Anda di halaman 1dari 12

Manado, Maret 2022

Perihal : Permohonan Praperadilan

KEPADA
Yth. KETUA PENGADILAN NEGERI MANADO
Di –
MANADO

Dengan Hormat,

Perkenankanlah kami :
ADV. MARIO PIETRA LAMIA, SH., ADV. RUDY SARMAN KAYADOE, SH.,
dan ADV. BENEDICTA YUNITA PONTOH, SH., Advokat / Penasehat Hukum
pada Kantor Konsultan Hukum LAMIA & PARTNERS,,,dengan alamat Titiwungen
Utara Lingkungan V Kecamatan Sario, Kota Manado. Dalam hal ini bertindak
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal ……… September 2023, baik secara
bersama-sama maupun secara sendiri-sendiri untuk dan atas nama RULLY
ISKANDAR selanjutnya disebut sebagai PEMOHON
MELAWAN
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA C.Q. KEPALA KEJAKSAAN TINGGI
SULAWESI UTARA, Cq. KEPALA KEJAKSAAN NEGERI MANADO, alamat
Jalan Pemuda No.7 Sario Manado, selanjutnya disebut sebagai TERMOHON.

Adapun alasan-alasan Pemohon dalam mengajukan PERMOHONAN


PRAPERADILAN ini adalah sebagai berikut :

I. DASAR HUKUM PERMOHONAN PRAPERADILAN :


I. A. Bahwa mengingat Pasal 1 angka 10 KUHAP dihubungkan dengan
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 21/PUU-XII/2014 tanggal 28
April 2015 perihal salah satu objek praperadilan untuk adalah
memeriksa dan mengadili sah tidaknya penetapan tersangka,
sebagaimana pada kutipan amar putusan Mahkamah Konstitusi No.
21/PUU-XII/2014 sebagai berikut: Mengadili, Menyatakan : 1.
Mengabulkan Permohonan untuk sebagian : 1. [dst] 2. [dst] 3.
Pasal 77 huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
hukum acara pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
1981, Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3209) bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 sepanjang tidak dimaknai termasuk
Penetapan Tersangka, Penggeledahan dan Penyitaan; 4. Pasal 77
huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang hukum
acara pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1981,
Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3209) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang tidak
dimaknai termasuk Penetapan Tersangka, Penggeledahan dan
Penyitaan;
I. B. Bahwa pasca Putusan Mahkamah Konstitusi aquo terdapat sejumlah
preseden hukum yang termuat dalam Yurisprudensi Mahkamah
Agungtentang penetapan Tersangka sebagai objek Praperadilan
seperti yang terdapat dalam perkara berikut : 1. Putusan
Pengadilan Negeri Penajam No. 04/Pid.Prap/2015/PN.Jkt.Sel
tanggal 15 Februari 2015 2. Putusan Pengadilan Negeri Penajam
No. 36/Pid.Prap/2015/Pn.Jkt.Sel tanggal 26 Mei 2015
I. C. Bahwa Putusan Mahkamah Konstitusi No. 21/PUU-XII/2014 tanggal
28 April 2015 bahwa Penetapan Tersangka merupakan bagian dari
wewenang Praperadilan bersifat final dan mengikat, maka
pengujian keabsahan penyelidikan, penyidikan, dan penetapan
tersangka adalah hak konstitusional Pemohon, karena penetapan
tersangka adalah pintu masuk bagi penyidik dan atau penuntut
umum untuk melakukan upaya paksa;
I. D. Bahwa dengan demikian permohonan Praperadilan adalah untuk
menguji keabsahan penetapan tersangka dan penuntutan pada
hakekaktnya adalah untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia
yang dijamin oleh hukum dan peraturan perundang-undangan
sebagaimana di atur dalam konsideran menimbang huruf (c)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981;

