Anda di halaman 1dari 51

PPL DP MAPPI

KESALAHAN-KESALAHAN YANG BIASA TERJADI


PADA PROSES PENILAIAN
YANG DAPAT BERPOTENSI PADA RISIKO HUKUM
Oleh:
DEWAN PENILAI MAPPI
Makassar, 13 Juli 2019
PENDIDIKAN PENILAIAN LANJUTAN
DEWAN PENILAI MAPPI
POTENSI RISIKO HUKUM PROFESI PENILAI

1. RISIKO HUKUM PROFESI PENILAI

2. LINGKUP PENUGASAN & INSPEKSI LAPANGAN

3. ANALISIS DATA, PERHITUNGAN DAN PELAPORAN

4. KAPITA SELEKTA
PENDIDIKAN PENILAIAN LANJUTAN
DEWAN PENILAI MAPPI
POTENSI RISIKO HUKUM PROFESI PENILAI

1. RISIKO HUKUM PROFESI PENILAI


1. RISIKO HUKUM PROFESI PENILAI

TENTANG HAK

HUKUM KONTRAK

PELAPOR PELANGGARAN HUKUM

POTENSI PELANGGARAN HUKUM

TRENDING KASUS PENILAIAN


TENTANG HAK
Hak Kebendaan → absolut
a
Hak Perorangan → relatif

Hak Kebendaan → terdapat hubungan langsung antara


subjek hukum (orang) dgn objek hukum (benda)
b
Hak Perorangan → menimbulkan hubungan hukum antara
2 pihak atau lebih, yg berkaitan dgn benda atau hal tertentu
Perbedaan Hak Kebendaan → preferent
Hak c
Kebendaan Hak Perorangan → keseimbangan antara 2 pihak
&
Hak Hak Kebendaan → terdapat hak → gugat kebendaan thd
Perorangan d siapa saja
Hak Perorangan → gugat perorangan antara para pihak
dlm perjanjian

Hak Kebendaan → pemindahan hak sepenuhnya


e
Hak Perorangan → pemindahan hak terbatas
Hak Kebendaan → berlaku asas perlindungan thd “bezitter”
f
Hak Perorangan → tdk berlaku asas dlm pasal 1977
KUHPerdata 5
HUKUM KONTRAK/ PERIKATAN

• Pasal 1313, suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan


mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang lain/ lebih. (perjanjian)
• Unsur-unsur yang sama dalam perjanjian dan kontrak:
mengikat kedua belah pihak, ada hak dan kewajiban untuk
memenuhi prestasi, ada akibat hukum (wan prestasi)
PELAPOR PELANGGARAN HUKUM

SIAPA YANG BOLEH MELAPORKAN TPK?

• Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 Tahun 2000 BAB II, diatur
tentang Hak dan Tanggung Jawab Masyarakat dalam Mencari,
Memperoleh, Memberi Informasi, Saran, dan Pendapat. Di antaranya
dijelaskan, setiap orang, ormas, atau LSM berhak mencari,
memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi
TPK serta menyampaikan saran dan pendapat kepada penegak hukum
dan atau KPK mengenai perkara TPK. Dengan dasar PP ini, masyarakat
umum baik secara pribadi atau atas nama ormas/LSM bisa
menyampaikan berbagai dugaan adanya TPK.
PELAPOR PELANGGARAN HUKUM
Siapa yang dapat melaporkan tindak pidana
seseorang?
• Undang-undang di Indonesia, telah diakui tentang hak setiap orang untuk
mengajukan laporan atau pengaduan mengenai adanya suatu tindak
pidana. Hak ini diakui secara eksplisit (tersurat) dan secara tegas dalam
Pasal 108 ayat (1) KUHAP, di mana Pasal 108 KUHAP selengkapnya
berbunyi sebagai berikut,
• (1) Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi
korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk
mengajukan laporan atau pengaduan kepada penyelidik dan atau penyidik
baik lisan maupun tertulis.
• (2) Setiap orang yang mengetahui permufakatan jahat untuk melakukan
tindak pidana terhadap ketenteraman dan keamanan umum atau
terhadap jiwa atau terhadap hak milik wajib seketika itu juga melaporkan
hal tersebut kepada penyelidik atau penyidik.

8
PELAPOR PELANGGARAN HUKUM
Yang dapat mengajukan GUGATAN

• Gugatan pada prinsipnya didefinisikan merupakan


tuntutan hukum guna pemenuhan hak dan kewajiban
tertentu, yang diajukan oleh seseorang atau lebih
(sebagai Penggugat) terhadap seseorang/suatu badan
hukum atau lebih (sebagai Tergugat).

