Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

VONIS EMPAT TAHUN ENAM BULAN KASUS

DJOKO TJANDRA

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Drs. Slamet Santoso SP., MS

Oleh:

Immanuel Sena Aji Pamungkas (B0A021020)

JURUSAN BUDIDAYA IKAN

FAKULTAS BIOLOGI

UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN


PENGESAHAN

Selasa, 7 September 2021,

Penulis Dosen Pengampu

Immanuel Sena Aji P. Drs. Slamet Santoso SP., MS

ii
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Vonis
Empat Tahun Enam Bulan Kasus Djoko Tjandra ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Drs.
Slamet Santoso SP., MS pada Pendidikan Kewarganegaraan. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang vonis ringan dalam kasus
Djoko Tjandra bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Drs. Slamet Santoso SP., MS ,
selaku dosen Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Purwokerto, 7 September 2021

Immanuel Sena Aji Pamungkas

iii
DAFTAR ISI

PENGESAHAN .................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................v
ABSTRAK ............................................................................................................. 1
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A.LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH ................................................................................ 3
C. TUJUAN ......................................................................................................... 3
D. MANFAAT ..................................................................................................... 4
F. RUANGLINGKUP ......................................................................................... 4
BAB II. METODE PENULISAN ........................................................................ 4
A. OBJEK PENULISAN .................................................................................. 4
B. DASAR OBJEK PENULISAN.................................................................... 4
C. METODE PENGUMPULAN DATA ......................................................... 4
D. METODE ANALISIS .................................................................................. 5
BAB III. ANALISIS PERMASALAHAN ........................................................... 5
A.PEMBAHASAN .................................................................................... 5
A.1. KASUS DJOKO TJANDRA ................................................ 5
A.2. PENDAPAT AHLI HUKUM ............................................... 8
B. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................8
B.1. KESIMPULAN ...................................................................... 8
B.2. SARAN ................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1……………………………………………………………………… 7

Gambar 2……………………………………………………………………… 8

v
ABSTRAK

Djoko Tjandra didakwa oleh Mahkamah Agung (MA) berdasarkan


Putusan Peninjauan Kembali (PK) Mahkamah Agung Nomor 12PK/Pid.Sus/2009
tanggal 11 Juni 2009 dan dijatuhi hukuman pidana penjara selama 2 tahun dan
pidana denda sebesar Rp15 juta subsidiair 3 bulan pada kasus Cassie Bank Bali.
Namun Djoko Tjandra melarikan diri ke Kuala Lumpur, Malaysia sebelum
persidangan selama sebelas tahun tetapi kembali ke Indonesia untuk
menyelesaikan perkaranya. Djoko Tjandra menempuh cara untuk menyelesikan
perkaranya dengan menyuap beberapa aparat penegak hukum terkait pengecekan
status Red notice dan menghilangkan namanya dari daftar pencarian orang (DPO)
dan pengurusan fatwa di Mahkamah Agung (MA). Namun dapat terlacak oleh
Kejaksaan Agung lalu ditangkap di Kuala Lumpur, Malaysia pada 30 Juli 2021
dan dijatuhi hukuman 4,5 tahun penjara, denda Rp 100 juta subsidair enam bulan
kurungan. Vonis tersebut masih sangat ringan dan belum memberikan efek jera.

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebuah pribahasa mengatakan “Tajam kebawah, tumpul keatas” dalam


pribahasa tersebut megacu pada hukum Indonesia yang terjadi pada saat ini
padahal UUD 1945 yang menjadi landasan Negara Indonesia sudah menegaskan
bahwa “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya” Pasal 27 ayat (1).

