Anda di halaman 1dari 37

PUTUSAN

Nomor 33/Pdt.G/2023/PS.FH.USU.Mdn

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Semu Medan yang mengadili perkara perdata, telah menjatuhkan putusan
sebagai berikut dalam perkara gugatan antara:

JoniAlfizar, bertempat tinggal di Lk V Sei Dendang, Kel/ Desa Dendang, Kecamatan


Stabat, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, Kel Dendang, Kec
Stabat, Kab. Langkat, Sumatera Utara, dalam hal ini diwakili oleh kuasa
hukumnya Ovan Leo Simatupang, S.H.,M.H & PARTNERS, berdomisili di
Jalan Sukacita Damai Sejahtera No.24, Medan 21464, No.HP 062134567
selanjutnya disebut Penggugat:

Lawan :

1. Bank Ksp Sahabat Mitra Sejati, bertempat tinggal di Jalan Sutomo No 27, Pandau
Hilir. Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan. Sumatera Utara, Kel.
Pandau Hilir, Medan Perjuangan, Kota Medan, Sumatera Utara dalam hal
ini diwakili oleh Kuasanya Nora Listika Siahaan, SH., MH, berdasarkan
surat kuasa khusus tertanggal 6 September 2023 No.
SKU-33/PDT/T1/2023 selanjutnya disebut Tergugat I;

2. Pemerintah Ri cq Menteri Keuangan Ri cq Direktorat Jendral Kekayaan Negara


Djkn cq Kanwil Djkn Sumatera Utara cq Kantor Pelayanan Kekayaan
Negara Dan Lelang Kpknl Medan, bertempat tinggal di Jalan: P.
Diponegoro No. 30 A, Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia, Kota
Medan, Sumatera Utara, Kel. Madras Hulu, Medan Polonia, Kota Medan,
Sumatera Utara dalam hal ini diwakili oleh Kuasanya Nora Listika Siahaan,
SH., MH berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor: SKU-33/PDT/T2/2023
tanggal 6 September 2023 selanjutnya disebut Tergugat II;

Pengadilan Semu FH USU tersebut;

Setelah membaca berkas perkara beserta surat-surat yang bersangkutan;

Setelah mendengar kedua belah pihak yang berperkara;

TENTANG DUDUK PERKARA

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatan tanggal 3 September 2023 yang
diterima dan didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Semu Medan pada tanggal 4
September 2023 dalam Register Nomor 33/Pdt.G/2023/PS.FH.USU.Mdn, telah
mengajukan gugatan sebagai berikut:
 Bahwa, adapun duduk perkara gugatan ini adalah adanya Perbuatan Melawan
Hukum (PMH) yang dilakukan Para Tergugat terhadap Penggugat.
 Bahwa, yang dimaksud dengan Perbuatan Melawan Hukum menurut Jurisprudensi
tetap di Indonesia (diterbitkan Team Pengkajian Hukum Mahkamah Agung RI
tahun 1991 halaman 121) adalah perbuatan/atau tidak berbuat yang memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Bertentangan dengan kewajiban hukum Si Pelaku, atau
2. Melanggar hak Subjektif orang lain, atau
3. Melanggar kaidah Tata Susila, atau
4. Bertentangan dengan azas kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati yang
seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan sesama warga masyarakat atau
terhadap benda orang lain.

Sedangkan kriteria tersebut menggunakan kata "ATAU" dengan demikian untuk


adanya suatu perbuatan melawan hukum tidak harus adanya keempat kriteria tersebut
secara kumulatif, tetapi dengan dipenuhinya salah satu kriteria itu secara alternative telah
terpenuhi pula syarat suatu Perbuatan Melawan Hukum tersebut.

 Bahwa, adapun perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh Tergugat I dan
Tergugat II yaitu :
I. HUBUNGAN HUKUMNYA
1. Bahwa, selama terikat Perjanjian Kredit Penggugat dengan Tergugat I
Akad/Akta Perjanjian Kredit tidak pernah diberikan oleh Tergugat I kepada
Penggugat.
2. Bahwa, dengan tidak ada diberikannya Salinan/Copy Akta Perjanjian Kredit
diatas Penggugat tidak mengetahui berapa jumlah hitungan bunga dan jumlah
biaya-biaya yang lainnya selain dari hutang pokok Penggugat sebenamya
(Jumlah hutang yang pasti).
3. Bahwa, Penggugat memberikan jaminan agunan kepada Tergugat I berupa:
Sebidang tanah seluas 535 M2 dan segala sesuatu yang ada diatasnya dengan
Sertifikat Hak Milik No. 20 atas nama Joni Alfizar yang terletak di
Desa/Kelurahan, Dendang (d/h Perdamaian), Kecamatan Stabat, Kabupaten
Langkat, Provinsi Sumatera Utara.
4. Bahwa seiring berjalannya waktu, disebabkan oleh kondisi keuangan Penggugat
yang sedang memburuk, maka mengganggu terhadap perputaran perekonomian
yang saat ini dijalankan, sehingga Penggugat tidak sanggup untuk membayar
kredit hutang kepada Tergugat I, namun Penggugat tetap mempunyai itikad
baik untuk membayar hutang tersebut sampai selesai.
5. Bahwa Pengugat telah berulang kali menemui pihak Tergugat I untuk
melakukan upaya penyelamatan terhadap pinjaman kredit Penggugat. Namun
Tergugat I sendiri tidak pernah memberikan pilihan apapun agar pinjaman
kredit tersebut dapat terselamatkan dan Penggugat tidak menjadi kredit macet.
6. Bahwa, dengan secara tiba-tiba Penggugat menerima surat dari Bank (KSP)
Sahabat Mitra Sejati, dengan nomor surat; 015/PL/KSP- SMS/COLL-
MEDAN/V/2023. Prihal: Pemberitauhan Penjualan Jaminan/Agunan Melalui
Lelang Eksekusi Hak Tanggungan Tgl 10 Agustus 2023. Dan tepat pada
tanggal 28 Juli 2023 Penggugat juga mendapatkan surat dari KPKNL Medan
dengan Nomor surat: S- 1319/KNL.0201/2023, Perihal: Penetapan Jadwal
Lelang.
II. Perbuatan Melawan Hukum Tergugat l Dan Tergugat ll
1. Bahwa dengan tindakan Tergugat I yang telah melaksanakan Lelang Eksekusi
Hak Tanggungan di muka umum melalui Perantara Tergugat II adalah
merupakan perbuatan melawan hukum (On Rechtmatig Edaad), serta
bertentangan dengan:
1) Bertentangan dengan Pasal 26 Undang-undang Hak Tanggungan
(UUHT) Nomor: 4 tahun 1996 yang mengharuskan Eksekusi Hak
Tanggungan menggunakan Pasal 224 HIR/258 RBG yang mengharuskan
ikut campur Ketua Pengadilan Semu FH USU, (Bukan Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor: 93/PMK.06/2010 Yo Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 106/PMK.06/2013 dan
sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor: 27/PMK.06/2016).
2) Bertentangan dengan Angka 9 Tentang Penjelasan Umum Undang-
undang Hak Tanggungan (UUHT) Nomor: 4 tahun 1996 yang
menyatakan bahwa "Agar ada kesatuan pengertian dan kepastian
penggunaan ketentuan tersebut maka ditegaskan lebih lanjut dalam Undang-
undang ini, bahwa sebelum ada Peraturan Perundang-Undangan yang
mengaturnya, maka Peraturan mengenai Eksekusi Hyphotek yang diatur
dalam HIR/RBG berlaku terhadap Eksekusi Hak Tanggungan;
3) Bertentangan dengan Pasal 1211 KUHPerdata yang mengharuskan Lelang
melalui Pegawai Umum (Pengadilan Semu FH USU);
4) Bertentangan dengan Pasal 200 Ayat (1) HIR yang mewajibkan Ketua
Pengadilan Semu FH USU (Dalam Perkara A quo Pengadilan Semu Medan)
untuk memerintahkan Kantor Lelang (Kantor Pelayanan Kekayaan Negara
dan Lelang/KPKNL Medan) untuk menjualnya (Bukan Pelaku Usaha yang
meminta kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang/KPKNL);
5) Bertentangan dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor : 3210.K/PDT/1984 tanggal 30 Januari 1986 yang
menyatakan bahwa "Pelaksanaan Pelelangan Yang tidak dilaksanakan atas
Penetapan/Fiat Ketua Pengadilan Semu FH USU, Maka Lelang Umum
tersebut telah bertentangan dengan Pasal 224 HIR/258 RBG", Sehingga
Tidak Sah, maka pelaksanaan Parate Eksekusi harus melalui fiat Ketua
Pengadilan Semu FH USU;
6) Bertentangan dengan Undang-undang Nomor: 12 tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan yang menyebutkan Jenis, Hirarki Peraturan
Perundang-undangan, adalah yaitu:
1. Undang-Undang Dasar tahun 1945;
2. Ketetapan MPR;
3. Undang-Undang/Perpu
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi;
7. Peraturan Daerah;
SEDANGKAN Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia (In
Cassu) Nomor : 93/PMK. 06/2010 Yo Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor: 106/PMK.06/2013 dan sebagaimana telah
dirubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 27/PMK.06/2016,
tidak termasuk jenis Peraturan Perundang- undangan, Apalagi Pasal 26
Undang-undang Hak Tanggungan (UUHT) Nomor: 4 tahun 1996 tidak ada
menyebutkan atau memerintahkan bahwa Peraturan Pelaksanaannya adalah
Peraturan Menteri Keuangan.
7) Bertentangan dengan Pasal 1320 KUHPerdata yaitu; Supaya terjadi
persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat:
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu pokok persoalan tertentu;
4. Suatu sebab yang tidak terlarang, dimana sampai saat ini saya tidak ada
mengetahui dan memegang surat perjanjian Kredit.
8) Bertentangan dengan Pasal 1338 Undang-Undang Hukum Perdata;
Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan Undang-undang berlaku
sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu
tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak,
atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh Undang-undang.
Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikat baik, dimana dalam perjanjian
itu dijelaskan andaikata ada perselisihan maka akan diselesaikan melalui
Pengadilan Semu FH USU, tetapi pelaku usaha kenyataannya yang
akan/dan atau telah melakukan Pelelangan melalui Perantara Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan tanpa ada
Putusan Pengadilan Semu FH USU.
2. Bahwa dengan perbuatan/tindakan Tergugat I yang telah melakukan pelelangan
dengan cara Lelang Eksekusi Hak Tanggungan melalui Tergugat II adalah
merupakan cacat hukum serta tidak sah karena untuk menjual objek Hak
Tanggungan (Beding Van Eigenmatigeverkoop) harus berdasarkan Pasal 26
Undang-undang Hak Tanggungan Nomor : 4 tahun 1996 yang mengaturnya
dengan memperhatikan Pasal 14, Peraturan mengenai Eksekusi Hyphoteek
yang ada mulai berlakunya Undang-undang ini, berlaku terhadap Eksekusi Hak
Tanggungan, Sehingga selama belum ada peraturan yang mengaturnya tentang
pelaksanaan Pasal 6 Undang-undang Hak Tanggungan tersebut, maka
Eksekusi Hyphoteek yang berlaku yaitu dengan harus melalui Pengadilan Semu
FH USU setempat, atau dengan kata lain Pasal 6 Undang- undang Hak
Tanggungan tidak dapat berdiri sendiri karena Pasal 26 Undang-undang Hak
Tanggungan sebagai Pasal Pelaksananya dan oleh karena Pelaksanaan atau
hukum acaranya dari Pasal 26 Undang-undang Hak Tanggungan adalah
merujuk pada Pasal 224 HIR/258 Rbg, maka pelaksanaan Eksekusi maupun
lelangnya harus melalui Fiat Eksekusi melalui Pengadilan Semu FH USU,
bukan melalui Perantara Tergugat II.
3. Bahwa menurut Jurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia
Nomor: 3210.K/ PDT/1984 tanggal 30 Januari 1986, yang menyatakan
bahwa: "Pelaksanaan Pelelangan yang tidak dilaksanakan atas Penetapan/Fiat
Ketua Pengadilan Semu FH USU, Maka Lelang Umum tersebut telah
bertentangan dengan Pasal 224 HIR/258 RBG" Sehingga TIDAK SAH, maka
pelaksanaan Parate Eksekusi harus melalui Fiat Ketua Pengadilan Semu FH
USU, Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:
3210.K/PDT/ 1984 tanggal 30 Januari 1986 juga didukung oleh buku II
Pedoman Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor :
KMA/002/SK/1/1994 tertanggal 29 April 1994, yang menyatakan:
"Untuk menjaga agar tercapai maksud dan tujuannya, Maka sebelum lelang
dilaksanakan, terlebih dahulu kreditur dan debitur dipanggil oleh Ketua
Pengadilan Semu FH USU untuk mencari jalan keluamya".
Maksudnya adalah Konsumen/Penggugat diberi kesempatan untuk mencari
calon pembeli tanah/rumah yang diagunkan/jaminkan tersebut, Apabila hal itu
terjadi, maka pembayarannya harus dilakukan didepan/hadapan Ketua
Pengadilan Semu FH USU.
4. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Penggugat mohon agar Pengadilan Semu
Medan demi tegaknya hukum dan keadilan agar dapat memanggil Tergugat I
dan Tergugat II untuk bersidang dan menjatuhkan putusan sebagai berikut:
1. Mengabulkan permohonan Penggugat seluruhnya;
2. Menyatakan bahwa Penggugat adalah Penggugat yang beritikad baik
(Good opposant);
3. Menyatakan bahwa pelelangan yang telah dilakukan oleh Tergugat Il
atas permintaan Tergugat I adalah batal demi hukum dan tidak
mempunyai kekuatan hukum;
4. Menyatakan bahwa pelelangan yang telah dilakukan oleh Tergugat I
atas permintaan Tergugat I adalah perbuatan melawan hukum (On
Rechtmatig Edaad), serta bertentangan dengan :
1) Bertentangan dengan Pasal 26 Undang-undang Hak Tanggungan
(UUHT) Nomor: 4 tahun 1996 yang mengharuskan Eksekusi Hak
Tanggungan menggunakan Pasal 224 HIR/258 RBG yang
mengharuskan ikut campur Ketua Pengadilan Semu FH USU, (Bukan
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
93/PMK.06/2010 Yo Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor: 106/PMK.06/2013 dan sebagaimana telah
dirubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor:
27/PMK.06/2016).
2) Bertentangan dengan Angka 9 Tentang Penjelasan Umum Undang-
undang Hak Tanggungan (UUHT) Nomor : 4 tahun 1996 yang
menyatakan bahwa "Agar ada kesatuan pengertian dan kepastian
penggunaan ketentuan tersebut maka ditegaskan lebih lanjut dalam
Undang-undang ini, bahwa sebelum ada Peraturan Perundang-
Undangan yang mengaturnya, maka Peraturan mengenai Eksekusi
Hyphotek yang diatur dalam HIR/RBG berlaku terhadap Eksekusi Hak
Tanggungan;
3) Bertentangan dengan Pasal 1211 KUHPerdata yang mengharuskan
Lelang melalui Pegawai Umum (Pengadilan. Negeri);
4) Bertentangan dengan Pasal 200 Ayat (1) HIR yang mewajibkan Ketua
Pengadilan Semu FH USU (Dalam Perkara A quo Pengadilan Semu
Medan) untuk memerintahkan Kantor Lelang (Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang/KPKNL Medan) untuk menjualnya
(Bukan Pelaku Usaha yang meminta kepada Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang/KPKNL);
5) Bertentangan dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik
Indonesia Nomor : 3210.K/PDT/1984 tanggal 30 Januari 1986 yang
menyatakan bahwa "Pelaksanaan Pelelangan Yang tidak dilaksanakan
atas Penetapan/Fiat Ketua Pengadilan Semu FH USU, Maka Lelang
Umum tersebut telah bertentangan dengan Pasal 224 HIR/258 RBG",
Sehingga Tidak Sah, maka pelaksanaan Parate Eksekusi harus melalui
fiat Ketua Pengadilan Semu FH USU;
6) Bertentangan dengan Undang-undang Nomor: 12 tahun 2011
Tentang Pembentukan Peraturan yang menyebutkan Jenis, Hirarki
Peraturan Perundang-undangan, adalah yaitu :
1. Undang-Undang Dasar tahun 1945;
2. Ketetapan MPR;
3. Undang-Undang/Perpu;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi;
7. Peraturan Daerah;
SEDANGKAN Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia (In
Cassu) Nomor 93/PMK. 06/2010 Yo Peraturan Menteri Keuangan
Republik Indonesia Nomor: 106/PMK.06/2013 dan sebagaimana telah
dirubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 27/PMK.06/2016,
tidak termasuk jenis Peraturan Perundang-undangan, Apalagi Pasal 26
Undang-undang Hak Tanggungan (UUHT) Nomor: 4 tahun 1996 tidak
ada menyebutkan atau memerintahkan bahwa Peraturan Pelaksanaannya
adalah Peraturan Menteri Keuangan.
7) Bertentangan dengan Pasal 1320 KUHPerdata yaitu; Supaya terjadi
persetujuan yang sah, perlu dipenuhi empat syarat:
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. Suatu pokok persoalan tertentu;
4. Suatu sebab yang tidak terlarang, dimana sampai saat ini saya tidak
ada mengetahui dan memegang surat perjanjian Kredit.
8) Bertentangan dengan Pasal 1338 Undang-Undang Hukum Perdata;
Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan Undang-undang berlaku
sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu
tidak dapat ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah
pihak, atau karena alasan-alasan yang ditentukan oleh Undang-undang.
Persetujuan harus dilaksanakan dengan itikat baik, dimana dalam
perjanjian itu dijelaskan andaikata ada perselisihan maka akan
diselesaikan melalui Pengadilan Semu FH USU, tetapi pelaku usaha
kenyataannya yang akan/dan atau telah melakukan Pelelangan melalui
Perantara Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)
Medan tanpa ada Putusan Pengadilan Semu FH USU.
5. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II untuk membayar ongkos perkara
ini.
ATAU
"Apabila Hakim berpendapat lain maka mohon keputusan yang seadil-adilnya"
Sekian dan terima kasih.

