Anda di halaman 1dari 3

RESUME PERMOHONAN PERKARA

Perkara 019/PUU-IV/2006
Perbaikan Tanggal 28 Agustus 2006

I. PEMOHON
Capt. Tarcisius Walla

KUASA HUKUM
Sirra Prayuna, SH. dkk

II PENGUJIAN UNDANG-UNDANG
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tidak
Pidana Korupsi
Pasal 72
”Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan”.

Bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945


Pasal 28 D ayat (1)
“Setiap orang berhak atas, pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”.

III. ALASAN
Pasal 12 ayat (1) huruf a, Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bertentangan dengan Undang-
Undang Dasar 1945, karena:
A. Bahwa adapun hak konstitusional Pemohon yang dilanggar dengan berlakunya
Pasal 72 a quo adalah hak atas kepastian hukum sebagaimana diatur dalam
Pasal 28D ayat (1) Undang-undang Dasar 1945.
B. Bahwa pemberlakuan Pasal 72 a quo Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002
tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mutlak berlaku kedepan
(prosvektif) atau sebaliknya dapat diberlakukan surut (retroaktif).
C. Bahwa dari rangkaian tindakan Pemohon yang telah divonis berdasarkan
Putusan Mahkamah Agung RI No. 1557 K/PID/2005, ternyata tempus delicty
perbuatan Pemohon dilakukan sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 30
Tahun 2002.

Bagian Administrasi Perkara Pada Biro APP MKRI


D. Bahwa lebih lanjut tempus delicty tindakan Pemohon terhitung sejak tanggal 19
September 2002 sampai dengan tanggal 20 Desember 2002. sedangkan Undang-
undang Nomor 30 tahun 2002 yang dijadikan dasar penyelidikan, penyidikan
dan penuntutan terhadap kasus Pemohon, baru diberlakukan pada tanggal 27
Desember 2002.
E. Bahwa pemberlakuan surut terkait dengan Pasal 72 itu dapat dilihat dengan
adanya perbedaan penafsiran antara para ahli hukum pidana formil antara lain
yang dijabarkan oleh Pemohon didalam permohonan ini:
1. Prof. Indriyanto Seno Adji, SH., MH. Berpendapat bahwa apa yang
dinamakan prinsip retroaktif adalah larangan retroaktif yang berlaku juga
untuk hukum pidana formil.
2. Prof. Andi Hamzah, SH. pada pokoknya menentang habis-habisan berlaku
surutnya hukum acara, karena hukum acara menganut asas legalitas.
3. Prof. Dr. Komariah E. Sapardja, SH. berpendapat bahwa klarifikasi
terhadap asas retroaktif ini sebetulnya hanya dikenal didalam bidang
hukum pidana materiil.
4. Prof. Dr. Romli Atmasasmita, SH, LL.M. berpendapat bahwa dalam
sejarah hukum pidana, retroaktif itu hanya untuk delik materiil, hukum
pidana materiil, tidak dalam hukum acara pidana.
F. Bahwa dengan adanya perbedaan pendapat antara para ahli maka dapat dilihat
adanya ketidakpastian hukum dalam perberlakuan UU a quo, padahal kepastian
hukum telah dijamin oleh Pasal 28D ayat (1) UUD 1945.

IV. Kronologis Perkara terkait dengan Para Pemohon


Pemohon Capt. Tarcisius Walla:
a. Bahwa tanggal 19 September Drs. Moch. Harun Let-Let telah mengajukan
surat penawaran jual-beli tanah untuk pembangunan pelabuhan umum di
Desa UF, Danar/Tual Kabupaten Maluku Tenggara.
b. Berdasarkan surat penawaran Pemohon telah menandatangani beberapa
surat yang berhubungan dengan perjanjian penawaran, antara lain : Surat
Nomor UM.48/47/9-02 dan surat Nomor UM.48/48/9-02.

Bagian Administrasi Perkara Pada Biro APP MKRI


c. Setelah keluar Keputusan Menkeu RI selanjutnya Pemohon menandatangani
surat kesepakatan jual-beli. Kemudian surat kesepakatan tersebut dilakukan
Pemohon dengan mengatasnamakan Direktur Jenderal Perhubungan Laut
menerbitkan dan menandatangani SK Dirjen Perhubungan tentang
Penetapan Panitia Penaksiran Harga Tanah untuk pembangunan pelabuhan
umum.
d. Bahwa adapun dasar dilakukannya serangkaian tindakan penyelidikan,
penyidikan dan penuntutan tersebut oleh KPK adalah sesuai dengan laporan
kejadian korupsi Nomor LKK/01/VI/2004. kemudian pada tingkat
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Jakarta dan
terakhir Mahkamah Agung RI telah memutus dan menyatakan terdakwa
Pemohon meyakinkan bersalah.

IV PETITUM
1. Menerima permohonan Pemohon untuk seluruhnya ;
2. Menyatakan Pasal 72 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi bertentangan dengan Pasal 28D ayat
(1) UUD 1945;
3. Menyatakan Pasal 72 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi tidak memilki kekuatan hukum
mengikat untuk dapat diberlakukan secara surut.

Bagian Administrasi Perkara Pada Biro APP MKRI

Anda mungkin juga menyukai