Sebuah kasus yang sama dengan pribahasa tersebut yaitu kasus Djoko
Tjandra. Djoko Tjandra yang sebelumnya merupakan buron dari terpidana kasus
Cessie Bank Bali kembali membuat dirinya terjerat tiga kasus yaitu:

1. Pemalsuan surat jalan.


Djoko Tjandra ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus surat jalan
palsu yang digunakan dalam pelariannya. Kasus ini ditangani oleh

1
Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri. Djoko berhasil
keluar-masuk Indonesia meski berstatus sebagai buron Bahkan, ia
sempat mengajukan permohonan peninjauan kembali (PK) ke
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan hingga membuat e-KTP dan paspor.
Diduga, surat jalan palsu tersebut yang memuluskan pelarian Djoko
Tjandra keluar-masuk Indonesia. Dalam kasus tersebut, polisi telah
menetapkan dua tersangka lain, yaitu Brigjen (Pol) Prasetijo Utomo
serta Anita Kolopaking. Prasetijo merupakan mantan Kepala Biro
Koordinasi dan Pengawasan PPNS Bareskrim Polri yang menerbitkan
surat palsu tersebut. Sementara itu, Anita merupakan mantan
pengacara Djoko yang mengurus permohonan PK tersebut.
2. Penyuapan pada aparat hukum terkait penghapusan Red Notice
Djoko juga ditetapkan sebagai tersangka oleh Direktorat Tindak Pidana
Korupsi Bareskrim Polri. Ia berstatus tersangka dalam kasus dugaan
suap terkait penghapusan red notice di Interpol atas namanya. Djoko
diduga sebagai pemberi suap. Menurut keterangan Kepala Biro
Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen (Pol) Awi
Setiyono, Djoko mengakui telah memberi uang demi mengurus red
notice. Sementara itu, dua tersangka yang menerima suap yakni
mantan Kepala Divisi Hubungan Internasional Polri, Irjen Napoleon
Bonaparte dan Prasetijo. Dalam kasus tersebut, penyidik Bareskrim
menyita barang bukti senilai 20.000 dollar Amerika Serikat, surat,
telepon genggam, laptop, dan rekaman kamera CCTV.
3. Penyuapan pada aparat hukum terkait kepengurusan fatwa Mahkama
Agung.
Kejaksaan Agung menetapkan Djoko Tjandra sebagai tersangka kasus
dugaan pemberian suap kepada jaksa Pinangki Sirna Malasari.
Pinangki pun telah lebih dahulu ditetapkan sebagai tersangka. Menurut
Kejagung, keduanya diduga berkonspirasi untuk mendapatkan fatwa
dari Mahkamah Agung (MA). Kepala Pusat Penerangan Hukum
Kejagung Hari Setiyono mengungkapkan, fatwa tersebut diurus agar

2
Djoko Tjandra tidak dieksekusi dalam kasus pengalihan hak tagih atau
cessie Bank Bali.
Terkait kasus tersebut pada 5 April 2021, Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi Jakarta telah menjatuhkan vonis bersalah dan hukuman 4,5 tahun penjara
serta denda Rp 100 juta subsider 6 bulan kurungan kepada Djoko Tjandra. Vonis
tersebut didasari Pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal
55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo. Pasal 65 ayat (1) dan (2) KUHP. .

B. PERUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kisah kasus Djoko Tjandra


2. Kasus apa saja yang menjerat Djoko Tjandra?
3. Siapa saja yang terlibat dalam kasus Djoko Tjandra?
4. Kenapa Djoko Tjandra hanya divonis 4 tahun 6 bulan serta denda Rp 100 juta
subside 6 bulan kurungan?
5. Bagaimana pendapat para ahli hukum tentang kasus Djoko Tjandra?

C. TUJUAN

Banyak dari masyarakat belum mengetahui kasus tentang Djoko Tjandra.


Maka dari itu tujuan dari makalah ini adalah menambah wawasan tentang kasus
Djoko Tjandra kepada pembaca dan pendapat para ahli hukum tentang kasus
tersebut serta sebagai pemenuhan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu
saya.

3
D. MANFAAT

1. Menambah wawasan tentang kasus Djoko Tjandra.


2. Menambah wawasan tentang hukum yang ada di Indonesia.

E. RUANG LINGKUP

Adapun ruang lingkup yang akan dibahas pada makalah ini tentang kasus
Djoko Tjandra dan pendapat para ahli hukum tentang kasus tersebut.

