Anda di halaman 1dari 7

REPLIK

Dalam Perkara Pra Peradilan No. 1/Pra.Pid/2022/PN.Tbt


Pada Pengadilan Negeri Tebing Tinggi

Antara :

SURYANTO…………………………PEMOHON PRA PERADILAN;

Lawan :

KEPALA KEJAKSAAN NEGERI TEBING TINGGI…TERMOHON PRA PERADILAN;

Tebing Tinggi, 03 Februari


2022

Kepada Yth,
Yang Mulia Majelis Hakim Pra Peradilan
Register Perkara No. 1/Pra.Pid/2022/PN.Tbt
Di-
Pengadilan Negeri Tebing Tinggi

Dengan hormat,

Pemohon melalui kuasa hukumnya hendak menyampaikan Replik atas Jawaban


Termohon dalam perkara Pra Peradilan a qou yang selengkapnya diuraikan sebagai
berikut :

DALAM POKOK PERKARA.

- Bahwa pemohon menolak dan membantah seluruh dalil-dalil jawaban termohon-


termohon kecuali yang secara tegas diakui kebenarannya dalam replik ini;

- Bahwa kita semua sepakat. bahwasannya Korupsi merupakan kejahatan luar biasa
(Ekstra Ordinary Crime), tindak pidana korupsi merupakan musuh bersama dan
Negara dan rakyatnya terus berkampanye untuk berkesinambungan menyatakan
perang terhadap korupsi dan hal ini telah menjadi konsensus Nasional untuk

1
bersama menyatakan perang terhadap korupsi, akan tetapi dalam penerapan hukum
dan penegakan hukum dalam pemberantasaan tindak pidana korupsi semestinya
tetap dalam koridor hukum (rule of game) yang berlaku, bukan dengan melakukan
tindakan-tindakan yang tidak sesuai hukum (unprosudral), cenderung subjektif,
mengesampingkan data-data dan fakta-fakta hukum yang ada, serta berpotensi
melanggar Hak-hak Asasi Manusia;

- Bahwa di dalam Undang-Undang No.31 Tahun 1999 yang telah diubah dengan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasaan Tindak Pidana
mengandung asas hukum yakni hukum yang khusus megesampingkan hukum yang
umum (lex specialis drogat lex generalis) dimana dalam serangkaian tindakan
penyelidikan, penyidikan, pra penuntutan, penuntutan hingga pemeriksaan tingkat
pengadilan tentu memerlukan kekhususan dalam penindakannya, akan tetapi
tindakan Termohon selaku penyidik tidak boleh pula bertentangan dengan Undang-
Undang lainnya, apalagi dalam penegakan hukum pidana tidak semata mencari
kebenaran formil namun prinispinya adalah untuk mencari kebenaran materiil, hal ini
juga telah diakui oleh Termohon dalam jawabannya;

- Bahwa terhadap dalil jawaban Termohon berkenaan dengan kajian aspek sosiologis
hukum dalam penerapan hukum dan penegakan hukum yang tidak ada relevansinya
karena jawaban Termohon layaknya seorang mahasiswa yang sedang membuat
makalah dalam pokok perkara permohonan pra peradilan ini pemohon pra peradilan
mohon untuk dikesampingkan karena pemohonan pra peradilan ini esensinya
mengenai tindakan Termohon yang telah menetapkan diri Pemohon sebagai
Tersangka dengan secara melawan hukum;