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang telah ditentukan, Penggugat hadir
bersama dengan Kuasanya yaitu Ovan Leo Simatupang,SH., MH berdasarkan surat kuasa
khusus tertanggal 2 September 2023, Tergugat I hadir Kuasanya yaitu Nora Listika
Siahaan, SH., MH, berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 6 September 2023 No. SK-
075/KSP-SMS/KP/LIT/IX/2022, Tergugat Il hadir Kuasanya Nora Listika Siahaan, SH.,
MH berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor: SKU-234/MK.6/KN.7/2022 tanggal 6
September 2023;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah mengupayakan perdamaian diantara para


pihak melalui mediasi sebagaimana diatur dalam Perma Nomor 1 Tahun 2016 tentang
Prosedur Mediasi di Pengadilan dengan menunjuk Asad Rahim Lubis, S.H. Mh, Hakim
pada Pengadilan Semu Medan, sebagai Mediator;

Menimbang, bahwa berdasarkan laporan Mediator tanggal 13 Oktober 2023, upaya


perdamaian tersebut tidak berhasil;

Menimbang, bahwa oleh karena itu pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan


pembacaan surat gugatan yang isinya tetap dipertahankan oleh Penggugat;

Menimbang, bahwa terhadap gugatan Penggugat tersebut para Tergugat memberikan


jawaban pada pokoknya sebagai berikut:

Jawaban Tergugat l:

