Anda di halaman 1dari 5

UJAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2020/2021

Nama : Maria Stefani


NPM : 010118162
Semester/Kelas : 6/EF
Mata Kuliah : Tindak PIDANA TERTENTU DI DALAM KUHP
Hari/Tanggal : Kamis, 15 April 2021
Waktu : 09:00-10:15
Dosen Penguji : Dr. Hj. Asmak Ul Hosnah, S.H., M.H.

Analisis Unsur Subjektif, Objektif, Bestanddelen, Elementen dalam Kasus Penggelapan Ir.
Sarif Sarifulloh Bin Emin Minharja selaku Direktur PT Berkah Multi Media (BMM)
(Studi Kasus Nomor 568/Pid.B/2021/PN Sby)

Kasus :
Berdasarkan surat dakwaan tahun 2017, bertempat di Bank Jatim cabang Dr. Soetomo,
Jalan Mayjen Prof. Dr. Moestopo 6-8 Surabaya, menjelaskan bahwa terdakwa Ir. Sarif Sarifulloh
Bin Emin Minharja selaku Direktur PT Berkah Multi Media (BMM) mendapatkan kontrak dengan
RSUD DR Soetomo berupa pengadaan dan instalasi sandwich panel anti bacterial di Proyek
Pembangunan Konstruksi Fisik Bank Jaringan/Stem Cell dengan nilai proyek sebesar Rp.
9.130.599.000 sebagai realisasi pekerjaan tersebut, kemudian terdakwa dengan dibantu
karyawannya menemukan perusahaan yang dapat mendukung pekerjaan tersebut yakni PT
BONDOR INDONESIA dengan Direkturnya Haris Gunarso selaku saksi dalam perkara ini.
Selanjutnya pada tanggal 25 Juni 2017 karyawan terdakwa yang bernama Suaib menghubungi
saksi F. Ari Kurniawan melalui kantor PT BONDOR INDONESIA untuk melakukan pemesanan
barang berikut pemasangan/instalasi ke PT BONDOR INDONESIA dengan mengirimkan
Rencana Kerja dan Syarat (RKS), Bill Of Quantity/jumlah barang yang dibutuhkan (BOQ) dan
gambar yang dikirim melalui email pada tanggal 25 Juli 2017, berdasarkan RKS, BOQ dan gambar
yang dikirim oleh Suaib kemudian dibuat surat penawaran Nomor: QBI-17-254-3b tanggal 27
September 2017 dengan harga yang disepakati seharga Rp. 1.473.630.158 untuk harga material
dan Rp. 198.000.000 untuk biaya pemasangan/instalasi.
Berdasarkan surat penawaran tersebut PT BERKAH MULTI MEDIA membuat Purchase
Order Nomor: PO:0001/PO-RSSTM/BMM/IX/2017 tanggal 27 September 2017 dan mengirimkan
draft kontrak melalui email kepada PT BONDOR INDONESIA pada tanggal 30 September 2017,
selanjutnya untuk menindaklanjuti draft kontrak yang telah dikirim ke PT BONDOR INDONESIA
kemudian pada tanggal 01 Oktober 2017 terdakwa bersama dengan Suaib mendatangi kantor PT
BONDOR INDONESIA yang ada di Kawasan Industri Sentul Jalan Olympic Raya kav A-2 Ds.
Sentul Kec.Babakan Madang Bogor Jawa Barat untuk bertemu dengan saksi F. Ari Kurniawan,
saksi Tedy loto dan saksi Denny Erland Gumilar kemudian dilakukan perbaikan kontrak tentang
tata cara pembayaran. Selanjutnya terjadilah kesepakatan antara PT BERKAH MULTI MEDIA
yang diwakilii oleh terdakwa dengan saksi Haris Gunarso yang merupakan Direktur dari PT
BONDOR INDONESIA dengan menandatangani surat perjanjian kerjasama Nomor:
003/SPK/BMM/IX/2017 tangal 01 Oktober 2017 untuk pekerjaan sandwich panel anti bacterial.
Sebagai realisasi dari surat perjanjian kerjasama tersebut, pada tanggal 19 Oktober 2017
terdakwa mengirimkan uang muka DP 30% sebesar Rp. 442.089.047 untuk pembayaran material
dari nilai kontrak Rp. 1.473.630.158 dan mengirimkan 30% sebesar Rp. 59.400.000 untuk
pekerjaan instalasi dari nilai kontrak Rp. 198.000.000, kemudian mengirimkan pembayaran 20%
sebelum barang dikirim sebesar Rp. 267.932.756, sehingga kekurangan yang belum dibayar oleh
terdakwa sebesar Rp. 924.865.579. Kekurangan tersebut harus dilunasi sebagaimana kontrak yang
telah disepakati antara terdakwa dengan PT BONDOR INDONESIA. Kemudian dilakukan
penagihan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat terhadap pembayaran yang belum
dilaksanakan oleh terdakwa sebagai Direktur PT BERKAH MULTI MEDIA, tetapi terdakwa
dengan sengaja memiliki uang milik PT BONDOR INDONESIA dengan cara ketika PT
BONDOR INDONESIA melalui saksi Elisabeth Fitri Fitria melakukan penagihan progress
pemasangan sandwich panel anti bacterial tersebut diketahui apabila terdakwa akan melakukan
pembayaran setelah terjadi proses serah terima dengan RSUD DR. Soetomo Jawa Timur dan
menerima pembayaran dari RSUD DR. Soetomo Jawa Timur, namun kemudian terhadap
pengerjaan pemasangan sandwich panel anti bacterial telah dilakukan pembayaran secara lunas
oleh RSUD DR. Soetomo melalui rekening Bank Jatim Nomor: 1221000621 atas nama PT
BERKAH MULTI MEDIA dengan total yang diterima sebesar Rp. 9.130.599.000.
Terdakwa sebagai Direktur PT BERKAH MULTI MEDIA yang seharusnya melakukan
pembayaran atas pekerjaan pemasangan sandwich panel anti bacterial yang telah diselesaikan
100% dan dapat dipergunakan oleh RSUD DR. Soetomo, tetapi tanpa seijin dari PT BONDOR
INDONESIA menggunakan uang yang diterima dari RSUD DR. Soetomo. Yang seharusnya
dibayarkan ke PT BONDOR INDONESIA sebesar 50% dari nilai kontrak untuk kepentingan
terdakwa sendiri. Perbuatan terdakwa tersebut telah mengakibatkan kerugian yang dialami oleh
PT BONDOR INDONESIA dengan Direktur Haris Gunarso (saksi) sekitar sebesar Rp.
924.865.579. Oleh karena itu, atas perbuatan terdakwa, JPU mendakwa dengan Pasal 372 KUHP
tentang penggelapan dengan acaman hukuman maksimal 4 tahun penjara.
Analisis :
Unsur-unsur yang terdapat di dalam Pasal 372, yaitu :
a. Barang siapa
Adalah subjek hukum yang dapat dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang telah
dilakukannya. Menurut hukum pidana, subjek hukum adalah naturlijk person yakni
manusia ataupun badan hukum (korporasi). Jadi dalam Kasus Nomor 568/Pid.B/2021/PN
Sby, terdakwa Ir. Sarif Sarifulloh Bin Emin Minharja selaku Direktur PT Berkah Multi
Media (BMM) dapat dimintai pertanggungjawabannya, karena terdakwa telah
membenarkan isi surat dakwaan maupun identitasnya dalam surat dakwaan, selanjutnya
sesuai dengan keterangan saksi-saksi yang telah diperoleh selama dalam persidangan
diperoleh fakta bahwa pelaku tindak pidana sebagaimana yang didakwakan adalah
terdakwa dengan segala identitasnya dan terdakwa dalam keadaan sehat baik jasmani
maupun rohani. Dalam hal ini, terdakwa tidak dalam keadaan kurang sempurna akalnya
(verstandelijke vermogens) atau sakit jiwa (zeekelijke storing der verstandelijke
vermogens) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 KUHP. Terdakwa juga tidak dalam
keadaan adanya faktor menghapuskan kesalahannya karena pengaruh daya paksa
(overmacht), baik dari orang maupun keadaan tertentu, baik bersifat absolut maupun relatif
yang tidak dapat dihindarkan lagi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48 KUHP. Dengan
demikian unsur barang siapa ini telah terbukti dan terpenuhi secara sah, serta meyakinkan
secara hukum.