II. ALASAN PERMOHONAN PRAPERADILAN


II. A. FAKTA-FAKTA :
1. Bahwa dugaan Tindak Pidana Korupsi dalam Percepatan
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
pada kegiatan pengadaan Ikan Kaleng Tahap I s/d Tahap III
di Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat yang
bersumber dari Dana Belanja Tidak Terduga (BTT) Pemerintah
Kota Manado TA 2020 sebelumnya telah diaudit oleh
Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan
Provinsi Sulawesi Utara (BPKP Perwakilan Prov. Sulut)
berdasarkan Laporan Hasil Audit Tujuan Tertentu atas
Pengadaan Barang/Jasa Dalam Rangka Percepatan
Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) Nomor:
LATT-032/PW18/3/2021 Tanggal 1 Maret 2021;
2. Bahwa berdasarkan Surat Permintaan Keterangan Termohon
Nomor dan tanggal tidak diketahui, Pemohon dimintai
keterangan oleh Termohon terkait adanya laporan masyarakat
tentang dugaan penyalahgunaan dalam kegiatan Percepatan
Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
pada kegiatan pengadaan Ikan Kaleng Tahap I s/d Tahap III
di Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat yang
bersumber dari Dana Belanja Tidak Terduga (BTT) Pemerintah
Kota Manado TA 2020 dan memberikan keterangan di depan
Termohon tanpa didampingi penasehat hukum bertempat di
Rumah Tahanan …………. Pada tanggal ……………..;
4. Bahwa selanjutnya pada tingkat Penyidikan (berdasarkan
Surat Perintah Penyidikan Kepala Kejaksaan Negeri Manado
Nomor : Print -1525/P.1.10/Fd.2/07/2023, tanggal 18 Juli
2023), Pemohon telah memberikan keterangan di depan
Termohon pada tanggal 20 Juli 2023, berdasarkan Surat
Panggilan sebagai saksi berdasarkan Surat Panggilan Nomor:
Tidak ada /P.1.10/Fd.2/07/2023 tertanggal 14 Juli 2023;
5. Bahwa Pemohon selanjutnya ditetapkan sebagai Tersangka
berdasarkan Surat Penetapan Tersangka Nomor :
TAP-3219/P.1.10/Fd.2/09/2023 tertanggal 18 September
2023;
6. Bahwa secara kronologis diketahui dalam penetapan Pemohon
sebagai Tersangka didahului dan diikuti oleh sejumlah Surat
Perintah dengan rincian sebagai berikut;
a) Surat Perintah Penyelidikan: ……………………;
b) Surat Perintah Penyidikan Nomor : Print
-1525/P.1.10/Fd.2/07/2023, tanggal 18 Juli 2023;
c) Surat Perintah Penyidikan Nomor : Print
-1719/P.1.10/Fd.2/09/2023, tanggal 18 September 2023;
c) Surat Penetapan Tersangka Nomor:
TAP-3219/P.1.10/Fd.2/09/2023 tertanggal 18 September
2023.
9. Bahwa berdasarkan Surat Penetapan Tersangka aquo,
diketahui bahwa Pemohon tindak pidana yang didisangkakan
adalah Pasal 2 ayat (1) Subsider Pasal 3 juncto Pasal 18
Undang-Undang 31 Tahun 1999 Juncto Undang-Undang 20
Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dimana unsur utama dari
ketentuan tersebut adalah adanya kejahatan dalam jabatan
yang secara memiliki hubungan kausalitas dengan kerugian
negara;
10. Bahwa Termohon menetapkan Pemohon sebagai Tersangka,
tidak pernah memberitahukan baik lisan maupun
tertulis kepada Pemohon berapa besar kerugian negara
yang mana seharusnya diketahui Pemohon ataupun tertuang
dalam pemeriksaan sehingga patut diketahui oleh Pemohon,
tindakan Termohon menyebabkan ketidakpastian
hukum dan menciderai jaminan perlindungan hukum
yang adil terhadap diri Pemohon;
11. Bahwa Termohon telah menetapkan Pemohon sebagai
Tersangka sementara belum diketahui berapa kerugian
Negara yang jelas dan juga belum menentukan siapa yang
diuntungkan akibat kerugian negara dalam perkara di mana
Pemohon telah ditetapkan sebagai Tersangka;
12. Bahwa Termohon telah melakukan pemanggilan sebanyak 3
(tiga) kali terhadap Pemohon sebagai Tersangka tanpa
mempertimbangkan alasan kemanusiaan dimana Pemohon
dalam keadaan sakit berat serta Termohon tidak pernah
memeriksa mendatangi Pemohon guna memeriksa
keberadaan Pemohon selama dirawat di Rumah Sakit
sebagaimana dimaksud Pasal 113 KUHAP;