I. Tentang Eksepsi:
1. Tentang kewenangan mengadili adalah Pengadilan Tata Usaha Negara;
a) Bahwa Penggugat mengajukan gugatan dengan dasar perbuatan melawan
hukum, di mana Penggugat dalam petitum gugatannya angka 4 yang meminta
agar pelaksanaan lelang yang akan/telah dilakukan terhadap objek sengketa
dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum yang sah atau batal demi hukum
dan yang didasarkan pada posita point 12 sampai point 16;
b) Bahwa Penggugat telah menggugat Tergugat II sebagai Badan dan/atau Pejabat
Pemerintah yang telah melakukan lelang atas objek sengketa dengan dasar telah
melakukan perbuatan melawan hukum karena telah melakukan pelelangan atas
tanah dan bangunan rumah sengketa milik Penggugat;
c) Bahwa jika dasar gugatan Penggugat adalah perbuatan melawan hukum, maka
segala bentuk gugatan yang di dalamnya mengandung tuntutan untuk
menyatakan tidak sah atau batal tindakan Pejabat Pemerintahan, maka yang
berwenang mengadili untuk perbuatan melawan hukum oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintah adalah Pengadilan Tata Usaha Negara;
2. Tentang Gugatan Lewat Waktu (Daluwarsa).
a) Bahwa pelaksanaan lelang dan segala sesuatu yang menyangkut proses lelang
diatur secara khusus dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
106/PMK.06/2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
93/PMK.06/2010 tentang petunjuk pelaksanaan lelang selanjutnya disebut
Permen 106;
b) Bahwa pada petitumn Penggugat angka 3 yang meminta agar pelaksanaan
lelang yang telah dilaksanakan terhadap objek sengketa dinyatakan tidak
mempunyai kekuatan hukum yang sah atau batal demi hukum dan yang
didasarkan pada posita point 2 halaman 6, telah diperbuat dengan tidak sesuai
hukum karena telah lewat waktu (kadaluarsa);
c) Bahwa dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 106/PMK.06/2013 yang
dikenal dan diatur adalah pembatalan sebelum lelang, dan fakta gugatan
Penggugat adalah untuk pembatalan sebelum lelang maka jangka waktu
pengajuan gugatan dan penyampaian kepada pejabat lelang telah lewat waktu
karena lelang dapat dibatalkan dengan permintaan penjual atau penetapan
provisional atau putusan dari lembaga peradilan dan pembatalan lelang dengan
putusan / penetapan disampaikan dan diterima pejabat lelang paling lama
sebelum lelang dimulai. (vide Peraturan Menteri Keuangan Nomor
106/PMK.06/2013 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
93/PMK.06/2010 tentang petunjuk pelaksanaan lelang, pasal 24 yang
meyebutkan: "lelang yang akan dilaksanakan hanya dapat dibatalkan dengan
permintaan penjual atau penetapan provisional atau putusan dari lembaga
peradilan" dan pasal 25 ayat (1) yang menyebutkan: "pembatalan lelang dengan
putusan/penetapan peradilan disampaikan secara tertulis dan harus sudah
diterima oleh pejabat lelang paling lama sebelum lelang dimulai)";
3. Tentang Eksepsi Non Adimpleti Contractus.
a) Bahwa Penggugat tidak berhak mengajukan gugatan ini karena dia sendirilah
yang tidak memenuhi apa yang menjadi kewajibannya dalam perjanjian kredit
(kontrak) yang dibuatnya dengan Bank;
b) Bahwa andaikata Penggugat memenuhi apa yang telah diperjanjikan menjadi
kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam Perjanjian Kredit, maka tentu
agunannya tidak dilakukan penjualan/pelelangan dan jika tidak ada pelelangan
maka tidak akan ada gugatan ini.
4. Tentang Eksepsi Gugatan Tidak Dapat Diajukan terhadap Putusan yang telah
Inkracht Van Gewijsde
a) Bahwa menurut ketentuan Pasal 258 Rbg, Grosse Akte Hipotik yang dibuat
dengan memakai judul "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa", mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan keputusan hakim;
b) Bahwa dengan demikian Grosse Akte Hipotik yang dibuat sesuai dengan pasal
258 Rbg, berarti sama dengan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum
yang tetap, pasti, mutlak dan mengikat (inkracht van gewijsde). Berarti
terhadap putusan yang demikian, tidak ada lagi upaya hukum yang dapat
ditempuh dan tidak ada saluran hukum apapun yang dapat menunda
pelaksanaannya.
c) Bahwa fakta terhadap putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
pasti, mutlak dan mengikat tersebut, telahpun dilaksanakan lelangnya oleh
Tergugat II pada tanggal 10 Juni 2022, dan telah dibeli oleh Muhammad Eka,
ST sebagaimana Salinan Risalah Lelang No. 544/04/2022;
5. Tentang Gugatan yang kurang pihak.
a) Bahwa di dalam posita Penggugat pada halaman 3 angka 1 dan halaman 6
angka 2 maupun dalam petitumnya halaman 8 angka 3 dan 4 telah mengetahui
bahwa objek agunan telah dilelang oleh Tergugat Il atas permintaan Tergugat I;
b) Bahwa fakta hukum benar objek agunan telah dilelang oleh Tergugat II pada
tanggal 10 Juni 2022 sebagaimana Salinan Risalah Lelang No. 544/04/2022 dan
dibeli oleh pembeli lelang bernama Muhammad Eka, ST. Akan tetapi
Penggugat tidak ada mengikutsertakan pemilik sertipikat yang baru sebagai
pembeli lelang yaitu Muhammad Eka, ST, sebagai pihak dalam perkara a quo;
c) Dengan demikian dasar gugatan Penggugat kurang pihak, oleh sebab itu
beralasan hukum untuk dinyatakan tidak dapat diterima atau ditolak karena
gugatan Penggugat tidak sempurnya/kurang pihak;
II. Dalam Pokok Perkara
1. Bahwa hal-hal yang telah dikemukakan dalam bagian eksepsi secara mutatis
mutandis mohon dianggap juga merupakan bagian dalam pokok perkara ini dan
oleh karenanya tidak perlu diulang kembali;
2. Bahwa Tergugat I menolak seluruh gugatan Penggugat kecuali hal-hal telah diakui
dan dinyatakan dengan tegas dalam perkara ini;
3. Bahwa Tergugat I membantah dengan tegas telah melakukan perbuatan melawan
hukum terhadap Penggugat. Sebab baik ketika pelepasan kredit yang dilakukan
Tergugat I terhadap Penggugat maupun penagihan kredit yang macet sampai
dengan proses permohonanan lelang maupun pelaksanaan lelang oleh Tergugat II
atas objek hak tanggungan terperkara, telah sesuai dengan prosedur hukum dan
ketentuan hukum yang berlaku;
4. Bahwa sebagaimana diketahui dan telah diakui oleh Penggugat dalam surat
gugatannya pada halaman 2 point 1, serta berdasarkan fakta Akta Perjanjian
Pembiayaan Nomor 046/PP/SUKM- 20259/STABAT/IV/2018 tanggal 30 April
2018 yang ditandatangani Penggugat (yang disetujui oleh isterinya Sri Wati)
dengan Tergugat I dibawah tangan dan telah dilegalisasi di hadapan Linda, SH,
MKn, Notaris di Kabupaten Langkat pada tanggal 30 April 2018 No.
205.A/LEG/NOT.L/2018, disepakati Penggugat telah menerima dan menikmati
fasilitas pembiayaan kredit dari Tergugat I sebesar Rp.250.000.000,- (dua ratus
lima puluh juta rupiah):
5. Bahwa fakta hukum sebagaimana juga diakui Penggugat dalam gugatannya,
didalam Perjanjian Pembiayaan tersebut disepakati hutang sebesar
Rp.250.000.000,- yang telah diterima Penggugat dari Tergugat 1, jangka waktunya
60 (enam puluh) bulan yaitu sejak tanggal 30 April 2018 sampai 30 Mei 2023,
dengan Margin 1,15% flat perbulan, akan dilakukan pembayarannya secara
cicilan/angsuran (pokok dan margin) sebesar Rp.7.041.667,-(tujuh jiuta empat
puluh satu ribu enam ratus enam puluh tujuh rupiah) perbulan, yang akan
dibayarkan setiap bulannya secara tertib dan teratur;
6. Bahwa berdasarkan perjanjian pembiayaan yang juga telah diakui Penggugat dalam
halaman 2 point 3 gugatannya, sebagai jaminan atas pinjaman tersebut Penggugat
telah menyerahkan agunan yang telah dibebani Hak Tanggungan Peringkat I
(pertama) sebagaimana Akta Pemberian Hak Tanggungan No.68/2018 tanggal 04-
07-2018, yang dibuat dihadapan Linda, S.H., PPAT di Kabupaten Langkat serta
telah pula diterbitkannya Sertipikat Hak Tanggungan Peringkat I (Pertama) oleh
Kantor Pertanahan/BPN Kabupaten Langkat bertanggal 21-08-2018 No.
1211/2018, yang berkepala "Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa", yaitu berupa:
 Sebuah sertipikat Hak Milik Nomor20/Desa Dendang d/h Perdamaian, seluas
535 M2, atas nama Joni Alfizar, terletak di Desa/Kelurahan Dendang (d/h
Perdamaian), Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara,
setempat dikenal dengan Jalan Mesjid Lingkungan V Sei Dendang;
 Berikut beserta tanaman dan bangunan turutannya/perlengkapannya serta segala
sesuatu yang ada di atas tanah tersebut baik karena sifatnya maupun Undang-
undang dianggap sebagai benda tetap;
7. Bahwa seluruh Akta Perjanjian Pembiayaan maupun Akta Pemberian Hak
Tanggungan tersebut dibuat oleh dan ditandatangani dihadapan Notaris/PPAT, di
mana masing-masing pihak mendapatkan salinannya. Sehingga jika Penggugat
merasa belum mendapatkannya atau hilang dan memerlukan salinan perjanjian
pembiayaan, Akta Pemberian Hak Tanggungan maupun dokumen lainnya,
Penggugat dapat memintanya kepada Notaris/PPAT yang bersangkutan atau datang
ke kantor Tergugat I, tetapi faktanya Penggugat selama ini tidak pernah
memintanya. Dengan demikian dalil Penggugat ini hanyalah mengada-ada untuk
mencari-cari alasan dan menghindari kewajibannya tidak membayar hutang-
hutangnya kepada Tergugat l;
8. Bahwa demikian juga seluruh transaksi baik penarikan, setoran cicilan/angsuran,
biaya termasuk biaya asuransi, bunga dan lain-lain sebagaimana diperjanjikan
dicatat dalam rekening Koran Penggugat yang setiap bulan bisa didapat dari
Tergugat I. Perhitungan tersebut sesuai dengan system dan dilakukan dengan
transparan karena setiap bulan seluruh nasabah/debitur memperolehnya dan dapat
mengoreksinya. Setiap transaksi pasti ada warkah atau slipnya, baik slip setoran
atau slip penarikan atau bunga dan biaya-biaya lainnya, yang sudah merupakan
standart operasional perbankan. Jika Penggugat ingin melihat dan mendapatkan
segala warkah, slip atau bukti pembayaran asuransi, Penggugat juga dapat
memintanya kepada Tergugat 1, tetapi faktanya Penggugat sama sekali tidak
pernah memintanya. Oleh sebab itu, Tergugat I menolak dengan tegas dalil
Penggugat pada poin 1 dan 2 halaman 2 gugatannya yang menyatakan Tergugat I
tidak ada sama sekali memberikan dokumen yang dimaksud kepada Penggugat,
bahkan Penggugat tidak pernah memintanya, begitu pinjaman cair;
9. Bahwa Tergugat I juga membantah dalil Penggugat yang hanya mengada-ada yang
mendalilkan tidak mengetahui berapa jumlah hitungan bunga dan jumlah biaya-
biaya lainnya selain hutang pokok, padahal ketika penandatanganan perjanjian,
Penggugat diberi kesempatan membaca, meneliti dan mempelajarinya secara
seksama baru kemudian setelah Penggugat setuju dengan apa yang disepakati
dalam perjanjian, Penggugat dan isteri membubuhkan tandatangannya dalam
perjanjian tersebut. Dalam perjanjian tersebut telah disepakati mengenai jumlah
pembiayaan (plafond) yang diperoleh Penggugat, juga berapa marginnya perbulan,
berapa lama jangka waktu pembayarannya, berapa besar angsuran perbulan, kapan
jadwal pembayarannya, dan apa yang menjadi agunannya, serta apa hak-hak dari
Penggugat dan Tergugat I;
10. Bahwa semua hal tersebut di atas Penggugat mengakuinya dan melihat, mengerti
serta jelas tercantum dan merupakan hal-hal yang disepakati dalam perjanjian.
Tetapi bagaimana mungkin Penggugat bisa lupa, tidak mengerti, tidak jelas, sulit
terbaca dan tidak memahami tentang bagaimana harus secara tertib membayar
cicilan hutangnya dan apa resikonya jika tidak memenuhi kewajibannya. Fakta
hukumnya Penggugat telah beberapa kali membayar cicilannya, tetapi kemudian
macet, tidak melakukan pembayaran lagi maupun melunasi kewajibannya. Dalil
Penggugat tersebut hanya mengada-ada dan hanya dalih untuk mengelak mengakui
dan membayar kewajibannya kepada Bank. Dengan demikian posita gugatan
Penggugat point 2 halaman 2 dan petitum gugatan Penggugat No 1 dan 2 haruslah
ditolak, justru Penggugat mengajukan gugatan ini hanya menunjukkan itikad buruk
Penggugat tetapi tidak ada niat baik Penggugat untuk menyelesaikan kewajibannya
kepada Tergugat I;
11. Bahwa Tergugat I membantah dalil Penggugat yang medalilkan dan mendudukkan
Penggugat dengan Tergugat I sebagai konsumen dan produsen yang tunduk pada
Undang-Undang Perlindungan Konsumen. Karena kedudukan Penggugat dengan
Tergugat adalah sebagai debitur dan kreditur yang tunduk pada hukum perjanjian
atau hukum perdata atau hukum jaminan;
12. Bahwa dalam gugatannya halaman 2 dan 3 point 1, 2, 3, 4 dan 5, Penggugat secara
tegas mengakui antara Penggugat dan Tergugat I adalah hubungan Perjanjian
Kredit berupa kredit angsuran setiap perbulannya. Bahwa oleh karena hubungan
hukum antara Penggugat dengan Tergugat I diikat dengan Perjanjian Kredit, maka
peristiwa hukum yang terjadi jika salah satu pihak tidak menepati apa yang
dijanjikan atau melanggar isi perjanjian, adalah cedera janji/wanprestasi, bukan
perbuatan melawan hukum. Dengan demikian gugatan Penggugat dengan
dasar/alasan perbuatan melawan hukum adalah salah kaprah dan haruslah ditolak.
Jika perbuatan melawan hukum itu disebabkan karena pelelangan dilakukan oleh
Tergugat II sebagai Badan dan/atau Pejabat Pemerintah, maka segala bentuk
gugatan yang di dalamnya mengandung tuntutan untuk menyatakan tidak sah atau
batal tindakan Pejabat Pemerintahan, maka yang berwenang mengadili untuk
perbuatan melawan hukum oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintah adalah
Pengadilan Tata Usaha Negara;
13. Bahwa Tergugat I membantah posita Penggugat point 4 halaman 3 petitum
Penggugat pada halaman 8 point 2 yang menyatakan Penggugat adalah Penggugat
yang beriktikad baik (good opposant), namun faktanya ternyata Penggugat
mengajukan gugatan ini hanya untuk mencari-cari alasan saja agar objek
jaminannya tidak dilelang atau meminta batal pelaksanaan lelang yang telah
dilaksanakan, padahal faktanya adalah debitur yang beritikad buruk, setelah
beberapa kali dihubungi dan diberi peringatan Penggugat tetap tidak membayar
cicilannya, sehingga kreditnya dikategorikan macet/bermasalah dan dilakukan
pelelangan. Di samping itu petitum Penggugat point 2 tersebut tidak didukung
dengan posita yang beralasan dan berlandaskan hukum yang kuat;
14. 14.Bahwa oleh karena Penggugat tidak kooperatif lagi dan kreditnya macet maka
untuk itu Tergugat I telah beberapa kali membuat Surat Peringatan sebagaimana
Surat Peringatan I tanggal 1 Agustus 2019 No.
ID001225984/SP/SUKM-20259/VIII/2019 Surat Peringatan || tanggal 26
September 2019 No. ID001225995/SP/SUKM- 20259/X/2019 dan Surat Peringatan
III tanggal 8 Oktober 2019 No. ID001225901/SP/SUKM-20259/X/2019, tetapi
Penggugat tidak memenuhi janjinya sebagaimana yang telah disepakati, sehingga
Penggugat dikategorikan telah melakukan tindakan cidera janji / wanpestasi.
Dengan demikian petitum Penggugat point 1, 2 dan 3 haruslah ditolak;
15. Bahwa oleh karena Tergugat I telah menjalankan hak-haknya sebagaimana diatur
dalam Perjanjian kredit dan sertipikat Hak Tanggungan Jo Akta Pemberian Hak
Tanggungan, yang disebabkan cedera janji /kelalaian Penggugat, maka hak
Tergugat I untuk memanfaatkan objek terperkara sebagaimana diatur dalam pasal 1
Akta Pemberian Hak Tanggungan, yang berbunyi:"Jika Debitor tidak memenuhi
kewajiban untuk melunasi utangnya, berdasarkan perjanjian utang-piutang tersebut
diatas, oleh Pihak Pertama, Pihak Kedua selaku Pemegang Hak Tanggungan
Peringkat Pertama dengan akte ini diberi dan menyatakan menerima kewenangan,
dan untuk itu kuasa, untuk tanpa persetujuan telebih dahulu dari pihak pertama:
a. menjual atau suruh menjual dihadapan umum secara lelang Obyek Hak
