Anda di halaman 1dari 4

1.

Jelaskan menurut pendapat sarjana Hukum atau Ahli Hukum tentang suatu Percobaan Pidana,
maksimal 2 pendapat sarjana?
Jawaban :
Bahwa menurut kata sehari-hari yang diartikan percobaan yaitu menuju ke suatu hal, akan
tetapi tidak sampai pada hal yang dituju itu, atau hendak berbuat sesuatu, sudah dimulai, akan
tetapi tidak selesai. Misalnya bermaksud membunuh orang, orang yang hendak dibunuh tidak
mati; hendak mencuri barang, tetapi tidak sampai dapat mengambil barang itu.

Menurut Pasal 53 KUHP, supaya percobaan pada kejahatan (pelanggaran tidak) dapat dihukum,
maka harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Niat sudah ada untuk berbuat kejahatan itu;
2) Orang sudah memulai berbuat kejahatan itu; dan
3) Perbuatan kejahatan itu tidak jadi sampai selesai, oleh karena terhalang oleh sebab-
sebab yang timbul kemudian, tidak terletak dalam kemauan penjahat itu sendiri.

Apabila orang berniat akan berbuat kejahatan dan ia telah mulai melakukan kejahatannya itu,
akan tetapi karena timbul rasa menyesal dalam hati ia mengurungkan perbuatannya, sehingga
kejahatan tidak sampai selesai, maka ia tidak dapat dihukum atas percobaan pada kejahatan itu,
oleh karena tidak jadinya kejahatan itu atas kemauannya sendiri. Jika tidak jadinya selesai
kejahatan itu disebabkan karena misalnya kepergok oleh agen polisi yang sedang meronda,
maka ia dapat dihukum, karena hal yang mengurungkan itu terletak di luar kemauannya.

2. Apa yang di maksud dengan Perbarengan dalam suatu pidana, Jelaskan dengan menyertakan
contoh kasus? (tidak boleh menggunakan contoh kasus yang di berikan selama perkulihan oleh
Dosen pengampu)
Jawaban :
Pengertian Perbarengan Tindak Pidana (Concurcus)Pada dasarnya yang dimaksud dengan
perbarengan ialah terjadinya dua atau lebih tindak pidana oleh satu orang di manatindak
pidana yang dilakukan pertama kali belum dijatuhi pidana, atau antara pidana yang awal
dengan tindak pidana berikutnya belum dibatasi oleh suatu putusan hakim.27(Belanda:
samenloop; latin: concursus)

Dalam hukum pidana delik perbarengan ini terdiri dari tiga hal, yaitu perbarengan aturan
(Concurcus idealis), perbarengan perbuatan (concurcus realis), dan perbuatan berlanjut
(vorgezette handelings). Ketiga bentuk perbarengan tersebut bertujuan untuk
mempermudah penjatuhan dan penghitungan sanksi atas beberapa tindak pidana yang
dilakukan oleh satu orang.

Contoh Kasus :
Pegawai negeri adalah pegawai yang telah memenuhi syarat yang telah ditentukan, diangkat
oleh pejabat berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas
negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Salah satu
tindak pidana yang dilakukan oleh seorang pegawai negeri adalah korupsi disertai perbarengan
perbuatan tindak pidana (concursus realis). Korupsi adalah tindakan seseorang
menyalahgunakan kewenangan atau melawan hukum yang menguntungkan diri sendiri,
memperdagangkan pengaruh, dan lain-lain yanng sifatnya tercela. Adapun permasalahanya : 1.
Bagaimana perbarengan tindak pidana dalam Putusan Nomor:46/Pid.Sus/TPK/2018/Pn.Smg 2.
Bagaimana pemidanaan terhadap pelaku perbarengan tindak pidana dalam Putusan
Nomor:46/Pid.Sus/TPK/2018/Pn.Smg. Penelitian ini menggunakan spesifikasi peneltian
deskriptif. Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan Terdakwa WR terbukti melanggar
Pasal 12 huruf e Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi juncto Pasal 65 KUHP. Atas perbuatan tersebut Terdakwa WR dijatuhi hukuman oleh
Majelis Hakim pidana penjara selama 6 (enam) tahun dan pidana denda sebesar Rp
200.000.000,- (dua ratus juta rupiah). Hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku
berdasarkan pada pertimbangan yuridis yaitu dari dakwaan, pembuktian, fakta persidangan,
tuntutan dan unsur tindak pidana dari pasal yang didakwakan terpenuhi serta pertimbangan
non yuridis yaitu mempertimbangkan hal-hal yan memberatkan maupun meringankan
terdakwa.

3. Buatlah suatu karya tulis singkat atau makalah tentang pemahaman PERCOBAAN PADA SUATU
TINDAK PIDANA, (maksimal 1 lembar folio atau A4)
Jawaban :
A. Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan jaman, semakin banyak beban sosial dan beban kriminalitas
dalam masyarakat. Perkembangan ini memiliki dampak terhadap kehidupan sosial,
dilain pihak pada tingkat kemajuan yang sedang dialami ,memiliki dampak terhadap
bentuk kejahatan. Kejahatan dalam hukum pidana adalah perbuatan pidana yang diatur
dalam buku ke-II KUHP dan dalam aturan-aturan lain di luar KUHP. Bentuk kejahatan dalam
hukum pidana sebagai tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh
peraturan hukum dan pertanggungjawaban pidana menuju pada orang yang melanggar
dan dapat dijatuhi pidana.