b. Unsur subjektif
Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang
berhubungan dengan diri si pelaku dan termasuk ke dalamnya, yaitu segala sesuatu yang
terkandung di dalam hatinya (niat). Menurut pendapat Prof. Satochid Kartanegara, S.H.
dalam bukunya : Hukum Pidana Kumpulan Kuliah Bagian Kesatu, Penerbit Balai Lektur
Mahasiswa, tanpa tahun, hal. 291, menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “willens en
weten” adalah seseorang yang melakukan sesuatu perbuatan dengan sengaja harus
menghendaki (willen) perbuatan itu serta harus menginsafi mengerti (weten) akan akibat
dari perbuatannya itu. Dengan kata lain, unsur subjektif merupakan unsur kesengajaan.
Pengertian sengaja yang meliputi unsur “menghendaki” dan “mengetahui” dapat diartikan:
 Menghendaki : artinya ada akibat yang diharapkan atau diinginkan dari tindakan
yang dilakukannya itu;
 Mengetahui : artinya bahwa si pelaku sebelum melakukan suatu tindakan sudah
menyadari bahwa tindakan tersebut seandainya dilakukan akan membawa akibat
sebagaimana yang diharapkan itu dan mengetahui pula bahwa perbuatan yang
hendak dilakukannya adalah melawan hukum.
Sehingga penggelapan termasuk opzettelijk delict atau delik sengaja.
c. Unsur objektif
Unsur objektif adalah unsur-unsur yang ada hubungannya dengan keadaan-keadaan, yaitu
di dalam keadaan-keadaan mana tindakan-tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan.
Dalam hal ini unsur objektifnya adalah :
1) Menguasai secara melawan hukum (bermaksud memiliki)
Pengertian secara melawan hukum (wederrechtelijke) berarti pelaku melakukan
perbuatan itu tanpa hak atau kekuasaan, tanpa minta izin lebih dahulu dari orang
yang berhak, bertentangan dengan hak orang lain, menyerang suatu kepentingan
yang dilindungi oleh hukum. Adapun menurut Mentri Kehakiman Pemerintahan
Kerajaan Belanda, menjelaskan maksud unsur ini adalah penguasaan secara
sepihak oleh pemegang sebuah benda seolah-olah merupakan pemiliknya,
bertentangan dengan hak yang membuat benda tersebut berada padanya.
2) Suatu barang
Barang yang menurut sifatnya dapat dipindah-pindahkan ataupun dalam
prakteknya sering disebut benda bergerak.
3) Memiliki seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain
Pengertian “memiliki” adalah setiap penguasaan atas barang hingga tindakan itu
merupakan perbuatan sebagai pemiliki atas barang tersebut.
4) Benda yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan
Pengertian unsur ini adalah sebelum melakukan perbuatannya pelaku sudah harus
menguasai barang itu, sedangkan barang itu oleh pemiliknya dipercayakan kepada
pelaku hingga barang ada pada pelaku secara sah bukan karena kejahatan, dengan
melakukan perbuatan memiliki barang itu dengan melawan hukum pelaku
melanggar kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh pemilik. Selain itu, harus
ada hubungan langsung yang sifatnya nyata antara pelaku dengan suatu benda yang
dikuasainya pada tindak pidana penggelapan.

