Om Swastiastu
Nomor : 025/D/JLF/III/2021
Perihal : Jawaban Penasihat Hukum Atas Jawaban
Penuntut Umum Dalam Register Perkara
Nomor 8/Pid.Sus-TPK/2021/PN Jkt.Pst
Lampiran : -
Yth.
Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
Pemeriksa Perkara Register Perkara Nomor 8/Pid.Sus-
TPK/2021/PN Jkt.Pst.
di –
Jakarta
Dengan Hormat,
2 34
bertindak untuk dan atas nama serta saling mewakili kepentingan
Terdakwa dengan identitas sebagai berikut.
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Kristen
NIK : 3171061903600001
PENAHANAN
3 34
sejak tanggal 17 Desember 2020
sampai dengan 16 Januari 2021.
Maka kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa Dr. Ir. Frans
Nasution, M.R.P. mengajukan JAWABAN atas Jawaban Penuntut
Umum Terhadap Pembelaan Penasihat Hukum (“Replik”) tertanggal 8
Maret 2021. Adapun materi Jawaban ini kami sampaikan dengan
sistematika sebagai berikut.
4 34
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ................................................................... 6
5 34
I. PENDAHULUAN
Jawaban terhadap Replik Penuntut Umum yang kami susun ini sekadar
bertujuan untuk memperoleh kebenaran serta keadilan dalam
mengungkapkan perkara yang saat ini telah berada di ujung tombak
kebenaran dan di akhir persidangan sebagaimana yang didakwakan
dan dituntut kepada Terdakwa serta sebagai tanggung jawab kami
selaku Penasihat Hukum Terdakwa untuk memberikan tambahan
pertimbangan dan keyakinan bagi Majelis Hakim untuk mengambil
keputusan nantinya.
Majelis Hakim yang mulia, setelah kami cermati dan pahami Replik
Penuntut Umum yang telah diajukan dan dibacakan di muka
6 34
persidangan yang lalu, kami berkesimpulan Penuntut Umum telah
membantah seluruh Pembelaan kami dan tetap berpegang teguh pada
prinsipnya bahwa Terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana korupsi. Kami memandang prinsip
yang dipegang oleh saudara Penuntut Umum tidak dapat dipersalahkan
karena sudah menjadi tugas dan kewajibannya untuk membuktikan
Terdakwa telah secara bersalah melakukan tindak pidana. Kendati pun
demikian, tidak dapat dipungkiri pula terdapat fakta-fakta penting yang
telah diabaikan oleh Penuntut Umum yang sejatinya memberi
keringanan bagi Terdakwa. Berdasarkan hal tersebut perlu dan penting
untuk kami sampaikan Jawaban atas Replik dari Penuntut Umum.
PRIMAIR
SUBSIDAIR
7 34
Berkaitan dengan keterangan para Saksi, Ahli, Surat, keterangan
Terdakwa maupun berdasarkan fakta yang diajukan oleh Penuntut
Umum dan jika dihubungkan dengan Pasal 185 ayat (5) dan (6) KUHAP
yang menyatakan pada pokoknya bahwa:
(5) Baik pendapat maupun rekaan yang diperoleh dari hasil pemikiran
saja, bukan merupakan keterangan saksi.
(6) Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus
dengan sungguh-sungguh memperhatikan:
a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti yang lain;
c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi
keterangan yang tertentu;
d. cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada
umumnya dapat mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu
dipercaya.
8 34
menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan dalil, argumen, dan dasar
hukum dalam Jawaban kami ini.
2. Bahwa kami MENOLAK segala isi dan materi Replik Penuntut Umum,
termasuk segala fakta persidangan yang diajukan oleh Penuntut Umum
sebagai dasar Surat Tuntutannya oleh karena tidak sesuai dengan fakta
yang sebenarnya terjadi bahkan terdapat fakta yang didasarkan pada
alat bukti yang tidak sah.
9 34
II. MATERI JAWABAN ATAS REPLIK PENUNTUT UMUM
10 34
Dari uraian dalil Penuntut Umum di atas, kami menolak dalil
Penuntut Umum dan berpendapat bahwa Penuntut Umum tidak
memperhatikan secara tuntas fakta-fakta persidangan yang
terungkap di persidangan dengan alasan sebagai berikut.
11 34
- “...SILWA MARTIANNA tidak melakukan misrepresentasi adalah
karena adanya perbedaan pandangan antara AMK dan AMI
mengenai permasalahan misrepresentasi aset piutang petani
plasma, karena hal yang sebetulnya terjadi adalah apakah agunan
atau jaminan aset tersebut telah dicantumkan dalam disclosure
agreement atau belum. Jika sudah, maka tidak ada yang namanya
misrepresentasi terhadap aset yang dimaksud. Terdakwa pun
telah memerintahkan AMI untuk melakukan cross check MSAA dan
memang benar di MSAA menyatakan segala aset harus
diungkapkan di dalam disclosure agreement, jadi sudah
bersesuaian dengan MSAA. Oleh karena telah dinyatakan tidak
misrepresentasi maka Terdakwa juga memerintahkan Kantor
Akuntan Publik (KAP) Pramana Hutagalung & Co, untuk
melanjutkan FDD ke fase berikutnya.”
