Anda di halaman 1dari 36

m

a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia


putusan.mahkamahagung.go.id
PUTUSAN

Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth


DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA
Pengadilan Negeri Jantho yang mengadili perkara pidana dengan acara
pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama menjatuhkan putusan sebagai berikut
dalam perkara Terdakwa:
Nama lengkap : M. Safri Alias Heri Saputra Bin Ridwan;
Tempat lahir : Aceh Utara;

Umur/Tanggal lahir : 24 tahun/ 10 Juni 1996;


Jenis kelamin : Laki-laki;
Kebangsaan : Indonesia;
Tempat tinggal : Desa Suka Damai, Kecamatan Lembah Seulawah,
Kab. Aceh Besar;
Agama : Islam;
Pekerjaan : Mahasiswa / Pedagang;
Terdakwa ditahan dalam tahanan rutan oleh:
1. Penyidik sejak tanggal 22 Oktober 2019 sampai dengan tanggal 10
November 2019;
2. Penyidik Perpanjangan Oleh Penuntut Umum sejak tanggal 11 November
2019 sampai dengan tanggal 20 Desember 2019;
3. Penyidik Perpanjangan Pertama Oleh Ketua Pengadilan Negeri sejak tanggal
21 Desember 2019 sampai dengan tanggal 19 Januari 2020;
4. Penuntut Umum sejak tanggal 15 Januari 2020 sampai dengan tanggal 3
Februari 2020;
5. Penuntut Umum Perpanjangan Pertama Oleh Ketua Pengadilan Negeri sejak
tanggal 4 Februari 2020 sampai dengan tanggal 4 Maret 2020;
6. Hakim Pengadilan Negeri sejak tanggal 4 Maret 2020 sampai dengan tanggal
2 April 2020;
7. Hakim Pengadilan Negeri Perpanjangan Pertama Oleh Ketua Pengadilan
Negeri sejak tanggal 3 April 2020 sampai dengan tanggal 1 Juni 2020;
8. Perpanjangan Pertama Oleh Ketua Pengadilan Tinggi sejak tanggal 2 Juni
2020 sampai dengan tanggal 1 Juli 2020;
9. Perpanjangan Kedua Oleh Ketua Pengadilan Tinggi sejak tanggal 2 Juli
2020 sampai dengan tanggal 31 Juli 2020;

Terdakwa dipersidangan didampingi Penasihat Hukum Terdakwa


bernama Taufik Hidayat, S.H., Sdr. Yusrizal, S.H., dan Sdr. Faizin, S.H., yang
berkantor dan beralamat di Jalan Banda Aceh – Medan Km. 15,5 Gampong
Reuhat Tuha, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Aceh Besar, berdasarkan
Penetapan Majelis Hakim tanggal 16 Maret 2020;
Pengadilan Negeri tersebut;
Setelah membaca:

Halaman 1 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth

Disclaimer
Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas
pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.
Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :
Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
- Penetapan Ketua Pengadilan Negeri Jantho Nomor
67/Pid.Sus/2020/PN Jth tanggal 4 Maret 2020 tentang penunjukan Majelis Hakim;
- Penetapan Majelis Hakim Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth tanggal 4
Maret 2020 tentang penetapan hari sidang;
- Berkas perkara dan surat-surat lain yang bersangkutan;
Setelah mendengar keterangan saksi-saksi dan Terdakwa serta
memperhatikan bukti surat dan barang bukti yang diajukan di persidangan;
Setelah mendengar pembacaan tuntutan pidana yang diajukan oleh
Penuntut Umum yang pada pokoknya sebagai berikut:
1. Menyatakan Terdakwa M. SAFRI ALIAS HERI SAPUTRA BIN RIDWAN terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “dengan sengaja
melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan
persetubuhan dengan nya atau dengan orang lain”, sebagaimana diatur dan
diancam pidana dalam Pasal 81 ayat (1) Undang- undang No. 23 tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang No.
35 tahun 2014 dan Undang-undang No. 17 tahun 2016. sebagaimana dalam
Dakwaan tunggal;
2. Menjatuhkan Pidana penjara selama 13 (tiga Belas) tahun dikurangi selama
terdakwa berada dalam tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan
membayar denda sebesar Rp. 100.000.000,00 (seratus juta Rupiah) subsidiair 7
(tujuh) bulan kurungan;
3. Menyatakan barang bukti berupa :

- 1 (Satu) baju gamis warna coklat cream bermotif;


- 1 (Satu) Baju daster warna Pink;

Dikembalikan kepada pemiliknya yang sah yaitu saksi korban;

4. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,00


(lima ribu Rupiah);

Setelah mendengar pembelaan Terdakwa dan atau Penasihat Hukum


Terdakwa yang pada pokoknya Terdakwa sangat menyesali perbuatan
Terdakwa dan berjanji tidak akan mengulanginya;
Setelah mendengar tanggapan Penuntut Umum terhadap pembelaan
Terdakwa yang pada pokoknya tetap pada Tuntutannya;
Menimbang, bahwa Terdakwa diajukan ke persidangan oleh Penuntut
Umum didakwa berdasarkan surat dakwaan sebagai berikut:

Bahwa Terdakwa M. SAFRI ALIAS HERI SAPUTRA BIN RIDWAN pada


hari Jumat tanggal 16 Juni 2017 sekira pukul 15.00 Wib atau setidak-tidaknya
pada waktu lain dalam bulan Juni 2017 atau setidak-tidaknya dalam tahun 2017,

Halaman 2 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
bertempat di Kantor Jasa Pengiriman JET Express di Jl. Dr. Mohd Hasan Desa Lamcot
Kec. Darul Imarah Kab. Aceh Besar atau setidak-tidaknya pada tempat lain yang
termasuk dalam Daerah Hukum Pengadilan Negeri Jantho yang berwenang memeriksa
dan mengadili perkaranya, dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman
kekerasan, memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain, yang dilakukan terdakwa dengan cara sebagai berikut:

- Bahwa pada hari Rabu tanggal 10 Mei 2017 sekira pukul 15.30
wib terdakwa bertemu dengan Anak ASWATUL SAIDA PUTRI (korban)
di Jln. Geuceu Kecamatan Banda Raya Kota Banda Aceh. Kemudian
terdakwa meminta nomor handphone Anak ASWATUL SAIDA PUTRI
yang mana pada saat itu Anak ASWATUL SAIDA PUTRI tidak
memberikan nomor handphone Anak ASWATUL SAIDA PUTRI dan
Anak ASWATUL SAIDA PUTRI hanya memberikan akun facebook milik
Anak ASWATUL SAIDA PUTRI kepada terdakwa. Setelah itu terdakwa
langsung menambahkan akun facebook milik Anak ASWATUL SAIDA
PUTRI sebagai teman terdakwa. kemudian terdakwa mengirimkan
pesan kepada Anak ASWATUL SAIDA PUTRI via facebook dan
terdakwa meminta lagi nomor handphone Anak ASWATUL SAIDA
PUTRI, lalu Anak ASWATUL SAIDA PUTRI langsung memberikan
nomor handphone milik Anak ASWATUL SAIDA PUTRI kepada
terdakwa. Selanjutnya terdakwa mengirimkan pesan singkat (SMS)
kepada Anak ASWATUL SAIDA PUTRI dengan mengatakan “Abang
suka sama adek dari awal jumpa, mau gak jadi pendamping abang” lalu
Anak ASWATUL SAIDA PUTRI membalas pesan singkat terdakwa
dengan mengatakan “gak tau”. Kemudian pada hari Jumat tanggal 12
Mei 2017 pada saat terdakwa sedang berada Toko Four Loundry yang
bertempat di Jln. Fatahilah Desa Geuce Inem Kecamatan Banda Raya
Kota Banda Aceh, datang terdakwa menghampiri Anak ASWATUL
SAIDA PUTRI. Kemudian terdakwa mengajak saksi untuk berjalan-jalan
bersama dengan terdakwa, lalu terdakwa dan Anak ASWATUL SAIDA
PUTRI langsung pergi berjalan-jalan di seputaran Kota Banda Aceh
dengan menggunakan sepeda motor milik terdakwa. Kemudian pada
saat di dalam perjalanan terdakwa menanyakan kembali kepada Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI perihal pesan singkat yang pernah terdakwa
kirimkan kepada Anak ASWATUL SAIDA PUTRI mengenai kemauan
Anak ASWATUL SAIDA PUTRI untuk menjadi pendamping terdakwa lalu
Halaman 3 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Anak ASWATUL SAIDA PUTRI menjawabnya dengan mengatakan “iya
mau”. Setelah itu terdakwa langsung mengantar Anak ASWATUL SAIDA
PUTRI ke rumah Anak ASWATUL SAIDA PUTRI;
- Bahwa selanjutnya pada hari Jumat tanggal 16 Juni 2017 sekira
pukul 15.00 wib pada saat Anak ASWATUL SAIDA PUTRI dan Anak
ALFI SYAHRIZAR yang merupakan adik kandung Anak ASWATUL
SAIDA PUTRI sedang berada di rumah Anak ASWATUL SAIDA PUTRI
yang bertempat di Dusun Jeumpa Desa Geundrieng Kecamatan Darul
Imarah Kabupaten Aceh Besar, datang terdakwa menghampiri Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI. Kemudian terdakwa memberikan 1 (satu) unit
handphone merk Xiaomi warna putih milik terdakwa kepada Anak ALFI
SYAHRIZAR, lalu terdakwa langsung mengajak Anak ASWATUL SAIDA
PUTRI untuk masuk ke dalam kamar Anak ASWATUL SAIDA PUTRI.
Kemudian pada saat terdakwa dan Anak ASWATUL SAIDA PUTRI
berada di dalam kamar tersebut, terdakwa menyuruh Anak ASWATUL
SAIDA PUTRI untuk melepaskan celana dalam yang digunakan/dipakai
oleh Anak ASWATUL SAIDA PUTRI. Setelah celana dalam Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI terbuka lalu terdakwa menyuruh Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI untuk mengangkat baju gamis yang
digunakan/dipakai oleh Anak ASWATUL SAIDA PUTRI, lalu Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI langsung mengangkat baju gamis Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI hingga ke atas pinggang Anak ASWATUL
SAIDA PUTRI. Kemudian terdakwa langsung melepaskan tali pinggang
terdakwa, lalu terdakwa membuka kancing celana dan resleting celana
terdakwa. kemudian terdakwa mengeluarkan penis terdakwa dari dalam
celana dalam terdakwa. kemudian terdakwa menyuruh Anak ASWATUL
SAIDA PUTRI untuk berbaring setengah badan diatas kasur dengan
posisi kedua belah kaki Anak ASWATUL SAIDA PUTRI mengangkang
menyentuh lantai. Kemudian terdakwa menempelkan penis terdakwa ke
vagina Anak ASWATUL SAIDA PUTRI dan menggesek-gesek penis
terdakwa pada vagina Anak ASWATUL SAIDA PUTRI. Kemudian
terdakwa langsung memasukan penis terdakwa ke dalam anus Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI dan langsung memainkannya secara maju
mundur. Setelah itu terdakwa mengeluarkan penis terdakwa dari dalam
anus Anak ASWATUL SAIDA PUTRI, lalu terdakwa langsung
memasukan lagi penis terdakwa ke dalam vagina Anak ASWATUL
SAIDA PUTRI dan langsung memainkannya secara maju mundur
selama 3 (tiga) menit. Kemudian terdakwa mengeluarkan
Halaman 4 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
penis terdakwa dari dalam vagina Anak ASWATUL SAIDA PUTRI dan
terdakwa langsung menumpahkan sperma terdakwa ke atas lantai
kamar Anak ASWATUL SAIDA PUTRI. Setelah itu terdakwa langsung
pergi meninggalkan Anak ASWATUL SAIDA PUTRI;
- Bahwa selanjutnya pada hari dan tanggal yang tidak dapat
diingat lagi pada saat Anak ASWATUL SAIDA PUTRI sedang berada di
Toko Four Loundry yang bertempat di Jln. Fatahilah Desa Geuce Inem
Kecamatan Banda Raya Kota Banda Aceh, datang terdakwa
menghampiri Anak ASWATUL SAIDA PUTRI dan mengatakan “ayok
abang pengen lagi”. Kemudian Anak ASWATUL SAIDA PUTRI menolak
ajakan dari terdakwa, lalu terdakwa mengatakan “kalau gak mau abang
bilang yang kemaren sama mamak”. Kemudian Anak ASWATUL SAIDA
PUTRI langsung mengiyakan ajakan dari terdakwa dan terdakwa
langsung mengajak Anak ASWATUL SAIDA PUTRI untuk masuk ke
dalam kamar yang berada di dalam Toko Four Loundry tersebut.
Kemudian pada saat terdakwa dan Anak ASWATUL SAIDA PUTRI
berada di dalam kamar tersebut, terdakwa menyuruh Anak ASWATUL
SAIDA PUTRI untuk melepaskan celana dalam yang digunakan/dipakai
oleh Anak ASWATUL SAIDA PUTRI. Setelah celana dalam Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI terbuka, terdakwa langsung memeluk Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI dan meremas-remas kedua payudara Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI dengan menggunakan kedua belah tangan
terdakwa. kemudian terdakwa menyuruh Anak ASWATUL SAIDA PUTRI
untuk berbaring lalu terdakwa lanngsung melepaskan tali pinggang
terdakwa, lalu terdakwa membuka kancing celana dan resleting celana
terdakwa. kemudian terdakwa mengeluarkan penis terdakwa dari dalam
celana dalam terdakwa, lalu terdakwa mengangkat baju daster yang
digunakan/dipakai oleh Anak ASWATUL SAIDA PUTRI hingga ke atas
perut Anak ASWATUL SAIDA. Kemudian terdakwa menempelkan penis
terdakwa ke vagina Anak ASWATUL SAIDA PUTRI dan menggesek-
gesek penis terdakwa pada vagina Anak ASWATUL SAIDA PUTRI. Lalu
terdakwa langsung memasukan penis terdakwa ke dalam vagina Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI dan langsung memainkannya secara maju
mundur selama 6 (enam) menit. Kemudian terdakwa mengeluarkan
penis terdakwa dari dalam vagina Anak ASWATUL SAIDA PUTRI dan
terdakwa langsung menumpahkan sperma terdakwa ke atas lantai

