Anda di halaman 1dari 6

Nama : Shinta Indah Pratiwi Dosen : M. Rizky Yudha P, SH.

, MH
Nim : 03190157 Kelas : 5B

QUIS TINDAK PIDANA KORUPSI 3

1. Apa yang anda ketahui tentang gratifikasi?


Jawaban : Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas yang meliputi pemberian uang tambahan
(fee), hadiah uang, barang, rabat (diskon), komisi pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas
penginapan, perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.Gratifikasi dapat
diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan dapat dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronik atau tanpa sarana elektronik. Di lain pihak, masyarakat yang melaporkan gratifikasi di atas
Rp. 250.000,- wajib diberikan perlindungan sesuai dengan ketentuan PP No 71/ 2000.
A. Jelaskan dasar hukumnya
Jawaban : Gratifikasi termasuk tindak pidana. Landasan hukumnya adalah UU 31/1999 dan UU
20/2001 Pasal 12. Penerima gratifikasi diancaman pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit 200 juta rupiah
dan paling banyak 1 miliar rupiah. Ketentuan UU No 20/2001 menyebutkan bahwa setiap
gratifikasi yang diperoleh pegawai negeri atau penyelenggara negara adalah suap, tetapi ketentuan
ini tidak berlaku apabila penerima gratifikasi melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK) selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga
puluh) hari kerja terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima. Undang-Undang No. 20
Tahun 2001 Pasal 12 C ayat (1) : Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat (1)
tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
- Peraturan yang Mengatur Gratifikasi
1) Pasal 12B ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyi "Setiap gratifikasi
kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap, apabila
berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya"
2) Pasal 12C ayat (1) UU No.31/1999 jo UU No. 20/2001, berbunyi "Ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 12B Ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi
yang diterimanya kepada KPK".
- Penjelasan Aturan Hukum
Pasal 12 UU No. 20/2001:
1) Didenda dengan pidana penjara seumur hidup atau penjara paling singkat 4 tahun dan
paling lama 20 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak Rp 1
miliar:
2) Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal
diketahui atau patut diduga hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakkan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya.
3) Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan
kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima
bayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;

B. Jelaskan unsur – unsur pidana dalam pasal yang mengaturnya dan


Jawaban : Unsur-unsur tindak pidana gratifikasi menurut pasal 12 B Undang-undang Nomor 20
Tahun 2001 yaitu:
1) Pembuatnya adalah Pegawai Negeri atau Penyelenggara Negara
2) Perbuatannya adalah menerima (pemberian dalam arti luas)
3) Obyeknya adalah gratifikasi atau pemberian dalam arti luas
4) Pemberian tersebut berhubungan dengan jabatannya
5) berlawanan dan kewajiban dan tugasnya
- Unsur subjektif dari sesuatu tindak pidana itu adalah (hal. 193 – 194):
1) Kesengajaan (dolus) atau ketidaksengajaan (culpa);
2) Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti yang dimaksud di
dalam Pasal 53 ayat (1) KUHP;
3) Macam-macam maksud atau oogmerk, seperti yang terdapat di dalam kejahatan-
kejahatan pencurian, penipuan, pemerasan, pemalsuan, dan lain-lain;
4) Merencanakan terlebih dahulu atau voorbedachte raad, seperti yang terdapat di
dalam kejahatan pembunuhan berencana dalam Pasal 340 KUHP;
5) Perasaan takut atau vrees, seperti terdapat di dalam rumusan tindak pidana menurut
Pasal 308 KUHP.
- Unsur-unsur objektif dari sesuatu tindak pidana adalah (hal. 194):
1) Sifat melanggar hukum atau wederrechtelijkbeid;
2) Kualitas dari si pelaku, misalnya “keadaan sebagai seorang pegawai negeri” di
dalam kejahatan jabatan atau “keadaan sebagai pengurus atau komisaris dari suatu
perseroan terbatas” di dalam kejahatan menurut Pasal 398 KUHP;
3) Kausalitas, yakni hubungan antara suatu tindakan sebagai penyebab dengan
sesuatu kenyataan sebagai akibat.