Tanggungan baik seluruhnya maupun sebagian-sebagian; b. mengatur dan
menetapkan waktu, tempat, cara dan syarat-syarat penjualan;
b. menerima uang penjualan, menandatangani dan menyerahkan kwitansi;
c. menyerahkan apa yang dijual itu kepada pembeli yang bersangkutan;
d. mengambil dari uang hasil penjualan itu seluruhnya atau sebagian untuk
melunasi utang Debitur tersebut diatas; dan
e. melakukan hal-hal yang berlaku diharuskan atau menurut undang- undang dan
peraturan hukum yang berlaku daiharuskan atau menurut pendapat pihak kedua
perlu dilakukan dalam rangka melaksanakan kuasa tersebut;
16. Bahwa untuk itu Tergugat I telah memohon untuk mengajukan pelelangan atas
jaminan utang Penggugat yang telah dibebani Hak Tanggungan kepada instansi
yang berwenang yang diakui oleh Undang-undang yaitu Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang Medan (Tergugat II). Dengan demikian petitum
gugatan Penggugat Point 3 dan 4 haruslah ditolak karena Penggugat-lah yang telah
wanprestasi dan tidak membayar/ melunasi kewajibannya kepada Tergugat I.
Dalam peristiwa hukum ini yang didasari adanya perjanjian pembiayaan/hutang,
maka jika salah satu pihak cedera janji, dinyatakan wanprestasi, bukan melakukan
perbuatan melawan hukum;
17. Bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas, jelas Tergugat I telah menjalankan
perjanjian-perjanjian kredit dan proses permohonan lelang sesuai dengan ketentuan
dan prosedur hukum yang berlaku, baik yang diatur secara tegas dalam perjanjian
kredit, ketentuan- ketentuan perikatan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Hak Tanggungan, KUHPerdata maupun ketentuan tentang lelang. Dengan
demikian dalil posita Penggugat halaman 3, 4 dan 5 point 1, 2 dan 3 serta petitum
halaman 8 point 3 dan 4 yang menyatakan Tergugat I telah melakukan Perbuatan
Melawan Hukum terhadap Penggugat, jelas tidak berdasar dan harus ditolak atau
dikesampingkan;
18. Bahwa Tergugat I membantah dalil Penggugat yang menyatakan atas Eksekusi
Lelang yang dilakukan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan
(Tergugat II), adalah perbuatan melawan hukum (onrechtmatige daad), tidak sesuai
dengan prosedur cacat hukum serta tidak mempunyai kekuatan hukum yang sah
atau batal demi hukum karena bertentangan dengan ketentuan Pasal 26 Undang-
Undang Hak Tanggungan (UUHT) NO 4 Tahun 1996, bertentangan dengan angka
9 tentang Penjelasan Umum UUHT No. 4 Tahun 1996, bertentangan dengan pasal
1211 KUH Perdata, bertentangan dengan Pasal 200 ayat (1) HIR juga bertentangan
dengan Yurisprudensi MA No. 3210 K/PDT/1984 tanggal 30 Januari 1986, dengan
UU No. 12 Tahun 2011 dan pasal 1338 KUH Perdata. Padahal pasal 26
menjelaskan selama belum ada peraturan perundang-undangan yang mengaturnya,
dengan memperhatikan ketentuan dalam pasal 14, peraturan mengenai Eksekusi
hypotheek yang ada pada mulai berlakunya Undang-undang ini, berlaku terhadap
eksekusi hak Tanggungan. Dengan demikian jika sudah ada diatur dalam Undang-
undang Hak Tanggugan, maka ketentuan hypotheek tidak berlaku lagi;
19. Bahwa oleh karena sesuai azas hukum dimana ketentuan hukum yang baru
mengenyampingkan ketentuan hukum yang lama, maka dengan diundangkannya
UU Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996, maka putusan Mahkamah Agung RI No.
3210 K/PDT/1984 tanggal 30 Januari 1986 maupun buku II Pedoman Mahkamah
Agung RI No. KMA/002/SK/1/1994 tanggal 29 April 1994, yang dikemukakan
Penggugat diputus jauh sebelum diundangkannya UUHT NO. 4 Tahun 1996,
sehingga tidak relevan dikemukakan dalam perkara a quo.
20. Bahwa sesuai dengan latar belakang dibentuknya Undang-Undang Hak
Tanggungan, kehadirannya secara filosofis memberi kemudahan kepada kreditur
yaitu biasanya pihak Bank dalam mengatasi kredit macet. Undang-undang Hak
Tanggungan telah mengatur apabila debitur wanprestasi, kreditur dapat langsung
mengeksekusi atau menjual objek benda yang dijaminkan tanpa melalui
Pengadilan;
21. Bahwa berdasarkan pasal 20 UU No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, ada 3 jenis Eksekusi
Hak Tanggungan, yaitu:
a) Eksekusi melalui Penjualan di bawah tangan
b) Eksekusi atas kekuasaan sendiri (parate executie)
c) Eksekusi berdasarklan Titel Eksekutorial
22. Bahwa UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-
Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah adalah menjamin Hak Kreditur dari iktikad
buruk Debitur untuk memenuhi prestasinya dengan membayar (utang dan
bunganya), dengan memberi hak Kreditur untuk mengeksekusi menjual Lelang
benda jaminan tanpa melalui pengadilan, hal ini sebagai terobosan penghematan
waktu dan biaya apabila harus melalui pengadilan;
23. Bahwa tindakan Tergugat I memohon pelaksanaan Lelang / penjualan umum
terhadap jaminan utang Penggugat yang telah dibebani Hak Tanggungan kepada
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan (Tergugat II) telah sesuai
dengan kietentuan Undang-undang. khususnya Undang-Undang Nomor 4 tahun
1996 tentang Hak Tanggungan, Rbg maupun KUHPerdata;
24. Bahwa salah satu ciri Hak dari Tanggungan adalah mudah dan pasti dalam
pelaksaan eksekusinya. Dalam pasal 20 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang
Hak Tanggungan, maka berdasarkan hak yang ada pada pemegang Hak
Tanggungan pertama yaitu janji untuk menjual objek Hak Tanggungan atas
kekuasaan sendiri, melalui pelelangan umum tanpa memerlukan pesetujuan lagi
dari Pemberi Hak Tanggungan sebagimana dimaksud dalam pasal 6 dan pasal 14.
Sesuai dengan ketentuan pasal 1338 KUH Pedata, janji/kesepakatan para pihak
adalah merupakan Undang-undang bagi para pihak itu sendiri;
25. Bahwa dalam pasal 6 Undang-undang No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
ditentukan apabila debitur cidera janji, Pemegang Hak Tanggungan Pertama
mempunyai hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
melalui pelelangan umum serta mengambil pelunasan piutangnya dari hasil
penjualan tersebut;
26. Bahwa dalam penjelasan pasal 6 tersebut hak untuk menjual objek Hak
Tanggungan atas kekuasaan sendiri merupakan salah satu perwujudan dari
kedudukan diutamakan yang dipunyai oleh pemegang hak tanggungan atau
pemegang Hak Tanggungan Pertama dalam hal terdapat lebih dari satu pemegang
Hak Tanggungan. Hak tersebut didasarkan pada janji yang diberikan oleh
pemegang Hak Tannggungan bahwa apabila debitur cidera janji, pemegang Hak
Tanggungan berhak untuk menjual objek hak tanggungan tanpa persetujuan lagi
dari pemegang Hak Tanggungan dan selanjutya mengambil pelunasan piutangnya
dari hasil penjualan itu lebih dahulu daripada kreditur-krediturnya yang lain. Sisa
hasil penjualan tetap menjadi hak pemberi Hak Tanggungan;
27. Bahwa selanjutnya dalam pasal 14 Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan, sebagai tanda bukti adanya Hak Tanggungan, Kantor Pertanahan
menerbitkan Sertipikat Hak Tanggungan yang memuat irah-irah dengan kata-kata
"DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA".
Sertipikat Hak Tanggungan tersebut mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama
dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan
berlaku sebagai pengganti gosse akta hipotik sepanjang mengenai hak atas tanah;
28. Bahwa sesuai dengan ketentuan pasal 258 Rbg, grosse-grosse dari akte-akte
hypotiik dan dari surat-surat hutang notarial yang berkepala kata-kata "DEMI
KEADILAN BEDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA", mempunyai
kekuatan hukum sama dengan keputusan- keputusan hukum;
29. Bahwa pelaksanaan lelang tersebut telah diumumkan kepada masyarakat umum
melalui pengumuman tempel/selebaran maupun melalui surat kabar harian
Waspada yang terbit di Medan. Di mana untuk pelaksanaan lelang I diumumkan
melalui selebaran tanggal 09 Agustus 2021 dan melalui surat kabar harian Waspada
tanggal 24 Agustus 2021, sedangkan untuk pelaksanaan lelang ulang diumumkan
melalui selebaran tanggal 12 Mei 2022 dan melalui surat kabar harian Waspada
tanggal 27 Mei 2022 sebagai pengumuman lelang ulang. Pelelangan juga telah
diberitahukan kepada debitur (Penggugat) oleh Tergugat dengan suratnya No.
064/PL/KSP- SMS/COLL-Medan/IX/2020 tanggal September 2020 dan No.
015/PL/KSP-SMS/COLL-MEDAN/V/2022 tanggal 09 Mei 2022;
30. Bahwa pelaksanaan lelang telah dilakukan secara transparan dan terbuka untuk
umum tersebut mengacu kepada pasal 258 Rbg Jo Pasal 6 dan 14 Undang-undang
No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan serta Undang-undang Lelang (Vendu
Reglement, Ordonantie 28 Februari 1908 Staatsblad 1908:189 sebagaiman telah
beberapa kali dirubah terakhir dengan Staatsblad 194.3) jis Peraturan Menteri
Keuangan No. 27/PMK.06/2016 tanggal 19 Februari 2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang dan Peraturan Menteri Keuangan No. 174/PMK.06/2010
tanggal 30 September 2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 158/PMK.06/2013, bandingkan
juga dengan Peraturan Menteri Keuangan RI Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang
(Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 93/PMK.06/2010 Jo Peratuan Menteri
Keuangan RI No. 106/PMK.06/2013. Sehingga tidak terkait dengan ketentuan pasal
209 Rbg yang diberlakukan hanya untuk pelaksanaan putusan yang perkaranya
diadili dan diputuskan oleh Pengadilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 206
Rbg:
31. Bahwa pelaksanaan lelang terhadap agunan Penggugat tidak tunduk pada putusan
pengadilan sebagaimana dimaksud ketentuan Pasal 206, pasal 209 maupun 215
Rbg, tetapi mengacu kepada pasal 258 Rbg sebab sesuai dengan ketentuan pasal
258 Rbg, grosse-grosse dari akte-akte hipotik dan surat-surat utang notarial yang
berkepala kata-kata "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA", mempunyai kekuatan hukum sama dengan keputusan-
keputusan hukum. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996, pemegang
Hak Tanggungan berhak untuk menjual objek Hak Tanggungan melalui pelelangan
umum tanpa memerlukan persetujuan lagi dari pemberi Hak Tanggungan dan
selanjutnya mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan itu lebih dahulu
daripada kreditur-kreditur yang lain;
32. Bahwa dalam mengajukan Permohonan lelang terhadap agunan Penggugat,
Tergugat I meminta bantuan kepada Tergugat II untuk melakukan penjualan di
muka umum (lelang) atas objek jaminan. Dimana Tergugat I sebagai pelaksana
pelelangan telah melaksanakan ketentuan pelaksanaan lelang sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku sebagaimana disyaratkan Undang- Undang Lelang
(Vendu Reglement, Ordonantie 28 Februari 1908 Staatsblad 1908:189 sebagaiman
telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Staatsblad 194:3) jis Peraturan Menteri
Keuangan No 27/PMK.06/2016 tanggal 19 Februari 2016 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang dan Peraturan Menteri Keuangan No. 174/PMK.06/2010
tanggal 30 September 2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 158/PMK.06/2013;
33. Bahwa sebenarnya inti masalah dalam perkara ini adalah sederhana, di mana
semula Penggugat menerima fasilitas pembiayaan dari Tergugat 1, kemudian
kreditnya macet dan Penggugat wanprestasi. Kemudian setelah diberi peringatan
tetap beritikad buruk dan tidak bersedia menyelesaikan kewajibannya, maka
jaminan Penggugat yang telah dibebani hak tanggungan dilakukan pelelangan
melalui Tergugat II. Dalam proses lelang tersebut Tergugat telah menyerahkan
semua dokumen yang disyaratkan oleh Tergugat II dan telah mejalankan semua
syarat dan prosedur untuk lelang. Proses pelaksanaan lelang atas jaminan
Penggugat tersebut telah diumumkan selebaran/tempel dan melalui media massa
yang dilakukan dengan cara penawaran secara tertulis tanpa kehadiran peserta
lelang melalui aplikasi yang dapat diakses pada alamat domain, di mana pada
pelaksanaan lelang I tidak ada peminat (TAP) dan kemudian dilakukan lelang ulang
di mana hanya ada 1 (satu) orang peminat yang menawar yaitu MUHAMMADI
EKA, ST (Tidak Turut Digugat), dengan harga penawaran dari Ybs sebesar Rp.
145.100.500.- (seratus empat puluh lima juta seratus ribu Ima ratus rupiah). Harga
tersebut adalah harga yang terbentuk dalam lelang dengan sistem close bidding;
34. Bahwa dengan demikian pelaksanaan lelang tersebut telah dilakukan secara
transparan dan terbuka untuk umum yang mengacu kepada pasal 258 Rbg Jo Pasal
6 dan 14 Undang-undang No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan serta Undang-
undang Lelang (Vendu Reglement, Ordonantie 28 Februari 1908 Staatsblad
1908:189 sebagaiman telah beberapa kali dirubah terakhir dengan Staatsblad 194.3)
jis Peraturan Menteri Keuangan No. 27/PMK.06/2016 tanggal 19 Februari 2016
tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang dan Peraturan Menteri Keuangan No.
174/PMK.06/2010 tanggal 30 September 2010 tentang Pejabat Lelang Kelas I
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.
158/PMK.06/2013, bandingkan juga dengan Peraturan Menteri Keuangan RI
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang (Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor
93/PMK.06/2010 Jo Peratuan Menteri Keuangan RI No. 106/PMK.06/2013 dan
juga Peraturan Bank Indonesia No 18/16/PBI/2016.
35. Bahwa dengan demikian dalil Penggugat yang menyatakan perbuatan Tergugat I
yang melakukan pelelangan dengan cara lelang eksekusi hak tanggungan melalui
perantara Tergugat II tidak sah, batal demi hukum dan tidak mempunyai kekuatan
hukum, adalah tidak benar dan harus dikesampingkan. Karena pelaksanaan lelang
tersebut sesuai dengan ketentuan hukum, khususnya Undang-Undang No. 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan serta Peraturan Lelang (vendu Reglement) yang
dimuat dalam Lembaran Negara tahun 1908 no 189 Jo Lembaan Negara tahun 1940
No 56. Dengan demikian posita dan petitum gugatan Penggugat tentang hal ini
haruslah ditolak;
36. Bahwa berdasarkan salinan Risalah Lelang atas objek agunan telah dilelang oleh
Tergugat II. Selaku pembeli lelang yang beriktikad baik tentu pembeli lelang
haruslah mendapat perlindungan hukum. Berdasarkan Risalah Lelang dan kwitansi
serta dokumen-dokumen pembayaran pajak, pembeli lelang behak dan dilindungi
hukum untuk mohon balik nama atas seluruh sertipikat dan berhak atas penguasaan
objek lelang. Dengan demikian posita dan petitumbPenggugat tentang hal ini
haruslah ditolak;
37. Bahwa pada dasamya gugatan yang diajukan oleh Penggugat hanya mengada-ada
saja untuk menghindari kewajibannya membayar utang yang telah dinikmatinya
dari Bank serta untuk menghindari pengosongan rumahnya. Gugatan yang diajukan
Penggugat ini hanya merupakan iktikad buruk Penggugat untuk tidak membayar
utangnya sebagaimana iktikad buruk Penggugat yang telah menyalahgunakan
kredit yang diberikan oleh Tergugat I serta menghindar mengosongkan rumahnya
dan menyerahkannya kepada pemenang lelang;
38. Bahwa dengan demikian tindakan Tergugat I baik ketika pelepasan kredit maupun
ketika kredit tersebut macet dan dilakukan penjualan umum secara lelang atas
agunan oleh Tergugat II, telah sesuai dengan ketentuan hukum dan telah memenuhi
prosedur hukum yang berlaku;
39. Bahwa selanjutnya Tergugat I secara tegas menolak seluruh dalil-dalil gugatan
Penggugat yang tidak relevan, tidak berdasar dan tidak sesuai dengan fakta hukum
yang ada

