MAPPI Insight
Masyarakat Profesi Penilai Indonesia
Volume 1 No. 1
Web
h p://mappi.or.id
MAPPI Insight
Masyarakat Profesi Penilai Indonesia
Volume 1 No. 1
Web
http://mappi.or.id
DEWAN REDAKSI
(Periode Januari s/d Desember 2017)
Penerbit
Masyarakat Profesi Penilai Indonesia
Pelindung
Ketua Masyarakat Profesi Penilai Indonesia
Penanggung Jawab
Ketua Bidang Riset dan Pengembangan MAPPI
Pengarah
Ir. Hamid Yusuf, MAPPI (Cert.)
Ir. M.A. Muttaqin, MSc, MAPPI (Cert.)
Ir. Budi Prasodjo, MEcDev, MAPPI (Cert.)
Ir. Rizki Novarino, MT, MAPPI (Cert.)
Ketua Redaksi
Alberth, ST, MAPPI (Cert.)
Redaktur
Ir. Rudi M. Safrudin, MAPPI (Cert.)
Ir. Joyce Heryanto, MSc, MAPPI (Cert.)
M. Adlan, MEcDev, MAPPI (Cert.)
Martono Ponijan, ST, MAPPI (Cert.)
Editor
Alberth, ST, MAPPI (Cert.)
Bendahara
Bendahara DPN MAPPI
Sekretariat Redaksi
Jurnal Penilai/MAPPI Insight
Masyarakat Asosiasi Profesi Penilai Indonesia
Office 18 Lt. 3 Suite F
Jalan TB Simatupang Kav. 18
Jakarta Selatan
Email: insight@mappi.or.id
Telp: (021) 794 9079 / 791 80701
Fax: (021) 794 9081
Website: http://mappi.or.id
Volume 1 Nomor 1, Maret 2017
KATA PENGANTAR
Marilah bersama-sama kita panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terbitnya
MAPPI Insight Edisi Perdana ini. Semoga terbitan ini dapat menjadi awal yang baik untuk lebih
membudayakan lagi saling berbagi pengetahuan secara tertulis tentang penilaian di Indonesia. Kami
persembahkan terbitan ini sebagai sumbangsih untuk kemajuan profesi dan ilmu penilaian di
Indonesia. MAPPI Insight adalah nama yang dipilih untuk Jurnal Penilai terbitan awal, yang
direncanakan akan terbit setiap tiga bulan sekali.
Terima kasih yang sebesar-besarnya kami haturkan kepada para penulis yang telah rela untuk
menyisihkan waktu dan tenaga untuk mengisi edisi perdana ini. Walaupun waktu yang disediakan
sangat singkat, namun yang artikel yang dikirimkan sangat padat berisi, sehingga langsung
menetapkan standar yang tinggi untuk terbitan ini. Kami yakin artikel tersebut akan sangat
bermanfaat bagi pembaca dan profesi penilai di Indonesia.
Dengan ini juga kami ingin mengajak para pembaca yang budiman untuk mengirimkan artikel,
sanggahan, kritik, saran, masukan, dan pertanyaan umum melalui email di insight@mappi.or.id.
Beberapa pertanyaan pilihan akan diterbitkan dalam kolom “Surat Penilai” pada edisi berikutnya. Bagi
para penulis, artikel untuk edisi ke-2 harap dikirimkan selambat-lambatnya sebelum tanggal 30 Juni
2016.
Akhir kata, selamat membaca, dan majulah terus Penilai Indonesia!
Salam
PENGARUH NILAI WAJAR ASET BIOLOGIS DALAM PEMBENTUKAN RASIO PENILAIAN 15-23
Hamid Yusuf
MODEL NILAI PASAR APARTEMEN DAN KESEDIAAN MEMBAYAR VIEW APARTEMEN DI 35-40
SURABAYA
Anastasia Monica Irooth, Njo Anastasia
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL/MAKALAH
MAPPI INSIGHT/JURNAL PENILAI
1. Redaksi menerima tulisan/naskah karya ilmiah bidang penilaian dari kalangan profesi penilai,
dosen, dan kalangan umum.
2. MAPPI Insight/Jurnal Penilai dapat menerima naskah-naskah karya ilmiah yang berupa:
• Hasil penelitian asli
• Catatan pendidikan
• Kajian pustaka yang mempunyai kontribusi yang baru bagi ilmu pengetahuan
• Komentar/kritik tentang naskah yang pernah dimuat oleh MAPPI Insight/Jurnal
Penilai
3. Naskah yang dikirim ke Redaksi MAPPI Insight/Jurnal Penilai akan di-review terlebih dahulu
oleh Dewan Redaksi atau pakar-pakar di bidangnya. Keputusan diterima atau tidak
diterimanya suatu artikel merupakan hak dari Dewan Redaksi berdasarkan saran-saran dari
reviewer.
4. Proses review akan dilaksanakan oleh Dewan Redaksi sehingga untuk kelancaran transfer file
sebaiknya lewat email agar lebih cepat prosesnya dan korespondensi akan ditujukan kepada
alamat penulis pertama atau Corresponding Author (setiap makalah harus ditandai siapa yang
menjadi Penulis penanggungjawabnya). Penulis harus segera memperbaiki artikel sesuai
petunjuk Reviewer dan petunjuk penulisan Jurnal dan dikirimkan kembali segera.
5. Makalah yang ditulis harus sesuai dengan format yang ditentukan (mengikuti standard
Transaction Journal IEEE) dan harus mengandung komponen-komponen berikut (sesuai
urutan):
• Judul, Nama Penulis, Kata Kunci, Abstrak (dalam Bahasa Inggris yang baik dan benar)
• Pendahuluan
• Bahan dan Metodologi Penelitian
• Hasil dan Pembahasan
• Kesimpulan
• Ucapan Terima Kasih (jika ada)
• Biografi Singkat Penulis di akhir bagian
6. Naskah dapat ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Naskah berisi maksimum
10 halaman A4 termasuk gambar dan tabel.
7. Artikel harus ditulis pada kertas ukuran HV ukuran A4 (210 x 297 mm) dan dengan format
margin kiri 25 mm, margin kanan 25 mm, margin bawah 30 mm, dan margin atas 20 mm, serta
harus diketik dengan jenis huruf Times New Roman dengan font 10 (kecuali judul), satu spasi
dan dalam format dua kolom (kecuali judul, nama penulis) yang terpisah sejauh 10 mm.