BAB II. METODE PENULISAN

A. OBJEK PENULISAN
Objek dari makalah ini adalah vonis kasus Djoko Tjandra yang merupakan
narapidana dari tiga kasus yang menjeratnya.

B. DASAR PEMILIHAN OBJEK

Pemilihan objek didasari dari topik yang sedang ramai diberitakan oleh
media masa dan diberikan oleh dosen pengampu sebagai tugas.

C. METODE PENGUMPULAN DATA


Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan
melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan
pencarian data melalui internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data
dari skripsi, media elektronik, dan beberapa pustaka yang relevan. Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu:
1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi
pustaka yang menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk

4
penulis mengenai lingkup kegiatan dan konsep-konsep yang tercakup
dalam penulisan
2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang
diperoleh, diperlukan data referensi yang digunakan sebagai acuan, dimana
data tersebut dapat dikembangkan untuk dapat mencari kesatuan materi
sehingga diperoleh suatu solusi dan kesimpulan.

D. METODE ANALISIS

Menggunakan Metode Deskriptif Analitis :

1) Mengidentifikasi permasalahan berdasarkan fakta dan data yang ada.

2) Menganalisis permasalahan berdasarkan pustaka dan data pendukung.

3) Mencari alternatif pemecahan masalah.

BAB III. ANALISIS PERMASALAHAN

A. PEMBAHASAN

A.1 Kasus Djoko Tjandra

Awal mula kasus tersebut terjadi pada saat Djoko Tjandra yang merupakan
terpidana kasus Cessie Bank Bali berdasarkan Putusan Peninjauan Kembali (PK)
Mahkamah Agung Nomor 12PK/Pid.Sus/2009 tanggal 11 Juni 2009 dan dijatuhi
hukuman pidana penjara selama 2 tahun dan pidana denda sebesar Rp15 juta
subsidiair 3 bulan. Namun sebelum dieksekusi ia melarikan diri ke Malaysia dan
buron selama 11 tahun. Namun ia tidak ingin selamanya melarikan diri dan
berusaha mendapatkan keadilan atas perkaranya itu dengan mengajukan PK ke
Mahkamah Agung, tetapi ditolak karena tidak hadir di persidangan sebagaimana

5
syarat PK. Ia pun tahu akan risiko jika hadir di Indonesia maka akan langsung
ditangkap dan dieksekusi pihak Kejaksaan. Untuk itu, ia pun bersiasat dengan
mencari jalan lain agar terhindar dari eksekusi. Sayangnya jalan yang diambil itu
justru melanggar hukum, mulai dari melakukan perjalanan dengan surat palsu
seperti pada dakwaan penuntut umum di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, hingga
memberi suap belasan miliar kepada aparat penegak hukum (APH) mulai dari
jaksa, hingga dua jenderal polisi seperti pada dakwaan penuntut di Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi, Jakarta.
Penuntut umum menguraikan perbuatan suap yang diduga dilakukan Joko
Tjandra yang dimulai dari pemberian AS$500 ribu kepada Pinangki Sirna
Malasari selaku Jaksa di Kejaksaan Agung untuk membantu menyelesaikan
persoalan hukumnya. Pada tanggal 11 November 2019 ia menghubungi dan
meminta Rahmat, kenalannya agar dapat mempertemukannya dengan Pinangki di
Kuala Lumpur Malaysia. Dalam pertemuan itu Pinangki meminta Joko untuk
menjalani pidana dan ia akan mengurus perkaranya. Dan untuk itu ia
memperkenalkan temannya Anita Dewi Kolopaking yang berprofesi sebagai
advokat untuk membantu upaya hukum tersebut. Joko dan Pinangki pun
membahas rencana mendapatkan Fatwa dari Mahkamah Agung (MA) melalui
Kejaksaan Agung dengan argumen bahwa Putusan Peninjauan Kembali (PK)
Nomor 12 Tanggal 11 Juni 2009 atas kasus cessie Bank Bali yang menjatuhkan
pidana penjara selama 2 tahun kepada JOKO SOEGIARTO TJANDRA tidak bisa
dieksekusi sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 33/PUU-
XIV/2016 yang menyatakan hak untuk mengajukan PK hanya terpidana atau
keluarganya. oko Tjandra menyetujui usul tersebut namun meminta Pinangki
mencari orang lain untuk menjadi perantara, dan disitulah muncul nama Andi
Irfan Jaya. Selanjutnya Pinangki menyatakan kepada Joko Tjandra akan membuat
proposal tentang rencana pengurusan fatwa ke Mahkamah Agung, dan setelah itu,
Joko mengantar langsung Rahmat dan Pinangki ke bandara Kuala Lumpur
International Airport (KLIA) untuk kembali ke Singapura. Kemudian pada
tanggal 19 November 2019, Terdakwa bertemu dengan Pinangki, Rahmat dan
Anita di kantor Terdakwa yang terletak di The Exchange 106 Kuala Lumpur
Malaysia untuk membahas masalah hukum yang sedang dihadapi. Pada saat itu