II. B. ALASAN OBJEKTIF PENETAPAN TERSANGKA TIDAK BERDASARKAN


HUKUM
1. Bahwa penetapan Pemohon sebagai Tersangka tidak
berdasarkan hukum karena Pasal 1 angka (2) KUHAP pada
pokoknya mengatur bahwa penetapan Tersangka harus
berdasarkan pengumpulan bukti menurut cara yang diatur
dalam KUHAP;
2. Bahwa tindakan Termohon menetapkan Tersangka pada saat
penghitungan kerugian negara belum diketahui berapa
besaran menunjukkan bahwa Termohon menyalahgunakan
wewenangnya sebagai Penyidik dengan menafsirkan suatu
ketentuan undang-undang sementara Penyidik tidak memiliki
legal standing untuk menafsirkan Undang-undang dalam hal
ini menafsirkan berapa kerugian negara yang senyatanya;
3. Bahwa dengan demikian Termohon selaku Penyidik telah
melakukan abuse of power paling tidak terhadap dua hal,
pertama penafsiran hukum berdasarkan unfair prejudice;
kedua, kompetensi dan kewenangan untuk menentukan
kerugian negara;
4. Bahwa menurut pendekatan doktrinal yang berhak dan diberi
kewenangan untuk menafsirkan Undang-Undang demi
kepentingan proses peradilan hanya Hakim dan kewenangan
atribusi untuk menentukan kerugian negara adalah Badan
Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;
5. Bahwa apabila penetapan Pemohon sebagai Tersangka
dihubungkan dengan dugaan tindak pidana yang disangkakan
yakni pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999
juncto undang-undang nomor 20 tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi maka diketahui elemen
elemen pokoknya adalah
1) setiap orang;
2) adanya perbuatan melawan hukum;
3) memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi;
4) yang dapat mengakibatkan merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara;
6. Bahwa ketentuan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 tentang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengandung elemen
pokok yaitu
1) setiap orang;
2) dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi;
3) dengan menyalahgunakan kewenangan kesempatan
atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan;
4) dapat merugikan kerugian atau perekonomian negara;
7. Bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
25/PUUXIV/2016, tanggal 25 Juni 2016 dengan tegas
menyebutkan bahwa unsur kerugian negara harus dibuktikan
dengan tolak ukurnya adalah dapat dihitung, nyata dan pasti
jumlahnya, sehingga kesimpulan bahwa kerugian negara
terjadi atau tidak terjadi haruslah dilakukan oleh ahli dalam
keuangan negara atau perekonomian negara, serta ahli dalam
analisis hubungan perbuatan seseorang dengan kerugian
negara;
8. Bahwa menurut hukumnya pasal 1 angka (22) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dinyatakan kerugian negara atau daerah adalah
kerugian uang surat berharga dan barang yang nyata dan
pasti jumlahnya sebagai akibat perbuatan yang melawan
hukum baik Sengaja maupun lalai;
9. Bahwa jika ketiadaan unsur kerugian negara yang nyata dan
pasti sebagai bukti permulaan dihubungkan dengan Surat
Penetapan Tersangka terhadap diri Pemohon Nomor: TAP-
3219/P.1.10/Fd.2/09/2023 tertanggal 18 September 2023
maka diperoleh fakta bahwa penetapan Pemohon sebagai
Tersangka tidak berdasarkan alasan yang objektif, karena
Genus Crime dari Pasal yang disangkakan kepada Pemohon
adalah kejahatan dalam jabatan (Pasal 413 KUHP sampai
dengan Pasal 437 KUHP) sehingga secara objektif
mensyaratkan keterhubungan yang logis antara
jabatan/wewenang Pemohon dengan timbulnya kerugian
negara yang nyata dan pasti;
10. Bahwa menurut hukumnya Pasal 1 angka (14) KUHAP
menyatakan bahwa Tersangka adalah seorang yang karena
perbuatannya atau keadaannya berdasarkan bukti permulaan
patut diduga sebagai pelaku tindak pidana;
11. Bahwa dalam konteks pemaknaan bukti permulaan yang