8. Judul tulisan dibuat sesingkat mungkin dan jelas, menunjukkan dengan tepat masalah yang
hendak dikemukakan, tidak memberi peluang penafsiran yang beraneka ragam.
9. Nama Penulis ditulis di bawah Judul Artikel tanpa disertai gelar akademik. Apabila Penulis
lebih dari satu orang, maka nama-nama ditulis pada satu baris dipisahkan oleh koma. Nama
instansi ditulis di catatan kaki halaman pertama makalah.
10. Abstrak (dalam Bahasa Inggris yang baik dan benar) harus memuat inti permasalahan yang
dikemukakan, metode pemecahannya, dan hasil-hasil yang diperoleh serta kesimpulan, dan
tidak lebih dari 200 kata.
11. Kata-kata atau istilah asing yang digunakan harus ditulis dengan menggunakan huruf miring
(italic). Paragraf baru dimulai pada ketikan ke enam dari batas kiri, sedangkan antar paragraph
tidak diberi antara. Semua bilangan ditulis dengan angka, kecuali pada awal kalimat. Tabel
dan gambar harus diberi keterangan yang jelas.
IMPLEMENTASI PENILAIAN GANTI KERUGIAN
UNTUK KEPENTINGAN UMUM
Agustinus Tamba
Proses Pembangunan di Nusantara ini bergeliat Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
cukup kencang bagai meteor mengejar ketertinggalan Kepentingan Umum sebagaimana telah diubah
dengan negara-negara lain yang sudah maju terutama dengan Perpres nomor 65 Tahun 2006 serta peraturan
di kawasan ASEAN, tentunya dengan era pelaksanaannya, yaitu Peraturan Kepala Badan
pemerintahan sekarang terjadi percepatan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2007 Tentang
pembangunan di semua lini atau sektor. Peran profesi Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 36
keuangan dalam hal ini penilai sebagai salah satu Tahun 2005 Tentang Pengadaan Tanah Bagi
profesi yang dibutuhkan di dalam proses Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan
pembangunan tersebut sudah dimuliakan dengan Umum sebagimana telah diubah Dengan Peraturan
mewajibkan peran serta Penilai Publik di dalam Presiden Nomor 65 Tahun 2006 Tentang Perubahan
pengadaan lahan untuk pembangunan infrastruktur Atas Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005
dan pembangunan fisik lainnya untuk kepentingan Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
umum. Hal ini menjadikan profesi Penilai Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
keberadaannya menjadi suatu keharusan di dalam Ada proses peralihan selama tiga tahun dari
pelaksanaan pembangunan tersebut. Perpres Lama ke Penerapan Perpres Baru sesuai UU
Nomor 2 Tahun 2012, hal ini merupakan peralihan
I. LANDASAN PERATURAN PERUNDANGAN yang cukup lama dari penerapan suatu UU, tetapi
peralihan yang cukup panjang ini menunjukkan
Peraturan perundangan yang terkini adalah
bahwa peraturan lama tentang pengadaan tanah bagi
Undang-undang (UU) Republik Indonesia (RI)
kepentingan umum tidak memiliki batas waktu (limit
Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang time) berapa lama proses pengadaan tersebut
ditetapkan pada tanggal 14 Januari 2012 berikut dilaksanakan, contoh pembangunan Waduk Jatigede
untuk Pengairan dan Ketenagalistrikan sebagai
Penjelasannya oleh Presiden Susilo Bambang
kepentingan umum dicanangkan dan dimulai pada era
Yudhoyono. Peraturan turunan sebagai aturan
Presiden Sukarno tetapi baru bisa diairi, jadi waduk
pelaksanaan Undang-undang tersebut yaitu Peraturan
Presiden (Perpres) Republik Indonesia Nomor 71 setelah masa Presiden Joko Widodo pada bulan
Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Agustus 2015, sekitar 40 tahun. Di dalam UU Nomor
2 Tahun 2012 ini dengan peraturan turunannya yaitu
Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Perpres Nomor 71 Tahun 2012 dengan semua
yang ditetapkan pada tanggal 7 Agustus 2012 oleh
keempat Perpres perubahan atas Perpres Nomor 71
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dimana di
Tahun 2012 dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan
dalam Ketentuan Peralihannya pasal 123 ayat (1)
disebutkan bahwa pada saat Perpres ini mulai berlaku, Nasional Nomor 5 Tahun 2012, telah ditentukan
proses pengadaan tanah yang sedang dilaksanakan berapa lama waktu yang dibutuhkan di dalam proses
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
sebelum berlakunya Perpres ini diselesaikan
Kepentingan Umum, apakah di setiap Tahapan
berdasarkan ketentuan sebelum berlakunya Perpres
Pengadaan Tanah (Perencanaan, Persiapan,
ini, dan diselesaikan paling lama sampai dengan 31
Pelaksanaan dan Penyerahan Hak) selalu ada
Desember 2014, ayat (3).
Yang dimaksud dengan Perpres sebelumnya keberatan dari masyarakat/pemilik tanah yaitu paling
adalah Perpres Nomor 36 Tahun 2005 tentang lama dua tahun atau tanpa ada keberatan dari
masyarakat/pemilik tanah mulai dari Persiapan
1 – MAPPI Insight – Vol. 1, No 1, Maret 2017
sampai dengan Penyerahan Hasil sekitar tiga ratus Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
hari atau paling lama setahun. Hal ini menjadikan 13/PMK.02/2013 Tentang Biaya Operasional Dan
proses Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Biaya Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah
Kepentingan umum memiliki kepastian hukum, baik Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang
bagi masyarakat/pemilik tanah maupun Instansi Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Pemerintah yang melaksanakannya. Negara ditetapkan 4 Januari 2013 ditandatangani
Dan dalam tempo 3 tahun setelah Perpres Menteri Keuangan RI Agus D.W. Martowardojo.