12 34
kepada debitur yang kooperatif melaksanakan perjanjian.
Namun, Terdakwa yang sudah mengetahui SILWA MARTIANNA
yang telah dengan nyata adalah obligor non kooperatif dan
belum menyelesaikan kewajibannya yaitu utang petani plasma
perkebunan kelapa sawit yang dijaminkan oleh PT DNA sebesar
Rp5.700.000.000.000,00 (lima triliun tujuh ratus miliar rupiah)
justru menerbitkan SKL kepada SILWA MARTIANNA. Penerbitan
SKL tersebut secara mutatis mutandis menghapuskan hak tagih
negara kepada SILWA MARTIANNA.”
13 34
melampirkan penjaminan utangnya, maka sudah seharusnya yang
bersangkutan tidak melakukan misrepresentasi dan hal yang
dilakukan Terdakwa sudah benar.
4. Bahwa penerbitan SKL juga telah disetujui oleh KKSK dan Menteri
BUMN sebagai atasan langsung BPPN melalui Keputusan KKSK
Nomor KEP.02/K.KKSK/02/2004 dan Keputusan Menteri BUMN
Nomor S-120/M.BUMN/2004 yang pada pokoknya menerangkan
bahwa KKSK dan Menteri BUMN mengeluarkan suatu keputusan
yang menyetujui BPPN untuk mengeluarkan bukti penyelesaian
sesuai dengan MSAA berupa SKL.
14 34
Bahwa di dalam Replik Penuntut Umum halaman 7 dan 9 disebutkan
pada pokoknya:
1. Bahwa keterangan saksi yang dapat bernilai sebagai alat bukti ialah
keterangan saksi yang dilakukan di depan sidang pengadilan
terhadap sebuah kejadian tindak pidana yang ia lihat sendiri, ia
dengar sendiri, dan ia alami sendiri. Berdasarkan pendapat Andi
Hamzah yang pada pokoknya tidak diperkenankan kesaksian
seorang saksi yang berstatus sebagai Testimonium De Auditu sebagai
alat bukti yang sah, karena selaras dengan tujuan hukum acara
pidana yaitu mencari kebenaran materiil dan pula untuk
perlindungan hak-hak asasi manusia, dimana keterangan saksi
yang hanya mendengar dari orang lain tidak terjamin kebenarannya
sehingga patut tidak dipakai di Indonesia. (vide Andi Hamzah,
Hukum Acara Pidana Indonesia, hlm 262).
15 34
2. Sekali pun Penuntut Umum menyatakan dalam Repliknya, pasca
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 65/PUU-VIII/2010 yang
memperluas mendefinisikan pengertian saksi dalam KUHAP itu
tidak dimaknai orang yang dapat memberikan keterangan dalam
rangka penyidikan, penuntutan dan peradilan tidak selalu ia
dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri, dilihat dari
putusan tersebut, bahwa keterangan saksi tidak hanya harus
keterangan yang dilihat, didengar dan dialami sendiri.
16 34
diberikan juga merupakan alat bukti yang sah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 184 jo. Pasal 185 KUHAP.”
17 34
yakni diantaranya: Putusan Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor 1952 /K/Pid/1994 tanggal 29 April 1995,
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
1950/K/Pid/1995 tanggal 3 Mei 1995 dan Putusan Mahkamah
Agung Republik Indonesia Nomor 1592/K/Pid/1995 3 Mei 1995
pemeriksaan terhadap saksi mahkota sebaiknya tidak dilakukan
karena hal itu bertentangan dengan hukum acara pidana yang
menjunjung tinggi prinsip-prinsip hak asasi manusia.
18 34
dalam sidang pengadilan mereka diadili secara terpisah. Ketika yang
satu bertindak sebagai terdakwa, maka yang lain akan bertindak
sebagai saksi. Demikian pula sebaliknya. Hal yang demikian akan
mengurangi objektivitas pengadilan. Salah satu objektivitas adalah
terdakwa memiliki hak ingkar. Saat bertindak sebagai saksi, maka
keterangannya sebagai alat bukti keterangan saksi hanyalah sah
jika dilakukan di bawah sumpah. Dengan demikian hak ingkarnya
sebagai terdakwa akan hilang apabila dia diperiksa sebagai
terdakwa.
19 34
(2) Tidak seorang pun dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan,
karena alat pembuktian yang sah menurut Undang-Undang,
mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat
bertanggung jawab telah bersalah atas perbuatan yang
didakwakan atas dirinya.