cukup, maka Mahkamah Konstitusi dalam Putusan Nomor
21/PUU-XII/2014 halaman 109 pada pokoknya memberikan
kaidah hukum bahwa bukti permulaan yang cukup harus
dimaknai sebagai minimal dua alat bukti yang termuat dalam
Pasal 184 KUHAP;
12. Bahwa mengingat Penetapan Tersangka merupakan pintu
masuk untuk melakukan upaya penuntutan dan upaya paksa
(midelle dwaling) lainnya maka secara hukum batas minimum
pembuktian tidak dapat dinyatakan cukup jika tidak didukung
dua alat bukti yang sah sebagaimana disebutkan dalam Pasal
184 ayat (1) KUHAP;
13. Bahwa ketentuan Pasal 1 angka (14) KUHAP juncto Pasal 184
KUHAP dihubungkan dengan Fatwa Mahkamah Agung Nomor:
068/KMA/HK.01/VII/2012, tanggal 27 Juli 2012 yang
menyatakan bahwa jumlah kerugian negara adalah jumlah
kerugian yang dinilai dan/atau ditetapkan dengan keputusan
BPK.RI, maka diperoleh kesimpulan bahwa tindakan
Termohon menetapkan Pemohon sebagai Tersangka tanpa
adanya penghitungan kerugian negara yang jelas dan pasti
adalah tindakan melawan hukum yang berakibat pada tidak
sahnya middelle dwaling Termohon yang harus dibatalkan
atau setidak-tidaknya dinyatakan tidak mengikat secara
hukum;
14. Bahwa dengan demikian, bukti permulaan yang cukup
digunakan dalam penetapan Termohon menjadi tersangka
seharusnya berpedoman pada ketentuan Pasal 183 juncto
Pasal 184 KUHAP yaitu syarat bagi Hakim dalam menjatuhkan
pidana kepada seseorang yaitu sekurang-kurangnya
berdasarkan dua alat bukti yang sah untuk menyatakan
bahwa tindak pidana betul-betul terjadi dan Pemohonlah yang
bersalah melakukannya;
15. Bahwa mengingat kapasitas Termohon sebagai Penyidik
Tindak Pidana Korupsi yang telah secara aktif melakukan
serangkaian tindakan penyelidikan dan penyidikan yang diikuti
dengan menetapkan Pemohon sebagai Tersangka., maka
secara Hukum Termohon harus membuktikan bahwa
tindakannya tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan
hukum yang ada;
16. Bahwa mengingat Pasal 1 angka (14) KUHAP bahwa
penetapan Tersangka harus didasarkan pada bukti permulaan
yang cukup maka bukti-bukti yang dimiliki oleh Termohon
untuk menetapkan Pemohon sebagai Tersangka harus diuji di
persidangan Praperadilan atau dengan perkataan lain sidang
Praperadilan berwenang menguji materi pokok perkara;
17. Bahwa ditetapkannya Pemohon sebagai tersangka dan
ditindaklanjuti dengan Penggeledahan pada ruang kerja dan
rumah Pemohon telah menimbulkan kerugian materiil dan
immateriil yang disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian
Termohon selaku Penyidik dalam menerapkan hukum dan
dengan demikian Pemohon berhak menerima ganti kerugian
dan dipulihkan atau direhabilitasi harkat dan martabatnya.
II. C. TERMOHON MELAKUKAN PENYELIDIKAN DAN PENYIDIKAN
DENGAN CARA YANG BERTENTANGAN DENGAN HUKUM.
1. Bahwa berdasarkan Pasal 1 angka (5) dan angka (6) KUHAP
disebutkan bahwa Penyelidikan dilakukan untuk membuat
terang ada tidaknya tindak pidana, sedangkan Penyidikan
untuk membuat terang tindak pidana dan menemukan
Tersangkanya;
2. Bahwa Termohon menerbitkan Surat Perintah Penyelidikan
Nomor: ………………………………….. tanggal …………………………..
kemudian dilanjutkan dengan memanggil Pemohon melalui
Surat Permintaan Keterangan Nomor …………………. tanggal
…………………… menunjukkan fakta bahwa waktu dimulainya
Penyelidikan adalah tanggal ………………… namun Pemohon
tidak pernah menerima Surat Permintaan Keterangan tersebut
hanya menandatangani tanda terimanya;
3. Bahwa jika fakta di atas dihubungkan dengan ketentuan
penyelidikan yang diatur dalam Pasal 4 Peraturan Jaksa Agung
RI Nomor : PER 039/A/JA/10/2010 tanggal 29 Oktober 2010,
bahwa untuk Kejaksaan Negeri tipe B diluar Jawa, Madura dan
Bali waktu penyelidikan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja
pada setiap penerbitan Surat Perintah Penyelidikan. Setelah
habis masa perpanjangan ke-2 (dua), penyelidikan harus
dianggap selesai dengan putusan dari Pimpinan, maka
Penyelidikan Termohon telah melampaui batas waktu yang
ditentukan yakni 60 (enam puluh) hari kerja;
4. Bahwa berdasarkan Pasal 4 Peraturan Jaksa Agung Nomor:
PER039/A/JA/10/2010 tanggal 29 Oktober 2010 bahwa
terlampauinya batas waktu penyelidikan ke penyidikan
menunjukkan Termohon melakukan tindakan yang melampaui
wewenangnya dengan menerbitkan Surat Perintah Penyidikan
setelah melewati masa 60 hari kerja sehingga sangat jelas
dalam peningkatan status dari penyelidikan ke penyidikan
merupakan abuse of power yang tidak dapat dibenarkan
dilakukan oleh Institusi Penegak Hukum seperti Penyidik
Kejaksaan;
5. Bahwa jika Termohon mematuhi Pasal 4 Peraturan Jaksa
Agung Nomor: PER-039/A/JA/10/2010 maka seharusnya Surat
Perintah Penyidikan telah terbit selambat-lambatnya pada
tanggal ……………………….., sementara faktanya Surat Perintah
Penyidikan baru terbit pada tanggal …………………...
sebagaimana tertuang dalam Surat Perintah Penyidikan
Nomor : Print -1525/P.1.10/Fd.2/07/2023, tanggal 18 Juli
2023 disusul Surat Perintah Penyidikan Nomor : Print
-1719/P.1.10/Fd.2/09/2023, tanggal 18 September 2023 yang
tidak jelas apakah surat perintah penyidikan lanjutan atau
bukan;
6. Bahwa dengan demikian, maka peningkatan status
penyelidikan ke penyidikan yang dilakukan oleh Termohon
didasari oleh tindakan Maladministrasi dalam bentuk
melampaui wewenang yang bertentangan dengan hukum
sehingga upaya paksa yang dilakukan berdasarkan tindakan
Maladministrasi demi hukum dan keadilan harus dinyatakan
Batal Demi Hukum;
7. Bahwa apabila ketentuan Pasal 2 Peraturan Jaksa Agung
Nomor: PER-039/A/JA/10/2010 tanggal 29 Oktober 2010
dihubungkan dengan Surat Perintah Penyelidikan Termohon
Nomor: …………………….. tanggal …………………………. maka
dapat diketahui bahwa sumber penyelidikan Termohon adalah
berdasarkan Laporan atau pengaduan;
8. Bahwa hanya berdasarkan laporan dan satu keterangan saksi
saja menunjukkan bahwa peningkatan status penyelidikan ke
penyidikan yang dilakukan oleh Termohon sangat absurd dan
didorong oleh subjektivitas karena menurut Pasal 2 Peraturan
Jaksa Agung Nomor: PER-039/A/JA/10/2010 tanggal 29
Oktober 2010 dalam tindak pidana korupsi bukti yang wajib
disertakan adalah
1. Hasil audit BPK RI/ BPKP dan;
2. Hasil pemeriksaan dari unit pengawas internal,
9. Bahwa menurut faktanya, Pemohon dalam tingkat
penyelidikan maupun penyidikan telah menyampaikan dan
menyerahkan dokumen yang ada pada Pemohon sehingga
menunjukkan bahwa kegiatan pengadaan Ikan Kaleng Tahap I
s/d Tahap III di Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
yang bersumber dari Dana Belanja Tidak Terduga (BTT)
Pemerintah Kota Manado TA 2020 telah diaudit oleh Badan
Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan Provinsi Sulawesi
Utara (BPKP Perwakilan Prov. Sulut) sebagaimana tertuang
dalam Laporan Hasil Audit Tujuan Tertentu atas Pengadaan
Barang/Jasa Dalam Rangka Percepatan Penanganan
Corona Virus Disease (COVID-19) Nomor:
LATT-032/PW18/3/2021 Tanggal 1 Maret 2021;
10. Bahwa menurut faktanya Badan Pengawasan Keuangan Dan
Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara (BPKP Perwakilan Prov.
Sulut) membuktikan bahwa hasil temuannya terhadap
kegiatan pengadaan Ikan Kaleng Tahap I s/d Tahap III di
Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat yang bersumber
dari Dana Belanja Tidak Terduga (BTT) Pemerintah Kota
Manado TA 2020 hanya terdapat kemahalan harga dari
penyedia dalam hal ini PEMOHON dan oleh PEMOHON telah
dinyatakan kesediaan membayar kemahalan tersebut