Nomor 71 Tahun 2012 ditetapkan, telah terjadi Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI)
perubahan sebanyak empat kali, Perubahan tersebut bersama Pusat Pembinaan Profesi Keuangan (PPPK)
adalah Pertama; Perpres RI Nomor 40 Tahun 2014 Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan RI juga
Tentang Perubahan Atas Perpres Nomor 71 Tahun menerbitkan Standar Penilaian Indonesia 306 (SPI
2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi 306) Tentang Penilaian Terhadap Pengadaan Tanah
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum yang Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
ditetapkan pada tanggal 24 April 2014 ditandatangani merupakan Standar Teknis didalam Kode Etik Penilai
oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kedua; Indonesia & Standar Penilaian Indonesia (KEPI &
Perpres RI Nomor 99 Tahun 2014 Tentang Perubahan SPI) 2013 ditetapkan 25 April 2013 dan sudah
Kedua Atas Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang dilakukan perubahan dan penambahan standar baru
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Untuk yaitu KEPI & SPI Edisi VI – 2015 ditetapkan 1 Juli
Kepentingan Umum yang ditetapkan tanggal 15 2015 ditandatangani Komite Penyusun Standar
September 2014 ditandatangani oleh Presiden Susilo Penilaian Indoneia (KPSPI) Rengganis Kartomo
Bambang Yudhoyono. Ketiga; Perpres RI Nomor 30 bersama Ketua Umum MAPPI Hamid Yusuf, dan
Tahun 2014 Tentang Perubahan Ketiga Atas Perpres Mengetahui Kepala Pusat Pembinaan Profesi
Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian
Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum yang Keuangan RI Langgeng Subur.
ditetapkan tanggal 17 Maret 2015 ditandatangani oleh Banyaknya Perpres, peraturan setingkat
Presiden Joko Widodo. Keempat; Perpres RI Nomor Kementerian dan Lembaga, bahkan Standar Penilaian
148 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Indonesia oleh MAPPI dan PPPK tersebut adalah
Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang merupakan aturan pelaksanaan UU No. 2 tahun 2012
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Untuk yang tentunya agar dapat mengakomodasi kebutuhan
Kepentingan Umum yang ditetapkan tanggal 28 pembangunan yang adil dan layak, dan tentunya agar
Desember 2015 ditandatangani Presiden Joko pembangunan dapat dilaksanakan dengan Good
Widodo. Corporate Governance serta tepat sasaran atau
Secara hirarki diterbitkan juga beberapa berdaya guna dan berhasil guna.
peraturan setingkat Kementerian dan Lembaga untuk Peraturan perundangan yang perlu juga
lebih dapat menerapkan UU dan Perpres tersebut diketahui dalam rangka melakukan penilaian
yaitu Peraturan Kepala Badan Pertanahan RI Nomor 5 pengadaan tanah untuk kepentingan umum yaitu
Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan apabila tanah yang dibutuhkan instansi pemerintah
Pengadaan Tanah ditetapkan tanggal 30 Oktober 2012 berupa Tanah Kas Desa, Tanah Wakaf, Tanah
ditandatangani oleh Kepala Badan Pertanahan Kehutanan, dan lain-lain. Peraturan perundangan
Nasional RI Hendarman Supandji, sebagaimana telah tersebut antara lain adalah UU RI Nomor 41 Tahun
diubah dengan Peraturan Menteri Agraria Dan 2004 Tentang Wakaf, Peraturan Pemerintah RI
Tataruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan UU
6 Tahun 2015 ditetapkan tanggal 28 April 2015 Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, dan lain-lain.
ditandatangani Menteri Agraria dan Tataruang/Kepala
Badan Pertanahan Nasional Ferry Mursyidan Baldan. II. NILAI PENGGANTIAN WAJAR
Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 72
Pemahaman Nilai Penggantian Wajar (NPW)
Tahun 2012 Tentang Biaya Operasional Dan Biaya
adalah nilai untuk kepentingan pemilik yang
Pendukung Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi didasarkan kepada kesetaraan dengan Nilai Pasar atas
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Yang suatu Properti, dengan memperhatikan unsur luar
Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja
biasa berupa kerugian non fisik yang diakibatkan
Daerah ditetapkan 7 November 2012 ditandatangani
adanya pengambilalihan hak atas properti dimaksud.
Menteri Dalam Negeri RI Gamawan Fauzi.
NPW diartikan sama dengan Nilai Ganti Kerugian
sebagaimana dimaksud dalam UU No. 2 tahun 2012.
Pemerintah Indonesia tengah fokus di Indonesia namun tetap sesuai dengan peraturan dan
mempercepat pembangunan infrastruktur untuk perundang-undangan yang berlaku, serta Standar
memperkuat pondasi pembangunan yang Penilaian Indonesia (SPI). Sasarannya ialah
berkelanjutan. Tujuannya ialah untuk meningkatkan mempercepat tahapan verifikasi data dan tahapan
pertumbuhan ekonomi nasional. Pembangunan analisis dengan menggunakan metode
infrastruktur tersebut membutuhkan ketersediaan terkomputerisasi.
lahan dan tidak jarang memerlukan pengadaan tanah. Strategi pada tahapan verifikasi data adalah
Pengadaan tanah bagi pembangunan untuk dengan penggunaan surveyor. Tentu saja, sebelum
kepentingan umum di Indonesia telah diatur dalam surveyor turun ke lapangan, penilai terlebih dahulu
peraturan perundang-undangan, yakni Undang- melakukan pra-survei untuk mendapatkan database
Undang No. 2 Tahun 2012 dan peraturan turunannya. yang digunakan untuk keperluan analisis data dengan
Peraturan Presiden No. 99 Tahun 2014 tentang metode komputersiasi. Penilaian dengan
Perubahan Kedua atas Presiden No. 71 Tahun 2012 komputerisasi penting dilakukan untuk menghindari
tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi kesalahan perhitungan manual. Sehingga data yang
Pembangunan untuk Kepentingan Umum, menyatakan diinput dapat langsung menghasilkan nilai ganti
bahwa penetapan besarnya nilai ganti kerugian kerugian sebagai output. Strategi penilaian semi-masal
dilakukan oleh Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah yang terkomputerisasi ini dapat dilakukan oleh semua
berdasarkan hasil penilaian jasa Penilai atau Penilai penilai. Teknik dan metode yang digunakan dapat
Publik (Pasal 63, ayat 1). Pelaksanaan tugas Penilai menghemat waktu, tenaga, dan biaya, serta turut
dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja mempercepat pembangunan untuk kepentingan umum
sejak ditetapkannya Penilai oleh Ketua Pelaksana di Indonesia.