Sumber : (https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gratifikasi)
(https://media.neliti.com/media/publications/43233-ID-analisis-yuridis-terhadap-gratifikasi-dan-suap-sebagai-
tindak-pidana-korupsi-men.pdf) (https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5236f79d8e4b4/mengenal-
unsur-tindak-pidana-dan-syarat-pemenuhannya/)
(https://inspektorat.jabarprov.go.id/tanya-jawab-gratifikasi/)
C. Berikan contoh kasus dari gratifikasi serta analisa saudara
Jawaban : Pemberian Tiket Perjalanan Oleh Rekanan kepada Penyelenggara Negara/Pegawai
Negeri atau Keluarganya untuk Keperluan Dinas/Pribadi Secara Cuma-Cuma : Anda sebagai
seorang ketua Kelompok Kerja Pelaksanaan Kajian Hukum Tindak Pidana Korupsi Nasional di
suatu Kementerian. Atasan Anda adalah Menteri, yang bertanggung jawab penuh atas
pelaksanaan Kajian Hukum Tindak Pidana Korupsi Nasional yang saat ini sedang dilakukan.
Pada suatu hari, konsultan yang bekerjasama dengan kelompok kerja Anda bertanya kepada
Anda, bagaimana jika perusahaannya mengundang Menteri untuk menghadiri pertandingan final
sepak bola Piala Dunia yang akan berlangsung di negara tetangga. Biaya perjalanan dan
akomodasi akan ditanggung oleh konsultan. Konsultan berpendapat bahwa kegiatan ini akan
memberikan kesempatan yang baik kepada Menteri untuk bertemu dengan Menteri-Menteri
lainnya yang juga akan berada di sana.
- Analisa : Di atas termasuk konsep gratifikasi yang dilarang Pemberian hadiah oleh konsultan
akan mempengaruhi penilaian Menteri terhadap pekerjaan konsultan. Hadiah juga dapat
dilihat sebagai maksud untuk mempengaruhi keputusan Menteri dalam proyek-proyek
selanjutnya yang mungkin diikuti oleh perusahaan. Tindakan yang seharusnya dilakukan
dalam kondisi ini Tawaran dari konsultan tersebut harus ditolak karena pemberian tersebut
berpotensi menimbulkan situasi konflik kepentingan yang dapat mempengaruhi obyektivitas
dan penilaian profesional Menteri terhadap pekerjaan konsultan, dan selain itu peristiwa
seperti final sepak bola Piala Dunia tidak berhubungan dengan tugas dan tanggung jawab dari
seorang penyelenggaran negara atau pegawai negeri.

2. Apa yang anda ketahui tentang obstruction of justice pada perkara tindak pidana korupsi?
Jawaban : Istilah obstruction of justice berasal dari sistem hukum Anglo Saxon, yang diterjemahkan
dalam hukum pidana Indonesia sebagai “tindak pidana menghalangi proses hukum”. Dalam Black’s
Law Dictionary, obstruction of justice adalah sebagai segala bentuk intervensi kepada seluruh proses
hukum dan keadilan dari awal hingga proses itu selesai. Bentuk intervensi tersebut dapat berupa
memberikan keterangan palsu, menyembunyikan bukti-bukti dari kepolisian atau kejaksaan ataupun
mencelakai atau mengintimidasi para saksi atau hakim.
A. Jelaskan dasar hukumnya :
Jawaban : Obstruction of justice dalam tindak pidana korupsi diatur dalam Pasal 21 dan Pasal 22
Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
- Pasal 21 : “Setiap orang yang dengan sengaja mencegah, merintangi, atau menggagalkan
secara langsung atau tidak langsung penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan terhadap tersangka dan terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi.…”
- Pasal 22 : “Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29, Pasal 35, atau
Pasal 36 yang dengan sengaja tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak
benar,….”

B. Jelaskan unsur – unsur pidananya :


Jawaban : Terdapat 3 (tiga) unsur obstruction of justice yaitu tindakan tersebut menyebabkan 
tertundanya proses hukum (pending judicial   proceedings); pelaku mengetahui tindakannya    atau
menyadari perbuatannya (knowledge of   pending proceedings); dan pelaku melakukan   atau mencoba
tindakan menyimpang dengan   tujuan untuk mengganggu atau mengintervensi  proses atau administrasi
hukum (acting corruptly  with  intent).
- Unsur Subjektif : - Setiap orang- Dengan sengaja
- Unsur Objektif : - Mencegah, merintangi, atau menggagalkan secara langsung atau tidak
langsung- Penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan disidang pengadilan terhadap tersangka
atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi.

Sumber:(https://heylawedu.id/blog/obstruction-of-justice-advokat-dalam-jeratan-obstruction-of-
justice-pada-kasus-tindak-pidana-korupsi)
(https://heylawedu.id/blog/obstruction-of-justice-advokat-dalam-jeratan-obstruction-of-justice-pada-kasus-
tindak-pidana-korupsi, pidana )

3. Silahkan baca putusan nomor: 9/Pid.Sus-TPK/2018/PN.Jkt.Pst. Berikan analisa saudara terkait


kasus merintangi penyidikan dalam kasus korupsi. Berikan analisa sedalam dan selengkap mungkin!
A. Menurut anda apa yang membuat Majelis Hakim memutuskan bahwa Terdakwa telah merintangi
penyidikan kasus korupsi pada putusan tersebut?
Jawaban : Menurut saya karena terdakwa “secara bersama-sama dengan sengaja mencegah,
merintangi, atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung penyidikan terhadap
tersangka dalam perkara korupsi”, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 21
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
juncto Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.
Perbuatan
- Terdakwa telah merintangi penyidikan terhadap tersangka dalam perkara korupsi, Sehingga
dengan demikian unsur “terhadap tersangka atau terdakwa ataupun Para saksi dalam perkara
korupsi” juga telah terpenuhi pada perbuatan Terdakwa;
- Menimbang, bahwa tindakan Terdakwa meminta Setya Novanto dirawat di Rumah Sakit
dengan diagnosa kecelakaan mobil, padahal pasiennya belum ada/belum terjadi kecelakan,
merupakan perbuatan yang melanggar hukum, perbuatan tersebut dilakukan Terdakwa dengan
sengaja dengan tujuan agar Setya Novanto tidak dapat diperiksa sebagai tersangka korupsi
pengadaan e KTP 2011-2012. Dengan tidak dapat diperiksanya Setya Novanto, maka
penyidikannya menjadi terhalang/terintangi, dan perbuatan merintangi telah terjadi dan telah
selesai dengan sempurna

B. Menurut anda apakah putusan tersebut sudah memenuhi rasa keadilan saudara?
Jawaban : Menurut saya sudah, hukuman penjara selama 7 tahun dan denda lima ratus juta
rupiah

C. Menurut anda apa hal yang dirasa menarik dan perlu didiskusikan lebih lanjut pada putusan
tersebut?
Jawaban : Menurut saya yang menarik denda lima ratus juta rupiah jika tidak bisa bayar kenapa
hanya diganti dengan pidana kurungan selama 5 (lima) bulan. Ini pasti bisa dimamfaatkan orang-
orang yang tidak memiliki rasa tanggung jawab atas hukumannya bisa pura-pura tidak bisa bayar
denda dan memilih pidana kurungan 5 bulan. Menurut saya lebih baik diganti dengan penjara 7
tahun seperti hukuman pertama, jadi total hukuman penjara 14 tahun.

4. Menurut anda, apa saja kewenangan KPK? Jelaskan dasar hukumnya


Jawaban : Kewenangan Kejaksaan dan KPK untuk melakukan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi diberikan berdasarkan perintah undang-undang sebagaimana yang diatur dalam KUHAP,
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI, dan Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 sebagaimana yang telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.Bedanya kewenangan KPK untuk melakukan
penuntutan terhadap tindak pidana korupsi diatur lagi dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun
2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

Masih mengutip dari Bab yang sama, pada Pasal 7 dijelaskan tentang wewenang yang bisa dilakukan
oleh lembaga KPK di antaranya:
1) Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi
2) Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi
3) Meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada instansi
yang terkait
4) Melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi
5) Meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi

Sumber :(http://perpustakaan.bldk.mahkamahagung.go.id/repository/j012_2015.pdf)
5. Menurut anda apakah KPK sudah cukup baik dalam menangani tindak korupsi di Indonesia? Jelaskan
alasannya!
Jawaban : Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar subjek menilai KPK memiliki kinerja yang
baik , kepercayaan yang sedang , integritas tinggi , kompetensi sedang , konsistensi sedang ,
kesetiaan tinggi , dan keterbukaan sedang . Hasil penelitian membuktikan terdapat hubungan antara
kinerja KPK dan kepercayaan terhadap KPK dalam menangani . Hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai masukan, refleksi, dan evaluasi bagi KPK dalam meningkatkan kinerja dan kepercayaan
masyarakat terutama dalam aspek kompetensi, konsistensi, kesetiaan, dan keterbukaan dalam
menangani TPK SDA. Implikasi teoretis dan praktis didiskusikan lebih lanjut.

6. Apakah anda memiliki pandangan yang sifatnya kritik untuk KPK? Jelaskan!
Jawaban : KPK ternyata suka kemewahan. Mereka rapat kerja di hotel bintang 5 di Yogyakarta.
Mereka dikritik. Pemaparan sistem akuntabilitas kinerja KPK, dan rapat pemusnahan hasil sadapan
yang tidak relevan. Rapat serius itu juga diselingi dengan acara yang ringan-ringan, seperti lomba
kreasi tumpeng, hiburan musik di sebuah resto, lalu wisata bersepeda yang berakhir di sebuah rumah
makan yang khusus disewa. Kritik atas kemewahan itu juga dilontarkan Pusat Kajian Antikorupsi
(Pukat) UGM. KPK mestinya menjadi teladan kesederhanaan bagi instansi lain. KPK mestinya
menjadi teladan kesederhanaan bagi instansi lain. KPK sebagai lembaga antirasuah mestinya
menunjukkan empati pada masyarakat di masa pandemi yang sulit ini. Hotel bintang lima kalau
tarifnya bintang tiga, kenapa tidak? Jawaban lain, kadang-kadang pejabat struktural juga harus
menarik diri. Retreat. KPK mengumpulkan semua pejabat struktural untuk membangun kebersamaan,
menyatukan persepsi, apa yang harus dilakukan ke depan.

Anda mungkin juga menyukai