Bahwa berdasarkan dalil-dalil bantahan Tergugat I tersebut di atas jelas gugatan Penggugat
tidak berdasar sama sekali dan tidak perlu untuk dipertimbangkan dengan menolak seluruh
gugatan yang diajukan Penggugat. Untuk itu Tergugat I mohon agar dengan segala
wewenang dan hikmah kebijaksanaan yang dimilikinya, Majelis Hakim Pengadilan Semu
Medan yang memeriksa dan mengadili perkara Gugatan ini berkenan memutuskan :

MENGADILI
I. DALAM EKSEPSI
1. Menerima eksepsi dari Tergugat I untuk seluruhnya.
2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet Onvankelijk
Verklaard).
II. DALAM POKOK PERKARA
- Menolak gugatan dari Penggugat untuk seluruhnya.
- Menghukum Penggugat untuk membayar biaya Perkara.

Atau: Apabila Majelis Hakim berpendapat lain mohon putusan yang seadil- adilnya (Ex
Aequo Et Bono).

Jawaban Tergugat II:

A. Eksepsi Gugatan Error In Persona


1. Bahwa pelelangan yang dilakukan Tergugat II merupakan tugas dan fungsi dari
Tergugat II yang diamanatkan dalam peraturan perundang- undangan, dan
apabila ada permintaan lelang yang telah memenuhi syarat dan ketentuan dan
dengan disertai dokumen yang dipersyaratkan untuk pelaksanaan lelang, maka
sesuai dengan ketentuan Pasal 11 PMK No. 213/PMK.06/2020 Tentang
Petunjuk Pelaksanaan Lelang (selanjutnya disebut "PMK No. 213 Tahun
2020"). Tergugat II tidak boleh menolaknya.
2. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (1) huruf k PMK No. 213 Tahun
2020, diatur bahwa "Penjual bertanggung jawab terhadap gugatan perdata
dan/atau tuntutan pidana serta pelaksanaan putusannya akibat tidak
dipenuhinya peraturan perundang-undangan oleh Penjual".
3. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas bahwa Penggugat telah keliru
dalam menarik Tergugat II sebagai pihak yang digugat pada perkara a quo.
4. Oleh karena itu, Tergugat Il memohon dengan hormat kepada Majelis Hakim
yang memeriksa dan memutus perkara a quo untuk menolak gugatan
Penguggat, mengeluarkan Tergugat II dari pihak yang berperkara ini, atau
setidak-tidaknya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet
ontvantkelijke verklaard).
B. Gugatan yang diajukan Penggugat Tidak Jelas dan Kabur (Exceptie Obscuur Libel)
1. Bahwa perlu Tergugat II tegaskan, Penggugat mendalilkan agar membatalkan
lelang Tergugat II. Akan tetapi Penggugat sama sekali tidak dapat menguraikan,
menunjukkan atau menyebutkan dengan jelas dan pasti perbuatan Tergugat II
yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau ketentuan
hukum yang menurut Penggugat telah dilanggar oleh Tergugat II, sehingga
dapat membatalkan pelaksanaan lelang tersebut.
2. Bahwa keseluruhan tindakan Tergugat II terkait pelelangan yang dilakukan
terhadap aset milik Penggugat telah sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku khususnya peraturan yang mengatur mengenal lelang,
yakni Peraturan Menteri Keuangan No 213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Lelang.
3. Bahwa sebagaimana ditegaskan dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.
4.K./Sip/1958 tanggal 13 Desember 1958, syarat mutlak untuk menuntut
seseorang di depan Pengadilan adalah adanya perselisihan hukum antara kedua
pihak. Hal tersebut dipertegas kembali dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung
RI No. 995 K/Sip/1975 tanggal 8 Agustus 1975, yang menyatakan suatu
gugatan dapat diklasifikasikan tidak memenuhi syarat formil gugatan, sehingga
gugatan tersebut haruslah ditolak, dengan pertimbangan:
a. Gugatan diajukan tanpa didasari adanya persengketaan mengenai jumlah
utang, Penggugat sebagai debitur, pada dasamya dibebani kewajiban untuk
membayar utang dan tidak mempunyai hak terhadap kreditur;
b. Untuk mengajukan gugatan dalam hubungan kewajiban hak antara kedua
belah pihak, baru dapat dibenarkan hukum apabila telah timbul atau telah
ada suatu hak yang dilanggar pihak lain.
4. Bahwa sesuai Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 4
K/Sip/1958 tanggal 13 Desember 1958, yang menegaskan "Syarat mutlak untuk
menuntut seseorang di depan pengadilan adalah karena adanya perselisihan
hukum (sengketa hukum) antara kedua pihak", sudah terbukti gugatan yang
diajukan Penggugat bukan didasari oleh adanya perselisihan hukum (sengketa
hukum).
5. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas bahwa gugatan Penggugat
sangat kabur dan tidak berdasarkan hukum, karena Penggugat sama sekali tidak
dapat menunjukkan tindakan Tergugat II yang merupakan perbuatan melawan
hukum, sehingga sangat berdasar hukum apabila Majelis Hakim menyatakan
gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard).
6. Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, Tergugat II mohon kepada
Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo kiranya berkenan
memutus dengan amar yang menyatakan menerima eksepsi Tergugat II.
C. Eksepsi Persona Standi Non Judicio
1. Bahwa gugatan Penggugat khususnya yang ditujukan terhadap Tergugat II
harus dinyatakan tidak dapat diterima, sebab penyebutan persoon Tergugat II di
dalam surat gugatan Penggugat kurang tepat dan keliru, karena
mencampuradukkan antara pejabat yakni Menteri Keuangan RI dengan subjek
hukum instansi.
2. Bahwa KPKNL Medan bukan merupakan badan hukum yang berdiri sendiri,
melainkan bagian dari Pemerintah RI cq Kementerian Keuangan RI cq. DJKN
cq. Kantor Wilayah DJKN Sumatera Utara. Oleh karena itu, Tergugat II tidak
mempunyai kualitas untuk dapat dituntut dalam perkara perdata di muka
Peradilan Umum jika tidak dikaitkan dengan badan hukum induknya dan
instansi atasannya.
3. Bahwa kekeliruan tersebut tercantum pada halaman 2 (dua) surat gugatan
Penggugat dimana Penggugat menyebutkan persoon Tergugat Il yang langsung
ditujukan kepada Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)
Medan tanpa mengkaitkan Pemerintah RI cq. Kementerian Keuangan RI cq.
DJKN cq. Kantor Wilayah DJKN Sumatera Utara selaku instansi atasan
Tergugat II.
4. Bahwa oleh karena KPKNL Medan bukanlah merupakan suatu organisasi yang
berdiri sendiri, melainkan hanya merupakan suatu badan hukum yang disebut
Negara, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya harus
dipertanggungjawabkan kepada atasannya tersebut, maka dalam hal adanya
tuntutan juga harus dikaitkan dengan instansi atasannya tersebut.
5. Bahwa dengan dasar penjelasan yang dikemukakan oleh Tergugat II di atas,
menunjukan dan terbukti bahwa gugatan Penggugat yang langsung ditujukan
kepada KPKNL Medan tanpa mengkaitkan instansi atasannya adalah keliru dan
tidak tepat, karena secara fakta hukumnya, Tergugat II tidak mempunyai
kualitas tersendiri untuk dapat dituntut di muka Peradilan Umum, sehingga
gugatan Penggugat tidak memenuhi syarat formil untuk diajukan sebagai
gugatan dan sudah sepatutnya untuk dinyatakan tidak dapat diterima (niet
ontvankelijke verklaard).
D. Eksepsi Plurium Litis Consortitum (Kurang Pihak)
1. Bahwa setelah Tergugat II membaca secara keseluruhan gugatan Penggugat
baik dalam posita maupun petitumnya, ternyata masih terdapat pihak-pihak
yang harus ditarik/diikutsertakan dalam gugatan perkara a quo.
2. Bahwa mengingat pelelangan terhadap objek perkara a quo ialah laku terjual
lelang, yang akan dijelaskan oleh Tergugat II dalam bagian Pokok Perkara
Jawaban di bawah ini, pihak yang perlu ditarik/diikutsertakan juga dalam
perkara a quo adalah pemenang lelang.
3. Bahwa kehadiran pemenang lelang tersebut agar dapat memberikan keterangan
dan membela hak, kepentingan, maupun kedudukannya di muka persidangan.
4. Bahwa dengan tidak ditariknya pemenang lelang tersebut sebagai Pihak dalam
perkara a quo, maka penyelesaian sengketa yang disengketakan tidak dapat
diselesaikan secara tuntas dan holistik Hal ini dijelaskan oleh M. Yahya
Harahap dalam bukunya berjudul Hukum Acara Perdata halaman 439
menyatakan apabila masih ada orang yang harus ikut dijadikan sebagai
Penggugat atau Tergugat, barulah suatu sengketa dapat diselesaikan secara
tuntas dan menyeluruh.
5. Bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut, pemenang lelang tidak ditarik atau
diikutsertakan sebagai pihak dalam perkara a quo, sesuai dengan Yurisprudensi
Mahkamah Agung RI No. 1424 K/Sip/1975 tanggal 8 Juni 1976 yang
menyebutkan: "bahwa tidak dapat diterima gugatan ini adalah karena ada
kesalahan mengenai pihak yang seharusnya digugat akan tetapi belum digugat
j.o Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 1566 K/pdt/1983 yang
menyebutkan: "gugatan tidak dapat diterima atas alasan gugatan mengandung
cacat Plurium litis consortium" Oleh karena itu, sudah sepatutnya gugatan
Pelawan dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard).maka
menjadikan gugatan a quo tidak sempurna sehingga sudah sepatutnya gugatan a
quo oleh Majelis Hakim dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk
Verklaard).

Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, Tergugat II mohon kepada Majelis


Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo kiranya berkenan memutus dengan
amar yang menyatakan menerima eksepsi Tergugat II. Bahwa apabila Majelis Hakim
berpendapat lain, maka Tergugat II akan menanggapi gugatan dari Penggugat dalam
bagian Pokok Perkara sebagaimana diuraikan lebih lanjut berikut ini.

ll. DALAM POKOK PERKARA (VERWEERTEN PRINCIPALE):

1. Bahwa terlebih dahulu Tergugat II memohon apa yang diuraikan pada Jawaban
dalam Eksepsi di atas mohon dianggap telah menjadi satu kesatuan (mutatis
mutandis) dengan Jawaban dalam Pokok Perkara ini dan Tergugat II dengan tegas
menolak seluruh dalil gugatan Penggugat kecuali terhadap hal-hal yang diakui
secara tegas oleh Tergugat II.
2. Bahwa Tergugat II tidak akan menanggapi dalil-dalil Penggugat secara
keseluruhan, namun hanya menanggapi secara pokoknya saja terutama terhadap
dalil yang ditujukan kepada Tergugat II.
3. Bahwa pokok permasalahan yang diajukan oleh Penggugat di dalam gugatannya,
khususnya terhadap Tergugat II adalah terkait pelaksanaan lelang eksekusi Hak
Tanggungan yang dimohonkan oleh Tergugat I atas objek lelang yang merupakan
jaminan utang/kewajiban antara Penggugat dengan Tergugat 1.
Tentang Proses Pelelangan Harus Melalui Pengadilan, Memohon Pembatalan,
PMK Tidak Termasuk Dasar Hukum Berdasar Dalil Penggugat
4. Bahwa Tergugat II dengan tegas membantah dan menolak dalil Penggugat dalam
Posita gugatannya yang menyatakan bahwa Tergugat II melakukan perbuatan
melawan hukum, cacat hukum, tidak sah, serta Penggugat yangbmemohon
pembatalan lelang, kemudian pelelangan harus melalui Pengadilan, Peraturan
Menteri Keuangan bukan menjadi dasar hukum.
5. Bahwa berdasarkan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Sebagaimana Yang Telah Diubah terakhir kali Dengan Undang- Undang Nomor 13
Tahun 2022 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Undang-Undang
Nomor 12Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,
menentukan bahwa:
6. "(1) Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan
Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung,
Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank
Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk
dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat."
7. Bahwa oleh karena itu, Peraturan Menteri Keuangan merupakan bagian dari
peraturan perundang-undangan.
8. Bahwa sebagaimana diakui sendiri oleh Penggugat dalam Posita Gugatan
Perlawanannya halaman 2, fakta hukumnya adalah Penggugat merupakan Debitur
dari Tergugat I yang telah menerima fasilitas kredit berdasarkan Perjanjian Kredit
beserta Perjanjian Aksesoir/Perubahan lainnya.
9. Bahwa perjanjian kredit beserta perjanjian-perjanjian aksesoir/tambahannya yang
ditandatangani bersama antara Penggugat dan Tergugat I, dibuat atas kesepakatan
dan itikad baik yang merujuk kepada ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu
adanya kesepakatan, para pihaknya cakap, mengenai suatu hal tertentu dan suatu
sebab yang halal. Perjanjian kredit tersebut mengikat para pihak karena sesuai
ketentuan hukum, semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi Penggugat dan Tergugat I. Persetujuan-persetujuan itu tidak
dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan
yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu, sebagaimana ketentuan
Pasal 1338 KUH Perdata.
10. Bahwa berdasarkan kewenangan yang diperoleh melalui Pasal 6 Undang- Undang
No. 4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang
Berkaitan dengan Tanah, Tergugat I mengajukan permohonan lelang atas objek
perkara a quo kepada Tergugat II sesuai Surat No. 012/KSP-SMS/COLL-
MEDAN/IV/2023 tanggal 6 April 2023 perihal Permohonan Jadwal Lelang.
11. Bahwa berdasarkan Pasal 11 PMK No. 213 Tahun 2020 bahwa "Kepala KPKNL,
Pejabat Lelang Kelas II, atau Pemimpin Balai Lelang tidak boleh menolak
permohonan lelang yang diajukan kepadanya sepanjang dokumen persyaratan
lelang telah lengkap dan memenuhi Legalitas Formal Subjek dan Objek Lelang".
12. Bahwa dikarenakan menurut Tergugat I Penggugat selaku Debitur telah
wanprestasi terhadap prestasi kepada Tergugat I, maka Tergugat I telah
mengeluarkan 3 (tiga) kali surat peringatan kepada Debitur, yaitu:
a. Surat Peringatan I No. ID001225984/SP/SUKM-20259/VIII/2019 tanggal 1
Agustus 2019;
b. Surat Peringatan II No. ID001225995/SP/SUKM-20259/IX/2019 tanggal 26
September 2019;
c. Surat Peringatan III No. ID001225901/SP/SUKM-20259/X/2019 tanggal 8
Oktober 2019.
13. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 55 ayat (1) PMK No. 213 Tahun 2020 terhadap
rencana lelang dimaksud telah diumumkan kepada khalayak umum melalui
Selebaran tanggal 12 Mei 2022 sebagai Pengumuman Pertama Lelang Eksekusi
Hak Tanggungan dan surat kabar harian Waspada tanggal 27 Mei 2023 sebagai
Pengumuman Kedua Lelang Eksekusi Hak Tanggungan, yang di dalamnya
tercantum nilai limit lelang dan uang jaminan lelang, sehingga pelaksanaan lelang
tersebut telah memenuhi Asas Publisitas.
14. Bahwa dengan tegas Tergugat II menyatakan bahwa dalil-dalil/alasan- alasan
penggugat yang menyatakan keberatan atas rencana/permohonan/pelimpahan dari
Tergugat I kepada Tergugat II karena Tergugat II dalam menerima dan
melaksanakan lelang eksekusi hak tanggungan barang jaminan hutang adalah
berdasarkan Undang Undang Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996 yang telah
memenuhi persyaratan lelang mengingat lelang terhadap objek perkara a quo
dilaksankan pada tanggal 23 April 2019 maka dasar hukum yang digunakan ialah
sesuai dengan PMK No. 213 Tahun 2020, mengingat pelaksanaan lelang atas objek
perkara a quo dalam tanggal 10 Juni 2022, sehingga dasar hukum yang berlaku
ialah PMK No. 213 tahun 2020, bukan PMK No. 27 Tahun 2016 sebagaimana yang
didalilkan oleh Penggugat.
15. Bahwa hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri
merupakan salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang dipunyai oleh
pemegang Hak Tanggungan. Hal tersebut didasarkan pada janji yang diberikan oleh
Pemberi Hak Tanggungan in casu Penggugat bahwa apabila debitor cidera janji,
Pemegang Hak Tanggungan in casu Tergugat berhak untuk menjual obyek Hak
Tanggungan melalui pelelangan umum tanpa memerlukan persetujuan lagi dari
Penggugat Hal tersebut terdapat pada Akta Pengakuan Hutang dan didasarkan pada
Pasal 6 UUHT;
16. Bahwa dalam Pasal 6 UU Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996 dengan tegas juga
dinyatakan bahwa Kreditor Pemegang Hak Tanggungan Peringkat I (Pertama)
dapat melakukan eksekusi melalui Parate Executie. Dengan demikian, Tergugat I
selaku Kreditur Pemegang Hak Tanggungan mempunyai kewenangan melakukan
eksekusi dengan menjual lelang objek jaminan. Oleh karenanya jelas dalam
permasalahan a quo, Tergugat II sebagai pejabat penjual lelang bertindak sebagai
pelaksana lelang atas permintaan Tergugat I dan telah sesuai dengan peraturan
perundang- undangan yang berlaku.
17. Bahwa berdasarkan Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3) UU HT yang berbunyi.
(2) Sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat irah-
irah dengan kata-kata "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA".
(3) Sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)
mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse
acte Hypotheek sepanjang mengenai hak atas tanah.
Maka Tergugat I dapat secara langsung mengeksekusi objek Hak Tanggungan
tanpa harus menunggu adanya putusan atau penetapan eksekusi pengadilan terlebih
dahulu apabila Penggugat wanprestasi sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 UU
HT karena Sertifikat Hak Tanggungan atas objek Hak Tanggungan memiliki
kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan.
18. Bahwa berdasarkan Pasal 20 ayat (1) UU HT yang berbunyi:
(1) Apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan :
a. hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual objek Hak
Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, atau
b. titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), objek Hak Tanggungan dijual melalui
pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam peraturan
perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang Hak Tanggungan
dengan hak mendahulu dari pada kreditor-kreditor lainnya.
19. Bahwa berdasarkan fakta melalui Surat Peringatan I, II, dan III dari Tergugat 1,
maka dapat dibuktikan dan diketahui bahwa Penggugat telah atau sudah
wanprestasi sehingga unsur Debitur cidera janji dalam Pasal 20 ayat (1) UU HT
telah terpenuhi.
20. Bahwa setelah dilakukan penelitian kelengkapan berkas, Tergugat I menerbitkan
Surat Nomor S-1319/KNL.0201/2022 tanggal 28 April 2022 hal Penetapan Jadwal
Lelang.
21. Bahwa pelaksanaan lelang terhadap objek perkara a quo telah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mana hasilnya laku terjual
sebagaimana yang tercantum dalam Risalah Lelang No. 544/04/2022 tanggal 10
Juni 2022.

Tentang Perbuatan Melawan Hukum Yang Didalilkan Penggugat


22. Bahwa Tergugat II dengan tegas menolak dalil-dalil gugatan Penggugat. baik
dalam Posita maupun Petitum Gugatan, yang pada intinya menyatakan bahwa Para
Tergugat telah sengaja mengabaikan proses hukum dan bertentangan dengan
hukum yang berlaku adalah merupakan perbuatan melawan hukum sehubungan
dengan pelaksanaan lelang Objek Perkara a quo.
23. Bahwa dalil Penggugat tersebut sangat mengada-ada dan tidak berdasar hukum
sama sekali karena dari seluruh uraian Tergugat I tentang pelelangan atas Objek
Perkara a quo di atas, dengan jelas membuktikan bahwa pelelangan yang dilakukan
oleh Tergugat II atas permintaan dari Tergugat I telah memenuhi seluruh ketentuan
peraturan perundangan yang berlaku dan dapat mematahkan dalil-dalil gugatan
Penggugat sehingga dalil-dalil gugatan Penggugat patut untuk dikesampingkan,
(vide Buku II Mahkamah Agung halaman 149 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas
dan Administrasi Pengadilan disebutkan bahwa "lelang yang telah dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku tidak dapat dibatalkan").
24. Bahwa perlu Penggugat pahami, pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan
yang dimohonkan oleh Tergugat I kepada Tergugat II adalah lelang eksekusi Hak
Tanggungan berdasarkan kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 UU
Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996 yang mengatur bahwa "Apabila debitor cidera
janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek
Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta
mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut".
25. Bahwa dapat Tergugat II sampaikan Kembali, fakta hukumnya adalah Penggugat
yang merupakan Debitur dari Tergugat I yang meskipun telah diberikan 3 (tiga)
kali Surat Peringatan oleh Tergugat I, namun Penggugat tetap tidak melakukan
pembayaran/penyelesaian kewajiban/utang/kreditnyanya kepada Tergugat I
sehingga Tergugat I menyatakan bahwa Penggugat telah wanprestasi/lalai
memenuhi pembayaran kewajiban kewajiban/utang/kreditnyanya (default/macet),
dan selanjutnya Tergugat I selaku Pemegang Hak Tanggungan Peringkat I
(Pertama) mengajukan lelang eksekusi Hak Tanggungan atas Objek Perkara a quo,
tanpa perlu adanya persetujuan dari Penggugat.
26. Bahwa dengan demikian telah dengan tegas terbukti bahwa dalil-dalil Penggugat
baik dalam Posita dan Petitum Gugatan tersebut sangat mengada-ada dan tidak
berdasar hukum sama sekali sehingga patut untuk dikesampingkan.
27. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, unsur-
unsur perbuatan melawan hukum antara lain:
- Adanya suatu perbuatan;
- Perbuatan tersebut melawan hukum;
- Adanya kesalahan atau kelalaian atau kurang hati-hati dari si pelaku;
- Adanya kerugian bagi korban;
- Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.
28. Bahwa untuk dapat dikatakan suatu perbuatan melawan hukum, selain perbuatan
yang melawan undang-undang, maka perbuatan tersebut harus dapat dibuktikan:
a. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;
b. Melanggar hak subyektif orang lain;
c. Melanggar kaidah tata susila;
d. Bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati yang
seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan dengan sesama warga
masyarakat atau terhadap harta benda orang lain.
29. Bahwa ternyata dalam gugatan Penggugat tidak ada satupun uraian yang dapat
menunjukkan tindakan-tindakan apa yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan
melawan hukum, bertentangan dengan hak orang lain, dan melanggar hak subyektif
orang lain, sehingga bagaimana mungkin dapat dikatakan bahwa ada perbuatan
Tergugat II yang dapat membatalkan lelang tersebut.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut di atas, Tergugat II mohon kepada
Majelis Hakim Pengadilan Semu Medan yang memeriksa dan mengadili perkara a quo,
kiranya berkenaan memutus dengan amar sebagai berikut:

PRIMAIR

DALAM EKSEPSI:
1. Menerima eksepsi Tergugat II;
2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (Niet ontvankelijk
verklaard).
DALAM POKOK PERKARA :
1. 1.Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya
menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk
verklaard);
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara.