Pengadaan Tanah (Perpres No. 71 Tahun 2012, Pasal
63, ayat 5). Namun, seringkali kasus pengadaan tanah Kata Kunci: Penilaian, Pengadaan Tanah,
membutuhkan area yang sangat luas dengan ribuan Metode Terkomputerisasi, Kepentingan Umum
pemilik aset sehingga mustahil untuk dikerjakan dalam
waktu 30 hari kerja. Untuk itu, diperlukan suatu I. PENDAHULUAN
strategi pelaksanaan penilaian nilai ganti kerugian
untuk turut mempercepat pembangunan infrastruktur Di tahun 2016, Pemerintah Indonesia tengah
untuk kepentingan umum di Indonesia. fokus untuk mempercepat pembangunan infrastruktur
Tujuan penulisan ini adalah untuk untuk memperkuat pondasi pembangunan yang
menghasilkan strategi penilaian semi-masal yang berkualitas (APBN, 2016). Sasarannya ialah
dapat menghemat waktu, tenaga, biaya, juga turut meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
mempercepat pembangunan untuk kepentingan umum Pertumbuhan ekonomi nasional sendiri penting untuk
a. Pemeriksanaan fisik dan legal aset di penilai. Metode terkomputerisasi ini adalah suatu tabel
lapangan (data khusus); perhitungan yang mampu mengolah cara menghitung
b. Pengumpulan data umum dan data manual ke dalam perhitungan komputerisasi
pasar; berdasarkan input data hasil verifikasi di lapangan.
3. Melakukan analisis: Komputerisasi disini menggunakan Microsoft Excel
a. Penilaian aset sesuai dengan ataupun lainnnya sesuai kenyamanan penilai.
pendekatan dan metode terpilih; Selanjutnya, nilai ganti kerugian dihasilkan secara
b. Rekonsiliasi indikasi nilai dan opini otomatis tanpa perlu melakukan copy-paste formula
nilai akhir; untuk setiap bidang seperti proses penilaian umumnya.
4. Penyusunan laporan; Berikut ini merupakan alur penilaian semi-masal untuk
5. Presentasi dan diskusi; penilaian pengadaan tanah bagi pembangunan untuk
6. Penyampaian laporan akhir. kepentingan umum di Indonesia.
Langkah-langkah pada strategi penilaian semi-
V. ANALISIS DAN DISKUSI masal untuk penilaian pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum di Indonesia,
Pembangunan untuk kepentingan umum di
yakni:
Indonesia seringkali memerlukan lahan yang luas
dengan ribuan pemilik aset. Hal ini sangat menantang 1. Persiapan
bagi Penilai, dikarenakan tuntutan waktu perumusan Pekerjaan persiapan ini sangat penting untuk
diperhatikan karena berpengaruh terhadap
nilai ganti kerugian selama jangka waktu 30 (tiga
kelancaran pekerjaan di lapangan. Tahap
puluh) hari kerja. Permasalahan studi ini adalah belum
persiapan di dalam pekerjaan ini adalah
adanya strategi penilaian nilai ganti kerugian untuk
pengadaan tanah bagi pembangunan untuk identifikasi masalah dan lingkup penugasan,
kepentingan umum di Indonesia yang dapat serta perencanaan implementasi pelaksanaan
pekerjaan secara keseluruhan termasuk
menghemat waktu, tenaga, dan biaya.
mekanisme dan prosedurnya.
Untuk itu, studi ini bertujuan untuk
Penilai pada umumnya memulai pekerjaan
menghasilkan strategi penilaian semi-masal yang
penilaian setelah diterbitkannya penetapan
dapat menghemat waktu, tenaga, biaya, juga turut
mempercepat pembangunan untuk kepentingan umum oleh Lembaga Pertanahan. Namun, strategi
di Indonesia namun tetap sesuai dengan peraturan dan yang dapat dilakukan adalah melakukan
persiapan pekerjaan sebelum menerima data
perundang-undangan yang berlaku, serta Standar
dari Lembaga Pertanahan. Maka, diperlukan
Penilaian Indonesia (SPI) dengan cara: (1)
hal-hal sebagai berikut:
mempercepat tahapan verifikasi data; (2) mempercepat
a. Penilai melakukan persiapan terkait
tahapan analisis dengan menggunakan metode
terkomputerisasi. identifikasi masalah dan lingkup
penugasan;
b. Perencanaan implementasi pelaksanaan
V.1. KONSEP PENILAIAN SEMI-MASAL UNTUK
pekerjaan secara keseluruhan meliputi:
PENILAIAN PENGADAAN TANAH BAGI
1) Penyusunan tim dan pembekalan
PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN
UMUM DI INDONESIA teknis kepada tim Penilai dan tim
keseluruhan (data typist,
Konsep dari penilaian semi-masal untuk administrasi) yang terlibat.
penilaian pengadaan tanah bagi pembangunan untuk 2) Penyiapan peralatan pra-survei dan
kepentingan umum di Indonesia menggunakan metode survei, termasuk menyiapkan
terkomputerisasi yang dibuat berdasarkan kebutuhan Formulir Isian Verifikasi Aset.
Not OK OK
DNP Koordinator Data Typist Pelaporan
Penilai
Tim Field
Analisis
Work
antara lain perkerasan halaman dan jalan verifikasi data dan dibantu dengan surveyor. Sehingga
industri (paving area gudang, beton area pabrik, diharapkan penggunaan surveyor dapat membantu
aspal/hotmix area pabrik dan gudang), pagar percepatan proses penilaian nilai ganti kerugian
(berdasarkan ketinggian dan material), septic sehingga proses pekerjaan ini tetap sesuai dengan
tank, tangki air industri (tangki horizontal, ketentuan peraturan dan perundang-undangan.