sebagaiman tertuang dalam Surat Pernyataan Kesanggupan
Penyedia Barang dan Jasa (SPKPBJ) sebagaimana telah
dijadikan Barang Bukti oleh Termohon.
11. Bahwa apabila Surat Perintah Penyelidikan Termohon Nomor:
………………… tanggal ……………… dihubungkan dengan hasil
audit Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan
Provinsi Sulawesi Utara (BPKP Perwakilan Prov. Sulut)
sebagaimana tertuang dalam Laporan ………………….. tanggal
…………………. diperoleh fakta hukum bahwa Penyelidikan
Termohon dimulai setelah Badan Pengawasan Keuangan Dan
Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara (BPKP Perwakilan Prov.
Sulut) menerbitkan hasil audit sebagaimana tertuang dalam
……………………………. .
13. Bahwa apabila Surat Perintah Penyidikan Termohon Nomor:
Surat Perintah Penyidikan Nomor : Print
-1525/P.1.10/Fd.2/07/2023, tanggal 18 Juli 2023 disusul Surat
Perintah Penyidikan Nomor : Print -1719/P.1.10/Fd.2/09/2023,
tanggal 18 September 2023 dihubungkan dengan hasil audit
Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan Provinsi
Sulawesi Utara (BPKP Perwakilan Prov. Sulut) sebagaimana
tertuang dalam Laporan ………………….. tanggal ………………….
diperoleh kesimpulan bahwa Penyidikan yang Termohon
lakukan tidak dikonfrontir hasil audit Badan Pengawasan
Keuangan Dan Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara (BPKP
Perwakilan Prov. Sulut) sebagaimana tertuang dalam Laporan
………………….. tanggal …………………. dalam kedudukannya
sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) yang
tegas menyatakan dalam pengelolaan dana tersebut tidak
ditemukan adanya dugaan tindak pidana korupsi melainkan
hanya …………….;
Bahwa kemudian timbul hasil audit Badan Pengawasan
Keuangan Dan Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara (BPKP
Perwakilan Prov. Sulut) terbaru maka dapat dipertanyakan
mengapa timbul 2 (dua) perhitungan kerugian Negara yang
berbeda? Serta Pemohon tidak pernah dimintai keterangan
selama permintaan keterangan sebagai saksi terkait
perhitungan kerugian Negara YANG BARU yakni sejumlah
………………………., hal mana menyebabkan ketidakpastian
hukum dan menciderai jaminan perlindungan hukum yang adil
terhadap diri Pemohon;
14. Bahwa dengan demikian, kalaupun seandainya Termohon
menemukan dua bukti yang cukup untuk penetapan
Tersangka, maka patut diduga bukti tersebut tidak sah dan
atau tidak relevan karena tidak terhubung secara kausalitas
karena kerugian negara belum ditentukan sehingga harus diuji
dalam pemeriksaan Praperadilan ini;
15. Bahwa menurut Perjanjian Kerjasama antara Kejaksaan Agung
selaku APH dan Kementerian Dalam Negeri mewakili APIP
Kementerian dan Lembaga diperoleh ketentuan hukum yang
mengikat bahwa APH (Kejaksaan) melakukan penyelidikan
dan penyidikan tindak pidana korupsi dengan persetujuan
atau dengan pelimpahan APIP;
16. Bahwa dengan demikian maka diperoleh fakta bahwa
Penyidikan yang dilakukan oleh Termohon bertentangan
dengan Perjanjian Kerjasama antara APH dan APIP Nomor:
119-49 TAHUN 2018 juncto Nomor: B-369/F/Fjp/02/2018;
juncto Nomor: B/9/II/2018 tanggal 28 Februari 2018 karena
adanya 2 (dua) perhitungan kerugian yang dikeluarkan oleh
institusi yang sama yakni Badan Pengawasan Keuangan Dan
Pembangunan Provinsi Sulawesi Utara (BPKP Perwakilan Prov.
Sulut), karena itu penetapan Pemohon sebagai Tersangka
harus dinyatakan tidak sah atau tidak mengikat secara
hukum;
17. Bahwa apabila uraian-uraian tentang Penyelidikan dan
Penyidikan yang dilakukan Termohon telah menabrak
sejumlah prosedur formil yang mengikat Termohon
dihubungkan dengan ketentuan Pasal 1 angka (2), dan (5)
KUHAP maka diketahui fakta hukumnya bahwa dasar
Termohon menetapkan Pemohon sebagai Tersangka tidak
berdasarkan atas bukti yang cukup yang diperoleh dan dinilai
secara objektif;