6
Anita menyampaikan dokumen yang berisi Surat Kuasa dan Surat Penawaran Jasa
Bantuan Hukum yang isinya bahwa untuk jasa bantuan hukum, Anita meminta
success fee sebesar AS$200 ribu yang disetujui oleh Terdakwa dan menanda
tangani dokumen tersebut. Djoko Tjandra juga meminta Pinangki untuk membuat
“Action Plan” dan membuat surat ke Kejaksaan Agung menanyakan status
hukumnya. Pada pertemuan tersebut dibahas juga biaya-biaya yang harus
dikeluarkan olehnya dalam mengurus Fatwa Mahkamah Agung (MA). Proposal
“Action Plan” yang ditawarkan berisi rencana tindakan dan biaya untuk mengurus
Fatwa Mahkamah Agung (MA) melalui Kejaksaan Agung tersebut sebesar
AS$100 juta, namun ia hanya menyetujui dan menjanjikan seluruh pembiayaan
sebesar AS$10 juta.

Gambar 1. Action plan Djoko Tjandra melalui fatwa MA (Republika.co.id).

Selain pemberian ke Pinangki, Joko Tjandra juga memberikan uang


melalui Tommy Sumardi sebesar AS$270 ribu serta Sin$200 ribu kepada Irjen
Pol. Napoleon Bonaparte selaku Kepala Divisi Hubungan Internasional
(Kadivhubinter) Polri dan juga Brigjen Pol. Prasetijo Utomo sebesar AS$150 ribu

7
selaku Kepala Biro Koordinasi dan Pengawasan Penyidik Pegawai Negeri Sipil
Badan Reserse Kriminal Kepolisian Republik Indonesia. Pemberian uang
berkaitan dengan penghapusan Red Notice agar Joko bisa kembali ke Indonesia
tanpa diketahui pihak Kejaksaan untuk mengurus PK.
Atas perbuatannya itu Joko Tjandra didakwa Pasal 5 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo. Pasal
65 ayat (1) dan (2) KUHP.

Gambar 2. Sidang Djoko Tjandra (Hukum online.com).

Dari rentetan keterangan tersebut Djoko Tjandra terkena tiga kasus yaitu:
pemalsuan surat jalan, suap terkait penghapusan Red Notice dan suap terkait
kepegurusan fatwa MA. Terkait kasus tersebut pada 5 April 2021, Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi Jakarta telah menjatuhkan vonis bersalah dan hukuman
4,5 tahun penjara serta denda Rp 100 juta subsider 6 bulan kurungan kepada
Djoko Tjandra. Vonis ini lebih berat daripada tuntutan jaksa penuntut umum
(JPU). Sebelumnya, penuntut umum meminta agar Majelis Hakim menjatuhkan
hukuman 4 tahun penjara dan denda Rp 100 juta subsider 6 bulan kurungan
terhadap Djoko Tjandra