tangki rectangular), deep well (pompa deep
well, pengeboran deep well berdasarkan V.3. ANALISIS PERCEPATAN PADA TAHAP
kedalaman). ANALISIS PENILAIAN MENGGUNAKAN
METODE TERKOMPUTERISASI
2. Input Data Hasil Pra-Survei ke Perhitungan Hasil dari pra-survei, DNP yang telah
Terkomputerisasi diverifikasi menjadi input pada tabel perhitungan
Berdasarkan hasil pra-survei, data yang
terkomputerisasi. Untuk melaksanakan proses ini
dikumpulkan menjadi data dasar (database) untuk
memerlukan proses input data yang sudah ditelaah
metode terkomputerisasi ini. Tabel Perhitungan
oleh Penilai. Sehingga, berikut ini adalah alur
Terkomputerisasi menjadikan data dasar ini menjadi
pengolahan data selama proses penilaian nilai ganti
acuan perhitungan untuk menghasilkan nilai ganti kerugian.
kerugian. Hal ini yang menyebabkan strategi penilaian Berdasarkan strategi percepatan pada tahap
yang dilakukan bersifat semi-masal, karena penilaian
verifikasi data dan tahap analisis menggunakan metode
yang dilakukan tetap satu per satu objek dan bidang
terkomputerisasi, maka kelebihan dan kekurangan dari
per bidang berdasarkan database yang telah
strategi ini adalah:
terkategori sesuai dengan kebutuhan. A. Kelebihan:
1. Menghindari kesalahan perhitungan
3. Penggunaan Surveyor untuk Membantu manual
Verifikasi Data 2. Menghindari kesalahan perhitungan excel
Setelah hasil pra-survei tersinkronisasi ke dalam
biasa, karena tidak membutuhkan copy
tabel perhitungan terkomputerisasi, selanjutnya adalah
paste template perhitungan untuk setiap
malakukan verifikasi data ke lapangan. Selain berbekal bidang
formulir verifikasi yang telah disesuaikan dengan tabel 3. Dapat diterapkan untuk bidang yang
perhingan terkomputerisasi, data yang dibutuhkan
sangat luas dengan jumlah Pihak yang
untuk verifikasi data di lapangan adalah DNP dari
Berhak yang banyak, sehingga
Lembaga Pertanahan.
Penilai/Badan Usaha Penilai tidak perlu
Surveyor yang digunakan tergantung dari volume
melakukan konsorsium dengan badan
objek penilaian. Namun yang tetap diperhatikan pada usaha Penilai lainnya
tahap ini adalah surveyor harus mendapat pemahaman 4. Menghemat waktu, tenaga, dan biaya
mengenai penilaian nilai ganti kerugian dan selama
5. Indikasi nilai ganti kerugian bisa didapat
pelaksanaan pekerjaan diawasi oleh penilai. Hal ini
sebelum dilakukan verifikasi di lapangan
dilakukan untuk mencegah surveyor melakukan
6. Perhitungan nilai tidak bisa diubah-ubah
kesalahan selama verifikasi data dan jalannya
per bidang, sehingga dapat mencegah
pekerjaan penilaian nilai ganti kerugian tetap sesuai permainan nilai.
dengan SPI. Pada strategi ini, penilai tetap melakukan
Hamid Yusuf
Handy Octavianus
I. PENDAHULUAN 23% dan aset tetap 19%, goodwill dan aset jangka
Pada dasarnya setiap perusahaan memiliki aset, panjang masing-masing 9%.
baik perusahaan perseorangan, perusahaan dagang,
perusahaan industri, maupun perusahaan jasa. Aset
berwujud (tangible assets) maupun aset tidak
berwujud (intangible assets) memegang peranan
penting dalam kegiatan operasional perusahaan untuk
mencapai tujuan perusahaan.
Organisasi-organisasi bisnis, para pemangku
kepentingan, para peneliti, dan pembuat kebijakan
semakin menyadari pentingnya aset tak berwujud
sebagai sumber daya fundamental untuk menciptakan
kekayaan dan sebagai sumber inovasi (Yudhanti dan
Santi, 2011).
Hulten dan Hao (2008) mengemukakan bahwa
diperlukan suatu transformasi di dalam satu Gambar 1.1 Perbandingan Tangible dengan
perusahaan yang terlalu mengutamakan tangible Intangible assets dalam satu perusahaan, Sumber
assets sebagai kekuatan utamanya. Studi kasus pada Hulten and Hao (2008)
negara China menemukan bahwa intangible assets
mempunyai pengaruh signifikan dalam meningkatkan Hal ini menunjukkan bahwa investasi terbesar
performa perusahaan. yang harus dilakukan oleh perusahaan seharusnya
China memiliki perkembangan yang luar biasa dilakukan pada investasi terhadap intangible assets,
dalam berbagai sektor kehidupannya. Hal ini tidak yang menurut Hulten dan Hao (2008) dapat
terlepas dari pengaruh transformasi ekonomi yang meningkat performa perusahaan secara signifikan,
dilakukan oleh China, dimana perusahaan-perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 1.1, di mana
China menyadari akan pentingnya membesarkan porsi peranan intangible assets mencapai 40% dari total
intangible assets dalam perusahaannya. Gambar 1.1, investasi pada perusahaan.
Hulten dan Hao (2008) membagi proporsi aset di Munculnya kesadaran ini menandakan
dalam perusahaan, dimana intangible assets memiliki dimulainya era ekonomi baru, yang salah satu cirinya
proporsi terbesar yaitu 40%, sedangkan aset lancar adalah didominasi oleh peran penting informasi dan
24 – MAPPI Insight – Vol. 1, No 1, Maret 2017
pengetahuan sebagai suatu knowledge assets bagi Market Hidden
Company Revenue Profits Net Assets
Value Value
perusahaan (Castro and Verde, 2012).
24.404
Dunia mulai menyadari, bahwa investasi pada Bank BNI 67.929 22.705 7.048 43.525
(36%)
intangible assets, merupakan suatu investasi yang 172.463
Bank BCA 224.361 27.614 11.721 51.898
menjanjikan untuk kemajuan perusahaan mereka, (77%)
pemberdayaan intangible assets, sebagai salah satu 12.899
Bank BII 22.566 7.407 1.211 9.667
(57%)
kekuatan yang menentukan kinerja perusahaan, layak
Bank 5.21
untuk mendapat perhatian (Corrado et al., 2012). MEGA
11.473 4.31 1.377 6.263
(45%)
Pada Gambar 1.2. dapat dilihat bahwa
perkembangan investasi pada intangible assets di Sumber : Laporan keuangan perusahaan perbankan
Amerika Serikat dalam kurun waktu enam puluh yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun 2012
tahun, memiliki kecenderungan meningkat (Diolah)
dibandingkan dengan investasi pada tangible assets,
yang memiliki kecenderungan mendatar. Dari Tabel 1.1, terdapat selisih antara market
value dengan net assets. Hal tersebut merupakan
suatu indikasi adanya hidden value, yang mana tidak
terungkapkan dalam laporan keuangan.