II. F. PENYELIDIKAN, PENYIDIKAN, PENETAPAN TERSANGKA, SERTA


PENGGELADAHAN DILAKUKAN DENGAN CARA SEWENANGWENANG
KARENA MALADMINISTRASI;
1. Bahwa Pasal 1 angka (2) KUHAP menggariskan bahwa
Penyidikan harus dilakukan menurut cara yang diatur dalam
Undang-undang ini guna membuat terang tindak pidananya
dan menemukan Tersangkanya;
2. Bahwa untuk melaksanakan ketentuan KUHAP tersebut di
atas, maka Kejaksaan Agung telah menerbitkan Peraturan
Jaksa Agung Nomor: PER-039/A/JA/10/2010 tanggal 29
Oktober 2010 tentang Tata Kelola Administrasi dan Teknis
Penanganan Perkara Tindak Pidana Khusus;
3. Bahwa pelanggaran terhadap peraturan Jaksa Agung tersebut
di atas merupakan pelanggaran terhadap prosedur yang
menunjukkan upaya paksa Termohon dalam perkara ini
dilakukan secara melawan hukum dan melampaui wewenang
yang diberikan kepadanya;
4. Bahwa tenggang waktu Penyelidikan telah melanggar batas
waktu 60 (enam Puluh Hari) maksimal sehingga bertentangan
dengan Peraturan Jaksa Agung Nomor:
PER-039/A/JA/10/2010 tanggal 29 Oktober 2010 tentang Tata
Kelola Administrasi dan Teknis Penanganan Perkara Tindak
Pidana Khusus sehingga menunjukkan dasar penetapan
Pemohon sebagai Tersangka sangat subjektif;
5. Bahwa penetapan Pemohon sebagai Tersangka tanpa melalui
ekspose perkara yang dihadiri oleh Pelapor dan Terlapor pada
tingkat penyelidikan bertentangan dengan Peraturan Jaksa
Agung Nomor: PER-039/A/JA/10/2010 tanggal 29 Oktober
2010 dan bertentangan pula dengan Surat Edaran Jaksa
Agung Nomor: SE001/A/JA/02/2019 tanggal 21 Februari 2019
tentang Pengendalian Perkara Tindak Pidana Korupsi;
6. Bahwa penetapan Pemohon sebagai Tersangka tanpa melalui
tahapan gelar perkara menunjukkan penetapan tersangka
sewenang-wenang tanpa didasari alat bukti yang cukup dan
objektif;
7. Bahwa dengan penetapan Pemohon sebagai Tersangka
mengandung tindakan maladministrasi karena Termohon telah
mendapatkan salinan lengkap yang membuktikan
bahwapengelolaan dana hibah pemilukada Penajam Paser
Utara tahun 2018 telah dipertanggung jawabkan sesuai
dengan prinsip transparansi dan pertanggung jawaban
keuangan sebagaimana diatur dalam Pasal 58 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
8. Bahwa menurut ketentuan Peraturan Jaksa Agung Nomor:
PER039/A/JA/10/2010 tanggal 29 Oktober 2010 setelah surat
perintah penyidikan diterbitkan, pejabat teknis atas usul
penyidik dalam waktu paling lambat 2 (dua) hari wajib
menerbitkan Surat Perintah Penggeledahan dan Surat Perintah
Penyitaan;
9. Bahwa setelah Surat Perintah Penyidikan diterbitkan, sesuai
Putusan Mahkamah Konstitusi RI Nomor: 130/PUU-XIII/2015
tanggal 11 Januari 2017, penyidik paling lambat dalam waktu
7 (tujuh) hari wajib mengirimkan Surat Pemberitahuan
Dimulainya Penyidikan/SPDP, namun dalam kenyataannya
SPDP tersebut sampai saat ini belum diterima oleh Pemohon
kecuali hanya sebatas tanda terima;