• Gugatan dapat diajukan, baik itu secara secara lisan


(Pasal 120 HIR) ataupun tertulis (Pasal 118 HIR), oleh
seseorang/pihak yang dirugikan.

9
POTENSI PELANGGARAN HUKUM

Penyertaan dalam Melakukan Tindak Pidana


POTENSI PELANGGARAN HUKUM
Pengertian dan Dasar Hukum
Penyertaan (DEELNEMING/COMPLICITY)
diatur dalam Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP.,
yang dibagi dibagi menjadi dua pembagian
besar, yaitu:
1. Pembuat/Dader (Pasal 55) yang terdiri dari: a) pelaku
(pleger); b) yang menyuruhlakukan (doenpleger); c)
yang turut serta (medepleger); dan d) penganjur
(uitlokker).
2. Pembantu/Medeplichtige (Pasal 56) yang terdiri dari:
a) pembantu pada saat kejahatan dilakukan; dan b)
pembantu sebelum kejahatan dilakukan.
3. Orang yang turut serta (Medepleger).
4. Penganjur (Uitlokker).
1. Pembuat/Dader . Pelaku adalah orang yang melakukan sendiri perbuatan yang
memenuhi perumusan delik dan dipandang paling bertanggung jawab atas
kejahatan.
2. Orang yang menyuruh lakukan (Doenpleger) adalah orang yang melakukan
perbuatan dengan perantaraan orang lain, sedang perantara itu hanya digunakan
sebagai alat. Dengan demikian ada dua pihak, yaitu pembuat langsung (manus
ministra/auctor physicus), dan pembuat tidak langsung (manus domina/auctor
intellectualis).
 Unsur-unsur pada doenpleger adalah: a). alat yang dipakai adalah manusia; b). alat
yang dipakai berbuat; dan c.) alat yang dipakai tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan hal-hal yang menyebabkan alat (pembuat materiel) tidak apat
dipertanggungjawabkan adalah: a). bila ia tidak sempurna pertumbuhan jiwanya
(Pasal 44); b) bila ia berbuat karena daya paksa (Pasal 48); c). bila ia berbuat karena
perintah jabatan yang tidak sah (Pasal 51 (2)); d.) bila ia sesat (keliru) mengenai salah
satu unsur delik; dan e). bila ia tidak mempunyai maksud seperti yang disyaratkan
untuk kejahatan ybs.
Jika yang disuruhlakukan seorang anak kecil yang belum cukup umur maka tetap
mengacu pada Pasal 45 dan Pasal 47 jo. UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Peradilan
Anak.
3. Orang yang turut serta (Medepleger)
Medepleger menurut MvT adalah orang yang dengan sengaja turut berbuat atau turut mengejakan
terjadinya sesuatu. Oleh karena itu, kualitas masing-masing peserta tindak pidana adalah sama. Syarat
adanya medepleger: a). ada kerjasama secara sadar kerjasama dilakukan secara sengaja untuk bekerja
sama dan ditujukan kepada hal yang dilarang undang-undang; dan b). ada pelaksanaan bersama secara
fisik, yang menimbulkan selesainya delik ybs.
4. Penganjur (Uitlokker)
Penganjur adalah orang yang menggerakkan orang lain untuk melakukan suatu tindak pidana dengan
menggunakan sarana-sarana yang ditentukan oleh undang-undang secara limitatif, yaitu memberi atau
menjanjikan sesuatu, menyalahgunakan kekuasaan atau martabat, kekerasan, ancaman, atau
penyesatan, dengan memberi kesempatan, sarana, atau keterangan (Pasal 55 (1) angka 2).
Penganjuran (uitloken) mirip dengan menyuruhlakukan (doenplegen), yaitu melalui perbuatan orang lain
sebagai perantara. Namun perbedaannya terletak pada:
1.Pada penganjuran, menggerakkan dengan sarana-sarana tertentu (limitatif)yang tersebut dalam undang-
undang (KUHP), sedangkan menyuruhlakukan menggerakkannya dengan sarana yang tidak ditentukan;
2.Pada penganjuran, pembuat materiel dapat dipertanggungjawabkan, sedang dalam menyuruhkan
pembuat materiel tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Syarat penganjuran yang dapat dipidana a). ada kesengajaan menggerakkan orang lain; b). menggerakkan
dengan sarana/upaya seperti tersebut limitatif dalam KUHP; c). putusan kehendak pembuat materiel
ditimbulkan karena upaya-upaya tersebut; d). pembuat materiel melakukan/mencoba melakukan tindak
pidana yang dianjurkan; dan e). pembuat materiel dapat dipertanggungjawabkan Penganjuran yang gagal
tetap dipidana berdasarkan Pasal 163 bis KUHP.
5. Pembantuan (Medeplichtige)
Sebagaimana disebutkan alam Pasal 56 KUHP, Pembantuan ada dua jenis:
a. Pembantuan pada saat kejahatan dilakukan. Cara bagaimana
pembantuannya tidak disebutkan dalam KUHP. Ini mirip dengan
medeplegen (turut serta), namun perbedaannya terletak pada: 1). pada
pembantuan perbuatannya hanya bersifat membantu/menunjang, sedang
pada turut serta merupakan perbuatan pelaksanaan; dan 2) pada
pembantuan, pembantu hanya sengaja memberi bantuan tanpa
disyaratkan harus kerja sama dan tidak bertujuan/berkepentingan sendiri,
sedangkan dalam turut serta, orang yang turut serta sengaja melakukan
tindak pidana, dengan cara bekerja sama dan mempunyai tujuan sendiri;
dan 3) pembantuan dalam pelanggaran tidak dipidana (Pasal 60 KUHP),
sedangkan turut serta dalam pelanggaran tetap dipidana; dan
4.)Maksimum pidana pembantu adalah maksimum pidana yang
bersangkutan dikurangi sepertiga, sedangkan turut serta dipidana sama.
b. Pembantuan sebelum kejahatan dilakukan, yang dilakukan dengan cara
memberi kesempatan, sarana atau keterangan. Ini mirip dengan
penganjuran (uitlokking). Perbedaannya pad niat/kehendak, pada
pembantuan kehendak jahat pembuat materiel sudah ada sejak
semula/tidak ditimbulkan oleh pembantu, sedangkan dalam penganjuran,
kehendak melakukan kejahatan pada pembuat materiel ditimbulkan oleh
si penganjur.
Pertanggungjawaban pembantu Tindak Pidana