Contohnya Bank Central Asia (BCA) memiliki
market value sebesar 224 trilliun rupiah, sementara
aset bersihnya hanyalah 52 trilliun rupiah, terdapat
selisih sekitar 172 trilliun rupiah yang merupakan
nilai yang tersembunyi, dan tidak tercatat didalam
laporan keuangan. Dalam hal ini, intangible assets
dianggap merupakan faktor yang menyebabkan
terjadinya hidden value tersebut.
Dilihat dari segi net assets maupun market
Gambar 1.2. U.S. Tangible vs Intangible Investment, value, bank MEGA berada di bawah bank BII, namun
Sumber : Corrado and Hulten (2010) and Corrado et. bank MEGA memberikan profits lebih besar
al. (2012). dibandingkan bank BII. Hal ini dapat menjadi
indikasi bahwa kemungkinan intangible assets pada
Intellectual capital / Modal Intelektual, yang bank MEGA lebih baik dibandingkan bank BII.
juga merupakan salah satu bagian dari Intangible Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan
assets. Pertama kali dikembangkan oleh John bahwa ada intangible assets yang merupakan hidden
Kenneth Galbraith pada tahun 1969 dan kemudian value sehingga terdapat perbedaan yang besar antara
dikembangkan oleh Peter F. Drucker pada tahun 1993 market value dengan book value, dan berperan dalam
(Bontis, 2001). meningkatkan nilai pasar perusahaan, Steward (1997)
Intellectual capital merupakan proses dalam Astuti (2005).
penciptaan nilai melalui pengetahuan dan informasi Perbedaan antara nilai buku dan nilai
yang diaplikasikan pada pekerjaaan (William, 2001 kapitalisasi saham pada industri yang berbasis
dalam Rachmawati, 2012). Pendapat yang serupa juga pengetahuan (knowledge based industries)
dikemukan oleh Rupert (1998) dalam Sawarjuwono mengakibatkan terjadinya missing value pada laporan
(2003) bahwa aktiva tetap dalam neraca keuangan keuangan, yang oleh Steward (1997) disebut sebagai
perusahaan dapat berkurang bahkan hilang, namun intellectual capital. Hal ini memberi suatu pandangan
tidak menyebabkan hilangnya perhargaan pasar baru bahwa intellectual capital adalah sumber daya
terhadap mereka. yang penting bagi perusahaan, sama halnya dengan
Hal ini tercermin dari banyaknya perusahaan physical capital dan financial capital (Andriessen dan
yang memiliki aktiva berwujud namun tidak Stam,2005).
signifikan dalam laporan keuangan, akan tetapi Petty dan Guthrie (2000) mengemukakan
penghargaan pasar atas perusahaan-perusahaan pendekatan yang sering yang digunakan dalam
tersebut sangat tinggi. penilaian dan pengukuran aset tidak berwujud adalah
Pada perusahaan-perusahaan perbankan di Intellectual capital yang telah menjadi fokus dan
Indonesia, fenomena penghargaaan pasar atas perhatian di berbagai bidang keilmuan, baik teknologi
perusahaan tersebut terlihat dari nilai pasarnya yang informasi, manajemen dan akuntansi.
berada di atas nilai aset bersihnya sebagaimana Intellectual capital perusahaan tidak diukur
disajikan pada pada Tabel 1.1). secara langsung, akan tetapi Pulic (1998, 2000)
mengemukakan suatu ukuran penilaian efisiensi dari
Tabel 1.1 Market Value and Assets (in Milyar nilai tambah (value added) sebagai hasil dari
Rupiah) kemampuan intelektual perusahaan (value added
intellectual capital – VAICTM). Komponen utama
dari VAICTM dilihat dari sumber daya perusahaan,
Tabel 5.4 Peringkat Bank Berdasarkan Kinerja b. Capex (capital expenditure) merupakan
Keuangan (ROA) investasi yang dilakukan terhadap fix assets
Perin Perusahaan Perbankan 2012 ROA untuk memperoleh manfaat di masa yang
gkat akan datang, ditentukan dengan cara
1 Bank Rakyat Indonesia 3,39% mengurangkan fix assets tahun t dengan fix
(Persero) Tbk. assets tahun t-1.
2 Bank Tabungan Pensiunan 3,35% c. Working Capital
Nasional Tbk. Pada dasarnya working capital merupakan
3 Bank Central Asia Tbk. 2,74% selisih antara aset lancar terhadap hutang
4 Bank Danamon Indonesia 2,64% lancar, namun menurut Damodaran (1994)
Tbk. dalam kepentingan valuasi (penilaian), maka
5 Bank Mandiri (Persero) Tbk. 2,52% komponen Kas yang seharusnya merupakan
6 Bank of India Indonesia Tbk. 2,16% bagian dari aset lancar, harus dikeluarkan,
7 Bank CIMB Niaga Tbk. 2,15% menurut Damodaran (1994) kas merupakan
8 Bank Negara Indonesia 2,11% wasting assets, yang berarti, bahwa kas tidak
(Persero) Tbk. dapat menghasilkan return yang sebanding
9 Bank Mega Tbk. 2,11% dengan return pasar, sehingga
10 BPD Jawa Barat dan Banten 1,68% keberadaannya di dalam aset lancar akan
Tbk. menyebabkan perhitungan menjadi tidak
akurat, sehingga oleh Damodaran (1994)
Sumber : Sampel Penelitian yang diolah (2012) working capital disebut juga non-cash
working capital.
Penentuan Nilai Intrinsik Perusahaan Non-cash working capital bernilai negatif,
Pembahasan variabel penelitian telah dilakukan menurut Damodaran (1994) hal ini
pada bab-bab sebelumnya, namun pada sub bab ini, disebabkan oleh perusahaan menggunakan
penulis berusaha memaparkan lebih jelas mengenai hutang sebagai modal kerja, hal ini dianggap
nilai intrinsik perusahaan, hal ini disebabkan dalam masih layak apabila untuk jangka waktu
menentukan nilai intrinsik perusahaan memiliki yang pendek, namun akan menjadi tidak
prosedur yang cukup sulit, berbeda dengan variabel layak bilamana berlangsung dalam jangka
VAICTM (VAHU, VACA, dan STVA) serta ROA waktu panjang, hal ini disebabkan oleh biaya
(return on assets) yang relatif mudah untuk modal hutang yang akan semakin tidak
menentukannya karena seluruh komponen relevan. Sebagaimana diketahui bahwa
pembentuknya tercantum jelas pada laporan keuangan perusahaan perbankan memiliki modal
masing-masing perusahaan. sebahagian besar berasal dari hutang (dana
Nilai intrinsik perusahaan merupakan nasabah), sehingga NWC pada perusahaan
variabel terpenting dalam penelitian ini, penulis perbankan cenderung memiliki nilai yang
menggunakan kurang lebih 2/3 dari total keseluruhan negatif.
waktu penelitian ini untuk menentukan nilai intrinsik d. Growth (Pertumbuhan perusahaan)
perusahaan (31 perusahaan perbankan). Pembahasan Growth rate (tingkat pertumbuhan)
mengenai nilai intrinsik perusahaan, tidak dapat perusahaan memegang peranan yang penting
dipisahkan dari free cash flow to firm (FCFF), growth dalam melakukan proyeksi terhadap FCFF.
(pertumbuhan), Discount rate, terminal value, Dalam penelitian ini, NWC yang negatif
capitalization rate dan Net Present Value. mengakibatkan perhitungan growth tidak
FCFF dapat diartikan sebagai aliran kas tunai dapat menggunakan rumusan baku Expected
bersih bebas yang dimiliki perusahaan untuk Growth = Reinvestment Rate x Return on
membiayai keseluruhan perusahaan tersebut dalam Capital.
jangka waktu satu tahun. FCFF merupakan operating Nilai NWC yang negatif akan
income perusahaan (setelah dikurangkan pajak), dan mengakibatkan reinvestment rate cenderung
dikurangkan dengan capital expenditure (setelah menjadi negatif, sehingga growth akan
dikurangkan depresiasi) serta dikurangkan dengan menjadi negatif. Growth yang negatif tidak
working capital. diperbolehkan dalam penelitian ini. Oleh
sebab itu, diperlukan metode lain untuk
Abstrak — Penelitian ini bertujuan untuk dari jumlah unit apartemen di Jakarta, namun
menguji pengaruh faktor fisik dan lokasi terhadap pertumbuhannya begitu tinggi yaitu sebesar 142%.
nilai apartemen serta kesediaan membayar konsumen Pada tahun 2015 hingga 2018 ada 25.844 unit
pada view apartemen. Variabel yang digunakan apartemen yang dibangun dari 27 proyek di Surabaya
adalah view dari apartemen, fasilitas umum, fisik, dan (Salanto, 2014).
lokasi. Pengambilan sampel dilakukan pada pemilik Pertumbuhan proyek apartemen yang tinggi
apartemen dan konsumen yang berminat membeli tersebut mendorong developer bersaing untuk
apartemen di Surabaya. Metode yang digunakan menarik konsumen dengan menawarkan harga yang
adalah regresi berganda dengan dummy variabel. beragam sesuai dengan spesifikasi unit apartemen
Hasil penelitian menunjukkan view taman, view golf, yang dimiliki. Beberapa faktor yang dapat
jumlah kamar, luas, akses ke pusat perbelanjaan, mempengaruhi keberagaman nilai apartemen yaitu
rumah sakit, sekolah, dan ke tempat kerja faktor fisik dan faktor lokasi apartemen. Faktor fisik
berpengaruh pada nilai apartemen. Konsumen juga meliputi desain, ukuran, dan kualitas bangunan,
menunjukkan willingness to pay pada view apartemen sedangkan faktor lokasi menggunakan indikator
dengan tingkat persentase kesediaan pada view laut aksesibilitas yaitu jarak properti ke CBD (central
dan kota sebesar 2,1% hingga 4%, view taman, kolam business district) ataupun fasilitas lain yang
renang, dan gunung sebesar 1,1% hingga 2%, view berdekatan dengan hunian, seperti sekolah, toko-toko,
pertanian sebesar 4,1% hingga 6%, dan view golf dan tempat kerja (Ratchatakulpat, Miller, &
sebesar 4,1% hingga 8%. Marchant, 2009).
Mandell dan Wilhelmsson (2011) melakukan
I. PENDAHULUAN penelitian tentang willingness to pay pada lingkungan
Tingginya harga rumah tapak atau landed yang berkelanjutan. Hasil penelitian menyebutkan
house saat ini mendorong masyarakat untuk beralih bahwa 70% dari variasi harga dapat dijelaskan dari
faktor fisik yang dimiliki hunian. Untuk faktor lokasi,
tinggal di hunian vertikal, seperti apartemen. Bagi
Tan (2011) menyatakan pengaruh faktor lokasi
masyarakat urban (perkotaan), terutama keluarga
terhadap willingness to pay hunian di lingkungan
maupun eksekutif muda, tinggal di apartemen
yang berkelanjutan. Hasilnya menunjukkan bahwa
merupakan pilihan yang terbaik. Kehidupan
masyarakat perkotaan yang sibuk dan cepat membuat lokasi yang strategis adalah lokasi yang berdekatan
pilihan untuk tinggal di apartemen, dianggap lebih dengan berbagai tempat umum maupun tempat kerja,
harga hunian dapat mengalami peningkatan sebesar
praktis dan terjangkau (Kurniawan, 2015).
16% sampai 31%.