8
A.2 PENDAPAT PARA AHLI HUKUM

Pakar hukum Universitas Jendral Soedirman (Unsoed) Purwokerto


Profesor Hibnu Nugroho menilai vonis majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi Jakarta kepada Djoko Tjandra merupakan peringatan bagi penegak
hukum yang melakukan penuntutan terlalu rendah. Menurut beliau Djoko Tjandra
dapat diberi vonis dua kali lipat. Hal terbebut didasari dari perbuatan Djoko
Tjandra yang menyuap aparat penegak hukum. Namun dari tataran norma, vonis
4,5 tahun tergolong cukup karena sudah melebihi tuntutan jaksa akan tetapi jika
jaksa penuntut umum memberikan tuntutan yang lebih berat dapat mencerminkan
suatu bukti, suatu perkara yang sedang diperiksa dan kondisi Indonesia yang
sedang gencar-gencarnya melakukan pemberantasan korupsi begitu pendapat dari
Profesor Hibnu Nugroho.

Adapun pendapat ahli hukum pidana dari Universitas Trisakti, Abdul


Fickar, menilai vonis majelis hakim Pengadilan Tipikor Jakarta terhadap Djoko
Soegiarto Tjandra dalam perkara suap pengurusan fatwa Mahkamah Agung (MA)
maupun penghapusan nama dari daftar pencarian orang (DPO) masih rendah.
Menurut beliau Djoko Tjandra seharusnya dipenjara sampai dua puluh tahun
dikarenakan ia membeli keadilan dengan sumber ekonomi yang dimilikinya.

B. KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN
Dari pembahasan maupun latar belakang kasus Djoko Tjandra disini saya
sebagai penulis menyimpulkan bahwa vonis kasus Djoko Tjandra masih terlalu
ringan. Karena hal tersebut menyangkut program Indonesia yang sedang
memberantas korupsi dan mencontohkan hukum Indonesia yang dapat dibeli
kepada masyarakat.

9
2. SARAN
Saya sebagai penulis berharap para pembaca dapat memahami tentang
kasus Djoko Tjandra yang memiliki vonis ringan dan dapat menjadi pembelajaran
kepada kita bahwa keputusan hakim atau tuntutan jaksa penuntut umum masih
terlalu ringan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Fath Risalah, Dian. 2021. Vonis Ringan Djoko Tjandra Peringatan Bagi Penegak
Hukum. https://www.republika.co.id/berita/qr4rlk409/vonis-ringan-djoko-
tjandra-peringatan-bagi-penegak-hukum (diakses pada 7 September 2021).
Halim, Devina. 2021. Tiga Kasus yang Menjerat Djoko Tjandra dalam Sebulan
Setelah Ditangkap.
https://nasional.kompas.com/read/2020/08/28/06583231/tiga-kasus-yang-
menjerat-djoko-tjandra-dalam-sebulan-setelah-ditangkap?page=all (diakses
pada 7 September 2021).
Prasetyo, Aji. 2021. Ironi Joko Tjandra; Ingin Bebas Pidana 2 Tahun, Kini
Didakwa Berlapis Suap APH Rp15 Miliar.
https://m.hukumonline.com/berita/baca/lt5fa098df5c302/ironi-joko-tjandra--
ingin-bebas-pidana-2-tahun--kini-didakwa-berlapis-suap-aph-rp15-
miliar?page=all (diakses pada 7 September 2021).
Suberkah, Tri. 2021. Pengamat Hukum: Djoko Tjandra Seharusnya Divonis 20
Tahun. https://mediaindonesia.com/politik-dan-hukum/395744/pengamat-
hukum-djoko-tjandra-seharusnya-divonis-20-tahun (diakses pada 7
September 2021).
Sumarwoto. 2021. Pakar: Vonis Djoko Tjandra Merupakan Peringatan Bagi
Penegak Hukum. https://www.antaranews.com/berita/2083894/pakar-vonis-
djoko-tjandra-merupakan-peringatan-bagi-penegak-hukum (diakses pada 7
September 2021).

11

Anda mungkin juga menyukai