Halaman 5 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
kamar tersebut. Setelah itu terdakwa langsung pergi meninggalkan Anak
ASWATUL SAIDA PUTRI;
- Bahwa akibat dari perbuatan terdakwa tersebut Anak Korban
ASWATUL SAIDA PUTRI BINTI (ALM) ASNAWI IBRAHIM mengalami
luka post bekas operasi di payudara, hymen non intak (selaput dara
tidak utuh) dan anus longgar, Sebagaimana yang diterangkan dalam
Visum et Repertum Nomor : R/115/VII/KES.3.1/2019/RS BHY tanggal 17
Juli 2019 yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. RINA SABRINA,
dokter pemeriksa pada RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BANDA ACEH.
Perbuatan Terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 81 ayat (1) Perpu Nomor 1 Tahun 2016 tentang perubahan Undang -
Undang RI No.35 tahun 2014 tentang perubahan atas UURI No.23 Tahun 2002
tentang perlindungan Anak;
Menimbang, bahwa untuk membuktikan dakwaannya Penuntut Umum
telah mengajukan saksi-saksi sebagai berikut:
1. Anak Korban Aswatul Saida Putri Binti Alm. Asnawi dibawah sumpah
pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:
- Bahwa anak korban kenal dengan Terdakwa akan tetapi tidak
ada hubungan keluarga dengan Terdakwa;
- Bahwa Terdakwa ada melakukan persetubuhan terhadap anak
korban sebanyak 2 (dua) kali;
- Bahwa yang pertama terjadi pada hari Jumat tanggal 16 Juni 2017
Sekira pukul 15.00 wib di Dalam Kamar Rumah Dusun Jeumpa Desa
Geundrieng Kec. Darul Imarah Kab. Aceh Besar, dan yang kedua terjadi pada
hari dan tanggal yang tidak diingat lagi oleh anak korban pada bulan April
tahun 2018 di Toko four–A laundry Jln. Fatahilah Desa
Geuce Inem Kec. Banda Raya Kota Banda Aceh.
- Bahwa awalnya pada bulan puasa ramadhan hari rabu tanggal 10 Mei
2017 sekira 15.30 wib anak korban bertemu dan berkenalan dengan Terdakwa
di Jalan Geuce Kec. Banda Raya Kota Banda Aceh, kemudian setelah anak
korban berkenalan dengan Terdakwa lalu Terdakwa meminta nomor
handphone anak korban, kemudian dikarenakan anak korban tidak mau
memberikan nomor handphone lalu anak korban memberitahukan nama akun
sosial media Facebook kepada Terdakwa untuk berteman, setelah anak korban
berteman dengan Terdakwa melalui sosial media Facebook dan kami saling
berkomunikasi lalu anak korban memberikan nomor handphone anak korban
kepada Terdakwa, selanjutnya Terdakwa sering menghubungi

Halaman 6 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
anak korban dan Terdakwa mengirimkan pesan singkat (SMS) dengan
kata-kata “abang suka sama adek dari awal jumpa, mau gak jadi
pendamping abang” lalu anak korban membalas pesan singkat (SMS)
tersebut dengan kata-kata “gak tau” kemudian Terdakwa mengajak anak
korban untuk bertemu dan jalan-jalan, kemudian pada tanggal 12 bulan
Mei 2017 Terdakwa datang ke Toko four–A laundry Jln. Fatahilah Desa
Geuce Inem Kec. Banda Raya Kota Banda Aceh untuk menemui anak
korban lalu anak korban dan Terdakwa jalan-jalan dengan mengendarai
sepeda motor honda vario milik Terdakwa, kemudian di perjalanan
Terdakwa menanyakan lagi kepada anak korban mengenai pertanyaan
hubungan SMS semalam, kemudian anak korban menjawab dengan
perkataan “iya mau“ lalu Terdakwa mengantar anak korban kembali
pulang kerumah. Kemudian setelah anak korban dan Terdakwa jadian
(pacaran) anak korban dan Terdakwa sering keluar diam-diam tanpa
sepengetahuan ibu kandung anak korban untuk jalan-jalan dengan
mengendarai sepeda motor Terdakwa, selanjutnya setelah seminggu
anak korban kenal dengan Terdakwa, Terdakwa kembali mengirimkan
pesan singkat (SMS) kepada anak korban yang isinya agar anak korban
mau diajak berhubungan badan dengan Terdakwa dengan rayuan
apabila anak korban benar-benar cinta kepada Terdakwa, maka anak
korban mau menyerahkan keperawanannya kepada Terdakwa dan
Terdakwa berjanji akan bertanggung jawab dan tidak akan
memberitahukan hal tersebut kepada siapa siapa, lalu anak korban
mengatakan kepada Terdakwa, apakah harus seperti itu, lalu Terdakwa
mengatakan kepada anak korban “iya harus kalau enggak abang
putusin”, setelah anak korban berbicara dengan Terdakwa melalui
handphone tersebut anak korban merasa ketakutan akan diputuskan
hubungan dengan Terdakwa karena anak korban sudah cinta dengan
Terdakwa, kemudian Terdakwa sering menghubungi anak korban via
handphone dan sering menyinggung mengenai ajakan untuk
berhubungan badan, dan Terdakwa mengatakan kepada anak korban
dengan perkataan Terdakwa “ayok lah mau perawannya kasih untuk
abang” lalu anak korban menjawab “kalau hamil kayak mana” kemudian
Terdakwa meyakinkan anak korban dengan mengatakan “abang jamin
tidak akan hamil” lalu anak korban mengatakan kepada Terdakwa “iya
tapi janji jangan putusin”.