Selanjutnya, untuk masalah percobaan yang menjadi kata pertama dari penelitian ini
yang dirumuskan dalam judulnya. KUHP memberikan konsep percobaan Pasal 53 ayat
(1) KUHP dengan unsusr –unsur sebagai berikut :a) niat; b) adanya permulaan
pelaksanaan; c) tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata-mata disebabkan
karena kehendaknya sendiri. Oleh karena itu perbuatan itu dikatakan sebagai
percobaan termasuk percobaan kekerasan seksual sudah dikatakan percobaan.
Percobaan kekerasan seksual dalam bentuk rape pernah terjadi, perbuatan ini dilakukan
oleh Mantan Pemain TIMNAS Sepak Bola Andhika Yudistira, yang melakukan percobaan
perkosaan terhadap ABS, yang akhirnya Andhika Yudistira harus menerima akibat dari
perbuatannya tersebut, karena Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan menjatuhkan
vonis satu tahu penjara berdasarkan Pasal 293 KUHP.

Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa percobaan perkosaan pernah terjadi
dan sampai pada proses peradilan, oleh karena itu dalam penelitian ini, penulis akan
mengkaji rentang percobaan perkosaan dengan menganalis dua putusan yaitu putusan No:
76/PID/2015/PT.MDN dan No: 145/Pid.B/2016/PT.PBR)

Tujuan Penelitian
1) Mengetahui penerapan Pasal 53 KUHP dalam putusan No: 76/PID/2015/PT.MDN
dan No: 145/Pid.B/2016/PT.PBR
2) Mengetahui alasan Jaksa Penuntut Umum mengajukan banding.
3) Mengetahui penerapan sistem hukum islam dalam sistem peradilan tindak
pidana kekerasan seksual.

Kerangka Pemikiran :

Hukum pidana berarti tidak dapat dilepaskan bukanlah mengenai pembuatan secara
individual,melainkan dari permasalahan pokok dalam hukum pidana itu sendiri.
Hukum pidana apabila dipandang secara didalamnya ada tiga permasalahan
pokok yaitu :

1) perbuatan yang dilarang


2) orang (korporasi)yang melakukan perbuatan yang dilarang itu;
3) pidana yang diancam dengan dikenakan kepada orang (kororasi) yang
melanggar larangan itu.

Hukum pidan adalah bagian dari keseluruhan hukum yang berlaku di suatu Negara
yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk:

1) menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan,yang


dilarang,dengan disertai ancaman atau sangksi yang berupa pidana tertentu
bagi yang melanggar larangan tersebut;
2) menentukan kapan dan dalam hal-hal apa kepada mereka yang telah melanggar
larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi sangksi pidana sebagaimana
yang telah diancamkan;
3) mementukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan
apabila ada orang yang disangka telah melanggar larangan tersebut

Sebaliknya pelanggaran dikenakan sebagai wet delicten,yakni perbuatan yang dipandang


sebagai perbuatan yang tercela,sebagai tindak pidana semata-mata karena ditetapkan
oleh peraturan perundang-undangan. Berdasarkan kriteria kualitatif ini semua tindak
pidana yang terdapat didalam Buku III KUHP merupakan tindak pidana pelanggaran.
KUHP memuat macam-macam sangksi pidana didalam pasal 10.berdasarkan pasal 10 KUHP
sangksi pidana dibedakan menjadi pidana pokok dan pidana tambahan. Pidana pokok
terdiri dari:

a. pidana mati,
b. pidana penjara,
c. pidana tutupan,
d. pidana kurungan, dan
e. pidana denda. Pidana tambahan terdiri dari:
a) pencabutan beberapa hak tertentu,
b) perampasan barang tertentu, dan (c)pengumuman putusan hakim

Hak Asasi Manusia sudah melekat pada setiap orang termasuk korban kasus perkosaan
dikalangan remaja, korban perkosaan mempunyai hak untuk mendapatkan
perlindungan dari masyarkat dan pemerintah. Korban adalah mereka yang
menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari
pemenuhan kepentingan diri sendiri dan oranglain yang bertentangan dengan
kepentingan hak asasi pihak yang dirugikan.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian pembahasan yang telah dilakukan, maka
penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:1.Dalam hukum positif seseorang dikatakan
melakukan tindak pidana percobaan penadahan apabila orang tersebut berniat
melakukan tindak pidanapenadahandengan mengadakan permulaan pelaksanaan tetapi
perbuatannya tidak selesai dikarenakanbukankehendak dari diri sendiri melainkan ada
faktor dari luar yang menghentikan perbuatan tersebut.

Dalam hukum Islam percobaan penadahan merupakan tindak pidana yang belum
selesai dan tidak boleh disamakan dengan tindak pidana selesai karena antara
percobaan melakukan penadahan dengan tindak pidana penadahan itusendiri masih
jauh, oleh karena itu asas keseimbangan antara kejahatan dengan hukumanlah yang
berlaku bagi pelaku tindak pidana ini.

Anda mungkin juga menyukai