SUBSIDAIR

Apabila Majelis Hakim yang terhormat berpendapat lain, kami mohon putusan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono).

Menimbang, bahwa Penggugat telah mengajukan Repliknya sebagaimana


selengkapnya terlampir dalam berkas perkara yang pada pokoknya tetap pada gugatannya;

Menimbang, bahwa Para Tergugat telah mengajukan Dupliknya sebagaimana


selengkapnya terlampir dalam berkas perkara yang pada pokoknya tetap pada
jawaban/bantahannya;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil gugatannya Penggugat telah
mengajukan bukti-bukti sebagai berikut.

Bukti Surat:

1. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP) Atas Nama Penggugat (Joni Alfizar), telah
diberi materai secukupnya dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda P-1;
2. Fotocopy Kartu Keluarga (KK) Atas Nama Kepala Keluarga (Joni Alfizar), telah
diberi materai secukupnya dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda P-2;
3. Fotocopy surat dari (KSP) Sahabat Mitra Sejati, dengan nomor surat 015/PL/KSP-
SMS/COLL-MEDAN/V/2022, telah diberi materai secukupnya dan telah
disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda P-3;
4. Fotocopy surat dari KPKNL Medan dengan Nomor Surat:S- 1319/KNL.0201/2022,
telah diberi materai secukupnya dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda
P-4;
5. Fotocopy surat Sebidang tanah seluas 535M2 dan segala sesuatu yang ada
diatasnya dengan Sertifikat Hak Milik Nomor 20 atas nama Joni Alfizar yang
terletak di Desa/Kelurahan, Dendang (d/h Perdamaian), Kecamatan Stabat,
Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara, tanpa asli, telah diberi materai
secukupnya diberi tanda P-5;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan jawan/bantahannya Tergugat 1 telah


mengajukan bukti-bukti sebagai berikut:

Bukti Surat:

1. Fotocopy Akta Perjanjian Pembiayaan Nomor 046/PP/SUKM-


20259/STABAT/IV/2018 tanggal 30 April 2018 yang ditandatangani Penggugat
(yang disetujui oleh isterinya Sri Wati) dan Tergugat-l, di bawah tangan dan telah
dilegalisasi di hadapan Linda,SH,MKn, Notaris di Kabupaten ALngkat pada
tanggal 30 April 2018 Nomor 205.A/LEG/NOT.L/2018 telah diberi materai
secukupnya dan telah disesuaikan dengan aslinya, diberi tanda T.I-1;
2. Fotocopy Sertifikat Hak Milik Nomor 20/Desa Dendang d/h Perdamaian, seluas
535 M2, atas nama Joni Alfizar, tanpa asli telah diberi materai secukupnya, diberi
tanda T.1-2;
3. Fotocopy Sertifikat Hak Tanggungan Peringkat I (Pertama) oleh kantor
Pertanahan/BPN Kabupaten LAngkat bertanggal 21-08-2018 Nomor 1211/2018
yang berkepala "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA", tanpa asli telah diberi materai secukupnya, diberi tanda T.1-3;
4. Akta Pemberian Hak Tanggungan Nomor 68/2018 tanggal 04-07-2018, yang dibuat
dihadapan Linda,S.H., PPAT di Kabupaten Langkat, telah disesuaikan dengan
aslinya dan diberi materai secukupnya, selanjutnya diberi tanda T.1-4;
5. Fotocopy Surat Peringatan I tanggal 1 Agustus 2019 Nomor
ID001225984/SP/SUKM-20259/VIII/2019, tanpa asli telah diberi materai
secukupnya, diberi tanda T.1-5;
6. Fotocopy Surat Peringatan II tanggal 26 September 2019 Nomor
ID001225995/SP/SUKM-20259/IX/2019, tanpa asli telah diberi materai
secukupnya, diberi tanda T.1-6;
7. Fotocopy Surat Peringatan III tanggal 8 Oktober 2019 Nomor
ID001225901/SP/SUKM-20259/X/2019, tanpa asli telah diberi materai
secukupnya, diberi tanda T.1-7;
8. Fotocopy Surat Penetapan Jadwal Lelang, tanggal 9 Mei 2023 Nomor 015/PL/KSP-
SMS/COLL-MEDAN/V/202, tanpa asli telah diberi materai secukupnya, diberi
tanda T.1-8;
9. Fotocopy Salinan Risalah Lelang Nomor 544/04/2022 tanggal 10 Juni 2023, telah
disesuaikan dengan aslinya dan diberi materai secukupnya, selanjutnya diberi tanda
T.I-9;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan jawan/bantahannya Tergugat II telah


mengajukan bukti-bukti surat sebagai berikut:

1. Fotocopy Surat Peringatan I No. ID001225984/SP/SUKM-20259/VIII/2019


tanggal 1 Agustus 2019, tanpa asli, telah diberi materai secukupnya selanjutnya
diberi tanda bukti T.II-1a;
2. Fotocopy Surat Peringatan II No. ID001225995/SP/SUKM-20259/1X/2019
tanggal 26 September 2019, tanpa asli, telah diberi materai secukupnya selanjutnya
diberi tanda bukti T.II-1b;
3. Fotocopy Surat Peringatan III No. ID001225901/SP/SUKM-20259/X/2019 tanggal
8 Oktober 2019, tanpa asli, telah diberi materai secukupnya selanjutnya diberi
tanda bukti T II-1c;
4. Fotocopy Surat Keterangan Pendaftaran Tanah No. 14476/2022 tanggal 24 Mei
2022, telah disesuaikan dengan aslinya dan diberi materai secukupnya selanjutnya
bukti diberi tanda T. II-2;
5. Fotocopy Surat KPKNL Medan No. S-1319/KNL 0201/2022 tanggal 28 April
2022, hal Penetapan Jadwal Lelang, telah disesuaikan dengan aslinya dan diberi
materal secukupnya selanjutnya bukti diberi tanda T II-3;
6. Fotocopy Surat Pernyataan dari Tergugat I tanggal 6 April 2023, telah disesuaikan
dengan aslinya dan diberi materai secukupnya selanjutnya bukti diberi tanda T. II-
4;
7. Fotocopy Surat Kabar Harian Waspada tanggal 27 Mei 2023 sebagai Pengumuman
Lelang Kedua, telah disesuaikan dengan aslinya dan diberi materai secukupnya
selanjutnya bukti diberi tanda T.II-5a;
8. Fotocopy Selebaran Pengumuman Pertama Lelang Eksekusi Hak Tanggungan,
telah disesuaikan dengan aslinya dan diberi materal secukupnya selanjutnya bukti
diberi tanda T.11-56;
9. Fotocopy Surat Permohonan Lelang No.012/KSP-SMS/COLL-MEDAN/IV/2022
tanggal 6 April 2023, telah disesuaikan dengan aslinya dan diberi materai
secukupnya selanjutnya bukti diberi tanda T.11-6;
10. Fotocopy Risalah Lelang No. 544/04/2022 tanggal 10 Juni 2023, telah disesuaikan
dengan aslinya dan diberi materal secukupnya selanjutnya bukti diberi tanda T.II-7;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan gugatannya Kuasa Hukum Pengugat telah


mengajukan seorang Saksi sebagai berikut :

Saksi Primus Raihandinata, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai


berikut:

- Bahwa saksi kenal dengan Joni Alfizar;


- Bahwa saksi tidak memiliki hubungan darah dengan Penggugat;
- Bahwa saksi mengetahui sehubungan dengan gugatan yang diajukan Joni Alfizar
adalah tentang perbuatan melawan hukum;
- Bahwa benar Joni Alfizar ada mengambil kredit dari Bank (KSP) Sahabat Mitra
Sejati dan untuk kredit tersebut Joni Alfizar memberikan jaminan agunan yaitu
tanah milik Joni Alfizar;
- Bahwa saksi tidak melihat berkas salinan /copy akta perjanjian kredit antara Joni
Alfizar dengan Bank (KSP) Sahabat Mitra Sejati tetapi saya mengetahui bahwa
proses pengajuan kerdit tersebut berhasil dilakukan;
- Bahwa saksi tidak mengetahui jumlah hutang pokok Joni Alfizar kepada Bank
(KSP) Sahabat Mitra Sejati;
- Bahwa saksi tidak mengetahui adanya lelang atas tanah yang diagunkan oleh Joni
Alfizar kepada Bank (KSP) Sahabat Mitra Sejati;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan kebenaran keterangan tergugat, kuasa hukum


tergugat mengajukan saksi yang pada dasarnya menerangkan sebagai berikut:

Rafi Sadam Aufaa M, dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

- Bahwa saksi mengenal Tergugat I dan Tergugat II;


- Bahwa saksi tidak memiliki hubungan darah atau hubungan kerja dengan pihak
tergugat 1 dan tergugat 2;
- Bahwa saksi mengetahui hubungan hukum antara penggugat dan tergugat 1 dan
tergugat 2 adalah hubungan hutang-piutang;
- Bahwa saksi menerangkan bahwa penggugat meletakan hak jaminan tanah dan
banguan kepada pihak tergugat. Kemudian pihak penggugat wanprestasi. Lalu
pihak tergugat langsung melelang jaminan tersebut tanpa sepengetahuan
penggugat. Atas perbuatan itu, penggugat merasa keberatan;
- Bahwa benar saksi mengetahui jaminan yang diagunkan penggugat adalah tanah
berseta bangunan rumah diatasnya;
- Bahwa saksi menerangkan bahwa pihak penggugat telah diberi surat peringatan/
somasi sebanyak 3 kali oleh tergugat 1;
- Bahwa benar lelang dilaksanakan tanggal 10 Agustus 2023;
- Bahwa saksi menerangkan tergugat 2 pernah memberi tahu pihak penggugat untuk
melakukan lelang pada agunan atau jaminan tersebut;
- Bahwa benar pihak penggugat telah melakukan wanprestasi, maka pihak tergugat
bisa meminta pengadilan untuk mengeluarkan penetapan untuk melakukan lelang
terhadap jaminan atau agunan itu;

Menimbang, bahwa selanjutnya segala sesuatu yang termuat dalam berita acara
persidangan perkara ini, untuk menyingkat putusan ini dianggap telah termuat dan menjadi
bagian yang tak terpisahkan dengan putusan ini;

Menimbang, bahwa akhirnya para pihak menyatakan tidak ada hal-hal yang diajukan
lagi dan mohon putusan;

TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM

Dalam Eksepsi.

Menimbang, bahwa Tergugat I dan Tergugat II telah mengajukan Eksepsi dan telah
dijatuhkan Putusan Sela yang amamya sebagai berikut:

1. Menolak Eksepsi Tergugat I dan Tergugat II.


2. Menyatakan Pengadilan Semu FH USU cq Pengadilan Semu Medan berwenang
mengadili perkara aquo.
3. Memerintahkan agar pemeriksaan perkara dilanjutkan. 4. Menangguhkan biaya
perkara hingga putusan akhir.

Dalam Pokok Perkara.