20 34
karena tujuan pemeriksaannya adalah untuk mengungkapkan
indikasi kerugian negara dan/atau tindak pidana maka
Pemeriksa tidak meminta tanggapan tertulis kepada pihak yang
bertanggungjawab’. Dengan kata lain khusus terhadap jenis
pemeriksaan PDTT (Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu) bentuk
pemeriksaan investigatif untuk mengungkap indikasi kerugian
negara dan/atau tindak pidana berlaku SPKN sesuai Peraturan
BPK RI Nomor 1 Tahun 2017. SPKN juga mengikat bukan hanya
kepada internal BPK tapi semua pihak terkait dan juga menjadi
pegangan bagi setiap pemeriksa atau auditor, serta sampai saat
ini belum ada pihak berwenang yang menyatakan bahwa SPKN
bertentangan dengan Undang-Undang yang berlaku.”
21 34
dan rekomendasi pemeriksa, dimuat atau dilampirkan pada
laporan hasil pemeriksaan.” Bahwa hal tersebut telah diatur
dalam norma undang-undang, jadi sudah sepatutnya setiap
pemeriksaan harus ada tanggapan pejabat pemerintah yang
bertanggung jawab atas temuan, kesimpulan, dan rekomendasi
serta dilampirkan pada laporan hasil pemeriksaan tersebut.
22 34
6. Tentang Tidak Terbuktinya Unsur “Memperkaya Diri Sendiri
Atau Orang Lain Atau Suatu Korporasi” Dalam Pasal 2 Ayat (1)
UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi jo. UU No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas UU
No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
23 34
seseorang yang dengan sukarela memperkaya orang lain dengan
konsekuensi mengorbankan dirinya untuk di pidana.
24 34
Nomor 7 Tahun 2006 yang dipakai sebagai dasar untuk
mempidanakan perbuatan korupsi di Indonesia.”
25 34
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. BPPN adalah lembaga
eksekutif yang melaksanakan tindakan-tindakan hukum dan
melaksanakan program penyehatan perbankan secara konkret
sedangkan KKSK adalah pembuat arah kebijakan dan pedoman
penyehatan perbankan.”
26 34
bertanggung jawab kepada Menteri.” Menteri yang dimaksud
disini ialah Menteri Keuangan yang sudah berganti menjadi
Menteri BUMN berdasarkan PP Nomor 63 Tahun 2001 tentang
Pengalihan Kedudukan, Tugas Dan Kewenangan Menteri
Keuangan Pada Badan Penyehatan Perbankan Nasional Kepada
Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara. Berdasarkan Pasal 3
ayat (3) PP BPPN, maka dalam rangka kelancaran pelaksanaan
tugasnya serta untuk peningkatan transparansi, dibentuk
lembaga penasihat dan pengawas, yakni Komite Penilaian
Independen sebagai lembaga penasihat dan Komite Kebijakan
Sektor Keuangan sebagai lembaga pengawas.
27 34
- Ketua BPPN adalah pejabat yang bertindak atas mandat yang
diperolehnya dari Presiden melalui KKSK. Hal ini berimplikasi
hukum yakni setiap tindakan Ketua BPPN (mewakili BPPN) baik
di dalam maupun di luar pengadilan pada dasarnya harus
dipertanggungjawabkan kepada atasannya Menteri
Keuangan/Menteri BUMN dan KKSK, selanjutnya kepada
Presiden.
28 34
hubungan mandat, Terdakwa tidak bisa dipersalahkan atas
penerbitan SKL bagi Silwa Martianna. Seharusnya yang patut
dipersalahkan dan mempertanggungjawabkan tindakan Terdakwa
adalah Ketua KKSK, yakni Agata Nanda dan/atau Menteri BUMN
yakni Muhammad Anwar. Tindakan yang dilakukan oleh Terdakwa
hanya merupakan suatu pelaksanaan perintah jabatan yang oleh
Pasal 51 KUHP pada pokoknya seseorang yang melaksanakan
perintah jabatan yang sah, tidak dihukum.
29 34
Terhadap dalil Penuntut Umum tersebut, kami menolak dalil
demikian dengan alasan sebagai berikut.
30 34
3. Bahwa berkaitan dengan diskresi bebas, sebagaimana pendapat
Ahli AHMAD EKALAWYA, S.H., LL.M., Ph.D. yang berpendapat
pada pokoknya “dalam Pasal 13 huruf c PP BPPN, disana
disebutkan intinya BPPN dipersilakan mengambil keputusan apa
pun, tindakan hukum apa pun, meskipun diatur berbeda di dalam
kontrak perjanjian maupun peraturan perundang-undangan.
Manalagi dengan adanya ketentuan Pasal 37 A ayat (4) UU
Perbankan telah sangat menegaskan bahwa tindakan hukum apa
pun yang ditempuh BPPN dengan motivasinya adalah penyehatan
perbankan telah dianggap sah berdasarkan undang-undang
tersebut. Itulah diskresi bebas terhadap BPPN.”
31 34
Majelis Hakim yang mulia,
Sdr. Penuntut Umum yang kami hormati,
32 34
III. PENUTUP
Oleh karena itu, kami Penasihat Hukum Terdakwa memohon agar Majelis
Hakim dengan segala kerendahan hatinya untuk memutus sebagai berikut:
ATAU
33 34
Jakarta, 15 Maret 2021
Hormat kami,
Penasihat Hukum Terdakwa
JAYANTI LAW FIRM
34 34