Berkaitan dengan unsur subjektif dan objektif, berdasarkan fakta-fakta hukum dari kasus
tersebut Majelis Hakim berpendapat bahwa terdakwa sebagai Direktur PT. Berkah Multi
Media (BMM) yang telah menerima pembayaran secara lunas atas pembangunan sandwich
panel anti cacterial berikut pemasangan/instalasinya di RSUD Dr. Soetomo Jawa Timur
seharusnya melakukan pembayaran atas pekerjaan pemasangan sandwich panel anti
bacterial yang telah diselesaikan 100% dan dapat dipergunakan oleh RSUD Dr. Soetomo
Jawa Timur, tetapi terdakwa tanpa seijin dari PT. Bondor Indonesia menggunakan uang
yang diterima dari RSUD Dr. Soetomo Jawa Timur yang seharusnya dibayarkan ke PT.
Bondor Indonesia sebesar 50% dari nilai kontrak untuk kepentingan terdakwa sendiri,
sehingga dengan demikian unsur “Dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang
sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan” telah terpenuhi.

d. Ancaman pidana
Pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus
rupiah.

e. Pada Pasal 372 ditinjau dari sifat unsurnya, terdapat unsur bestandelen
Unsur bestandelen adalah kata, frasa, atau kalimat yang secara tegas tercantum dalam
rumusan delik, yang mana harus termuat dalam surat dakwaan dan harus dibuktikan oleh
Jaksa dalam peradilan. Pada kasus yang sudah diuraikan di atas memenuhi unsur
bestanddelen sesuai Pasal 372 KUHP tentang Penggelapan, yang mana unsur-unsurnya
terbukti bahwa terdakwa melakukan penggelapan.

f. Pasal yang mengaturnya :


Pasal 372 KUHP :
Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang
seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam
kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena penggelapan, dengan pidana
penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah.

g. Pasal yang dikenakan dalam analisis terhadap kasus tersebut sudah benar, karena semua
unsur pasal dalam dakwaan tersebut telah terpenuhi, oleh karena itu dapat disimpulkan
terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
sebagaimana dalam dakwaan yaitu melanggar Pasal 372 dan terdakwa haruslah dinyatakan
bersalah sehingga patut, layak dan adil untuk dijatuhi pidana sesuai perbuatannya. Apabila
seseorang telah memenuhi semua unsur tindak pidana penggelapan maka dia dapat disebut
pelaku atau dader

Anda mungkin juga menyukai