Berbeda dengan pertanggungjawaban pembuat yang semuanya dipidana


sama dengan pelaku, pembantu dipidana lebih ringan dari pada
pembuatnya, yaitu dikurangi sepertiga dari ancaman maksimal pidana
yang dilakukan (Pasal 57 ayat (1)). Jika kejahatan diancam dengan pidana
mati atau pidana seumur hidup, pembantu dipidana penjara maksimal
15 tahun. Namun ada beberapa catatan pengecualian:
a. pembantu dipidana sama berat dengan pembuat, yaitu pada kasus
tindak pidana: 1) membantu merampas kemerdekaan (Pasal 333 (4))
dengan cara memberi tempat untuk perampasan kemerdekaan; 2)
membantu menggelapkan uang/surat oleh pejabat (Pasal 415),;3)
meniadakan surat-surat penting (Pasal 417).
b. pembantu dipidana lebih berat dari pada pembuat, yaitu tindak
pidana: 1) membantu menyembunyikan barang titipan hakim (Pasal
231 (3)); 2) dokter yang membantu menggugurkan kandungan (Pasal
349); 3) Sedangkan pidana tambahan bagi pembantu adalah sama
dengan pembuatnya (Pasal 57 ayat (3)) dan pertanggungjawaban
pembantu adalah berdiri sendiri, tidak digantungkan pada
pertanggungjawaban pembuat.
PENDIDIKAN PENILAIAN LANJUTAN
DEWAN PENILAI MAPPI
POTENSI RESIKO HUKUM PROFESI PENILAI

2. LINGKUP PENUGASAN & INSPEKSI LAPANGAN


Lingkup Penugasan
dalam SPI 103 Edisi VII-2018
1.0 Pendahuluan
1.6 Penyusunan lingkup penugasan memungkinkan Penilai untuk
meyakinkan dirinya dapat memenuhi kebutuhan dan persyaratan
Pemberi Tugas, di lain pihak Pemberi Tugas serta penasihat
profesionalnya mengetahui sebelumnya hal-hal yang diharapkan
dapat diterima dari seorang Penilai dan batasan tanggung jawab
Penilai tersebut.