- Bahwa Korupsi juga mengatur kualifikasi pelaku kejahatan korupsi yang benar-benar
dapat dihukum agar para pelaku mendapatkan efek jera atas kejahatan korupsi
tersebut, akan tetapi Termohon sebagai wakil Negara yang diberi kewenangan untuk
melakukan seluruh rangkaian tindakan penyidikan semestinya tetap dalam payung
hukum yang telah ditentukan oleh Undang-Undang No.8 Tahun 1981 Tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Undang-Undang No.11 Tahun 2021 Tentang
Perubahan atas Undang-Undang No.16 Tahun 2004 Tentang Kejaksaan Republik
Indonesia dan Peraturan Perundang-undangan lainnya berikut peraturan pelaksana
dari Undang-Undang tersebut termasuk didalamnya Peraturan Kepala Kejaksaan
Republik Indonesia Peraturan Jaksa Agung Republik Indonesia Nomor :
Per-017/A/JA/07/2014 Tentang Perubahan Atas Peraturan Jaksa Agung Nomor :
Per-039/A/JA/10/2010 Tentang Tata Kelola Administrasi Dan Teknis Penanganan
Perkara Tindak Pidana Khusus, Termohon tidak melakukannya dengan profesional
dan proposianal, hal ini terlihat dimana Termohon selaku penyidik dalam
melaksanakan tindakan lidik dalam pengungkapan kejahatan korupsi yang disertai
2
tindakan penetapan Tersangka atas diri Pemohon dilakukan dengan cara-cara yang
melanggar hukum sebagaimana yang telah diuraikan dalam dalil Pemohon pra
peradilan ini;

- Bahwa tentu saja versi kronologis peristiwa hukum dan rangakaian tindakan
Termohon berkenaan dengan penetapan Tersangka atas dasar Sprindik Surat
Perintah Penyidikan (Sprindik) Nomor : Print-08/L.2.16/Fd.1/01/2022 tanggal 5
Januari 2022 diteribtkan oleh Termohon bersamaan waktunya dengan penetapan
Tersangka jelas telah melanggar Undang-Undang No.8 Tahun 1981 Tentang Kitab
Undang-Undang hukum Acara Pidana (KUHAP) mengenai Penyidikan. Dalam Pasal
1 Ayat (2) KUHAP menyatakan bahwa Penyidikan adalah serangkaian tindakan
Penyidik yang dilakukan berdasarkan ketentuan undang-undang guna
mengumpulkan bukti sehingga memperjelas adanya tindak pidana serta menemukan
tersangka. Dengan demikian Sprindik merupakan dasar dilakukannya penyidikan
oleh Penyidik ic.Termohon;

- Bahwa pemohon menegasi tahapan penyidikan dilaksanakan sebelum adanya


penetapan tersengka telah bertentangan dengan KUHAP karena penyidikan
bertujuan untuk menemukan tersangka. Dengan terbitnya Sprindik yang bersamaan
dengan penetapan tersangka dapat dikatakan bahwasannya penetapan tersangka
atas diri Suryanto ic.Pemohon dilakukan tanpa penyidikan terlebih dahulu;

- Bahwa, lagi pula penyidikan dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi yang
dilakukan Termohon yang berakibat ditetapkan Pemohon sebagai Tersangka telah
diuraikan secara jelas dan terang benderang dalam permohonan pemohon sehingga
pemohon tidak akan mengulang-ulang kembali dan Pemohon tidak akan masuk pada
materi pokok perkara sebagaimana yang didalilkan dalam jawaban Termohon;

- Bahwa dalil analisa yuridis Termohon telah masuk dalam materi pokok perkara,
sehingga tidak relevan untuk ditanggapi dan Pemohon mohon kepada Majleis Hakim
yang memeriksa dan mengadili permohonan pra peradilan ini agar atas dalil-dalil
Termohon yang telah masuk dalam ranah materi pokok perkara ini mohon untuk
dikesampingkan;

- Bahwa didalam jawaban Termohon pada halaman 5 menyatakan bahwa Penyidik


diperbolehkan memperpanjang masa penyidilkan dengan tujuan supaya membuat
terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangka (vide
ketentuan umum angka 2 KUHAP). Namun faktanya bahwa Termohon sudah
menerbitkan Surat Perintah Penyidikan Nomor : Print-994/L.2.16/Fd/10/2021 Tanggal
25 Oktober 2021, Jo Surat Perintah Penyidikan Nomor :
Print-994.A/L.2.16/Fd/11/2021 Tanggal 23 November 2021 dan selanjutnya
menerbitkan Surat Perintah Penyidikan Nomor : Print-08/L.2.16/Fd/10/2022 Tanggal
5 Januari 2022 dan pada saat itu juga Termohon menerbitkan Surat Penetapan