Halaman 7 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
- Bahwa pada hari ke 2 (dua) hari raya idul fitri yaitu pada hari Jumat
tanggal 16 Juni 2017 sekira pukul 14.30 wib Terdakwa datang ke rumah anak
korban di Dusun Jeumpa Desa Geundrieng Kec. Darul Imarah Kab. Aceh Besar,
lalu setelah anak korban bertemu dengan Terdakwa kemudian anak korban
mempersilahkan Terdakwa untuk masuk dan duduk di ruang tamu rumah anak
korban, lalu dikarenakan di rumah hanya ada anak korban dan adik anak
korban (Alfi), Terdakwa mengatakan kepada anak korban “ayok rumah lagi gak
ada orang” lalu anak korban menjawab “gak mau takut hamil” kemudian
Terdakwa kembali meyakinkan anak korban dengan perkataan Terdakwa “gak
usah takut abang jamin tidak akan hamil” kemudian anak korban terdiam dan
bingung lalu Terdakwa memberikan handphone miliknya kepada adik anak
korban (Alfi) yang berada di ruang TV untuk main game kemudian Terdakwa
memegang tangan kanan anak korban dan mengajak anak korban untuk
masuk ke dalam kamar belakang kemudian setelah berada di dalam kamar
belakang lalu Terdakwa menyuruh anak korban untuk membuka celana dalam
anak korban, setelah celana dalam anak korban terbuka kemudian Terdakwa
menyuruh anak korban untuk mengangkat bajunya, lalu anak korban melihat
Terdakwa membuka sendiri tali pinggang dan membuka resleting dan kancing
celananya. Selanjutnya Terdakwa mengeluarkan kemaluannya (penis) lalu
Terdakwa menyuruh anak korban untuk berbaring setengah badan di atas
kasur dan kedua belah kaki anak korban menyentuh lantai dengan posisi kedua
belah kaki terbuka (terkangkang) kemudian Terdakwa menempelkan
kemaluannya (penis) di kemaluan (vagina) anak korban sambil Terdakwa
menggesek- gesekan kemaluannya (penis) di kemaluan (vagina) anak korban
sebanyak 2 (dua) kali lalu setelah Terdakwa menggesekkan kemaluannya
(penis) tersebut kemudian Terdakwa memasukkan kemaluannya (penis) ke
dalam kemaluan (vagina) anak korban sampai anak korban merasa kesakitan
lalu Terdakwa mengatakan kepada anak korban dengan perkataan “kok sempit
kali, kok susah kali” kemudian Terdakwa terus menekan kemaluannya (penis)
di dalam kemaluan (vagina) anak korban sambil Terdakwa menggoyang-
goyangkan pinggulnya lalu anak korban terus merasa kesakitan kemudian
Terdakwa mengatakan kepada anak korban “diam dulu, sabar, susah kali ni,
sempit kali” kemudian Terdakwa terus menekan kemaluannya
Halaman 8 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
(penis) di dalam kemaluan (vagina) anak korban sambil Terdakwa
menggoyang-goyangkan pinggulnya selama 3 (tiga) menit selanjutnya
anak korban melihat Terdakwa memegang sendiri kemaluannya (penis)
dengan tangan dan mengoyang-goyangkan (dikocok) sampai
kemaluannya (penis) mengeluarkan sperma (mani) kemudian setelah
Terdakwa menyudahi perbuatannya tersebut anak korban menangis
sambil kembali memakai celana dalam kemudian anak korban
menanyakan kepada Terdakwa “ni kalau hamil kayak mana?” lalu
Terdakwa menjawab “gak akan hamil karena abang gak masukin semua
gak pecah itu perawannya” selanjutnya setelah Terdakwa
membersihkan cairan sperma (mani) tersebut di kamar mandi kemudian
Terdakwa langsung pergi meninggalkan rumah anak korban;
- Bahwa setelah kejadian tersebut, anak korban terus menjalin
hubungan dengan Terdakwa dan tetap berkomunikasi dengan Terdakwa
serta sering bertemu dan jalan-jalan dengan sepeda motor Terdakwa
selanjutnya pada bulan april tahun 2018 Terdakwa datang ke tempat
usaha laundry milik ibu anak korban yang terletak di Jln. Fatahilah Desa
Geuce Inem Kec. Banda Raya Kota Banda Aceh untuk menemui anak
korban setelah anak korban bertemu dengan Terdakwa, kemudian
Terdakwa mengatakan kepada anak korban “ayok abang pengen lagi”
kemudian anak korban sempat menolak ajakan Terdakwa namun
Terdakwa mengatakan kepada anak korban “kalau gak mau abang
bilang yang kemaren sama mamak” setelah anak korban mendengar
perkataan Terdakwa tersebut anak korban ketakutan dan anak korban
pun menuruti permintaaan Terdakwa, selanjutnya Terdakwa mengajak
anak korban untuk masuk ke dalam kamar di dalam laundry, setelah
berada di dalam kamar lalu Terdakwa menyuruh anak korban untuk
membuka celana dalam kemudian Terdakwa meremas-remas kedua
belah payudara anak korban dengan kedua belah tangan Terdakwa,
setelah Terdakwa meremas payudara anak korban lalu Terdakwa
menyuruh anak korban untuk berbaring kemudian anak korban melihat
Terdakwa membuka tali pinggang dan membuka resleting serta kancing
celananya lalu Terdakwa mengeluarkan kemaluannya (penis) kemudian
Terdakwa mengangkat baju daster yang anak korban pakai, lalu
Terdakwa menempelkan kemaluannya (penis) di kemaluan (vagina)
anak korban dan Terdakwa langsung memasukan kemaluannya (penis)
di kemaluan (vagina) anak korban, sambil Terdakwa menggoyang
Halaman 9 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
goyangkan pinggulnya selama 6 menit, kemudian Terdakwa
mengeluarkan kemaluannya (penis) dari dalam kemaluan (vagina) anak
korban dan kembali mengkancing celananya dan pergi ke kamar mandi,
kemudian Terdakwa meninggalkan anak korban di dalam kamar dan
langsung pergi.
- Bahwa setelah terjadinya persetubuhan yang pertama dan yang
kedua, anak korban dan Terdakwa tetap menjalin hubungan pacaran
dan komunikasi seperti biasanya, selanjutnya pada bulan Februari 2019
Terdakwa menghubungi anak korban melalui handphone dengan
aplikasi video call whatsapp lalu Terdakwa menyuruh anak koban untuk
melepaskan pakaian dan memperlihatkan payudaranya, kemudian anak
korban menuruti permintaan Terdakwa dengan melepas pakaian yang
anak korban pakai lalu anak korban memperlihatkan payudara anak
korban kepada Terdakwa melalui video tersebut kemudian Terdakwa
menyuruh anak korban untuk memperlihatkan kemaluan (vagina) anak
korban lalu setelah anak korban melepas celana dalam dan
memperlihatkan kemaluan (vagina)nya kepada Terdakwa lalu Terdakwa
menyuruh anak korban untuk menggesek gesek kemaluan (vagina)
anak korban dengan tangan, kemudian setelah anak korban menuruti
permintaan Terdakwa dengan menggesek gesek kemaluan (vagina)
anak korban dengan tangan lalu anak korban melihat dari video call
tersebut Terdakwa juga memegang kemaluannya dengan tangan dan
menggoyang-goyangkan (kocok) sampai mengeluarkan cairan sperma
(mani).
- Bahwa setelah itu anak korban dan Terdakwa masih berhubungan
pacaran seperti biasa dan tetap berkomunikasi, kemudian pada bulan maret
2019 anak korban memutuskan hubungan pacaran dengan Terdakwa lalu
Terdakwa marah kepada anak korban, kemudian pada tanggal 22 April 2019
anak korban mengetahui dari teman-teman anak korban bahwa Terdakwa
telah menyebarkan foto anak korban tanpa busana lalu pada tanggal 30 April
2019 anak korban mengetahui dari teman anak korban bahwa Terdakwa telah
mengirimkan video anak korban tanpa busana tersebut kepada teman-teman
anak korban di kampus hingga akhirnya diketahui oleh pihak kampus dan
diketahui oleh ibu anak korban, dan akibat hal tersebut anak korban
dikeluarkan dari kampus dan barulah anak korban menceritakan semua
kepada ibu anak korban mengenai hubungan yang telah anak korban lakukan
Halaman 10 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
dengan Terdakwa dari pertama bertemu sampai 2 (dua) kali
berhubungan badan dengan Terdakwa tersebut.
- Bahwa anak korban lahir pada tanggal 22 Juni 2001;
- Bahwa anak korban tinggal dengan orang tua yaitu ibu kandung
anak korban sedangkan ayah anak korban sudah meninggal dunia pada
tahun 2009.
- Bahwa Terdakwa ada mengajak anak korban untuk menikah
akan tetapi anak korban tidak mau;
Terhadap keterangan anak saksi, Terdakwa memberikan pendapat
bahwa keterangan anak korban tersebut adalah benar dan Terdakwa tidak
keberatan;
2. Saksi Nur Asiah Binti Hasan dibawah sumpah pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
- Bahwa saksi dihadirkan kepersidangan ini sehubungan dengan
perbuatan Terdakwa yang telah melakukan persetubuhan dengan anak
kandung saksi yaitu anak korban Aswatul Saida Putri Binti Alm. Asnawi
yang terjadi pada tahun 2017;
- Bahwa saat itu anak saksi masih berusia 16 tahun;
- Bahwa awalnya saksi mengetahui perbuatan terdakwa tersebut
setelah melihat foto dan video anak saksi tanpa menggunakan busana, lalu
saksi mengetahui bahwa foto dan video tersebut telah diketahui dan
menyebar pada teman-teman anak saksi hingga diketahui pula oleh pihak
kampus, dan akibat perbuatan Terdakwa anak saksi langsung
dikeluarkan oleh pihak kampus;
- Bahwa setelah itu, anak saksi menceritakan semuanya kepada saksi,
dari awal bertemu dengan Terdakwa hingga 2 (dua) kali melakukan
persetubuhan dengan Terdakwa, dimana yang pertama terjadi pada hari ke 2
(dua) hari raya idul fitri yaitu pada hari Jumat tanggal 16 Juni 2017 sekira pukul
14.30 wib Terdakwa datang ke rumah saksi di Dusun Jeumpa Desa Geundrieng
Kec. Darul Imarah Kab. Aceh Besar dan yang kedua terjadi padas sekira bulan
April 2018 di tempat Laundry milik saksi yang terletak di Jln. Fatahilah Desa
Geuce Inem
Kec. Banda Raya Kota Banda Aceh;
- Bahwa foto dan video tersebut disebar oleh Terdakwa, karena
Terdakwa merasa marah diputuskan hubungannya dengan anak saksi;
- Bahwa anak saksi sangat dirugikan dengan perbuatan yang dilakukan
oleh Terdakwa tersebut, dimana masa depan anak saksi menjadi hancur, anak
saksi merasa malu hingga anak saksi juga
dikeluarkan dari kampusnya;
Terhadap keterangan saksi, Terdakwa memberikan pendapat bahwa
keterangan saksi tersebut adalah benar dan Terdakwa tidak keberatan;
Halaman 11 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
3. Saksi Alfi Syahrizar Bin (Alm) Asnawi, tidak disumpah pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut:
- Bahwa anak saksi kenal dengan Terdakwa;
- Bahwa anak saksi pernah melihat Terdakwa pada hari ke 2 (dua) hari
raya idul fitri yaitu pada hari Jumat tanggal 16 Juni 2017 sekira pukul 14.30
wib di rumah anak saksi di Dusun Jeumpa Desa
Geundrieng Kec. Darul Imarah Kab. Aceh Besar;
- Bahwa saat itu Terdakwa datang ke rumah anak saksi lalu
duduk – duduk menonton TV dengan kakak (anak korban Aswatul Saida
Putri Binti Alm. Asnawi), kemudian mereka ke kamar;
- Bahwa pada saat Terdakwa datang hanya ada kakak dan anak
saksi, mamak saat itu sedang keluar rumah;
- Bahwa benar pada saat itu Terdakwa ada memberikan HP nya
kepada anak saksi untuk bermain game;
- Bahwa anak saksi tidak ingat lagi jam berapa Terdakwa pulang
dari rumah anak saksi;
Terhadap keterangan anak saksi, Terdakwa memberikan pendapat
bahwa keterangan anak saksi tersebut adalah benar dan Terdakwa tidak
keberatan;
Menimbang, bahwa Terdakwa di persidangan telah memberikan
keterangan yang pada pokoknya sebagai berikut:
- Bahwa Terdakwa ada melakukan persetubuhan terhadap anak korban
Aswatul Saida Putri Binti Alm. Asnawi sebanyak 2 (dua) kali;
- Bahwa yang pertama terjadi pada hari Jumat tanggal 16 Juni 2017 Sekira pukul
15.00 wib di Dalam Kamar Rumah Dusun Jeumpa Desa Geundrieng Kec. Darul
Imarah Kab. Aceh Besar, dan yang kedua terjadi pada hari dan tanggal yang tidak
diingat lagi oleh anak korban pada bulan April tahun 2018 di Toko four–A laundry Jln.
Fatahilah Desa Geuce Inem Kec.
Banda Raya Kota Banda Aceh.
- Bahwa awalnya pada bulan puasa ramadhan hari rabu tanggal 10 Mei 2017
sekira 15.30 wib anak korban bertemu dan berkenalan dengan Terdakwa di Jalan
Geuce Kec. Banda Raya Kota Banda Aceh, kemudian setelah anak korban berkenalan
dengan Terdakwa lalu Terdakwa meminta nomor handphone anak korban, kemudian
dikarenakan anak korban tidak mau memberikan nomor handphone lalu anak
korban memberitahukan nama akun sosial media Facebook kepada Terdakwa untuk
berteman, setelah anak korban berteman dengan Terdakwa melalui sosial media
Facebook dan kami saling berkomunikasi lalu anak korban memberikan nomor
handphone anak korban kepada Terdakwa, selanjutnya Terdakwa sering
menghubungi anak

