Nim : 03190157
Kelas : Hukum 5B
Soal D
2. Menurut anda apa peran yang bisa kita ambil sebagai mahasiswa fakultas hukum dalam
terlibat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia
Jawaban :
1. Jawaban A
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang
memeriksa dan mengadili perkara Tindak Pidana Korupsi dengan acara pemeriksaan biasa,
menjatuhkan putusan dalam perkara Terdakwa :
Terdakwa ditahan didalam Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Klas I Jakarta Timur
Cabang KPK oleh:
Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan Pegawai Negeri menurut ketentuan Pasal 1 angka
2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, “Pegawai Negeri adalah meliputi :
Menimbang, bahwa objek sesuatu janji yang diberikan oleh si Penyuap pada Pegawai
Negeri sesuai ketentuan Pasal 92 ayat (2) KUHPidana, selesainya perbuatan menerima suatu
janji, haruslah secara nyata janji tersebut diterima oleh Pegawai Negeri, bisa dengan ucapan
misalnya dengan kata “baik”, “setuju”, “iya”, dan sebagainya sebagai pertanda diterimanya
janji tersebut, atau dengan isyarat misalnya dengan “anggukan kepala”.
Ad. 3. Unsur padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan
Jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau
janji tersebut ada hubungannya dengan jabatannya.
Menimbang, bahwa dalam unsur ini terdapat dua elemen unsur yang sifatnya
alternatif yaitu “diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya”
sebagai unsur pertama, dan “yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah
atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya”, sebagai elemen unsur yang
kedua. Dengan terpenuhinya salah satu saja dari kedua elemen unsur tersebut, maka
unsur ini telah terbukti.
Menimbang, bahwa pekerjaan menerima suap dalam bentuk pemberian atau janji yang
dimaksud dalam rumusan pasal 418 KUHP itu harus dilandasi:
a. oleh “pengetahuan” ataupun oleh “kepatutan dapat menduga” dari pegawai negeri
yang bersangkutan, bahwa pemberian atau janji itu ada hubungannya dengan sesuatu
kekuasaan atau sesuatu kewenangan yang ia miliki karena jabatan, atau
b. oleh “anggapan” orang yang memberikan pemberian atau janji itu, ada hubungannya
dengan kekuasaan atau kewenangan yang dimiliki oleh penerima pemberian atau
janji, karena jabatan (vide Drs. PAF Lamintang, SH. Op cit. Halaman 316) Putusan .
Dapat dilihat bahwa diawali dengan WA dari WMS kepada JBK untuk pinjam uang 10
M, lalu ditolak oleh JBK, selanjutnya EMS minta bantuan Terdakwa untuk menyampaikan
pesan, selanjutnya Terdakwa mengirim WA ke JBK, lalu JBK menjawab yang intinya
menola/tidak bisa, selanjutnya EMS mengirim WA ke JBK minta seadanya, lalu EMS
menelpon langsung ke JBK (BAP tanggal 29 Agustus 2018 halaman 9 nomor 13) yang
disetujui dengan perintah ke sekeretaris, EMS WA lagi memberitahu stafnya Dinda akan
mengambil, namum dalam BAP yang mengambil Tahta Maharaya.
- Bahwa berdasarkan keterangan saksi-saksi tersebut fakta hukum yang merupakan alat
bukti persaksian yang menunjukkan tidak benar uraian dakwaan mengenai Terdakwa
menerima hadiah atau janji, yaitu menerima hadiah berupa uang secara bertahap yang
seluruhnya berjumlah Rp2.250.000.000,00 (dua milyar dua ratus lima puluh juta
rupiah) dari Johanes Budisutrisno Kotjo baik dengan cara dilakukan oleh Terdakwa
dan/atau melalui keterlibatan Terdakwa, melakukan atau turut melakukan.
- Bahwa lebih jauh mengenai dalil bahwa hadiah berupa uang tersebut diberikan agar
Terdakwa dan Eni Maulani Saragih membantu Johanes Budisutrisno Kotjo untuk
mendapatkan proyek Idepedent Power Producer (IPP) Pembangkit Listrik Tenaga
Uap Mulut Tambang Riau-1 (PLTU MT RIAU-1) vide Surat Dakwaan halaman 2
(dua), dalil mana merupakan keadaan abstrak yang tidak patut disimpulkan secara
subyektif dengan mengesampingkan fakta hukum berupa keterangan saksi Pelaku/
saksi fakta khususnya pada keterangan yang menjelaskan sebab akibat, mengapa dan
bagaimana hingga terjadi suatu peristiwa yang tidak ada keterlibatan Terdakwa.
- Bahwa Terdakwa tidak pernah mengetahui adanya rencana pembagian fee baik oleh
Eni Maulani Saragih. Terdakwa mengelak atau tidak merespon secara serius
pembicaraan melalui telpon dengan Eni Maulani Saragih, sehingga Terdakwa selalu
mengiyakan dengan kata “oke oke oke” dengan maksud supaya pembicaraan selesai.
Selain itu juga Terdakwa selalu menghindar untuk bertemu dengan Eni Maulani
Saragih dengan mengatakan akan pergi ke daerah-daerah.
Menimbang, bahwa tujuan pemidanaan dalam perkara korupsi ini diharapkan bersifat
komprehensif, integratif dan teleologis, yang memperhatikan Terdakwa (memasyarakatkan
Terdakwa/Terpidana), maupun yang bersifat melindungi masyarakat (mencegah
dilakukannya tindak pidana demi pengayoman masyarakat), serta mengembalikan Terdakwa
ke dalam kehidupan sosial;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana, berdasarkan Pasal 222 ayat
(1) KUHAP, maka Terdakwa dibebankan untuk membayar biaya perkara yang besarnya akan
ditentukan dalam amar putusan ;
Jawaban B
Menurut pendapat saya putusan yang di jatuhkan dalam perkara tersebut sudah memenuhi
rasa keadilan dan menyatakan terdakwa Idrus Marham telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “ Korupsi yang dilakukan secara bersama-
sama sebagaimana dalam Dakwaan Kedua. Menjatuhkan pidana oleh karena itu terhadap
Terdakwa Idrus Marham dengan pidana penjara selama 3 (tiga) tahun dan pidana denda
sebesar Rp.150.000.000.00(seratus lima puluh juta rupiah), dengan ketentuan apabila pidana
denda tersebut tidak dibayar, maka diganti dengan pidana kurungan selama 2 (dua) bulan,
Menetapkan masa Penangkapan dan Penahanan yang telah dijalankan oleh Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, Menetapkan Terdakwa tetap berada
dalam tahanan menetapkan barang bukti .
2. Jawaban :
Tindak pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dan
menghambat pembangunan nasional, sehingga harus diberantas dalam rangka
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Akibat tindak pidana korupsi yang terjadi selama ini selain merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara, juga menghambat pertumbuhan dan
kelangsungan pembangunan nasional yang menuntut efisiensi tinggi. bahwa Undang-
undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat, karena itu perlu
diganti dengan Undang-undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang baru
sehingga diharapkan lebih efektif dalam mencegah dan memberantas tindak pidana
korupsi. Atas dasar pertimbangan sebagaimana tersebut, perlu dibentuk Undang-undang
yang baru tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;