3
Tersangka terhadap diri Pemohon dengan nomor : Print-06/L.2.16/Fd.1/01/2022
Tanggal 5 Januari 2022.

- Bahwa jika dibenarkan Pemohon melakukan perpenjangan penerbitan penyidikan


tentunya hal tersebut membuat Pemohon bekerja lebih teliti, berhati-hati dan tetap
professional karena tidak seharusnya Pemohon menerbitkan Surat Perintah
Penyidikan yang ketiga kalinya bersamaan dengan menerbitkan surat penetapan
tersangka terhadap diri pemohon, hal ini menunjukkan bahwa Pemohon benar-
benar tidak memahami rangkaian hukum acara dari perbuatan tindak pidana
korupsi yang seharusnya termohon terlebih dahulu menunggu hasil dari audit
Badan Pemeriksa Keuangan yang sudah disampaikan oleh Pemohon
berdasarkan audit dari ahli tekhnik sipil yang dilakukan oleh Termohon, namun
ternyata sampai saat ini belum ada hasil audit dari Badan Pemeriksaan
Keuangan sebagaimana yang dimohonkan oleh Termohon namu Termohon
sudah menetapkan Pemohon sebagai tersangka pelaku tindak pidana korupsi
sebagaimana yang disangkakan oleh Pemohon. sehingga perbuatan dari
Termohon tersebut jelas merupakan perbuatan cacat hukum dan unprosedural yang
tidak bersesuaian dengan ketentuan undang-uandang yang berlaku tentang tindak
pidana korupsi dan aturan-aturan hukun yang bertalian dengan tindak pidana
korupsi.

- Bahwa didalam jawaban Termohon pada halaman 6 menyatakan bahwa Termohon


dalam menetapkan Pemohon sebagai tersangka sudah memenuhi dua alat bukti
yang cukup dan Termohon menguraikan sudah memeriksa sebanyak 22 orang
sebagai saksi, 2 orang sebagai ahli, dan bukti surat berupa Laporan Hasil
Pemeriksaan Nomor : 05/LHP-TS/X/2021 Tanggal 20 Oktober 2021 oleh
Ir.Marajohan Koster Silaen Doses Tekhnik Sipil Politeknik Negeri Medan, dan bukti
petunjuk berupa persesuaian antara saksi yang satu dengan lainnya, dan
persesuaian antara dokumen/bukti surat yang diperoleh.

- Bahwa jawaban tersebut semakin menegaskan bahwa Termohon dalam menetapkan


tersangka terhadap diri Pemohon sangat tergesa-gesa terkesan ada paksaan
sehigga mengesampingkan unsur-unsur dari perbuatan tindak pidana korupsi itu
sendiri , karena sebagaimana menurut Prof.MUZAKIR seorang ahli pidana yang
memberikan keterangan pada persidangan kasus Dahlan Iskan menerangkan bahwa
Lembaga yang berwenang menghitung kerugian Negara hanya Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) vide Pasal 10 UU RI No.15 Tahun 2006 Tentang
Badan Pemeriksa Keuangan, karena itu jika tidak disertai bukti kerugian
Negara dari BPK, unsure korupsi dalam penyidikan belum terpenuhi, dan
penyidikan korupsi harus dilengkapi audit investigasi yang PRO JUSTITIA
yang hanya bisa dilakukan oleh BPK s, jadi yang diperlukan adalah audit
investigasi BPK secara menyeluruh, bukan sekedar menghitung apa yang
ditemukan penyidik.

- Bahwa tindakan termohon yang melakukan penyidikan dengan menerbitkan Sprindik


bersamaan dengan penetapan tersangka terhadap diri pemohon tanpa didasari bukti

4
permulaan yang cukup atau temuan awal yg menjadi dasar penyidikan karena
termohon terlebih dahulu menetapkan pemohon sebagai tersangka lalu
setelahnya mengajukan permohonan ke BPK untuk menghitung kerugian
negara dalam penyidikan a qou, sehingga sangat jelas dan terang benderang
tindakan termohon tersebut dikualifikas cacat formil penyidikan, oleh
karenanya patut dan beralasan hukum penyidikan termohon dinyatakan cacat
hukum yg berakibat tidak sahnya penentapan diri pemohon sebagai tersangka
dalam perkara ini.

