Anda di halaman 1dari 5

HUKUM PIDANA

TIGA PUTUSAN LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM


(ONTSLAG)

Oleh :

Nama Kelompok :

1. Ni Luh Putu Sri Laksemi Dharmapadmi (1710121213)

2. Made Ayu Keyza Erlita Putri (1710121206)

3. Putu Cynthia Rizdyanti (1710121220)

4. Ni Putu Bella Angela Putra (1710121219)

5. Rr. Arethia Debora Widyaningtyas Simson (1710121221)

6. Edward Budi Winata (1710121319)

7. Louis Muda Adam Gesi Radja (1710121112)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS WARMADEWA

DENPASAR

2018
Putusan
Nomor : 57/PID.B/2010/PN.PTSB

Gambaran Kejadian

Menjelang akhir tahun 2011, marak diberitakan terjadinya putusan bebas Pengadilan Negeri
terhadap kasus tindak pidana korupsi di berbagai daerah. Di Pengadilan Negeri Tanjung
Karang, Bandar Lampung, Senin, 17 Oktober 2011, Bupati nonaktif Lampung Timur, Satono,
divonis bebas dari tuduhan korupsi dana kas APBD Lampung Timur senilai Rp119 miliar.
Kemudian, hanya selisih sehari, Rabu 19 Oktober 2011, giliran mantan Bupati Lampung
Tengah, Andi Ahmad Sampurna Jaya, yang divonis bebas. Juga Pengadilan Tipikor Bandung,
Selasa 11 Oktober 2011, memutus bebas terdakwa Walikota Bekasi nonaktif, Mochtar
Mohammad yang dijerat empat pasal berlapis dengan tuntutan maksimal 12 tahun penjara
oleh Jaksa Penutut Umum KPK. Vonis tersebut kemudian menimbulkan kecaman keras dari
berbagai elemen masyarakat. Mereka mempersoalkan validitas putusan bebas itu, apakah
benar tidak terbukti, ataukah ada unsur-unsur suap atau mafia peradilan yang sebenarnya
sudah membudaya dalam sistem peradilan Indonesia, baik di lingkungan peradilan umum
maupun peradilan khusus.

Anilisa Putusan

Membahas masalah Analisis Putusan Lepas Dari Tuntutan Hukum Terhadap Pelaku Tindak
Pidana Korupsi Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Putusibau Nomor :
57/Pid.B/2010/PN.PTSB. Dari hasil penelitian menggunakan metode penelitian 2okum
2okum2ve2, diperoleh kesimpulan bahwa : 1. Berdasarkan dakwaan kedua Jaksa Penuntut
Umum, perbuatan terdakwa Ir. A.M. YUHASDI, 53 Tahun, PNS Dinas Bina Marga dan
Pengairan Kabupaten Kapuas Hulu, telah memenuhi seluruh 2okum2 Pasal 3 UU No. 31
Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Namun oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Putusibau sesuai putusan Nomor :
57/Pid.B/2010/PN.PTSB, yang bersangkutan ternyata diputus lepas dari tuntutan 2okum,
dengan 2okum2v meskipun terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut
2okum melakukan suatu perbuatan, namun perbuatan tersebut dinilai “Bukan Merupakan
Suatu Tindak Pidana”, karena terdakwa dengan itikat baik telah menyelesaikan sendiri
proyek tersebut, sehingga tidak ada lagi kerugian 2okum2. 2. Sungguhpun demikian, secara
yuridis putusan lepas dari tuntutan 2okum Pengadilan Negeri Putusibau Nomor :
57/Pid.B/2010/PN.PTSB tersebut, masih mengandung kelemahan-kelemahan. Sebab
meskipun proyek tersebut telah diselesaikan oleh terdakwa, akan tetapi berdasarkan Pasal 4
Undang-Undang RI No. 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
dengan tegas menyatakan : “Pengembalian kerugian keuangan 2okum2 atau perekonomian
2okum2 tidak menghapuskan dipidananya pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 dan Pasal 3”. Karena itu, terhadap putusan lepas dari tuntutan 2okum ini,
sesuai Pasal 244 KUHAP masih dapat diajukan kasasi ke Mahkamah Agung Republik
Indonesia. Selanjutnya direkomendasikan, untuk menerapkan “putusan bebas murni”
(vrijspraak) dan “putusan lepas dari segala tuntutan 2okum” (onslag van recht vervolging),
seyogyanya para hakim mendalami dengan seksama konsep “perbuatan melawan 2okum
materiil” (materiele wederrechtelijkheid) dalam fungsi 2okum2ve, dan perbuatan melawan
2okum materiil dalam fungsi positif. Perlu dilakukan pembaharuan yang komprehensif
terhadap Pasal 67, Pasal 191 dan Pasal 244 KUHAP agar tidak menimbulkan multi tafsir
tentang pengertian “putusan bebas murni” (vrijspraak) dan “putusan lepas dari segala
tuntutan 2okum” (onslag van recht vervolging), serta upaya hukumnya.
Putusan
Nomor : 255/PID/2012/PT-MDN.

Gambaran Kejadian

Bahwa hubungan hukum yang terjadi antara Terdakwa dengan saksi INGIN WIJAYA adalah
perjanjian kerja sama membuka usaha kedai nasi, bakso dan minuman ringan di rumah toko
(ruko) milik Terdakwa yang terletak di jalan Gatot Subroto No.211 Medan, dan dalam
perjanjian tersebut hanya meminjam pakaikan rumah tokonya kepada saksi INGIN WIJAYA,
sedangkan pengelola dan yang menyediakan modal usaha adalah saksi INGIN WIJAYA
sendiri, akan tetapi keuntungan bersih dari usaha tersebut, Terdakwa dan saksi INGIN
WIJAYA sepakat dibagi dua yaitu masing-masing memperoleh bagian 50 % (lima puluh
persen) yang dimasukkan kedalam satu rekening di Bank atas nama Terdakwa dan saksi
INGIN WIJAYA, namun setelah berjalan sekitar tiga minggu tanpa sepengetahuan dan seizin
saksi INGIN WIJAYA pada tanggal 01 Mei 2009 anak Terdakwa bernama AHIN, AING dan
PIPO menutup dan menggembok tempat usaha kedai nasi tersebut dan semua peralatan yang
disediakan oleh saksi INGIN WIJAYA tetap berada di dalam ruko, dan sekarang ruko
tersebut sudah dipergunakan Terdakwa untuk membuka usaha sendiri tanpa melibatkan saksi
INGIN WIJAYA.

Analisa Putusan

Dari uraian fakta tersebut Majelis Hakim tingkat banding telah memperoleh kesimpulan
bahwa pertanggungjawaban dalam perkara a quo tentang perbuatan Terdakwa yang telah
melanggar kesepakatan atas perjanjian kerja sama yang dibuat dihadapan notaris GO UTON
UTOMO, SH pada tanggal 16 Februari 2009, yakni sebelum jatuh tempo berakhirnya masa
perjanjian Terdakwa telah mengelola sendiri tempat kedai nasi tanpa melibatkan saksi INGIN
WIJAYA, dengan demikian Terdakwa telah melakukan perbuatan ingkar janji (wanprestasi)
yang masuk dalam pertanggungjawaban perdata.

Lalu berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim tingkat banding berpendapat bahwa semua
unsur-unsur pasal 372 KUHP telah terpenuhi dari perbuatan Terdakwa, akan tetapi perbuatan
Terdakwa tersebut bukan perbuatan pidana, namun murni perbuatan perdata, dan oleh
karenanya Terdakwa harus dilepas dari segala tuntutan hukum (onslag van recht vervolging.
Oleh karena Terdakwa harus dilepas dari segala tuntutan hukum (onslag van recht
vervolging), maka kepadanya harus pula direhabilitasi pemulihan hak dan kemampuan,
kedudukannya dan harkat serta martabatnya dan biaya perkara dibebankan kepada negara,
dan disamping itu pula karena Terdakwa berada dalam tahanan maka patut diperintahkan
agara Terdakwa dikeluarkan dari tahanan.
Putusan
Nomor: 2200 K/Pid/2012

Gambaran Kejadian

Berawal ketika Terdakwa Stevi Rondonuwu mendatangi rumah saksi korban Rita Kaunang di
Desa Tumpaan Jaga II bermaksud untuk meminjam uang kepada saksi korban untuk
digunakan sebagai keperluan sehari-hari dari Terdakwa, dimana pada tanggal 16 Juni 2010
Terdakwa meminjam uang sebesar Rp12.000.000,00 dan berjanji akan mengembalikannya
dengan cara menyicil yaitu selama 40 kali angsuran dimana Terdakwa akan menyicil setiap
hari Rp300.000,00 sehingga saksi korbanpun setuju untuk memberikan pinjaman tersebut
kepada Terdakwa, kemudian pada tanggal 23 Juli 2010, Terdakwa juga meminjam uang
kepada saksi korban sebesar Rp3.300.000,00 dimana Terdakwa mengatakan akan
mengembalikan pinjaman tersebut paling lambat tanggal 5 Agustus 2010, selanjutnya pada
tanggal 24 September 2010, Terdakwa juga meminjam uang kepada saksi korban sebesar
Rp24.000.000,00 dimana Terdakwa juga mengatakan akan mengembalikan pinjaman tersebut
pada bulan Oktober 2010, sehingga dengan perkataan Terdakwa tersebut sehingga saksi
korban pun menyerahkan uang pinjaman kepada Terdakwa, akan tetapi sampai dengan saat
ini Terdakwa tidak pernah mengembalikan pinjamannya kepada saksi korban sehingga saksi
korban mengalami kerugian sebesar Rp39.300.000,00.

Analisa Keputusan

Terdakwa Stevie Rondonuwu, SE telah terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan


adanya dalam dakwaan kesatu dan dakwaan kedua Penuntut Umum, akan tetapi perbuatan itu
bukanlah merupakan suatu tindak pidana (ontslag van rechtsvervolging), adalah sudah tepat
sesuai maksud ketentuan Pasal 191 ayat (2) KUHAP/UU No. 8 Tahun 1981, karenanya
dakwaan Jaksa/Penuntut Umum, yaitu dakwaan kesatu Pasal 372 KUHP, dan dakwaan kedua
Pasal 378 KUHP tidak dapat diterapkan kepada perbuatan Terdakwa . Tahap pinjaman uang
tersebut, tidak pernah terbayar/ dikembalikan Terdakwa/Terdakwa tidak pernah menempati
janji, karena tidak ada uang akibat ibunya dibiayai karena sakit, sehingga terjadi
“wanprestasi”. Adanya perjanjian antara Terdakwa dan korban dalam setiap peminjaman
uang telah masuk dalam hukum perjanjian yang harus diselesaikan secara keperdataan,
berdasarkan pertimbangan hukum tersebut di atas, Majelis Hakim menyatakan bahwa
Terdakwa telah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya sebagaimana didakwakan
dalam dakwaan kedua, akan tetapi perbuatan itu bukanlah merupakan suatu tindak pidana
(ontslag van rechtsvervolging).

Anda mungkin juga menyukai