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat yang pada pokoknya
adalah mengenai: gugatan Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan oleh Tergugat I dan
Tergugat II yang merugikan Penggugat selaku Dieblur dalam Pinjaman Uang dari
Tergugat I dengan alasan:

 Bahwa Tergugat I tidak memberikan Salinan Perjanjian Kredit kepada Penggugat


sehingga Penggugat tidak mengetahui berapa jumlah hitungan bunga dan jumlah
biaya-biaya yang lainnya selain dari hutang pokok Penggugat sebenarnya (Jumlah
hutang yang pasti);
 Bahwa Tergugat tidak memberikan upaya penyelamatan Hutang Penggugat;
 Bahwa Tergugat II yang melakukan Pelelangan atas Obyek Jaminan (Harta
Penggugat) tanpa melalui Pengadilan Semu FH USU sehingga telah merugikan
Penggugat;

Menimbang, bahwa Tergugat dan Tergugat I membantah dalil gugatan dengan alasan:

 Bahwa pemberian kredit atau pinjaman kepada Penggugat telah dilakukan menurut
hukum dan penjualan Lelang atas Obyek Jaminan yang telah diterbitkan Sertifikat
Hak Tanggungan telah sesuai dengan prosedur sehingga Tergugat I dan Tergugat II
tidak melakukan Perbuatan Melawan Hukum;
 Bahwa terkait dengan dalil Penggugat tentang tidak diberikannya Salinan
Perjanjian Kredit, maka Penggugat harus menarik Notaris/PPAT sebagai pihak
dalam perkara ini, sedangkan Penggugat membaca dan memahami isi Perjanjian
Kredit sehingga mengetahui segala kewajibannya;

Menimbang, bahwa setelah membaca gugatan dan jawab-jinawab diperoleh fakta


hukum sebagai sesuatu yang diakui dan dinyatakan terbukti sebagai berikut:

1. Bahwa Penggugat telah meminjam sejumlah uang dari Tergugat I dengan


pembayaran secara cicilan dan untuk jaminan pembayaran hutangnya tersebut,
Penggugat telah menyerahkan hartanya yang kemudian telah dibebani Hak
Tanggungan serta telah diterbitkan Sertifikat Hak Tanggungan;
2. Bahwa Penggugat telah tidak membayar cicilan kreditnya sehingga Penggugat
dinyatakan Wanprestasi oleh Tergugat I dan atas permintaan Tergugat I maka telah
dilakukan Penjualan Lelang atas Obyek Hak Tanggungan oleh Tergugat II;

Menimbang, bahwa yang menjadi persengketaan antara kedua belah pihak adalah
mengenai tidak diberikannya Salinan Perjanjian Kredit kepada Penggugat sehingga
Penggugat tidak mengetahui isi Perjanjian dan segala kewajiban baginya dan tidak
diberikannya kesempatan kepada Penggugat untuk menyelamatkan usaha Penggugat,
namun Tergugat I dan II telah melakukan Penjualan Lelang Obyek Jaminan,

Menimbang, bahwa terkait dengan dalil gugatan bahwa Tergugat I tidak memberikan
Salinan Perjanjian Kredit, Tergugat I dalam Jawabannya tentang Eksepsi menyatakan
bahwa Penggugat harus menarik Notaris PPAT sebagai Tergugat dan Perjanjian Kredit
dibuat dibawah tangan sehingga Penggugat mengetahui isi Perjanjian sehingga Penggugat
telah pernah membayar cicilan hutangnya,

Menimbang, bahwa untuk membuktikan dalil gugatannya, Penggugat telah


mengajukan bukti surat yaitu:
1. P-1 adalah Kartu Tanda Penduduk atas nama Joni Alfizar (Penggugat) lahir di
Perdamaian, tanggal 25 Februari 1976, bertempat tinggal di Lingkungan V Sel
Dendang, Kelurahan Dendang Kecamatan Stabat Provinsi Sumatera Utara;
2. P-2 adalah Kartu Keluarga atas nama Joni Alfizar (Penggugat) sebagai Kepala
Keluarga, Sri Wati tertera sebagai Istri Sah dan 2(dua) orang Anak Kandung;
3. P-3 adalah surat dari (KSP) Sahabat Mitra Sejati tentang Pemberitahuan Penjualan
Jaminan/Agunan melalui Lelang Eksekusi Hak Tanggungan dan Pengosongan
Jaminan atas Sertifikat Hak Milik Nomor 20 atas nama Joni Alfizar yang
menerangkan bahwa berdasarkan surat Penetapan JAdwal Lelang KPKNL Medan
Nomor S-1319/KNL 0201/2022 akan melakukan melaksanakan Lelang melalui
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan atas objek
Jaminan berupa Sebidang tanah seluas 535 M2 berikut bangunan yang berdiri
diatasnya sesuai Sertifikat Hak Milik Nomor 20 atas nama Joni Alfizar, yang
terletak di Desa/Kelurahan Dendang (d/h. Perdamaian), Kecamatan Stabat
Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara;
4. P-4 adalah surat Nomor S-1319/KNL.0201/2023 yang dikeluarkan oleh KPKNL
(Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang) Medan tentang Penetapan Jadwal
Lelang yang menerangkan bahwa berdasarkan Surat Nomor 012/KSP-SMS/COLL-
MEDAN/IV/2023 tanggal 06 April 2023 yang dikeluarkan oleh Foreclosure Asset
Koperasi Simpan Pinjam Sahabat Mitra Sejati Area Medan perihal Permohonan
jadwal leleng maka akan dilaksanakan lelang dengan jenis penawaran lelang
melalui internet (closed bidding) yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 10
Agustus 2023 yang Pukul 11.00 WIB dengan alamat domain bertempat di Kantor
Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Medan Gedung Keuangan Negara Unit II,
Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 30-A Medan;
5. P-5 adalah Sertifikat Hak Milik Nomor 20 terdaftar atas nama Joni Alfizar yang
diperoleh berdasarkan Akta Jual Beli Nomor 181/2009 tanggal 13 Juli 2009 yang
menerangkan bahwa sebidang tanah dengan segala sesuatu yang ada diatasnya
dengan luas 535M2 yang terletak di Desa/Kelurahan, Dendang (d/h Perdamaian),
Kecamatan Stabat, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara;

Menimbang, bahwa dari alat-alat bukti yang diajukan penggugat sebagaimana


diuraikan diatas dalam hubungannya dengan dalil gugatan serta jawaban pihak Tergugat,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

- Bahwa Penggugat mempunyai hutang berupa pinjaman kredit dari Tergugat I dan
Penggugat menyerahkan Jaminan Kredit berupa sebidang tanah dengan Sertifikat
Hak Milik Nomor 20 terdaftar atas nama Joni Alfizar;
- Bahwa Penggugat telah tidak membayar hutangnya kepada Tergugat I sehingga
Tergugat I telah menegur Penggugat untuk membahyar hutangnya;
- Bahwa kemudian obyek jaminan telah dijual lelang oleh Tergugat I dan Tergugat II
untuk pelunasan hutang Penggugat;

Menimbang, bahwa Penggugat mendalilkan bahwa Tergugat I tidak memberikan dan


atau menyerahkan Salinan Perjanjian Kredit kepada Penggugat sehingga Penggugat tidak
mengetahui jumlah hutang yang sebenarnya;

Menimbang, bahwa terkait dengan dalil tersebut, Tergugat I menyatakan bahwa


Perjanjian Kredit dibuat dibawah tangan dan Penggugat telah beberapa kali membayar
cicilan hutangnya sehingga Penggugat mengetahui jumlah hutang sebenarnya;

Menimbang, bahwa untuk membuktikan bantahannya, Tergugat I telah mengajukan


Bukti Surat T.I-1 sampai dengan T 1-9;

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti T.I-1 berupa Perjanjian Kredit, dan bukti lain
dari Tergugat I bahwa Penggugat telah menandatangani Perjanjian Kredit dan tiap lembar
tertera paraf dari Penggugat sehingga Penggugat mengetahui isi Perjanjian Kredit dan
jumlah hutangnya serta ketentuan- ketentuan lainnya tentang segala kewajiban baginya;

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti T1-4 bahwa Penggugat telah memberikan atau
menyerahkan Jaminan berupa sebidang Tanah Sertifikat Hak Milik Nomor 20/Desa
Dendang d/h Perdamaian, seluas 535 M2, atas nama Joni Alfizar (Penggugat) (vide T.1-2)
dengan menandatangani Akta Pemberian Hak Tanggungan Nomor 68/2018 tanggal 04-07-
2018, sehingga telah diterbitkan dan telah dibebani Hak Tanggungan serta diterbitkan
Sertifikat Hak Tanggungan Peringkat (Pertama) oleh kantor Pertanahan/BPN Kabupaten
LAngkat bertanggal 21-08-2018 Nomor 1211/2018 yang berkepala "DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA", atas obyek jaminan;

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti T.1-5 s/d T.1-7 Penggugat telah tidak
membayar kewajibannya sebagai suatu prestasi baginya sehingga Kredit dinyatakan macet
maka untuk itu Tergugat I telah beberapa kali membuat Surat Peringatan Kepada
Penggugat, tetapi Penggugat tidak memenuhi Prestasinya sebagaimana yang yang telah
disepakati, sehingga Penggugat dinyatakan cidera janji/wanprestasi;

Menimbang, bahwa oleh karena Penggugat telah wanpresatsi maka Tergugat I


mengajukan permohonan keoada Tergugat II untuk melaksanakan Penjualan Lelang atas
Obyek Jaminan;

Menimbang, bahwa terhadap Obyek jaminan telah diterbitkan Sertifikat Hak


Tanggungan yang diberi irah-irah DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN
YANG MAHA ESA maka menurut hukum telah mempunyai kekuatan Eksekutorial, maka
pelaksanaan Penjualan Lelang oleh Tergugat II telah memenuhi ketentuan hukum terkait;

Menimbang, bahwa setelah membaca dan mempelajari akan dalil gugatan dan bukti-
bukti yang diajukan oleh Penggugat maupun Tergugat I dan Tergugat II, Majelis Hakim
berpendapat bahwa gugatan yang mengakui atau mendalilkan mempunyai hutang berupa
pinjaman kredit dan Penggugat mendalilkan tidak membayarnya, maka menurut hukum
setiap Perjanjian Kredit yang diikuti dengan Pemberian Jaminan dan telah diterbitkan
Sertfikat Hak Tanggungan atas obyek jaminan, maka untuk pelunasan hutang dari Debitur
cq Penggugat yang telah jatuh tempo dapat dilakukan dengan Penjualan Lelang atas Obyek
Jaminan, dengan demikian maka perbuatan Tergugat I dan Tergugat II telah sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan terkait, oleh karena itu maka gugatan dinyatakan tidak
beralasan hukum;

Menimbang, bahwa berdasarkan alasan tersebut diatas, maka gugatan dinyatakan


ditolak untuk seluruhnya;

Menimbang, bahwa karena itu gugatan Penggugat harus ditolak dan Majelis Hakim
tidak perlu lagi mempertimbangkan alat-alat bukti yang diajukan Tergugat;

Menimbang, bahwa oleh karena gugatan ditolak, maka Penggugat berada pada pihak
yang kalah sehingga dihukum utnuk membayar biaya perkara ini;

Memperhatikan Pasal 283 RBg dan peraturan-peraturan lain yang bersangkutan;

MENGADILI:

Dalam Eksepsi.

1. Menolak Eksepsi Tergugat I dan Tergugat II.

Dalam Pokok Perkara.

1. Menolak Gugatan Penggugat untuk seluruhnya.


2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp. 2.566.000,00
(dua juta lima ratus enam puluh enam ribu rupiah).

Demikian diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim Pengadilan


Semu FH USU Medan, oleh Majelis Hakim yang ditunjuk berdasarkan Surat Penetapan
Ketua Pengadilan Semu FH USU Medan Nomor 33/Pdt.G/2023/PS.FH.USU.Mdn tanggal
6 September 2023, putusan tersebut pada hari ini Rabu, tanggal 6 Desember 2023
diucapkan dalam persidangan terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua yaitu Rahmad
Sahputra Ritonga, S.H., M.H. dengan dihadiri oleh para Hakim Anggota tersebut, Rina
Almina Br Sembiring, S.H., M.H dan Rebecka Kristina Sibuea, S.H., M.H., Panitera
Pengganti dan tidak dihadiri oleh Penggugat, Tergugat I dan Tergugat II maupun
Kuasanya.

Hakim Anggota Hakim Ketua


Rina Almina Br Sembiring, S.H., M.H Rahmad Sahputra Ritonga, S.H.,
M.H.

Rebecka Kristina Sibuea, S.H., M.H.

Panitera Pengganti

Ramawita Simbolon, SH., M.H

Perincian Biaya:

1. Materai.......................................................... : Rp. 10.000,00;


2. Redaksi......................................................... : Rp. 329.000,00
3. Proses............................................................ : Rp. 150.000,00
4. PNBP............................................................. : Rp. 50.000,00
5. Panggilan....................................................... : Rp. 2.366.000,00
6. Pemeriksaan Setempat.......................... ........ : Rp. 0,00
7. Sita............................................................ .... : Rp. 0,00

Jumlah : Rp. 2.895.000,00

Anda mungkin juga menyukai