2.0 Ruang Lingkup


2.1 Lingkup Penugasan mengatur hal-hal yang prinsip dalam
kesepakatan pemberian jasa oleh Penilai kepada Pemberi
tugas. Pengaturan itu meliputi, persyaratan minimum yang
harus dilaksanakan Penilai. Dasar kesepakatan yang diatur
tersebut merupakan bagian dari proses penilaian yang
berlaku secara umum dalam praktek penilaian
Maksud dan Tujuan dari Lingkup Penugasan

 Untuk memenuhi kebutuhan Pemberi Tugas dan


meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahpahaman dan
perselisihan

 Maka penting bagi Penilai untuk berusaha menetapkan,


memahami, dan menyetujui kebutuhan dan persyaratan
Pemberi Tugas
Perikatan/Perjanjian/Kontrak
Di KUHPerdata
Perikatan/perjanjian/kontrak pasal-pasal yang penting untuk
diketahui dari kita Undang-undang Hukum Perdata antara
lain:
• 1313
• 1314
• 1320
• 1338
• 1339
Panduan Penerapan
Penilaian Indonesia Perubahan pada
(PPPI-12 tahun SPI-103 tahun 2018
2007)
Persyaratan dari Lingkup Penugasan
1. Identifikasi status Penilai 6. Maksud dan tujuan penilaian
2. Identifikasi Pemberi Tugas • Maksud dan tujuan penilaian
yang akan dibuat harus
3. Identifikasi Pengguna Laporan dinyatakan secara jelas
4. Identifikasi objek penilaian dan 7. Dasar nilai
kepemilikan
• Objek penilaian meliputi aset • Dasar nilai harus memenuhi dan
atau liabilitis antara lain, real sesuai dengan tujuan penilaian
properti, personal properti, sumber dan definisi atas Dasar
bisnis, dan hak kepemilikan Nilai yang digunakan harus
finansial dikutip dari SPI
8. Tanggal penilaian
5. Jenis mata uang yang digunakan
• Hasil penilaian dinyatakan dalam • Tanggal penilaian diartikan
mata uang rupiah dalam SPI sebagai tanggal pada
saat nilai dinyatakan dan
diberlakukan
9. Tingkat kedalaman investigasi
Lanjutan . . .

10. Sifat dan sumber informasi 12. Persyaratan atas persetujuan


yang dapat diandalkan untuk publikasi
11. Asumsi dan asumsi khusus 13. Konfirmasi bahwa penilaian
dilakukan berdasarkan SPI
• Semua asumsi dan asumsi
khusus yang dibuat dalam
pelaksanaan dan pelaporan
penilaian harus ditulis dalam
Lingkup Penugasan
Kesalahan Yang Sering Terjadi pada
Lingkup Penugasan
• Tidak mencantumkan secara lengkap persyaratan
Lingkup Penugasan
• Lingkup Penugasan tidak ditandatangani oleh pemberi
tugas
• Tidak melakukan revisi dokumen Lingkup Penugasan
akibat adanya perubahan informasi di lapangan
• Jadwal pelaksanaan pekerjaan yang tidak realistis
• Tanggal kontrak
• Tanggal inspeksi
• Tanggal penilaian
• Tanggal Laporan
Kesimpulan, antara lain:

Membuat lingkup penugasan secara rinci


Jangan lupa Surat pernyataan kebenaran dari
Pemberi Tugas
Periksalah legalitas dari Pemberi Tugas
PENDIDIKAN PENILAIAN LANJUTAN
DEWAN PENILAI MAPPI
POTENSI RESIKO HUKUM PROFESI PENILAI

2. LINGKUP PENUGASAN & INSPEKSI LAPANGAN


Inspeksi dan Hal yang dipertimbangkan :
1. Berita Acara Inspeksi

• Berita Acara ditandatangani • Hal yang sering ditanyakan


oleh: oleh Aparat Penegak
- Inspektor, Hukum (APH), diantaranya:
- Wakil pemberi tugas, - Bukti sudah dilakukan inspeksi
karena dalam kaitan dengan
- Aparat desa/kelurahan, lelang sering terjadi bahwa
- Pemilik (bisa tidak ditempat inspektor tidak bisa masuk ke
pada saat inspeksi) lokasi atau inspeksi hanya
terbatas saja
- Apakah bertemu dengan
pemilik tanah atau tidak, hal
tersebut kaitannya dengan
ganti kerugian tanah
Inspeksi dan Hal yang dipertimbangkan :
2. Surat Tugas

• APH juga sering menanyakan:


- Surat tugas pelaksanaan inspeksi
- Apa dasar inspektor melakukan survey
o Apakah ada penugasan
o Apakah ada ada izin untuk memasuki objek
Inspeksi dan Hal yang dipertimbangkan :
3. Kertas Kerja Survey

• Catatan apa saja yang dilakukan terhadap objek


dan data pembanding
• Sumber data pembanding harus jelas dan
diketahui aparat desa/kelurahan
Inspeksi dan Hal yang dipertimbangkan :
4. Data Pembanding

• Kesesuaian data terhadap objek data pembanding

• Lokasi data pembanding terhadap objek

• Pemilihan penggunaan data pembanding

• Waktu pencarian data pembanding

• Jarak data pembanding dengan objek

• Identifikasi data pembanding


Inspeksi dan Hal yang dipertimbangkan :
5. Data Objek
• Alas hak diterima atau hanya informasi saja dari pemberi tugas

• Pengukuran Luas tanah

• Kebenaran pemilik objek

• Pengukuran Luas bangunan

• Perhitungan dan identifikasi Jumlah tanaman

• Waktu yang dibutuhkan dalam inspeksi objek penilaian


Inspeksi dan Hal yang dipertimbangkan :
6. Data Kontrol

• Selain data pembanding adakah data kontrol


- Lokasi data kontrol
- Apakah sebanding dengan objek penilaian
Inspeksi dan Hal yang dipertimbangkan :
7. Kertas Kerja Penilaian

• Kertas kerja penilaian adalah kertas kerja analisa


penilaian
Seperti apa?
Inspeksi dan Hal yang dipertimbangkan :
8. Urutan Waktu

• Tanggal survey dan penugasan


• Tanggal penetapan lokasi setelah laporan dibuat
Inspeksi dan Hal yang dipertimbangkan :
9. Kesalahan yang Sering Terjadi
• Surat Tugas ke Lapangan
- Kompetensi & Obyektivitas petugas inspeksi lapangan.
- Pemahaman objek & tujuan penilaian oleh petugas inspeksi.

• Berita Acara Inspeksi Lapangan


- Verifikasi bahwa Objek Penilaian benar dan sesuai dengan yang
dimaksud.
- Terkait penanda tangan Berita Acara Inspeksi Lapangan
- Siapa yang seharusnya menandatangani BA.
- Bagaimana jika tidak memungkinkan untuk memasuki objek penilaian.
- Photo dengan pendamping lapangan.

• Revisi terhadap Kontrak Penugasan jika objek tidak sesuai


dengan uraian dalam kontrak sebelumnya.
Istirahat sampai dengan Pkl. 13.00 WIB
PENDIDIKAN PENILAIAN LANJUTAN
DEWAN PENILAI MAPPI
POTENSI RESIKO HUKUM PROFESI PENILAI

3. ANALISIS DATA, PERHITUNGAN DAN PELAPORAN


Kesalahan yang sering terjadi pada:
ANALISA PERHITUNGAN NILAI
• Tidak mencantumkan lokasi data pembanding pada kertas kerja
• Tidak mencantumkan informasi yang menjadi dasar
pertimbangan dalam memberikan penyesuaian/adjustment
• Kesalahan dalam mencantumkan posisi objek penilaian pada
kertas kerja
• Tidak mempertimbangkan Nilai Sarana Pelengkap atau Biaya
Pemasangan Sarana dalam Pendekatan Biaya
• Kesalahan formulasi dalam menentukan indeks material
• Kesalahan dalam pembobotan data pembanding yang tidak
mencerminkan kemiripannya
• Kesalahan dalam perhitungan penyusutan fisik bangunan
• Kesalahanan dalam menggunakan referensi pada perhitungan
Biaya Pengganti Baru
Kesalahan yang sering terjadi pada:
ANALISA PERHITUNGAN NILAI
• Kesalahan input indeks material dalam perhitungan BTB MAPPI
• Kesalahanan dalam menentukan Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) MAPPI
• Kesalahan dalam hal:
- Tidak memperhitungkan biaya-biaya terkait dengan penggunaan asumsi ex-situ
- Tidak melakukan penyesuaian terhadap adanya perbedaan kelengkapan antara mesin
objek penilaian dengan data pada invoice.
• Tidak konsisten dalam menerapkan penyesuaian terhadap elemen
perbandingan
• Kesalahan karena mendasarkan premium, solatium dan biaya transaksi tidak
pada indikasi nilai pasar tanah dan bangunan pada saat tanggal penilaian.
• Kesalahan dalam hal:
- Menggunakan BTB MAPPI dengan wilayah yang berbeda dengan objek penilaian
- Perhitungan luasan bangunan objek penilaian
- Tidak menghitung sarana pelengkap
• Tidak melakukan analisis yang memadai dalam menentukan waktu ekspose
untuk penilaian tujuan lelang.
Kesalahan yang sering terjadi pada:
ANALISA PERHITUNGAN NILAI

