Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
- Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Jantho Nomor
67/Pid.Sus/2020/PN Jth tanggal 4 Maret 2020 tentang penunjukan Majelis Hakim;
- Penetapan Majelis Hakim Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth tanggal 4
Maret 2020 tentang penetapan hari sidang;
- Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan;
Setelah mendengar keterangan saksi-saksi dan Terdakwa serta
memperhatikan bukti surat dan barang bukti yang diajukan di persidangan;
Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh
Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut:
1. Menyatakan Terdakwa M. SAFRI ALIAS HERI SAPUTRA BIN RIDWAN terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “dengan sengaja
melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan
persetubuhan dengan nya atau dengan orang lain”, sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam Pasal 81 ayat (1) Undang- undang No. 23 tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang No.
35 tahun 2014 dan Undang-undang No. 17 tahun 2016. sebagaimana dalam
Dakwaan tunggal;
2. Menjatuhkan Pidana penjara selama 13 (tiga Belas) tahun dikurangi selama
terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan
membayar denda sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta Rupiah) subsidiair 7
(tujuh) bulan kurungan;
3. Menyatakan barang bukti berupa :
- Bahwa pada hari Rabu tanggal 10 Mei 2017 sekira pukul 15.30
wib terdakwa bertemu dengan Anak ASWATUL SAIDA PUTRI (korban)
di Jln. Geuceu Kecamatan Banda Raya Kota Banda Aceh. Kemudian
terdakwa meminta nomor handphone Anak ASWATUL SAIDA PUTRI
yang mana pada saat itu Anak ASWATUL SAIDA PUTRI tidak
memberikan nomor handphone Anak ASWATUL SAIDA PUTRI dan
Anak ASWATUL SAIDA PUTRI hanya memberikan akun facebook milik
Anak ASWATUL SAIDA PUTRI kepada terdakwa. Setelah itu terdakwa
langsung menambahkan akun facebook milik Anak ASWATUL SAIDA
PUTRI sebagai teman terdakwa. kemudian terdakwa mengirimkan
pesan kepada Anak ASWATUL SAIDA PUTRI via facebook dan
terdakwa meminta lagi nomor handphone Anak ASWATUL SAIDA
PUTRI, lalu Anak ASWATUL SAIDA PUTRI langsung memberikan
nomor handphone milik Anak ASWATUL SAIDA PUTRI kepada
terdakwa. Selanjutnya terdakwa mengirimkan pesan singkat (SMS)
kepada Anak ASWATUL SAIDA PUTRI dengan mengatakan “Abang
suka sama adek dari awal jumpa, mau gak jadi pendamping abang” lalu
Anak ASWATUL SAIDA PUTRI membalas pesan singkat terdakwa
dengan mengatakan “gak tau”. Kemudian pada hari Jumat tanggal 12
Mei 2017 pada saat terdakwa sedang berada Toko Four Loundry yang
bertempat di Jln. Fatahilah Desa Geuce Inem Kecamatan Banda Raya
Kota Banda Aceh, datang terdakwa menghampiri Anak ASWATUL
SAIDA PUTRI. Kemudian terdakwa mengajak saksi untuk berjalan-jalan
bersama dengan terdakwa, lalu terdakwa dan Anak ASWATUL SAIDA
PUTRI langsung pergi berjalan-jalan di seputaran Kota Banda Aceh
dengan menggunakan sepeda motor milik terdakwa. Kemudian pada
saat di dalam perjalanan terdakwa menanyakan kembali kepada Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI perihal pesan singkat yang pernah terdakwa
kirimkan kepada Anak ASWATUL SAIDA PUTRI mengenai kemauan
Anak ASWATUL SAIDA PUTRI untuk menjadi pendamping terdakwa lalu
Halaman 3 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Anak ASWATUL SAIDA PUTRI menjawabnya dengan mengatakan “iya
mau”. Setelah itu terdakwa langsung mengantar Anak ASWATUL SAIDA
PUTRI ke rumah Anak ASWATUL SAIDA PUTRI;
- Bahwa selanjutnya pada hari Jumat tanggal 16 Juni 2017 sekira
pukul 15.00 wib pada saat Anak ASWATUL SAIDA PUTRI dan Anak
ALFI SYAHRIZAR yang merupakan adik kandung Anak ASWATUL
SAIDA PUTRI sedang berada di rumah Anak ASWATUL SAIDA PUTRI
yang bertempat di Dusun Jeumpa Desa Geundrieng Kecamatan Darul
Imarah Kabupaten Aceh Besar, datang terdakwa menghampiri Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI. Kemudian terdakwa memberikan 1 (satu) unit
handphone merk Xiaomi warna putih milik terdakwa kepada Anak ALFI
SYAHRIZAR, lalu terdakwa langsung mengajak Anak ASWATUL SAIDA
PUTRI untuk masuk ke dalam kamar Anak ASWATUL SAIDA PUTRI.
Kemudian pada saat terdakwa dan Anak ASWATUL SAIDA PUTRI
berada di dalam kamar tersebut, terdakwa menyuruh Anak ASWATUL
SAIDA PUTRI untuk melepaskan celana dalam yang digunakan/dipakai
oleh Anak ASWATUL SAIDA PUTRI. Setelah celana dalam Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI terbuka lalu terdakwa menyuruh Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI untuk mengangkat baju gamis yang
digunakan/dipakai oleh Anak ASWATUL SAIDA PUTRI, lalu Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI langsung mengangkat baju gamis Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI hingga ke atas pinggang Anak ASWATUL
SAIDA PUTRI. Kemudian terdakwa langsung melepaskan tali pinggang
terdakwa, lalu terdakwa membuka kancing celana dan resleting celana
terdakwa. kemudian terdakwa mengeluarkan penis terdakwa dari dalam
celana dalam terdakwa. kemudian terdakwa menyuruh Anak ASWATUL
SAIDA PUTRI untuk berbaring setengah badan diatas kasur dengan
posisi kedua belah kaki Anak ASWATUL SAIDA PUTRI mengangkang
menyentuh lantai. Kemudian terdakwa menempelkan penis terdakwa ke
vagina Anak ASWATUL SAIDA PUTRI dan menggesek-gesek penis
terdakwa pada vagina Anak ASWATUL SAIDA PUTRI. Kemudian
terdakwa langsung memasukan penis terdakwa ke dalam anus Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI dan langsung memainkannya secara maju
mundur. Setelah itu terdakwa mengeluarkan penis terdakwa dari dalam
anus Anak ASWATUL SAIDA PUTRI, lalu terdakwa langsung
memasukan lagi penis terdakwa ke dalam vagina Anak ASWATUL
SAIDA PUTRI dan langsung memainkannya secara maju mundur
selama 3 (tiga) menit. Kemudian terdakwa mengeluarkan
Halaman 4 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
penis terdakwa dari dalam vagina Anak ASWATUL SAIDA PUTRI dan
terdakwa langsung menumpahkan sperma terdakwa ke atas lantai
kamar Anak ASWATUL SAIDA PUTRI. Setelah itu terdakwa langsung
pergi meninggalkan Anak ASWATUL SAIDA PUTRI;
- Bahwa selanjutnya pada hari dan tanggal yang tidak dapat
diingat lagi pada saat Anak ASWATUL SAIDA PUTRI sedang berada di
Toko Four Loundry yang bertempat di Jln. Fatahilah Desa Geuce Inem
Kecamatan Banda Raya Kota Banda Aceh, datang terdakwa
menghampiri Anak ASWATUL SAIDA PUTRI dan mengatakan “ayok
abang pengen lagi”. Kemudian Anak ASWATUL SAIDA PUTRI menolak
ajakan dari terdakwa, lalu terdakwa mengatakan “kalau gak mau abang
bilang yang kemaren sama mamak”. Kemudian Anak ASWATUL SAIDA
PUTRI langsung mengiyakan ajakan dari terdakwa dan terdakwa
langsung mengajak Anak ASWATUL SAIDA PUTRI untuk masuk ke
dalam kamar yang berada di dalam Toko Four Loundry tersebut.
Kemudian pada saat terdakwa dan Anak ASWATUL SAIDA PUTRI
berada di dalam kamar tersebut, terdakwa menyuruh Anak ASWATUL
SAIDA PUTRI untuk melepaskan celana dalam yang digunakan/dipakai
oleh Anak ASWATUL SAIDA PUTRI. Setelah celana dalam Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI terbuka, terdakwa langsung memeluk Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI dan meremas-remas kedua payudara Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI dengan menggunakan kedua belah tangan
terdakwa. kemudian terdakwa menyuruh Anak ASWATUL SAIDA PUTRI
untuk berbaring lalu terdakwa lanngsung melepaskan tali pinggang
terdakwa, lalu terdakwa membuka kancing celana dan resleting celana
terdakwa. kemudian terdakwa mengeluarkan penis terdakwa dari dalam
celana dalam terdakwa, lalu terdakwa mengangkat baju daster yang
digunakan/dipakai oleh Anak ASWATUL SAIDA PUTRI hingga ke atas
perut Anak ASWATUL SAIDA. Kemudian terdakwa menempelkan penis
terdakwa ke vagina Anak ASWATUL SAIDA PUTRI dan menggesek-
gesek penis terdakwa pada vagina Anak ASWATUL SAIDA PUTRI. Lalu
terdakwa langsung memasukan penis terdakwa ke dalam vagina Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI dan langsung memainkannya secara maju
mundur selama 6 (enam) menit. Kemudian terdakwa mengeluarkan
penis terdakwa dari dalam vagina Anak ASWATUL SAIDA PUTRI dan
terdakwa langsung menumpahkan sperma terdakwa ke atas lantai
2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara
selama 9 (Sembilan) tahun dan denda sejumlah Rp.100.000.000,00 (seratus juta
Rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayarkan diganti dengan
pidana kurungan selama 1 (satu) bulan;
6. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sejumlah Rp. 5.000,00 (lima ribu
Rupiah);
Junaidi
Halaman 27 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
Nim : 1803101010193
1
https://customslawyer.wordpress.com/2014/09/10/pembagian-hukum-pidana/ diakses 16 september 2020
pukul 16 :46
yang dimaksud di sini adalah anak yang belum berusia 18 tahun atau yang berusia di
bawah 18 tahun menurut undang-undang perlindungan anak.
Tindak pidana pemerkosaan terhadap anak diatur dalam Undang undang Nomor
undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang undang nomor 23
Tahun 2002 tentang perlindungan anak. dalam pasal Pasal 76D UU 35/2014 disebutkan
bahwa Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan memaksa
Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
Perbuatan pemerkosaan merupakan perbuatan kriminal yang berwatak seksual
yang terjadi ketika seseorang manusia memaksa manusia lain untuk melakukan hubungan
seksual dalam bentuk penetrasi vagina dengan penis, secara paksa atau dengan cara
kekerasan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, perkosaan berasal dari kata perkosaan
yang berarti menggagahi atau melanggar dengan kekerasan. Sedangkan pemerkosaan
diartikan sebagai proses, cara, perbuatan perkosa atau melanggar dengan kekerasan.2
Dalam menegakkan hukum terhadap anak yang menjadi korban tindak pidana
pemerkosaan. penegakan hukum dalam menjunjung kepentingan si anak sangat
diperhatikan. Di Indonesia hal ini dituangkan dalam UU Nomor 35 tahun 2014 tentang
perubahan atas undang undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
UU Perlindungan Anak memberikan jaminan perlindungan khusus bagi anak
yang berhadapan dengan hukum dan anak korban tindak pidana.
Pasal 19 ayat 1 undang-undang tentang SPPA mengandung ketentuan bahwa
identitas anak sebagai pelaku, korban, serta saksi wajib dirahasiakan dalam berita media
cetak dan elektronik. Dalam ayat 2, identitas anak yang dimaksud diperjelas menjadi
nama anak pelaku, korban serta saksi, nama orang tua, alamat rumah, wajah, dan hal-hal
lainnya yang mengungkapkan jati diri anak pelaku, korban, maupun saksi. Pelanggar UU
ini bisa dipenjara paling lama 5 tahun dan didenda maksimal Rp500 juta.
Dalam perkara anak, anak yang menjadi korban berhak mendapatkan
perlindungan dan jaminan agar identintasnya tidak dipublikasikan sebagaimana tertuang
dalam pasal ini. namun dalam kenyataanya justru aturan ini belum dapat diwujudkan
dalam kehidupan bermasyarakat. seperti gambaran dalam putusan pengadilan Negeri
Jantho No. 67/ Pid.Sus/2020/PN Jth dalam perkara tindak pidana pemerkosaan terhadap
2
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia(t:t Gitamedia Press, t.t), hlm. 453.
anak dibawah umur yang diidentitasnya dipublikasikan dan dapat diakses melalui
informasi publik dalam sistem informasi pengadilan negeri jantho.
Terjadinya tindak pidana pemerkosaan terhadap anak dibawah umur ini
dilakukan oleh Terdakwa terhadap anak dibawah umur yang merupakan pacarnya
sebanyak dua kali. karena tidak terima diputuskan oleh sang kekasih, Terdakwa
menyebarkan foto foto bugil milik anak korban sehingga anak korban dikeluarkan dari
kampus dan dikucilkan di lingkungannya. Terhadap perkara ini hakim memutuskan
terdakwa bersalah atas dakwaan tunggal penuntut umum karena telah terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Dengan Sengaja Melakukan
Ancaman Kekerasan, Memaksa Anak Melakukan Persetubuhan dengannya” dan
terdakwa dihukum dengan hukuman 9 tahun penjara berikut dengan denda senilai
100.000.00 ( Seratus Juta Rupiah ).
Kejahatan pemerkosaan terhadap anak bentuk kejahatan yang sangat merugikan
dan meresahkan masyarakat dan melanggar hak asasi manusia.
2. Rumusan Masalah
4. Kasus Posisi
Kejadian ini bermula pada tahun 2017 ketika korban berkenalan dengan pelaku
pemerkosaan. awalnya pelaku meminta untuk berkenalan dengan korban dengan cara
meminta nomor hape korban kemudian korban tidak memberikan nomor hapenya tapi
memberikan nama akun facebooknya . setelah melakukan chat via facebook akhirnya
korban memberikan nomor telephonenya kepada pelaku. kemudian menjalin
hubungan dekat hingga si pelaku menyaatakan perasaan cintanya kepada korban.
korban menerima pernyataan si pelaku dan korban menjadi pacar pelaku.
Setelah beberapa bulan hubungan mereka berjalan dengan baik baik saja. korban
dan pelaku sering bertemu untuk jalan jalan. hingga pada suatu hari pelaku
mengunjungi rumah korban. pada saat itu tidak ada siapapun dirumah korban kecuali
adik korban yang kecil. untuk melancarkan aksinya si pelaku memberikan hapenya
kepada adik korban untuk bermain game. setelah itu pelaku mengajak korban masuk
kedalam kamar korban. awalnya korban menolak dengan dalih takut hamil. kemudian
pelaku coba meyakinkan korban bahwa yang dia lakukan tidak akan menyebabkan
kehamilan.
Setelah berhasil merayu korban, lalu pelaku menyuruh korban untuk mengangkat
gamis yang ia pakai dan memasukkan penis pelaku ke vagina korban dan melakukan
itu secara berulang setelah itu pelaku menumpah sperma nya ke lantai kamar korban.
setelah melakukan hal tersebut pelaku kemudian meninggalkan korban dan
selanjutnya hubungan mereka tetap berjalan seperti biasanya.
Kemudian pada suatu hari Pelaku meminta kembali melakukan hal yang tidak
senonoh itu kepada korban di Toko Laundry milik korban. kemudian korban menolak
ajakan tersebut, karena korban menolak pelaku mengancam korban akan
memberitahukan apa yang telah mereka lakukan kepada ibu korban. karena takut
akan hal tersebut korban lalu mengiyakan ajakan korban dan kembali mereka
melakukan hubungan badan layaknya suami istri.
Setelah kejadian tersebut hubugan mereka tetap baik baik saja tanpa ada masalah
hinggqa februari 2019 pelaku menghubugi korban lewat video call dan menyuruh
korban untuk melepas pakaiannya. kemudian korban disuruh untuk memperlihatkan
vagina dan payudaranya dan pelaku ikut mengocok ngocok kemaluannya pada saat
itu. selain itu terdakwa juga meminta foro foto bugil korban.
Pada Bulan Maret 2019 karena tidak tahan akan sifat pelaku, korban akhirnya
memutuskan hubungan pacaran dengan si pelaku. pelaku yang tidak terima akan hal
itu pada bulan April 2019 lalu menyebarkan foto foto bugil korban sehingga korban
dikeluarkan dari kampus dan ibu korban mengetahui hal tersebut. akhirnya korban
menceritakan semua yang teradi kepadanya dan ibu korban melapor ke Polres Jantho.
5. Analisa Putusan
Terdapat kerancuan terhadap pasal yang didakwakan oleh penuntut umum,
memperhatikan fakta persidangan bahwa korban lahir pada tahun 2001 sedangkan
kasus ini diproses pada tahun 2019. Dakwaan yang didakwakan tentang Undang
Undang Perlindungan Anak.
Salah satu bentuk kejahatan yang berkembang saat ini adalah tindak pidana
pemerkosaan atau kekerasan seksual terhadap anak dibawah umur. Anak dibawah
umur yang dimaksud di sini adalah anak yang belum berusia 18 tahun atau yang
berusia di bawah 18 tahun menurut undang-undang perlindungan anak. Tindak pidana
pemerkosaan terhadap anak diatur dalam Undang undang Nomor undang-undang
nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang undang nomor 23 Tahun 2002
tentang perlindungan anak. dalam pasal Pasal 76D UU 35/2014 disebutkan bahwa
Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan memaksa
Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
Perbuatan pemerkosaan merupakan perbuatan kriminal yang berwatak seksual
yang terjadi ketika seseorang manusia memaksa manusia lain untuk melakukan
hubungan seksual dalam bentuk penetrasi vagina dengan penis, secara paksa atau
dengan cara kekerasan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, perkosaan berasal dari
kata perkosaan yang berarti menggagahi atau melanggar dengan kekerasan.
Sedangkan pemerkosaan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan perkosa atau
melanggar dengan kekerasan.
Dalam menegakkan hukum terhadap anak yang menjadi korban tindak pidana
pemerkosaan. penegakan hukum dalam menjunjung kepentingan si anak sangat
diperhatikan. Di Indonesia hal ini dituangkan dalam UU Nomor 35 tahun 2014
tentang perubahan atas undang undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
UU Perlindungan Anak memberikan jaminan perlindungan khusus bagi anak
yang berhadapan dengan hukum dan anak korban tindak pidana.
Pasal 19 ayat 1 undang-undang tentang SPPA mengandung ketentuan bahwa
identitas anak sebagai pelaku, korban, serta saksi wajib dirahasiakan dalam berita
media cetak dan elektronik. Dalam ayat 2, identitas anak yang dimaksud diperjelas
menjadi nama anak pelaku, korban serta saksi, nama orang tua, alamat rumah, wajah,
dan hal-hal lainnya yang mengungkapkan jati diri anak pelaku, korban, maupun saksi.
Pelanggar UU ini bisa dipenjara paling lama 5 tahun dan didenda maksimal Rp500
juta.
Dalam perkara anak, anak yang menjadi korban berhak mendapatkan
perlindungan dan jaminan agar identintasnya tidak dipublikasikan sebagaimana
tertuang dalam pasal ini. namun dalam kenyataanya justru aturan ini belum dapat
diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. seperti gambaran dalam putusan
pengadilan Negeri Jantho No. 67/ Pid.Sus/2020/PN Jth dalam perkara tindak pidana
pemerkosaan terhadap anak dibawah umur yang diidentitasnya dipublikasikan dan
dapat diakses melalui informasi publik dalam sistem informasi pengadilan negeri
jantho.
Terjadinya tindak pidana pemerkosaan terhadap anak dibawah umur ini dilakukan
oleh Terdakwa terhadap anak dibawah umur yang merupakan pacarnya sebanyak dua
kali. karena tidak terima diputuskan oleh sang kekasih, Terdakwa menyebarkan foto
foto bugil milik anak korban sehingga anak korban dikeluarkan dari kampus dan
dikucilkan di lingkungannya. Terhadap perkara ini hakim memutuskan terdakwa
bersalah atas dakwaan tunggal penuntut umum karena telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Dengan Sengaja Melakukan
Ancaman Kekerasan, Memaksa Anak Melakukan Persetubuhan dengannya” dan
terdakwa dihukum dengan hukuman 9 tahun penjara berikut dengan denda senilai
100.000.00 ( Seratus Juta Rupiah ).
Berdasarkan fakta persidangan menurut pengakuan korban pemerkosaan terjadi
dua tahun yang lalu yang didasari atas dasar suka sama suka dan tidak ada unsur
pemaksaan. Atas dasar suka sama suka tidak dapat dijadikan alasan bagi pelaku untuk
menghindar dari jeratan hukum. Pelaku yang melakukan persetubuhan atau
percabulan terhadap anak, tetap akan dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan
perubahannya.
Jika anak ini telah berumur di atas 18 tahun, ia tetap dapat menuntut lelaki
tersebut di kemudian hari, karena kewenangan menuntut pidana belum hapus karena
daluwarsa. Mengenai persetubuhan dengan anak serta perbuatan cabul, diatur
dalam Pasal 76D dan 76E UU 35/2014 sebagai berikut:
Sanksi dari tindak pidana tersebut dapat dilihat dalam Pasal 81 dan Pasal 82
Perpu 1/2016:
Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi setiap
Orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan,
atau membujuk Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain.
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
orang tua, wali, orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga, pengasuh
anak, pendidik, tenaga kependidikan, aparat yang menangani perlindungan
anak, atau dilakukan oleh lebih dari satu orang secara bersama-sama, pidananya
ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
Selain terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (3), penambahan 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana juga dikenakan kepada pelaku yang pernah
dipidana karena melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
76D.
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76D menimbulkan
korban lebih dari 1 (satu) orang, mengakibatkan luka berat, gangguan jiwa,
penyakit menular, terganggu atau hilangnya fungsi reproduksi, dan/atau korban
meninggal dunia, pelaku dipidana mati, seumur hidup, atau pidana penjara
paling singkat 10 (sepuluh) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.
Selain dikenai pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), ayat (4),
dan ayat (5), pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa pengumuman
identitas pelaku.
Terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dapat
dikenai tindakan berupa kebiri kimia dan pemasangan alat pendeteksi
elektronik.