II. G. GANTI KERUGIAN MATERIL DAN IMMATERIL;


1. Bahwa mengingat tindakan Termohon dalam melakukan
Penyelidikan dan Penyidikan didasarkan pada perbuatan
maladminsitrasi dan oleh karena itu tindakan tersebut
merupakan perbuatan melawan hukum, maka merupakan hak
bagi Pemohon untuk dapat mengajukan ganti rugi materil dan
immaterial
2. Bahwa adapun kerugian materil Pemohon meliputi operasional
pendampingan litigasi yang harus Pemohon sediakan untuk
dapat mengajukan permohonan praperadilan sebesar Rp.
150.000.000 (seratus lima puluh juta)
3. Bahwa adapun kerugian immaterial Pemohon yang tertekan
dan diperlakukan secara unfair prejudice, maka secara hukum
Pemohon berhak untuk mengajukan ganti rugi sebesar
Rp.1.000.000.000 (satu milyar rupiah)
4. Bahwa total kerugian materil dan immaterial Pemohohon
sebesar Rp. 1.150.000.000 (satu milyar seratus lima puluh
juta);

III. PETITUM
Berdasarkan dalil-dalil permohonan Pemohon di atas, maka mohon
kepada Hakim Komisaris yang ditunjuk agar berkenan memeriksa
dan mengadili Permohon Pra Peradilan dan memutuskannya
dengan amar putusan sebagai berikut:
1. Menyatakan menerima dan mengabulkan permohonan
praperadilan pemohon;
2. Menyatakan tidak sah menurut hukum tindakan Termohon
menetapkan Pemohon sebagai Tersangka telah melanggar
Pasal 2 ayat (1) juncto Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 sebagaimana telah diperbaharui dengan Undang-
Undang No 20 Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi
juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP, Subsidair Pasal 3 juncto
Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana
telah diperbaharui dengan Undang-Undang No 20 Tahun 2001
tentang Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP;
3. Menyatakan tidak sah menurut hukum Surat Penetapan
Tersangka Nomor: TAP-3219/P.1.10/Fd.2/09/2023 tertanggal
18 September 2023;
6. Menghukum Termohon untuk membayar ganti kerugian
sebesar Rp. 1.150.000.000 (satu milyar seratus lima puluh
juta)
7. Memulihkan hak-hak Pemohon dalam kemampuan,
kedudukan, harkat dan martabatnya Atau jika Hakim
berpendapat lain, maka mohon putusan yang seadil-adilnya

Salam Hormat
Kuasa Hukum,

MARIO P. LAMIA, SH RUDY S. KAYADOE, SH BENEDICTA Y. PONTOH,


SH

Anda mungkin juga menyukai