Halaman 12 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
korban dan Terdakwa mengirimkan pesan singkat (SMS) dengan kata-kata
“abang suka sama adek dari awal jumpa, mau gak jadi pendamping abang”
lalu anak korban membalas pesan singkat (SMS) tersebut dengan kata-kata
“gak tau” kemudian Terdakwa mengajak anak korban untuk bertemu dan
jalan-jalan, kemudian pada tanggal 12 bulan Mei 2017 Terdakwa datang ke
Toko four–A laundry Jln. Fatahilah Desa Geuce Inem Kec. Banda Raya Kota
Banda Aceh untuk menemui anak korban lalu anak korban dan Terdakwa
jalan-jalan dengan mengendarai sepeda motor honda vario milik Terdakwa,
kemudian di perjalanan Terdakwa menanyakan lagi kepada anak korban
mengenai pertanyaan hubungan SMS semalam, kemudian anak korban
menjawab dengan perkataan “iya mau“ lalu Terdakwa mengantar anak
korban kembali pulang kerumah. Kemudian setelah anak korban dan
Terdakwa jadian (pacaran) anak korban dan Terdakwa sering keluar diam-
diam tanpa sepengetahuan ibu kandung anak korban untuk jalan-jalan
dengan mengendarai sepeda motor Terdakwa, selanjutnya setelah seminggu
anak korban kenal dengan Terdakwa, Terdakwa kembali mengirimkan pesan
singkat (SMS) kepada anak korban yang isinya agar anak korban mau diajak
berhubungan badan dengan Terdakwa dengan rayuan apabila anak korban
benar-benar cinta kepada Terdakwa, maka anak korban mau menyerahkan
keperawanannya kepada Terdakwa dan Terdakwa berjanji akan bertanggung
jawab dan tidak akan memberitahukan hal tersebut kepada siapa siapa, lalu
anak korban mengatakan kepada Terdakwa, apakah harus seperti itu, lalu
Terdakwa mengatakan kepada anak korban “iya harus kalau enggak abang
putusin”, setelah anak korban berbicara dengan Terdakwa melalui handphone
tersebut anak korban merasa ketakutan akan diputuskan hubungan dengan
Terdakwa karena anak korban sudah cinta dengan Terdakwa, kemudian
Terdakwa sering menghubungi anak korban via handphone dan sering
menyinggung mengenai ajakan untuk berhubungan badan, dan Terdakwa
mengatakan kepada anak korban dengan perkataan Terdakwa “ayok lah mau
perawannya kasih untuk abang” lalu anak korban menjawab “kalau hamil
kayak mana” kemudian Terdakwa meyakinkan anak korban dengan
mengatakan “abang jamin tidak akan hamil” lalu anak korban mengatakan
kepada Terdakwa “iya tapi janji jangan putusin”.
- Bahwa pada hari ke 2 (dua) hari raya idul fitri yaitu pada hari Jumat
tanggal 16 Juni 2017 sekira pukul 14.30 wib Terdakwa datang ke rumah anak
korban di Dusun Jeumpa Desa Geundrieng Kec. Darul Imarah Kab. Aceh
Besar, lalu setelah anak korban bertemu dengan Terdakwa kemudian anak
Halaman 13 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
korban mempersilahkan Terdakwa untuk masuk dan duduk di ruang tamu
rumah anak korban, lalu dikarenakan di rumah hanya ada anak korban dan
adik anak korban (Alfi), Terdakwa mengatakan kepada anak korban “ayok
rumah lagi gak ada orang” lalu anak korban menjawab “gak mau takut hamil”
kemudian Terdakwa kembali meyakinkan anak korban dengan perkataan
Terdakwa “gak usah takut abang jamin tidak akan hamil” kemudian anak
korban terdiam dan bingung lalu Terdakwa memberikan handphone miliknya
kepada adik anak korban (Alfi) yang berada di ruang TV untuk main game
kemudian Terdakwa memegang tangan kanan anak korban dan mengajak
anak korban untuk masuk ke dalam kamar belakang kemudian setelah
berada di dalam kamar belakang lalu Terdakwa menyuruh anak korban untuk
membuka celana dalam anak korban, setelah celana dalam anak korban
terbuka kemudian Terdakwa menyuruh anak korban untuk mengangkat
bajunya, lalu anak korban melihat Terdakwa membuka sendiri tali pinggang
dan membuka resleting dan kancing celananya. Selanjutnya Terdakwa
mengeluarkan kemaluannya (penis) lalu Terdakwa menyuruh anak korban
untuk berbaring setengah badan di atas kasur dan kedua belah kaki anak
korban menyentuh lantai dengan posisi kedua belah kaki terbuka
(terkangkang) kemudian Terdakwa menempelkan kemaluannya (penis) di
kemaluan (vagina) anak korban sambil Terdakwa menggesek-gesekan
kemaluannya (penis) di kemaluan (vagina) anak korban sebanyak 2 (dua) kali
lalu setelah Terdakwa menggesekkan kemaluannya (penis) tersebut
kemudian Terdakwa memasukkan kemaluannya (penis) ke dalam kemaluan
(vagina) anak korban sampai anak korban merasa kesakitan lalu Terdakwa
mengatakan kepada anak korban dengan perkataan “kok sempit kali, kok
susah kali” kemudian Terdakwa terus menekan kemaluannya (penis) di dalam
kemaluan (vagina) anak korban sambil Terdakwa menggoyang-goyangkan
pinggulnya lalu anak korban terus merasa kesakitan kemudian Terdakwa
mengatakan kepada anak korban “diam dulu, sabar, susah kali ni, sempit
kali” kemudian Terdakwa terus menekan kemaluannya (penis) di dalam
kemaluan (vagina) anak korban sambil Terdakwa menggoyang-goyangkan
pinggulnya selama 3 (tiga) menit selanjutnya anak korban melihat Terdakwa
memegang sendiri kemaluannya (penis) dengan tangan dan mengoyang-
goyangkan (dikocok) sampai kemaluannya (penis) mengeluarkan sperma
(mani) kemudian setelah Terdakwa menyudahi perbuatannya tersebut anak
korban menangis sambil kembali memakai celana dalam kemudian anak
korban menanyakan kepada Terdakwa “ni kalau hamil kayak mana?” lalu
Halaman 14 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Terdakwa menjawab “gak akan hamil karena abang gak masukin semua gak
pecah itu perawannya” selanjutnya setelah Terdakwa membersihkan cairan
sperma (mani) tersebut di kamar mandi kemudian Terdakwa langsung pergi
meninggalkan rumah anak korban;
- Bahwa setelah kejadian tersebut, anak korban terus menjalin hubungan
dengan Terdakwa dan tetap berkomunikasi dengan Terdakwa serta sering
bertemu dan jalan-jalan dengan sepeda motor Terdakwa selanjutnya pada
bulan april tahun 2018 Terdakwa datang ke tempat usaha laundry milik ibu
anak korban yang terletak di Jln. Fatahilah Desa Geuce Inem Kec. Banda
Raya Kota Banda Aceh untuk menemui anak korban setelah anak korban
bertemu dengan Terdakwa, kemudian Terdakwa mengatakan kepada anak
korban “ayok abang pengen lagi” kemudian anak korban sempat menolak
ajakan Terdakwa namun Terdakwa mengatakan kepada anak korban “kalau
gak mau abang bilang yang kemaren sama mamak” setelah anak korban
mendengar perkataan Terdakwa tersebut anak korban ketakutan dan anak
korban pun menuruti permintaaan Terdakwa, selanjutnya Terdakwa mengajak
anak korban untuk masuk ke dalam kamar di dalam laundry, setelah berada
di dalam kamar lalu Terdakwa menyuruh anak korban untuk membuka celana
dalam kemudian Terdakwa meremas-remas kedua belah payudara anak
korban dengan kedua belah tangan Terdakwa, setelah Terdakwa meremas
payudara anak korban lalu Terdakwa menyuruh anak korban untuk berbaring
kemudian anak korban melihat Terdakwa membuka tali pinggang dan
membuka resleting serta kancing celananya lalu Terdakwa mengeluarkan
kemaluannya (penis) kemudian Terdakwa mengangkat baju daster yang anak
korban pakai, lalu Terdakwa menempelkan kemaluannya (penis) di kemaluan
(vagina) anak korban dan Terdakwa langsung memasukan kemaluannya
(penis) di kemaluan (vagina) anak korban, sambil Terdakwa menggoyang
goyangkan pinggulnya selama 6 menit, kemudian Terdakwa mengeluarkan
kemaluannya (penis) dari dalam kemaluan (vagina) anak korban dan kembali
mengkancing celananya dan pergi ke kamar mandi, kemudian Terdakwa
meninggalkan anak korban di dalam kamar dan langsung pergi.
- Bahwa setelah terjadinya persetubuhan yang pertama dan yang kedua, anak
korban dan Terdakwa tetap menjalin hubungan pacaran dan komunikasi seperti
biasanya, selanjutnya pada bulan Februari 2019 Terdakwa menghubungi anak
korban melalui handphone dengan aplikasi video call whatsapp lalu Terdakwa
menyuruh anak koban untuk melepaskan pakaian dan memperlihatkan
payudaranya, kemudian anak korban menuruti
Halaman 15 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
permintaan Terdakwa dengan melepas pakaian yang anak korban pakai lalu
anak korban memperlihatkan payudara anak korban kepada Terdakwa
melalui video tersebut kemudian Terdakwa menyuruh anak korban untuk
memperlihatkan kemaluan (vagina) anak korban lalu setelah anak korban
melepas celana dalam dan memperlihatkan kemaluan (vagina)nya kepada
Terdakwa lalu Terdakwa menyuruh anak korban untuk menggesek gesek
kemaluan (vagina) anak korban dengan tangan, kemudian setelah anak
korban menuruti permintaan Terdakwa dengan menggesek gesek kemaluan
(vagina) anak korban dengan tangan lalu anak korban melihat dari video call
tersebut Terdakwa juga memegang kemaluannya dengan tangan dan
menggoyang-goyangkan (kocok) sampai mengeluarkan cairan sperma
(mani).
- Bahwa setelah itu anak korban dan Terdakwa masih berhubungan
pacaran seperti biasa dan tetap berkomunikasi, kemudian pada bulan maret
2019 anak korban memutuskan hubungan pacaran dengan Terdakwa lalu
Terdakwa marah kepada anak korban, kemudian pada tanggal 22 April 2019
Terdakwa telah menyebarkan foto anak korban tanpa busana kepada teman-
teman anak korban lalu pada tanggal 30 April 2019 Terdakwa telah
mengirimkan video anak korban tanpa busana kepada teman-teman anak
korban di kampus.
- Bahwa Terdakwa ada mengajak anak korban untuk menikah akan tetapi
anak korban tidak mau;
- Bahwa Terdakwa sangat menyesali perbuatan Terdakwa;
Menimbang, diberkas terlampir pula hasil Visum Et – Repertum dengan
Nomor: R/115/VII/KES.3.1/2019/RS. Bhy tanggal 17 Juli 2019 yang dibuat dan
ditanda tangani oleh dr. Rina Sabrina atas nama Aswatul Saida Putri dengan
umur 18 tahun. Dari hasil pemeriksaan didapatkan Luka Post bekas operasi di
payudara, Hymen non intak (selaput dara tidak utuh) dan anus longgar, ini
diduga akibat ruda paksa persentuhan benda tumpul, korban memerlukan
bimbingan psikologi anak;
Menimbang, bahwa Penuntut Umum mengajukan barang bukti sebagai
berikut:
- 1 (satu) baju gamis warna coklat cream bermotif;
- 1 (satu) baju daster warna pink;
Menimbang, bahwa berdasarkan alat bukti dan barang bukti yang
diajukan diperoleh fakta-fakta hukum sebagai berikut:
- Bahwa Terdakwa ada melakukan persetubuhan terhadap anak korban Aswatul
Saida Putri Binti Alm. Asnawi sebanyak 2 (dua) kali;