• Tidak memiliki catatan/dokumentasi/kertas kerja


yang memadai dalam:
• penentuan dasar dalam penyesuaian
• penentuan dasar penyusutan
• penentuan biaya reproduksi baru
• Tidak menggunakan data pembanding yang identik
atau sebanding dengan objek penilaian
Kesalahan yang sering terjadi pada:
PELAPORAN PENILAIAN
• Tidak mencantumkan secara lengkap persyaratan dalam laporan
Penilaian
• Kesalahan dalam mencantumkan:
• Tanggal penilaian
• Tujuan penilaian
• Informasi objek penilaian
• Informasi bentuk kepemilikan
• Pendekatan beserta metode yang digunakan dan pertimbangannya
• Data pembanding yang sama/tertukar (copy-paste)
• Metode yang digunakan pada kertas kerja
• Informasi zoning/HBU objek penilaian
• Tidak mencantumkan secara lengkap:
• Analisis pasar yang digunakan
• Nama, kualifikasi profesional dan tanda tangan penilai berikut tim
• Kesimpulan penilaian dalam jumlah terbilang
Kesalahan yang sering terjadi pada:
PELAPORAN PENILAIAN
• Informasi data pembanding pada laporan berbeda dengan yang
ada di kertas kerja penilaian
• Kesalahan/kesesuaian pencantuman referensi no kontrak, tanggal
inspeksi, tanggal penilaian, nomor laporan, dan tanggal laporan
• Tidak memiliki dokumen referensi fakta pasar dalam menentukan
tingkat kenaikan harga sewa
• Tidak mencantumkan pernyataan penilai secara lengkap
• Tidak mencantumkan tingkat kedalaman investigasi dalam
laporan
• Tidak mengungkapkan asumsi tambahan yang digunakan pada LP
dan Laporan
• Tidak mencantumkan analisis HBU
PENDIDIKAN PENILAIAN LANJUTAN
DEWAN PENILAI MAPPI
POTENSI RESIKO HUKUM PROFESI PENILAI

4. KAPITA SELEKTA
LAPORAN PENILAIAN SEBAGAI DOKUMEN HUKUM

LAPORAN PENILAIAN
ADALAH DOKUMEN HUKUM
YANG MENGIKAT PENILAI
DENGAN PARA PIHAK YANG
BERKEPENTINGAN
PELAPOR PELANGGARAN HUKUM

Yang Mempersoalkan Laporan Penilaian:


• Pemilik asset
• Pembeli
• Pemegang Jaminan
• BPK
• BPKP
• Kejaksaan
• Kepolisian
• KPK
• Masyarakat
POTENSI PELANGGARAN HUKUM

• Pemalsuan
• Penipuan
• Penggelapan
• Tipikor
• Gugatan Perdata
POTENSI KESALAHAN DALAM PENUGASAN
KESALAHAN
Obyek Penilaian - Ukuran Tidak Sesuai
- Salah Lokasi
- Tidak Lengkap
Data Banding - Tidak Bisa Diverifikasi
- Tidak Sebanding
- Data Bodong
- Tidak Ada BA
Analisa/Perhitungan - Penyesuaian Tidak Konsisten
- Besarnya Penyesuaian Tidak
Wajar
- Terkesan mengikuti besaran
tertentu
Sequen tanggal-tanggal - Kontrak, Inspeksi, Tanggal Penilaian,
Tanggal Laporan dengan dokumen
internal pemberi tugas.
POTENSI PELANGGARAN HUKUM
SANKSI DAN HUKUMAN

Regulasi Standar Peraturan dan


Perundangan

• Administrasi • Peringatan • Perdata


Tertulis
• Pembekuan • Pidana
• Mengikuti PPL
tertentu

• Pemberhentian
Sementara

• Pemberhentian
Tetap
TRENDING KASUS

• PENGADAAN TANAH BAGI KEPENTINGAN UMUM


• PENJAMINAN
• LELANG
• GONO GINI
• PENILAIAN BISNIS (KERUGIAN)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai