Terdakwa Gayus pelaksana pada Direktorat Keberatan dan Banding secara bersama-sama dengan
Humala Setia Leonardo N, SE,M.Si (Penelaah Keberatan Direktorat Keberatan dan Banding),
DR.Maruli Pendapotan Manurung,SE.Msi,MBT (Kepala Seksi Pengurangan dan Keberatan I), PJS
Kasi Pengurangan dan Keberatan IV Direktorat Keberatan dan Banding. Drs. Johnny Marlihot
tobing, Ak.MBA (Kepala Sub Direktorat Pengurangan dan Keberatan), Drs.Bambang Heru
Ismiarso, MA (Direktur Keberatan dan Banding) telah melakukan atau turut serta melakukan
perbuatan secara melawan hukum, memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
Gayus beserta rekannya diduga telah menyalahkan wewenang dalam hal menangani keberatan yang
diajukan oleh PT Surya Alam Tunggal (PT SAT) terkait dengan kewajiban perpajakannya. Maka,
setelah dilakukan pemeriksaan pajak di PT Surya Alam Tunggal. Akibat diterimanya permohonan
keberatan pajak dari PT SAT, perusahaan tersebut menerima keuntungan. Atas pemeriksaan tersebut
muncullah Surat Ketetapan Kurang Bayar PPN Pasal 16 D masa Januari s/d Desember 2004 PT
Terdakwa Gayus H.P Tambunan bersama-sama dengan Haposan Hutagalung pada waktu antara
bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan November 2009 bertempat di sekitar parkir Hotel Ambara
Kebayoran Baru Jakarta, telah melakukan memberi hadiah atau janji kepada Pegawai Negeri
Bareskrim Mabes Polri untuk menggunakan kekuasaan dan kewenangan jabatan sesuai dengan
permintaannya terkait dengan penyelidikan terhadap transaksi keuangan pada rekening pribadinya.
Terdakwa Gayus H.P.Tambunan pada Hari Jumat tanggal 12 Maret 2009 sekitar jam 09.00 wib di
rumah Muhtadi Asnun telah memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud
mempengaruhi perkara kepadanya untuk diadili, agar tidak dijatuhi hukuman atau hukumannya
diringankan. Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam UU No.20 Tahun
Bahwa terdakwa Gayus H.P.Tambunan pada bulan September 2009 bertempat di kantor Bareskrim
Mabes Polri dan Hotel Manhattan Jakarta Selatan telah sengaja tidak memberi keterangan atau
memberi keterangan yang tidak benar untuk kepentingan penyidikan, tentang seluruh harta benda
isteri atau suami, anak dan harta benda setiap orang atau korporasi yang diketahui atau diduga
mempunyai hubungan dengan tindak pidana Korupsi yang dilakukan oleh tersangka. Terdakwa
telah beberapa kali menerima uang dari para Wajib Pajak atau Konsultan Pajak lebih besar dengan
jumlah kurang lebih Rp.28.000.000.000 di beberapa rekening miliknya di Bank Panin dan Bank
BCA.
1. Menyatakan terdakwa Gayus Halomoan P.Tambunan telah terbukti secara sah dan meyakinkan
2. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan pidana selama 7 tahun dan denda
sebesar Rp.300.000.000 dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayar diganti dengan
3. Menetapkan masa penahanan yang telah dikalani terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana
dijatuhkan
5. Menetapkan barang bukti surat, dokumen dikembalikan kepada terdakwa, handphone blackbarry
dimusnahkan.
Atas ketetapan tersebu, pada 29 April 2011 diperbaiki Putusan Pengadilan Tinggi Jakarta
Januari 2011 yang dimintakan banding, dengan perbaikan pada amar pidananya dan barang
• Menyatakan terdakwa Gayus H.P Tambunan terbukti secara sah dan meyakinkan
sebagaimana dakwaan Kesatu Subsidair dari dakwaan Kedua Primair dan tindak
• Menjatuhkan pidana kepada terdakwa oleh karena itu dengan penjara 10 tahun dan
Atas adanya putusan tersebut, Pihak I Jaksa/ Penuntut Umum dan Pihak II Terdakwa mengajukan
Bahwa judex facti (Pengadilan Negeri) telah keliru dan salah menerapkan hukum dalam dakwaan.
1. Jaksa tidak sependapat dengan pendapat Hakim yang membuat dissenting opinion
mengabulkan permohonan keberatan Pajak dari PT.SAT yang tidak sesuai dengan
4. Bahwa atas pertimbangan tersebut terdakwa telah memenuhi unsur Pasal 2 ayar 1 UU
Tindak Pidana korupsi merupakan Concursus dengan Pasal 5 ayat 1 a, Psal 6 ayat 1 jo
Pasal 28 UU No.31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah UU No.20 Tahun 2001.
Pada Akhirnya, atas dasar Kasasi yang diajukan oleh kedua pihak, maka MA mengadili :
P.Tambunan tersebut
April 2011 yang telah memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan No.
MA Mengadili Sendiri :
1. Menyatakan Gayus H.P.Tambunan terbukti secara sah bersalah melakukan “korupsi yang
Ketiga dan keempat : Menghukum terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara 12 (dua
belas) tahun dan denda sebesar Rp.500.000.000 dengan ketentuan apabila denda tersebut
2. Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari
ISU HUKUM :
Apakah tindakan yang dilakukan oleh Gayus Tambunan dapat disangkakan sebagai tindakan yang
melanggar ketentuan pidana Penggelapan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 372 KUHP?
ANALISA KASUS :
Kasus Gayus dinyatakan bukan kasus pidana perpajakan oleh dirjen pajak karena kasus ini tidak
berkaitan dengan SPT wajib pajak, tetapi kasus ini tidak lepas dari jenis kasus perpajakan, dimana
tindak kejahatan terjadi di dalam lingkup perpajakan. Selain itu, kasus ini juga menyeret secara
langsusng beberapa pasal dalam undang-undang yang berbeda. Sehingga, menimbulkan spekulasi
tentang analisis kasus ini. Di lain sisi putusan yang telah ada sampai dengan kasus gayus ini di
negara sebanyak 570 juta rupiah, serta menyalahkan wewenang dengan memberikan
keberatan serta banding dari wajib pajak PT. Surya Alam Perkasa.
• Gayus juga dinyatakan melanggar pasal 5 ayat (1) a, UU no. 31/1999 (tipikor), berkaitan
dengan ini Gayus melakukan penyuapan sebanyak 750 juta dolar Amerika, diduga
diberikan kepada beberapa orang Penyidik Bareskrim Mabes Polri, hal itu dilakukan
supaya mereka tidak memblokir rekeningnya d salah satu bank, supaya tidak menyita
rumahnya, dan supaya memindahkan pemeriksaan atas dirinya yang asalnya di Mabes
no.31/1999 (tipikor), berhhubungan dengan hal ini Gayus perbah menjanjikan akan
memberikan uang 40 ribu dolar Amerika kepada PN Tangerang yang bernama Muhtadi
• Pasal berikutnya yang menjadi pelanggaran Gayus adalah pasal 22 jo pasal 22 UU no.
31/1999 (tipikor) pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP. Berkenaan dengan Gayus yang memberikan
keterangan palsu kepada penyidik menyangkut kepemilikan rekening di salah satu bank
Berdasarkan hal diatas, kasus Gayus ini merupakan suatu concursus atau perbarengan tindak
pidana. Hal ini pun ditegaskan dalam amar putusan yang menyatakan terdapat suatu perbarengan
Tindak pidana dalam kasus Gayus. Pada dasarnya yang dimaksud dengan perbarengan tindak
pidana ialah terjadinya dua atau lebih tindak pidana oleh satu orang dimana tindak pidana yang
dilakukan pertama kali belum dijatuhi pidana, atau antara tindak pidana yang awal dengan tindak
pidana berikutnya belum dibatasi oleh suatu putusan hakim. Dapat juga di dalam bentuk concursus
itu terjadi dua atau lebih tindak pidana oleh dua atau lebih orang. Jadi intinya, yang terpenting
adalah ada lebih dari satu tindak pidana dan diantara tindak pidana tersebut belum diputus hakim.
Pada pengulangan juga terdapat lebih dari satu tindak pidana yang dilakukan oleh satu orang.
Perbedaan pokoknya adalah bahwa pada pengulangan tindak pidana yang dilakukan pertama atau
lebih awal telah diputus oleh hakim dengan mempidana pada si pembuat/pelaku, bahkan telah
dijalaninya baik sebagian atau seluruhnya. Sedangkan pada perbarengan (concursus) syarat seperti
pada pengulangan tidaklah diperlukan. Pengulangan tindak pidana lebih familiar dengan sebutan
recidive.
Gayus Halomoan Tambunan dituduh melakukan tiga tindak pidana sekaligus, yaitu korupsi,
pencucian uang, dan penggelapan. Ini tidak masuk ke dalam suatu penyertaan pidana karena
Gayus melakukan delik secara sendiri dan tidak bersama-sama. Penyertaan dalam poin kesatu
bentuk-bentuk penyertaan, yaitu “mereka yang melakukan (pembuat pelaksana: Pleger)” adalah
berbeda dengan enkelvoudige dader (pembuat tunggal). Perbedaan pleger dengan dader (pembuat
tunggal) adalah, bagi seorang pleger masih diperlukan keterlibatan minimal seorang lainnya, baik
secara psikis, misalnya terlibat dengan seorang pembuat penganjur; atau terlibat secara fisik,
misalnya dengan pembuat peserta atau pembuat pembantu. Jadi, seorang pleger diperlukan
sumbangan dari peserta lain dalam mewujudkan tindak pidana. Tetapi, keterlibatan dalam hal
sumbangan peserta lain ini, perbuatannya haruslah sedemikian rupa sehingga perbuatannya itu tidak
semata-mata menentukan untuk terwujudnya tindak pidana yang dituju terutama dalam hal kasus
gayus tambunan.
Fakta-fakta di dalam kasus mafia pajak dengan tersangka Gayus Halomoan Tambunan,
menunjukkan dan mengindikasikan bahwa itu merupakan suatu perbarengan tindak pidana. Hal
tersebut karena Gayus disangkakan dan dijerat dengan pasal mengenai korupsi, pencucian uang
(money laundering) serta penggelapan. Ketiganya merupakan bentuk tindak pidana. Masing-masing
berbeda antara satu dengan yang lain. Korupsi diatur di dalam Undang-undang No. 31 Tahun 1999
Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Undang-undang No. 20 Tahun 2001 Tentang
Perubahan Atas Undang-undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi. Kemudian, money laundering diatur di dalam Undang-undang No. 15 Tahun 2002 Tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Undang-undang No. 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Lalu, penggelapan itu
Oleh karena itu, concursus dari kasus Gayus masuk ke dalam concursus realis (perbarengan
perbuatan) atau meerdaadse samenloop. Perihal apa yang dimaksud dengan perbarengan perbuatan,
kiranya dapat disimpulkan dari rumusan pasal 65 ayat (1) dan pasal 66 ayat (1) KUHP. Pengertian
perbuatan dalam rumusan di ayat (1) pasal 65 dan 66 adalah perbuatan yang telah memenuhi
seluruh syarat dari suatu tindak pidana tertentu yang dirumuskan dalam undang-undang, atau secara
singkat adalah tindak pidana, yang pengertian ini telah sesuai dengan kalimat di belakangnya,
Jadi berdasarkan rumusan ayat (1) pasal 65 dan 66 KUHP, maka dapat disimpulkan bahwa masing-
masing tindak pidana yang mana tindak pidana dalam perbarengan perbuatan itu satu sama lain
adalah terpisah dan berdiri sendiri. Inilah ciri pokok dari perbarengan perbuatan. Kesimpulannya,
kasus Gayus Halomoan Tambunan dalam penyelesaiannya dapat diadili dan dipidana sekaligus
karena ini merupakan concursus. Sehingga benar adanya jika kasus ini diputus hakim dalam satu
UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun
• Pasal 36A (4) UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan,
berbunyi :
“Pegawai pajak yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum dengan
atau menerima pembayaran, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri, diancam
dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Pegawai pajak yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri secara melawan hukum dengan
atau menerima pembayaran, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri, diancam dengan
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
berbunyi :
“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta
Tindak Pidana Korupsi juncto Undang-undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 419, Pasal 420,
Pasal 423, Pasal 425, atau Pasal 435 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama
20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
Kasus ini merupakan kasus pidana penyuapan, dengan adanya kesaksian tersangka atas adanya suap
PT. Bakrie yang diterima oleh tersangka. Pasal yang terkait dengan kasus ini adalah Pasal 11
Undang-Undang Pemberantasan Korupsi mengatur tentang penerimaan uang oleh pegawai negeri
Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 418 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
Isi pasal 418 dan 419 KUHP, yang mana berkaitan dengan kasus dalam pembahasan Penulis adalah
sebagai berikut. Seorang pejabat yang menerima hadiah atau janji padahal diketahui atau sepatutnya
harus diduganya., hahwa hadiah atau janji itu diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberi hadiah atau janji
itu ada hubungan dengan jabatannya diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun atau
(1) yang menerima hadiah atau janji padahal diketahuinya bahwa hadiah atau janji itu diberikan
untuk menggerakkannya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
(2) yang menerinia hadiah mengetahui bahwa hadiah itu diberikan sebagai akibat. atau oleh
karena si penerima telah melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang
Kasus ini juga masuk dalam kasus pidana, karena berkaitan dengan adanya upaya penggelapan
dana negara. Penggelapan itu diatur di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau
sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaannya bukan karena
kejahatan, diancam karena penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau
pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah Selain kasus penggelapan, juga terdapat
adanya upaya untuk menguntungkan diri sendiri, sebagaimana disebutkan dalam pasal 378
Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun
rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya,
atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan
Selain jeratan sanksi diatas, kasus ini juga masuk dalam ranah money loundry, diatur di dalam
Undang-undang No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang juncto Undang-undang
No. 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Undang-undang No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang, dengan adanya pengalihan uang dengan cara dialirkan ke rekening lain,
yang ketika dicek saldo rekening gayus, hanya ditemukan nominal Rp. 400.000.000,00, yang tidak
berkaitan dengan kondisi keuangan/fiskal negara. Karena berkaitan dengan kondisi keuangan
KESIMPULAN :
Kasus gayus dinyatakan bukan kasus pidana perpajakan oleh dirjen pajak karena kasus ini tidak
berkaitan dengan SPT wajib pajak, tetapi kasus ini adalah kasus perpajakan, dimana tindak
kejahatan terjadi di dalam lingkup perpajakan. Selain itu, kasus ini juga menyeret secara langsusng
beberapa pasal dalam undang-undang yang berbeda. Kasus Gayus, merupakan suatu concursus atau
perbarengan tindak pidana. Pada dasarnya yang dimaksud dengan perbarengan tindak pidana ialah
terjadinya dua atau lebih tindak pidana oleh satu orang dimana tindak pidana yang dilakukan
pertama kali belum dijatuhi pidana, atau antara tindak pidana yang awal dengan tindak pidana
berikutnya belum dibatasi oleh suatu putusan hakim. Dapat juga di dalam bentuk concursus itu
terjadi dua atau lebih tindak pidana oleh dua atau lebih orang. Jadi intinya, yang terpenting adalah
ada lebih dari satu tindak pidana dan diantara tindak pidana tersebut belum diputus hakim.
Gayus Halomoan Tambunan dituduh melakukan tiga tindak pidana sekaligus, yaitu korupsi,
pencucian uang, dan penggelapan. Ini tidak masuk ke dalam suatu penyertaan pidana karena Gayus
melakukan delik secara sendiri dan tidak bersama-sama. Penyertaan dalam poin kesatu bentuk-
bentuk penyertaan, yaitu “mereka yang melakukan (pembuat pelaksana: Pleger)” adalah berbeda
Fakta-fakta di dalam kasus mafia pajak dengan tersangka Gayus Halomoan Tambunan,
menunjukkan dan mengindikasikan bahwa itu merupakan suatu perbarengan tindak pidana. Jadi
berdasarkan rumusan ayat (1) pasal 65 dan 66 KUHP, maka dapat disimpulkan bahwa masing-
masing tindak pidana yang mana tindak pidana dalam perbarengan perbuatan itu satu sama lain
adalah terpisah dan berdiri sendiri. Inilah ciri pokok dari perbarengan perbuatan. Kesimpulannya,
kasus Gayus Halomoan Tambunan dalam penyelesaiannya dapat diadili dan dipidana sekaligus
karena ini merupakan concursus. Sehingga sudah patut diputus dalam satu putusan pidana dan tidak
dijatuhkan sendiri-sendiri.
Gayus dianggap merugikan negara sebanyak 570 juta rupiah, serta menyalahkan wewenang dengan
memberikan keberatan serta banding dari wajib pajak PT. Surya Alam Perkasa.
• Pasal 5 ayat (1) a, Udang-Undang 31/1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi,
berbunyi :
“Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 209 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
dan paling banyak Rp. 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah).”
Berkaitan dengan ini Gayus melakukan penyuapan sebanyak 750 juta dolar Amerika, diduga
diberikan kepada beberapa orang Penyidik Bareskrim Mabes Polri, hal itu dilakukan supaya mereka
tidak memblokir rekeningnya d salah satu bank, supaya tidak menyita rumahnya, dan supaya
memindahkan pemeriksaan atas dirinya yang asalnya di Mabes Polri menjadi di hotel.
berbunyi :
“Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 210 Kitab
Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima
Berhhubungan dengan hal ini Gayus perbah menjanjikan akan memberikan uang 40 ribu dolar
Amerika kepada PN Tangerang yang bernama Muhtadi Asnun, supaya dapat mempengaruhi majelis
hakim.
berbunyi :
“Setiap orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Pasal 29, Pasal 35, atau Pasal 36 yang
dengan sengaja tidak memberi keterangan atau memberi keterangan yang tidak benar dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 3 9tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan
atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Berkenaan dengan Gayus yang memberikan keterangan palsu kepada penyidik menyangkut
kepemilikan rekening di salah satu bank yang isi rekeningnya berjumlah miliaran rupiah.
Tindak Pidana Korupsi juncto Undang-undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan Atas
“Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 419, Pasal 420,
Pasal 423, Pasal 425, atau Pasal 435 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama
20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan
Pasal 11 Undang-Undang Pemberantasan Korupsi mengatur tentang penerimaan uang oleh pegawai
negeri yang patut diduga berhubungan dengan jabatannya dan gratifikasi, Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) pasal 372 dan pasal 378.Selain jeratan sanksi diatas, kasus ini juga masuk
dalam ranah money loundry, diatur di dalam Undang-undang No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang juncto Undang-undang No. 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas
Undang-undang No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Sehingga dari
pembahasan diatas, kasus ini juga termasuk dalam kasus tindak pidana ekonomi karena berkaitan
dengan kondisi keuangan/fiskal negara. Karena berkaitan dengan kondisi keuangan negara,