- Bahwa didalam jawaban Termohon pada halaman 6 menyatakan bahwa Termohon


tidak mengetahui adanya proses penyelidikan yang sudah dilakukan oleh Polres
Tebing Tinggi terhadap diri Pemohon dengan perkara yang sama yang disidik oleh
Termohon karena Polres Tebing Tinggi tidak pernah mengirimkan pemberitahuan
laporan hasil penyelidikan dalam kegiatan renovasi gedung museum pada Dinas
Pendidikan Kota Tebing Tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa patut diduga
termohon tidak menghargai dan menghormati aparat penegak hukum lainnya dalam
hal ini Kepolisian Resort Tebing Tinggi yang sudah secara professional melakukan
penyelidikan terhadap perkara a quo sebelumnya sehingga berdasarkan hasil
penyelidikannya pihak Polres Tebing Tinggi menerbitkan Surat Ketetapan No.
S.Tap/357.b.XII/2020/Reskrim Tanggal 27 Desember 2020 Tentang penghentian
Penyelidikan, dan tentunya alasan termohon karena tidak diberitahu oleh pihak
Polres tentang hasil penyelidikannya merupakan alasan yang megada-ada karena
sesungguhnya proses hukum yang dialam oleh Pemohon ketika diperiksa oleh
pihak Polres Tebinggi sudah menjadi konsumsi publik dan umumnya sudah
diketahui oleh masyarakat tebing tinggi.

- Bahwa menurut ketentuan hukum sebagaimana yg telah diuraikan dalam


permohonan praperadilan pemohon, penghitungan kerugian negara (PKN) adalah
hal yg sangat esensial dalam penyidikan kasus pidana korupsi, hal ini untuk
menentukan apakah telah terpenuhinya kualifikasi tindak pidana korupsi dalam
perkara a qou, dan oleh karena belum adanya bukti berupa hasil audit dari Badan
Pemeriksa Keuangan yang menerangkan tentang kerugian Negara akibat dari
perbuatan Pemohon maka Termohon dapat dinyatakan belum mempunyai 2
(dua) alat bukti yang cukup, sehingga penetapan Pemohon sebagai tersangka
merupakan tindakan cacat hukum yang sudah dilakukan oleh Termohon.

- Bahwa tindakan Termohon yang menetapkan diri Pemohon sebagai Tersangka


secara unprosedur atau tidak sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku berakibat
pada penyidikan yang cacat formil sehingga hasil penyidikan yang berakibat
penetapan diri Pemohon sebagai Tersangka dapat melanggar hak asasi manusia
dan tertabraknya hukum dan undang-Undang itu sendiri dan selanjutnya atas dalil-

5
dalil jawaban Termohon yang tidak relevan dalam perkara permohonan pra peradilan
ini tidak akan ditanggapi berulang-ulang;

Maka:

Berdasarkan dalil-dalil tersebut diatas mohon kepada Majelis Hakim Praperadilan yang
memeriksa dan mengadili perkara ini agar

1. Menerima dan mengabulkan Permohonan Praperadilan Pemohon untuk


seluruhnya;
2. Menyatakan Tindakan Termohon terhadap Pemohon dalam proses penyidikan
dalam perkara ini merupakan tindakan unprosudural atau tidak sesuai dengan
prosedur hukum sesuai dengan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan
yang berlaku;
3. Menyatakan batal dan tidak sah Surat Penetapan Tersangka Nomor : Print-
06/L.2.16/Fd.1/01/2022 tanggal 5 Januari 2022 yang diterbitkan bersamaan
dengan terbitnya Surat Perintah Penyidikan (Sprindik) Nomor :
Print-08/L.2.16/Fd.1/01/2022 tanggal 5 Januari 2022 oleh Termohon dengan
segala akibat hukumnya;
4. Membebankan biaya perkara yang muncul dalam perkara ini pada Negara;

Atau :

Apabila Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini berpendapat lain
mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Demikian Replik ini disampaikan. Terima kasih.

Hormat Pemohon Pra Peradilan


Kuasanya,

BAMBANG SANTOSO, S.H ALAMSYAH, S.H PARIS SITOHANG, SH, M.H

ANTON SAHPUTRO HUTAURUK, S.H

6
7

Anda mungkin juga menyukai