Berdasarkan riset Colliers International Indonesia,
Tinggal di hunian vertikal dengan view indah
meskipun pasar apartemen di Surabaya hanya 12%
dan mempunyai prospek cerah banyak diinginkan
35 – MAPPI Insight – Vol. 1, No 1, Maret 2017
konsumen yang tidak sekedar mencari sebuah tempat menyatakan apartemen merupakan suatu bangunan
tinggal, tetapi juga mencari ketenangan. Ranto hunian yang dipisahkan secara horizontal dan vertikal
(Manajer Business Development and Finance Paragon agar tersedia hunian yang berdiri sendiri dan
Square) mengatakan banyak pesanan unit atas mencakup bangunan bertingkat rendah atau bangunan
apartemen yang mempunyai view indah seperti view tinggi, dilengkapi berbagai fasilitas yang sesuai
lapangan golf dapat dijadikan indikasi ketertarikan dengan standar yang ditentukan. Ukuran fisik unit
konsumen dalam membeli apartemen. Sebagai apartemen berdasarkan besar dan kecilnya, misalnya
contoh, penjualan apartemen Paragon Square di berukuran lima dari sembilan unit rumah atau lima
Tangerang-Banten, sejak awal peluncurannya pada dari dua belas unit rumah. Faktor fisik apartemen juga
akhir bulan Juni 2015, dalam satu bulan 70% unit meliputi ketinggian unit apartemen yang
apartemen dengan view lapangan golf sudah terjual dikelompokkan menjadi high-rise, mid-rise, atau
(Ranto, 2013). Bahkan di kota Surabaya, sebagai kota garden apartment (Mills, Parli, & Reynolds, 2008, p.
metropolitan di Indonesia bagian Timur, hampir 2) serta umur bangunan, ukuran, desain, dan kualitas
semua apartemen yang dibangun menawarkan view konstruksi dari strukturnya (Ling & Archer, 2005, p.
yang menarik dan diminati konsumen. Seperti 5). Menurut Fanning (2005), alam di sekeliling
apartemen Bale Hinggil (MERR Surabaya), ada 5 properti adalah faktor fisik dari properti tersebut.
view yang ditawarkan, yaitu view Suramadu, view Alam merupakan fitur geologi yang dapat menjadi
laut, view gunung, view kota, serta view kolam perhatian utama karena alam menyediakan fasilitas
renang. Sedangkan apartemen Educity Surabaya fisik bagi pengguna properti seperti view atau
menawarkan city view, lagoon view, dan panoramic pemandangan indah, muara sungai, maupun sungai-
sea view. sungai kecil.
Berdasarkan penelitian sebelumnya, view Bagi masyarakat yang kehidupannya berada di
merupakan faktor fisik yang menjadi salah satu faktor gedung tinggi seperti apartemen, view yang terlihat
yang dipertimbangkan dalam keputusan pembelian dari jendela merupakan salah satu sarana penghubung
apartemen. Roulac (2006) mengemukakan view dengan lingkungan luar. Bishop et al. (2004)
adalah salah satu faktor dari keunikan dan keindahan membagi menjadi empat view yang dapat mewakili
properti yang ditangkap dalam konsep beauty. lingkungan, yaitu view lokasi yang tertutup air
Keindahan tersebut berpengaruh pada nilai properti (seperti laut dan sungai), view ruang hijau (seperti
dan merupakan komponen penting dalam penilaian. taman), view industri, dan kawasan komersial
Keindahan memberikan kontribusi 29,3% terhadap (termasuk bangunan tinggi lainnya). Sedangkan Chan,
nilai properti di United States. Makinde dan Chung, Baldwin, dan Lee (2009) berpendapat bahwa
Tokunboh (2013) juga mengemukakan view yang ada empat jenis pemandangan yaitu: sea view
menjadi akses untuk berinteraksi dengan alam banyak (pemandangan laut atau pantai), road facing view
dicari konsumen terutama untuk estetika, keindahan, (pemandangan kota), mountain view (pemandangan
dan ketenangan. Pengaruh view dapat meningkatkan gunung), dan normal view (pemandangan ke gedung
harga hunian sebesar 47,9%. Kesediaan untuk apartemen). View juga dapat dikelompokkan menjadi
membayar atau willingness to pay (WTP) merupakan dua, yaitu konten alam dan elemen yang telah
kesediaan seseorang untuk membayar atas produk dibangun. Konten alam meliputi pemandangan ke
atau jasa dengan harga lebih tinggi. Konsumen arah taman, pohon, kolam, lahan pertanian, sungai,
bersedia melakukan pembayaran untuk view yang dan hewan-hewan yang terlihat (seperti tupai, burung,
indah pada apartemen di Australia sebesar 15% lebih atau hewan lainnya). Untuk elemen yang telah
tinggi dari harga sewa (Bishop, Eckart, dan dibangun meliputi area parkir, jalan-jalan sibuk atau
Mahbubul, 2004). Uraian di atas menunjukkan jalan raya, trotoar, tanah kosong, rumah atau
penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh apartemen, serta dinding-dinding bangunan.
faktor fisik dan lokasi pada nilai apartemen di Manfaat psikologis dari adanya view
Surabaya serta mengukur willingness to pay peminat ditunjukkan dari tingkat kesejahteraan dan kepuasan
pembeli apartemen yang ditawarkan berdasarkan masyarakat saat menikmati view dari jendela tempat
view. tinggalnya. Manfaat psikologis view diuraikan
menjadi:
II. TEORI PENUNJANG 1. Kesejahteraan psikologis, fokus pada mental
masyarakat yang merasa lelah (misal: menjadi
Apartemen adalah bangunan gedung bertingkat
pelupa dan bingung) dan aspek positif terkait
yang terbagi dalam beberapa bagian yang dibangun
pemulihan mental (misal: merasa santai dan
dalam suatu lingkungan, terstruktur secara fungsional
dalam arah horizontal maupun vertikal serta lebih efektif).
merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat 2. Kepuasan pada lingkungan hunian dimana
masyarakat dapat berinteraksi dengan
dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama
lingkungan melalui pemandangan atau view
untuk tempat hunian, dilengkapi dengan bagian-
yang dilihat. Kepuasan terkait perasaan yang
bersama, benda bersama dan tanah bersama (Undang
merasa dipulihkan ketika melihat
Undang Republik Indonesia No. 16 Tahun 1985
tentang Rumah Susun). Neufert (1980) juga pemandangan atau view (Kaplan, 2001).
Kolmogorov-Smirnov 0,68
F 28,022
Sig. 0,000
R Square 0,822
Adjusted R Square 0,793
*. Signifikan pada tingkat signifikansi 5% atau 0,05
**. Signifikan pada tingkat signifikansi 10% atau 0,1