Halaman 16 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
- Bahwa yang pertama terjadi pada hari Jumat tanggal 16 Juni 2017 Sekira pukul
15.00 wib di Dalam Kamar Rumah Dusun Jeumpa Desa Geundrieng Kec. Darul
Imarah Kab. Aceh Besar, dan yang kedua terjadi pada hari dan tanggal yang tidak
diingat lagi oleh anak korban pada bulan April tahun 2018 di Toko four–A laundry Jln.
Fatahilah Desa Geuce Inem Kec.
Banda Raya Kota Banda Aceh.
- Bahwa awalnya pada bulan puasa ramadhan hari rabu tanggal 10 Mei 2017
sekira 15.30 wib anak korban bertemu dan berkenalan dengan Terdakwa di Jalan
Geuce Kec. Banda Raya Kota Banda Aceh, kemudian setelah anak korban berkenalan
dengan Terdakwa lalu Terdakwa meminta nomor handphone anak korban, kemudian
dikarenakan anak korban tidak mau memberikan nomor handphone lalu anak
korban memberitahukan nama akun sosial media Facebook kepada Terdakwa untuk
berteman, setelah anak korban berteman dengan Terdakwa melalui sosial media
Facebook dan kami saling berkomunikasi lalu anak korban memberikan nomor
handphone anak korban kepada Terdakwa, selanjutnya Terdakwa sering
menghubungi anak korban dan Terdakwa mengirimkan pesan singkat (SMS) dengan
kata-kata “abang suka sama adek dari awal jumpa, mau gak jadi pendamping abang”
lalu anak korban membalas pesan singkat (SMS) tersebut dengan kata-kata “gak tau”
kemudian Terdakwa mengajak anak korban untuk bertemu dan jalan-jalan,
kemudian pada tanggal 12 bulan Mei 2017 Terdakwa datang ke Toko four–A laundry
Jln. Fatahilah Desa Geuce Inem Kec. Banda Raya Kota Banda Aceh untuk menemui
anak korban lalu anak korban dan Terdakwa jalan-jalan dengan mengendarai sepeda
motor honda vario milik Terdakwa, kemudian di perjalanan Terdakwa menanyakan
lagi kepada anak korban mengenai pertanyaan hubungan SMS semalam, kemudian
anak korban menjawab dengan perkataan “iya mau“ lalu Terdakwa mengantar anak
korban kembali pulang kerumah. Kemudian setelah anak korban dan Terdakwa
jadian (pacaran) anak korban dan Terdakwa sering keluar diam- diam tanpa
sepengetahuan ibu kandung anak korban untuk jalan-jalan dengan mengendarai
sepeda motor Terdakwa, selanjutnya setelah seminggu anak korban kenal dengan
Terdakwa, Terdakwa kembali mengirimkan pesan singkat (SMS) kepada anak korban
yang isinya agar anak korban mau diajak berhubungan badan dengan Terdakwa
dengan rayuan apabila anak korban benar-benar cinta kepada Terdakwa, maka anak
korban mau menyerahkan keperawanannya kepada Terdakwa dan Terdakwa berjanji
akan bertanggung jawab dan tidak akan memberitahukan hal tersebut kepada
siapa siapa, lalu
Halaman 17 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
anak korban mengatakan kepada Terdakwa, apakah harus seperti itu, lalu
Terdakwa mengatakan kepada anak korban “iya harus kalau enggak abang
putusin”, setelah anak korban berbicara dengan Terdakwa melalui handphone
tersebut anak korban merasa ketakutan akan diputuskan hubungan dengan
Terdakwa karena anak korban sudah cinta dengan Terdakwa, kemudian
Terdakwa sering menghubungi anak korban via handphone dan sering
menyinggung mengenai ajakan untuk berhubungan badan, dan Terdakwa
mengatakan kepada anak korban dengan perkataan Terdakwa “ayok lah mau
perawannya kasih untuk abang” lalu anak korban menjawab “kalau hamil
kayak mana” kemudian Terdakwa meyakinkan anak korban dengan
mengatakan “abang jamin tidak akan hamil” lalu anak korban mengatakan
kepada Terdakwa “iya tapi janji jangan putusin”.
- Bahwa pada hari ke 2 (dua) hari raya idul fitri yaitu pada hari Jumat
tanggal 16 Juni 2017 sekira pukul 14.30 wib Terdakwa datang ke rumah anak
korban di Dusun Jeumpa Desa Geundrieng Kec. Darul Imarah Kab. Aceh
Besar, lalu setelah anak korban bertemu dengan Terdakwa kemudian anak
korban mempersilahkan Terdakwa untuk masuk dan duduk di ruang tamu
rumah anak korban, lalu dikarenakan di rumah hanya ada anak korban dan
adik anak korban (Alfi), Terdakwa mengatakan kepada anak korban “ayok
rumah lagi gak ada orang” lalu anak korban menjawab “gak mau takut hamil”
kemudian Terdakwa kembali meyakinkan anak korban dengan perkataan
Terdakwa “gak usah takut abang jamin tidak akan hamil” kemudian anak
korban terdiam dan bingung lalu Terdakwa memberikan handphone miliknya
kepada adik anak korban (Alfi) yang berada di ruang TV untuk main game
kemudian Terdakwa memegang tangan kanan anak korban dan mengajak
anak korban untuk masuk ke dalam kamar belakang kemudian setelah
berada di dalam kamar belakang lalu Terdakwa menyuruh anak korban untuk
membuka celana dalam anak korban, setelah celana dalam anak korban
terbuka kemudian Terdakwa menyuruh anak korban untuk mengangkat
bajunya, lalu anak korban melihat Terdakwa membuka sendiri tali pinggang
dan membuka resleting dan kancing celananya. Selanjutnya Terdakwa
mengeluarkan kemaluannya (penis) lalu Terdakwa menyuruh anak korban
untuk berbaring setengah badan di atas kasur dan kedua belah kaki anak
korban menyentuh lantai dengan posisi kedua belah kaki terbuka
(terkangkang) kemudian Terdakwa menempelkan kemaluannya (penis) di
kemaluan (vagina) anak korban sambil Terdakwa menggesek-gesekan
kemaluannya (penis) di kemaluan (vagina) anak korban sebanyak 2 (dua) kali
Halaman 18 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
lalu setelah Terdakwa menggesekkan kemaluannya (penis) tersebut
kemudian Terdakwa memasukkan kemaluannya (penis) ke dalam kemaluan
(vagina) anak korban sampai anak korban merasa kesakitan lalu Terdakwa
mengatakan kepada anak korban dengan perkataan “kok sempit kali, kok
susah kali” kemudian Terdakwa terus menekan kemaluannya (penis) di dalam
kemaluan (vagina) anak korban sambil Terdakwa menggoyang-goyangkan
pinggulnya lalu anak korban terus merasa kesakitan kemudian Terdakwa
mengatakan kepada anak korban “diam dulu, sabar, susah kali ni, sempit
kali” kemudian Terdakwa terus menekan kemaluannya (penis) di dalam
kemaluan (vagina) anak korban sambil Terdakwa menggoyang-goyangkan
pinggulnya selama 3 (tiga) menit selanjutnya anak korban melihat Terdakwa
memegang sendiri kemaluannya (penis) dengan tangan dan mengoyang-
goyangkan (dikocok) sampai kemaluannya (penis) mengeluarkan sperma
(mani) kemudian setelah Terdakwa menyudahi perbuatannya tersebut anak
korban menangis sambil kembali memakai celana dalam kemudian anak
korban menanyakan kepada Terdakwa “ni kalau hamil kayak mana?” lalu
Terdakwa menjawab “gak akan hamil karena abang gak masukin semua gak
pecah itu perawannya” selanjutnya setelah Terdakwa membersihkan cairan
sperma (mani) tersebut di kamar mandi kemudian Terdakwa langsung pergi
meninggalkan rumah anak korban;
- Bahwa setelah kejadian tersebut, anak korban terus menjalin hubungan
dengan Terdakwa dan tetap berkomunikasi dengan Terdakwa serta sering
bertemu dan jalan-jalan dengan sepeda motor Terdakwa selanjutnya pada
bulan april tahun 2018 Terdakwa datang ke tempat usaha laundry milik ibu
anak korban yang terletak di Jln. Fatahilah Desa Geuce Inem Kec. Banda
Raya Kota Banda Aceh untuk menemui anak korban setelah anak korban
bertemu dengan Terdakwa, kemudian Terdakwa mengatakan kepada anak
korban “ayok abang pengen lagi” kemudian anak korban sempat menolak
ajakan Terdakwa namun Terdakwa mengatakan kepada anak korban “kalau
gak mau abang bilang yang kemaren sama mamak” setelah anak korban
mendengar perkataan Terdakwa tersebut anak korban ketakutan dan anak
korban pun menuruti permintaaan Terdakwa, selanjutnya Terdakwa mengajak
anak korban untuk masuk ke dalam kamar di dalam laundry, setelah berada
di dalam kamar lalu Terdakwa menyuruh anak korban untuk membuka celana
dalam kemudian Terdakwa meremas-remas kedua belah payudara anak
korban dengan kedua belah tangan Terdakwa, setelah Terdakwa meremas
payudara anak korban lalu Terdakwa menyuruh anak korban untuk berbaring
Halaman 19 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
kemudian anak korban melihat Terdakwa membuka tali pinggang dan
membuka resleting serta kancing celananya lalu Terdakwa mengeluarkan
kemaluannya (penis) kemudian Terdakwa mengangkat baju daster yang anak
korban pakai, lalu Terdakwa menempelkan kemaluannya (penis) di kemaluan
(vagina) anak korban dan Terdakwa langsung memasukan kemaluannya
(penis) di kemaluan (vagina) anak korban, sambil Terdakwa menggoyang
goyangkan pinggulnya selama 6 menit, kemudian Terdakwa mengeluarkan
kemaluannya (penis) dari dalam kemaluan (vagina) anak korban dan kembali
mengkancing celananya dan pergi ke kamar mandi, kemudian Terdakwa
meninggalkan anak korban di dalam kamar dan langsung pergi.
- Bahwa setelah terjadinya persetubuhan yang pertama dan yang kedua,
anak korban dan Terdakwa tetap menjalin hubungan pacaran dan komunikasi
seperti biasanya, selanjutnya pada bulan Februari 2019 Terdakwa
menghubungi anak korban melalui handphone dengan aplikasi video call
whatsapp lalu Terdakwa menyuruh anak koban untuk melepaskan pakaian
dan memperlihatkan payudaranya, kemudian anak korban menuruti
permintaan Terdakwa dengan melepas pakaian yang anak korban pakai lalu
anak korban memperlihatkan payudara anak korban kepada Terdakwa
melalui video tersebut kemudian Terdakwa menyuruh anak korban untuk
memperlihatkan kemaluan (vagina) anak korban lalu setelah anak korban
melepas celana dalam dan memperlihatkan kemaluan (vagina)nya kepada
Terdakwa lalu Terdakwa menyuruh anak korban untuk menggesek gesek
kemaluan (vagina) anak korban dengan tangan, kemudian setelah anak
korban menuruti permintaan Terdakwa dengan menggesek gesek kemaluan
(vagina) anak korban dengan tangan lalu anak korban melihat dari video call
tersebut Terdakwa juga memegang kemaluannya dengan tangan dan
menggoyang-goyangkan (kocok) sampai mengeluarkan cairan sperma
(mani).
- Bahwa setelah itu anak korban dan Terdakwa masih berhubungan pacaran
seperti biasa dan tetap berkomunikasi, kemudian pada bulan maret 2019 anak
korban memutuskan hubungan pacaran dengan Terdakwa lalu Terdakwa marah
kepada anak korban, kemudian pada tanggal 22 April 2019 Terdakwa telah
menyebarkan foto anak korban tanpa busana kepada teman- teman anak korban
lalu pada tanggal 30 April 2019 Terdakwa telah mengirimkan video anak korban
tanpa busana kepada teman-teman anak
korban di kampus.
- Bahwa Terdakwa ada mengajak anak korban untuk menikah akan tetapi anak
korban tidak mau;
Halaman 20 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
- Bahwa akibat dari perbuatan Terdakwa tersebut anak korban Aswatul Saida
Putri mengalami hymen non intak (selaput dara tidak utuh) dan anus longgar.
Sebagaimana yang diterangkan dalam Visum et Repertum Nomor :
R/115/VII/KES.3.1/2019/RS BHY tanggal 17 Juli 2019 yang dibuat dan ditandatangani
oleh dr. RINA SABRINA, dokter pemeriksa pada RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BANDA
ACEH;
Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan
mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas,
Terdakwa dapat dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan
kepadanya;
Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum
dengan dakwaan tunggal sebagaimana diatur dalam Pasal 81 ayat (1) Nomor 1
Tahun 2016 tentang perubahan Undang - Undang RI No.35 tahun 2014 tentang
perubahan atas UURI No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, yang
unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:
1. Setiap orang;
2. Dengan sengaja;
3. Melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain;
Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim
mempertimbangkan sebagai berikut:
Ad.1. Setiap orang;
Menimbang, bahwa pada dasarnya kata “setiap orang” dalam tindak
pidana umum menunjukkan kepada siapa orangnya yang harus
bertanggungjawab atas perbuatan atau kejadian yang didakwakan itu atau
setidak-tidaknya mengenai siapa orangnya yang harus dijadikan Terdakwa
dalam perkara ini. Tegasnya kata “setiap orang” atau “Hij” menurut Putusan
Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1398 K/Pid/1994 tanggal 30 Juni
1995 adalah sebagai siapa saja yang harus dijadikan Terdakwa/Dader atau
setiap orang sebagai subyek hukum (pendukung hak dan kewajiban) yang
dapat diminta pertanggungjawaban dalam segala tindakan;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini Terdakwa M. Safri Alias Heri
Saputra Bin Ridwan telah diajukan ke persidangan oleh Penuntut Umum pada
Kejaksaan Negeri Aceh Besar karena didakwa melakukan tindak pidana
sebagaimana tersebut dalam surat dakwaan Penuntut Umum, dan dalam
persidangan Terdakwa M. Safri Alias Heri Saputra Bin Ridwan telah
membenarkan bahwa identitas Terdakwa dalam surat dakwaan dimaksud

Halaman 21 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
adalah betul identitas dirinya, bukan identitas orang lain demikian juga
keterangan saksi di depan persidangan memberikan bukti bahwa Terdakwa M.
Safri Alias Heri Saputra Bin Ridwan adalah Terdakwa dalam perkara aquo yang
dapat dipertanggungjawabkan atas perbuatan yang telah dilakukannya;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas Majelis
Hakim berkeyakinan unsur kesatu ini telah terpenuhi menurut hukum;
Ad.2. Dengan sengaja;
Menimbang, bahwa yang dimaksud “dengan sengaja” adalah bahwa
perbuatan Terdakwa mempunyai suatu maksud dan menghendaki serta
menginsyafi terjadinya suatu tindakan beserta akibatnya. Dengan demikian
“dengan sengaja” dapat diartikan bahwa perbuatan tersebut dilakukan dalam
keadaan sadar dan ada niat untuk melakukan karena akibat dari perbuatan itu
memang dikehendaki, yang dalam hal ini adalah untuk menimbulkan rasa sakit
atau melukai orang lain;
Menimbang, bahwa akibat perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa
terhadap anak saksi Aswatul Saida Putri Binti (Alm) Asnawi Ibrahim mengalami
luka post bekas operasi di payudara, hymen non intak (selaput dara tidak utuh)
dan anus longgar. Sebagaimana yang diterangkan dalam Visum et Repertum
Nomor : R/115/VII/KES.3.1/2019/RS BHY tanggal 17 Juli 2019 yang dibuat dan
ditandatangani oleh dr. RINA SABRINA, dokter pemeriksa pada RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA BANDA ACEH;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas Majelis
Hakim berkeyakinan unsur kedua ini telah terpenuhi menurut hukum;
Ad.3. Melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan, memaksa anak
melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain;

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta – fakta yang terungkap


dipersidangan berdasarkan keterangan saksi – saksi dan Terdakwa serta
barang bukti yang diajukan dipersidangan bahwa Terdakwa ada melakukan
persetubuhan terhadap anak korban Aswatul Saida Putri Binti Alm. Asnawi
sebanyak 2 (dua) kali;
Bahwa yang pertama terjadi pada hari Jumat tanggal 16 Juni 2017
Sekira pukul 15.00 wib di Dalam Kamar Rumah Dusun Jeumpa Desa
Geundrieng Kec. Darul Imarah Kab. Aceh Besar, dikarenakan di rumah hanya
ada anak korban dan adik anak korban (Alfi), Terdakwa mengatakan kepada
anak korban “ayok rumah lagi gak ada orang” lalu anak korban menjawab “gak
mau takut hamil” kemudian Terdakwa kembali meyakinkan anak korban dengan
perkataan Terdakwa “gak usah takut abang jamin tidak akan hamil” kemudian

Halaman 22 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
anak korban terdiam dan bingung lalu Terdakwa memberikan handphone
miliknya kepada adik anak korban (Alfi) yang berada di ruang TV untuk main
game kemudian Terdakwa memegang tangan kanan anak korban dan mengajak
anak korban untuk masuk ke dalam kamar belakang kemudian setelah berada
di dalam kamar belakang lalu Terdakwa menyuruh anak korban untuk membuka
celana dalam anak korban, setelah celana dalam anak korban terbuka
kemudian Terdakwa menyuruh anak korban untuk mengangkat bajunya, lalu
anak korban melihat Terdakwa membuka sendiri tali pinggang dan membuka
resleting dan kancing celananya. Selanjutnya Terdakwa mengeluarkan
kemaluannya (penis) lalu Terdakwa menyuruh anak korban untuk berbaring
setengah badan di atas kasur dan kedua belah kaki anak korban menyentuh
lantai dengan posisi kedua belah kaki terbuka (terkangkang) kemudian
Terdakwa menempelkan kemaluannya (penis) di kemaluan (vagina) anak
korban sambil Terdakwa menggesek-gesekan kemaluannya (penis) di kemaluan
(vagina) anak korban sebanyak 2 (dua) kali lalu setelah Terdakwa
menggesekkan kemaluannya (penis) tersebut kemudian Terdakwa memasukkan
kemaluannya (penis) ke dalam kemaluan (vagina) anak korban sampai anak
korban merasa kesakitan lalu Terdakwa mengatakan kepada anak korban
dengan perkataan “kok sempit kali, kok susah kali” kemudian Terdakwa terus
menekan kemaluannya (penis) di dalam kemaluan (vagina) anak korban sambil
Terdakwa menggoyang-goyangkan pinggulnya lalu anak korban terus merasa
kesakitan kemudian Terdakwa mengatakan kepada anak korban “diam dulu,
sabar, susah kali ni, sempit kali” kemudian Terdakwa terus menekan
kemaluannya (penis) di dalam kemaluan (vagina) anak korban sambil Terdakwa
menggoyang-goyangkan pinggulnya selama 3 (tiga) menit selanjutnya anak
korban melihat Terdakwa memegang sendiri kemaluannya (penis) dengan
tangan dan mengoyang-goyangkan (dikocok) sampai kemaluannya (penis)
mengeluarkan sperma (mani) kemudian setelah Terdakwa menyudahi
perbuatannya tersebut anak korban menangis sambil kembali memakai celana
dalam kemudian anak korban menanyakan kepada Terdakwa “ni kalau hamil
kayak mana?” lalu Terdakwa menjawab “gak akan hamil karena abang gak
masukin semua gak pecah itu perawannya” selanjutnya setelah Terdakwa
membersihkan cairan sperma (mani) tersebut di kamar mandi kemudian
Terdakwa langsung pergi meninggalkan rumah anak korban;
Bahwa selanjutnya pada bulan april tahun 2018 Terdakwa datang ke
tempat usaha laundry milik ibu anak korban yang terletak di Jln. Fatahilah Desa
Geuce Inem Kec. Banda Raya Kota Banda Aceh untuk menemui anak korban
Halaman 23 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth
a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
setelah anak korban bertemu dengan Terdakwa, kemudian Terdakwa
mengatakan kepada anak korban “ayok abang pengen lagi” kemudian anak
korban sempat menolak ajakan Terdakwa namun Terdakwa mengatakan
kepada anak korban “kalau gak mau abang bilang yang kemaren sama mamak”
setelah anak korban mendengar perkataan Terdakwa tersebut anak korban
ketakutan dan anak korban pun menuruti permintaaan Terdakwa, selanjutnya
Terdakwa mengajak anak korban untuk masuk ke dalam kamar di dalam
laundry, setelah berada di dalam kamar lalu Terdakwa menyuruh anak korban
untuk membuka celana dalam kemudian Terdakwa meremas-remas kedua
belah payudara anak korban dengan kedua belah tangan Terdakwa, setelah
Terdakwa meremas payudara anak korban lalu Terdakwa menyuruh anak
korban untuk berbaring kemudian anak korban melihat Terdakwa membuka tali
pinggang dan membuka resleting serta kancing celananya lalu Terdakwa
mengeluarkan kemaluannya (penis) kemudian Terdakwa mengangkat baju
daster yang anak korban pakai, lalu Terdakwa menempelkan kemaluannya
(penis) di kemaluan (vagina) anak korban dan Terdakwa langsung memasukan
kemaluannya (penis) di kemaluan (vagina) anak korban, sambil Terdakwa
menggoyang goyangkan pinggulnya selama 6 menit, kemudian Terdakwa
mengeluarkan kemaluannya (penis) dari dalam kemaluan (vagina) anak korban
dan kembali mengkancing celananya dan pergi ke kamar mandi, kemudian
Terdakwa meninggalkan anak korban di dalam kamar dan langsung pergi.
Bahwa setelah terjadinya persetubuhan yang pertama dan yang kedua,
anak korban dan Terdakwa tetap menjalin hubungan pacaran dan komunikasi
seperti biasanya, selanjutnya pada bulan Februari 2019 Terdakwa menghubungi
anak korban melalui handphone dengan aplikasi video call whatsapp lalu
Terdakwa menyuruh anak koban untuk melepaskan pakaian dan
memperlihatkan payudaranya, kemudian anak korban menuruti permintaan
Terdakwa dengan melepas pakaian yang anak korban pakai lalu anak korban
memperlihatkan payudara anak korban kepada Terdakwa melalui video tersebut
kemudian Terdakwa menyuruh anak korban untuk memperlihatkan kemaluan
(vagina) anak korban lalu setelah anak korban melepas celana dalam dan
memperlihatkan kemaluan (vagina)nya kepada Terdakwa lalu Terdakwa
menyuruh anak korban untuk menggesek gesek kemaluan (vagina) anak korban
dengan tangan, kemudian setelah anak korban menuruti permintaan Terdakwa
dengan menggesek gesek kemaluan (vagina) anak korban dengan tangan lalu
anak korban melihat dari video call tersebut Terdakwa juga memegang

Halaman 24 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
kemaluannya dengan tangan dan menggoyang-goyangkan (kocok) sampai
mengeluarkan cairan sperma (mani).
Bahwa setelah itu anak korban dan Terdakwa masih berhubungan
pacaran seperti biasa dan tetap berkomunikasi, kemudian pada bulan maret
2019 anak korban memutuskan hubungan pacaran dengan Terdakwa lalu
Terdakwa marah kepada anak korban, kemudian pada tanggal 22 April 2019
Terdakwa telah menyebarkan foto anak korban tanpa busana kepada teman-
teman anak korban lalu pada tanggal 30 April 2019 Terdakwa telah mengirimkan
video anak korban tanpa busana kepada teman-teman anak korban di kampus.
Menimbang, bahwa akibat dari perbuatan Terdakwa tersebut anak
korban Aswatul Saida Putri mengalami hymen non intak (selaput dara tidak
utuh) dan anus longgar. Sebagaimana yang diterangkan dalam Visum et
Repertum Nomor : R/115/VII/KES.3.1/2019/RS BHY tanggal 17 Juli 2019 yang
dibuat dan ditandatangani oleh dr. RINA SABRINA, dokter pemeriksa pada
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA BANDA ACEH;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas Majelis
Hakim berkeyakinan unsur melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan,
memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain ini
telah terpenuhi menurut hukum;
Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 81 ayat (1)
Perpu Nomor 1 Tahun 2016 tentang perubahan Undang - Undang RI No.35
tahun 2014 tentang perubahan atas UURI No.23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak terpenuhi, maka Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti
secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan
dalam dakwaan tunggal;
Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap Terdakwa telah
dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan
dan penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang
dijatuhkan;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan
terhadap Terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar
Terdakwa tetap berada dalam tahanan;
Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di persidangan
untuk selanjutnya dipertimbangkan sebagai berikut:
Menimbang, bahwa barang bukti berupa: 1 (satu) baju gamis warna
coklat cream bermotif dan 1 (satu) baju daster warna pink, yang telah disita dari
saksi Aswatul Saida Putri Binti Alm. Asnawi, maka dikembalikan kepada anak
saksi Aswatul Saida Putri Binti Alm. Asnawi;

Halaman 25 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa,
maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan
yang meringankan Terdakwa;
Keadaan yang memberatkan:
- Perbuatan Terdakwa bertentangan dengan nilai-nilai agama dan sosial;
- Perbuatan Terdakawa merusak masa depan anak korban yaitu Aswatul Saida
Putri Binti Alm. Asnawi;
Keadaan yang meringankan:
- Terdakwa belum pernah dihukum;
- Terdakwa bersikap sopan dipersidangan;
- Terdakwa mau bertanggung jawab terhadap perbuatan yang dilakukan oleh
Terdakwa terhadap anak korban yaitu Aswatul Saida Putri Binti Alm. Asnawi;
Menimbang, bahwa berdasarkan seluruh pertimbangan-pertimbangan
tersebut diatas, dengan memperhatikan tuntutan pidana dari Penuntut Umum,
permohonan dari Terdakwa, hal-hal yang memberatkan dan meringankan atas
diri Terdakwa, maka Majelis Hakim berpendapat bahwa jenis dan lamanya
pidana yang akan dijatuhkan oleh Majelis Hakim kepada Terdakwa tersebut
merupakan hukuman yang sudah tepat, pantas dan adil sesuai dengan
kesalahan yang dilakukan oleh Terdakwa dan dirasakan telah memenuhi rasa
keadilan baik bagi diri Terdakwa maupun bagi masyarakat;
Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa dijatuhi pidana maka
haruslah dibebani pula untuk membayar biaya perkara;
Memperhatikan, Pasal 81 ayat (1) Undang-undang No. 23 tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak sebagaimana telah di ubah dengan Undang-undang
No. 35 tahun 2014 dan Undang-undang No. 17 tahun 2016 dan Undang-undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang-
undangan lain yang bersangkutan;
MENGADILI
1. Menyatakan Terdakwa M. Safri Alias Heri Saputra Bin Ridwan, telah terbukti
secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Dengan Sengaja
Melakukan Ancaman Kekerasan, Memaksa Anak Melakukan Persetubuhan
Dengannya” sebagaimana dalam Dakwaan Tunggal;

2. Menjatuhkan pidana kepada Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara
selama 9 (Sembilan) tahun dan denda sejumlah Rp.100.000.000,00 (seratus juta
Rupiah) dengan ketentuan apabila denda tersebut tidak dibayarkan diganti dengan
pidana kurungan selama 1 (satu) bulan;

Halaman 26 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth


a Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia
putusan.mahkamahagung.go.id
3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani Terdakwa
dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan;
4. Menetapkan Terdakwa tetap ditahan;
5. Menetapkan barang bukti berupa:
- 1 (satu) baju gamis warna coklat cream bermotif;
- 1 (satu) baju daster warna pink;

Dikembalikan kepada saksi Aswatul Saida Putri Binti Alm. Asnawi;

6. Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sejumlah Rp. 5.000,00 (lima ribu
Rupiah);

Demikianlah diputuskan dalam sidang permusyawaratan Majelis Hakim


Pengadilan Negeri Jantho, pada hari Senin tanggal 20 Juli 2020, oleh kami, Saptika
Handhini, S.H., sebagai Hakim Ketua, Dhitya Kusumaning Prawarni S.H.,M.H., dan
Agung Rahmatullah, S.H., masing-masing sebagai Hakim Anggota, yang diucapkan
dalam sidang terbuka untuk umum pada hari itu juga oleh Hakim Ketua dengan
didampingi para Hakim Anggota tersebut, dibantu oleh Junaidi, Panitera Pengganti
pada Pengadilan Negeri Jantho, serta dihadiri oleh Muhadir, S.H., Penuntut Umum dan
Terdakwa dengan didampingi oleh Penasihat Hukumnya;

Hakim Anggota, Hakim Ketua

Dhitya Kusumaning Prawarni, S.H.,M.H. Saptika Handhini, S.H.

Agung Rahmatullah, S.H.


Panitera Pengganti,

Junaidi
Halaman 27 dari 27 Putusan Nomor 67/Pid.Sus/2020/PN Jth

Nama : Cut Riva Khanza Habibah

Nim : 1803101010193

STUDI KASUS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JANTHO TENTANG


TINDAK PIDANA PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR YANG
IDENTITASNYA DIPUBLIKASIKAN DI PENGADILAN NEGERI JANTHO

A. Latar Belakang Masalah


Hukum menetapkan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Sasaran hukum bukan hanya yang sekedar memidana orang yang telah
melakukan perbuatan melawan hukum, melainkan juga mencegah perbuatan melawan
hukum yang mungkin akan terjadi. Hukum senantiasa berusaha untuk menjamin dan
melindungi hak-hak individu dan masyarakat serta menjaga kepentingan Negara dari
penyimpangan dan penyangkalan.
Salah satu kajian hukum yang sangat penting adalah kajian hukum pidana.
Hukum pidana dapat dirumuskan sebagai sejumlah peraturan hukum yang mengandung
larangan dan perintah atau keharusan yang terhadap pelanggarannya diancam dengan
pidana (sanksi hukum) bagi mereka yang mewujudkannya. Hukum pidana terbagi atas
dua bagian yaitu hukum pidana materil yaitu mengenai petunjuk dan uraian tentang
tindak pidana dan hukum pidana formil yaitu cara Negara dengan perantara para
pejabatnya menggunakan haknya untuk memidana.1 Perbuatan yang melanggar aturan-
aturan inilah yang disebut dengan tindak pidana.
Salah satu bentuk kejahatan yang berkembang saat ini adalah tindak pidana
pemerkosaan atau kekerasan seksual terhadap anak dibawah umur. Anak dibawah umur

1
https://customslawyer.wordpress.com/2014/09/10/pembagian-hukum-pidana/ diakses 16 september 2020
pukul 16 :46
yang dimaksud di sini adalah anak yang belum berusia 18 tahun atau yang berusia di
bawah 18 tahun menurut undang-undang perlindungan anak.
Tindak pidana pemerkosaan terhadap anak diatur dalam Undang undang Nomor
undang-undang nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang undang nomor 23
Tahun 2002 tentang perlindungan anak. dalam pasal Pasal 76D UU 35/2014 disebutkan
bahwa Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan memaksa
Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
Perbuatan pemerkosaan merupakan perbuatan kriminal yang berwatak seksual
yang terjadi ketika seseorang manusia memaksa manusia lain untuk melakukan hubungan
seksual dalam bentuk penetrasi vagina dengan penis, secara paksa atau dengan cara
kekerasan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, perkosaan berasal dari kata perkosaan
yang berarti menggagahi atau melanggar dengan kekerasan. Sedangkan pemerkosaan
diartikan sebagai proses, cara, perbuatan perkosa atau melanggar dengan kekerasan.2
Dalam menegakkan hukum terhadap anak yang menjadi korban tindak pidana
pemerkosaan. penegakan hukum dalam menjunjung kepentingan si anak sangat
diperhatikan. Di Indonesia hal ini dituangkan dalam UU Nomor 35 tahun 2014 tentang
perubahan atas undang undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
UU Perlindungan Anak memberikan jaminan perlindungan khusus bagi anak
yang berhadapan dengan hukum dan anak korban tindak pidana.
Pasal 19 ayat 1 undang-undang tentang SPPA mengandung ketentuan bahwa
identitas anak sebagai pelaku, korban, serta saksi wajib dirahasiakan dalam berita media
cetak dan elektronik. Dalam ayat 2, identitas anak yang dimaksud diperjelas menjadi
nama anak pelaku, korban serta saksi, nama orang tua, alamat rumah, wajah, dan hal-hal
lainnya yang mengungkapkan jati diri anak pelaku, korban, maupun saksi. Pelanggar UU
ini bisa dipenjara paling lama 5 tahun dan didenda maksimal Rp500 juta.
Dalam perkara anak, anak yang menjadi korban berhak mendapatkan
perlindungan dan jaminan agar identintasnya tidak dipublikasikan sebagaimana tertuang
dalam pasal ini. namun dalam kenyataanya justru aturan ini belum dapat diwujudkan
dalam kehidupan bermasyarakat. seperti gambaran dalam putusan pengadilan Negeri
Jantho No. 67/ Pid.Sus/2020/PN Jth dalam perkara tindak pidana pemerkosaan terhadap

2
Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia(t:t Gitamedia Press, t.t), hlm. 453.
anak dibawah umur yang diidentitasnya dipublikasikan dan dapat diakses melalui
informasi publik dalam sistem informasi pengadilan negeri jantho.
Terjadinya tindak pidana pemerkosaan terhadap anak dibawah umur ini
dilakukan oleh Terdakwa terhadap anak dibawah umur yang merupakan pacarnya
sebanyak dua kali. karena tidak terima diputuskan oleh sang kekasih, Terdakwa
menyebarkan foto foto bugil milik anak korban sehingga anak korban dikeluarkan dari
kampus dan dikucilkan di lingkungannya. Terhadap perkara ini hakim memutuskan
terdakwa bersalah atas dakwaan tunggal penuntut umum karena telah terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Dengan Sengaja Melakukan
Ancaman Kekerasan, Memaksa Anak Melakukan Persetubuhan dengannya” dan
terdakwa dihukum dengan hukuman 9 tahun penjara berikut dengan denda senilai
100.000.00 ( Seratus Juta Rupiah ).
Kejahatan pemerkosaan terhadap anak bentuk kejahatan yang sangat merugikan
dan meresahkan masyarakat dan melanggar hak asasi manusia.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap


pelaku Tindak Pidana Pemerkosaan terhadap anak korban yang identitasnya
dipublikasikan ?
2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap anak yang menjadi korban dalam tindak
pidana pemerkosaan yang identitasnya dipublikasikan?
3. Apa yang menjadi faktor peneybab terjadinya tindak pidana pemerkosaan terhadap
anak yang identitasnya dipublikasikan?

