus Kimia. Jakarta: Kineka Cipta.


Chang, R. 2005. Kimia Dasar Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Harborne, J.B. 1987. Phytochemical methods, terjemahan Kosasih Padmawinata,
Metode Fitokimia. Bandung: ITB.
Sastrohamidjojo, Hardjono. 1985. Kromatografi. Yogyakarta: Liberty.
Sholihah, Atti. 2018. Analisis Kromatografi Gas. Artikel Ilmiah. Laman Resmi
Badan Pusat Teknologi Sumber Daya Energi dan Industri Kimia.
https://ptseik.bppt.go.id/artikel-ilmiah/128-analisis-kromatografi-gas
(Diakses pada 15 Desember 2020).
Staf Departemen Kimia. 2020. Penuntun Praktikum Dasar. Purwokerto: Unsoed
Press.
Sutresna, Nana. 2007. Kimia untuk SMA kelas XI. Bandung: Grafindo.
Rubiyanto, Dwiarso. 2016. Teknik Dasar Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish.
Takeuchi, Yashito. 2009. Kromatografi. Tokyo:Iwanami Shoten Publishers.
Wulandari, Lestyo. 2011. Kromatografi Lapis Tipis. Jember: PT. Taman Kampus
Presindo.

11

Anda mungkin juga menyukai