4. Kasus Posisi
Kejadian ini bermula pada tahun 2017 ketika korban berkenalan dengan pelaku
pemerkosaan. awalnya pelaku meminta untuk berkenalan dengan korban dengan cara
meminta nomor hape korban kemudian korban tidak memberikan nomor hapenya tapi
memberikan nama akun facebooknya . setelah melakukan chat via facebook akhirnya
korban memberikan nomor telephonenya kepada pelaku. kemudian menjalin
hubungan dekat hingga si pelaku menyaatakan perasaan cintanya kepada korban.
korban menerima pernyataan si pelaku dan korban menjadi pacar pelaku.
Setelah beberapa bulan hubungan mereka berjalan dengan baik baik saja. korban
dan pelaku sering bertemu untuk jalan jalan. hingga pada suatu hari pelaku
mengunjungi rumah korban. pada saat itu tidak ada siapapun dirumah korban kecuali
adik korban yang kecil. untuk melancarkan aksinya si pelaku memberikan hapenya
kepada adik korban untuk bermain game. setelah itu pelaku mengajak korban masuk
kedalam kamar korban. awalnya korban menolak dengan dalih takut hamil. kemudian
pelaku coba meyakinkan korban bahwa yang dia lakukan tidak akan menyebabkan
kehamilan.
Setelah berhasil merayu korban, lalu pelaku menyuruh korban untuk mengangkat
gamis yang ia pakai dan memasukkan penis pelaku ke vagina korban dan melakukan
itu secara berulang setelah itu pelaku menumpah sperma nya ke lantai kamar korban.
setelah melakukan hal tersebut pelaku kemudian meninggalkan korban dan
selanjutnya hubungan mereka tetap berjalan seperti biasanya.
Kemudian pada suatu hari Pelaku meminta kembali melakukan hal yang tidak
senonoh itu kepada korban di Toko Laundry milik korban. kemudian korban menolak
ajakan tersebut, karena korban menolak pelaku mengancam korban akan
memberitahukan apa yang telah mereka lakukan kepada ibu korban. karena takut
akan hal tersebut korban lalu mengiyakan ajakan korban dan kembali mereka
melakukan hubungan badan layaknya suami istri.
Setelah kejadian tersebut hubugan mereka tetap baik baik saja tanpa ada masalah
hinggqa februari 2019 pelaku menghubugi korban lewat video call dan menyuruh
korban untuk melepas pakaiannya. kemudian korban disuruh untuk memperlihatkan
vagina dan payudaranya dan pelaku ikut mengocok ngocok kemaluannya pada saat
itu. selain itu terdakwa juga meminta foro foto bugil korban.
Pada Bulan Maret 2019 karena tidak tahan akan sifat pelaku, korban akhirnya
memutuskan hubungan pacaran dengan si pelaku. pelaku yang tidak terima akan hal
itu pada bulan April 2019 lalu menyebarkan foto foto bugil korban sehingga korban
dikeluarkan dari kampus dan ibu korban mengetahui hal tersebut. akhirnya korban
menceritakan semua yang teradi kepadanya dan ibu korban melapor ke Polres Jantho.
5. Analisa Putusan
Terdapat kerancuan terhadap pasal yang didakwakan oleh penuntut umum,
memperhatikan fakta persidangan bahwa korban lahir pada tahun 2001 sedangkan
kasus ini diproses pada tahun 2019. Dakwaan yang didakwakan tentang Undang
Undang Perlindungan Anak.
Salah satu bentuk kejahatan yang berkembang saat ini adalah tindak pidana
pemerkosaan atau kekerasan seksual terhadap anak dibawah umur. Anak dibawah
umur yang dimaksud di sini adalah anak yang belum berusia 18 tahun atau yang
berusia di bawah 18 tahun menurut undang-undang perlindungan anak. Tindak pidana
pemerkosaan terhadap anak diatur dalam Undang undang Nomor undang-undang
nomor 35 tahun 2014 tentang perubahan atas Undang undang nomor 23 Tahun 2002
tentang perlindungan anak. dalam pasal Pasal 76D UU 35/2014 disebutkan bahwa
Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan memaksa
Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.
Perbuatan pemerkosaan merupakan perbuatan kriminal yang berwatak seksual
yang terjadi ketika seseorang manusia memaksa manusia lain untuk melakukan
hubungan seksual dalam bentuk penetrasi vagina dengan penis, secara paksa atau
dengan cara kekerasan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, perkosaan berasal dari
kata perkosaan yang berarti menggagahi atau melanggar dengan kekerasan.
Sedangkan pemerkosaan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan perkosa atau
melanggar dengan kekerasan.
Dalam menegakkan hukum terhadap anak yang menjadi korban tindak pidana
pemerkosaan. penegakan hukum dalam menjunjung kepentingan si anak sangat
diperhatikan. Di Indonesia hal ini dituangkan dalam UU Nomor 35 tahun 2014
tentang perubahan atas undang undang no 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
UU Perlindungan Anak memberikan jaminan perlindungan khusus bagi anak
yang berhadapan dengan hukum dan anak korban tindak pidana.
Pasal 19 ayat 1 undang-undang tentang SPPA mengandung ketentuan bahwa
identitas anak sebagai pelaku, korban, serta saksi wajib dirahasiakan dalam berita
media cetak dan elektronik. Dalam ayat 2, identitas anak yang dimaksud diperjelas
menjadi nama anak pelaku, korban serta saksi, nama orang tua, alamat rumah, wajah,
dan hal-hal lainnya yang mengungkapkan jati diri anak pelaku, korban, maupun saksi.
Pelanggar UU ini bisa dipenjara paling lama 5 tahun dan didenda maksimal Rp500
juta.
Dalam perkara anak, anak yang menjadi korban berhak mendapatkan
perlindungan dan jaminan agar identintasnya tidak dipublikasikan sebagaimana
tertuang dalam pasal ini. namun dalam kenyataanya justru aturan ini belum dapat
diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. seperti gambaran dalam putusan
pengadilan Negeri Jantho No. 67/ Pid.Sus/2020/PN Jth dalam perkara tindak pidana
pemerkosaan terhadap anak dibawah umur yang diidentitasnya dipublikasikan dan
dapat diakses melalui informasi publik dalam sistem informasi pengadilan negeri
jantho.
Terjadinya tindak pidana pemerkosaan terhadap anak dibawah umur ini dilakukan
oleh Terdakwa terhadap anak dibawah umur yang merupakan pacarnya sebanyak dua
kali. karena tidak terima diputuskan oleh sang kekasih, Terdakwa menyebarkan foto
foto bugil milik anak korban sehingga anak korban dikeluarkan dari kampus dan
dikucilkan di lingkungannya. Terhadap perkara ini hakim memutuskan terdakwa
bersalah atas dakwaan tunggal penuntut umum karena telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Dengan Sengaja Melakukan
Ancaman Kekerasan, Memaksa Anak Melakukan Persetubuhan dengannya” dan
terdakwa dihukum dengan hukuman 9 tahun penjara berikut dengan denda senilai
100.000.00 ( Seratus Juta Rupiah ).
Berdasarkan fakta persidangan menurut pengakuan korban pemerkosaan terjadi
dua tahun yang lalu yang didasari atas dasar suka sama suka dan tidak ada unsur
pemaksaan. Atas dasar suka sama suka tidak dapat dijadikan alasan bagi pelaku untuk
menghindar dari jeratan hukum. Pelaku yang melakukan persetubuhan atau
percabulan terhadap anak, tetap akan dikenakan sanksi pidana sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan
perubahannya.
Jika anak ini telah berumur di atas 18 tahun, ia tetap dapat menuntut lelaki
tersebut di kemudian hari, karena kewenangan menuntut pidana belum hapus karena
daluwarsa. Mengenai persetubuhan dengan anak serta perbuatan cabul, diatur
dalam Pasal 76D dan 76E UU 35/2014 sebagai berikut:

Pasal 76D UU 35/2014:

Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan memaksa


Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain.

Pasal 76E UU 35/2014:

Setiap Orang dilarang melakukan Kekerasan atau ancaman Kekerasan,


memaksa, melakukan tipu muslihat, melakukan serangkaian kebohongan, atau
membujuk Anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul.

Sanksi dari tindak pidana tersebut dapat dilihat dalam Pasal 81 dan Pasal 82
Perpu 1/2016:

Pasal 81 Perpu 1/2016:

Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


76D dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp5 miliar.

Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi setiap
Orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan,
atau membujuk Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang
lain.

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
orang tua, wali, orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga, pengasuh
anak, pendidik, tenaga kependidikan, aparat yang menangani perlindungan
anak, atau dilakukan oleh lebih dari satu orang secara bersama-sama, pidananya
ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
Selain terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (3), penambahan 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana juga dikenakan kepada pelaku yang pernah
dipidana karena melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
76D.

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76D menimbulkan
korban lebih dari 1 (satu) orang, mengakibatkan luka berat, gangguan jiwa,
penyakit menular, terganggu atau hilangnya fungsi reproduksi, dan/atau korban
meninggal dunia, pelaku dipidana mati, seumur hidup, atau pidana penjara
paling singkat 10 (sepuluh) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.

Selain dikenai pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3), ayat (4),
dan ayat (5), pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa pengumuman
identitas pelaku.

Terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) dapat
dikenai tindakan berupa kebiri kimia dan pemasangan alat pendeteksi
elektronik.

Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (7) diputuskan bersama-sama


dengan pidana pokok dengan memuat jangka waktu pelaksanaan tindakan.

Pidana tambahan dan tindakan dikecualikan bagi pelaku Anak.

Pasal 82 Perpu 1/2016:

1. Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


76E dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp 5 miliar.
2. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
orang tua, wali, orang-orang yang mempunyai hubungan keluarga, pengasuh
anak, pendidik, tenaga kependidikan, aparat yang menangani perlindungan
anak, atau dilakukan oleh lebih dari satu orang secara bersama-sama, pidananya
ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1).
3. Selain terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (2), penambahan 1/3
(sepertiga) dari ancaman pidana juga dikenakan kepada pelaku yang pernah
dipidana karena melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
76E.
4. Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E menimbulkan
korban lebih dari 1 (satu) orang, mengakibatkan luka berat, gangguan jiwa,
penyakit menular, terganggu atau hilangnya fungsi reproduksi, dan/atau korban
meninggal dunia, pidananya ditambah 1/3 (sepertiga) dari ancaman pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
5. Selain dikenai pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat
(4), pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa pengumuman identitas
pelaku.
6. Terhadap pelaku sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sampai dengan ayat (4)
dapat dikenai tindakan berupa rehabilitasi dan pemasangan alat pendeteksi
elektronik.
7. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diputuskan bersama-sama
dengan pidana pokok dengan memuat jangka waktu pelaksanaan tindakan.
8. Pidana tambahan dikecualikan bagi pelaku Anak.

Sedangkan, jika persetubuhan tersebut dilakukan oleh laki-laki dan


perempuan yang sudah dewasa, dan atas dasar suka sama suka serta dengan
kesadaran penuh, maka tidak dapat dilakukan penuntutan pidana terhadap laki–
laki tersebut.

Hakim tidak memperhatikan fakta fakta yang meringankan terdakwa.


kemudian pasal yang dikenakan harusnya tentang ITE karena berdasarkan fakta
persidangan terdakwa baru dilaporkan setelah foto bugil milik korban tersebar.

Anda mungkin juga menyukai