“UNTUK KEADILAN”
2. JULIA SANTIKA
3. FADEL RAMADHAN
Terima kasih kami sampaikan kepada Majelis Hakim yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyampaikan tanggapan atas Nota Pembelaan
(Pledoi) yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum pada persidangan terdahulu.
Bahwa hal yang mendasari kami untuk menyampaikan tanggapan atas Pledoi
yang diajukan oleh Tim Penasihat Hukum terdakwa adalah sesuai dengan
ketentuan Pasal 182 ayat (1) huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana, yaitu :
“selanjutnya terdakwa atau penasihat hukum mengajukan pembelaannya
yang dapat dijawab oleh penuntut umum, dengan ketentuan bahwa
terdakwa atau penasihat hukum selalu mendapat giliran terakhir”
Dari ketentuan tersebut dapat dimengerti bahwa Nota Pembelaan (pledoi)
merupakan kesempatan bagi Penasihat Hukum atau terdakwa untuk berpendapat
atau beropini mengenai pembuktian yang telah dilakukan Penuntut Umum yang
bertitik tolak dari sudut pandang Penasihat Hukum terdakwa yang sudah
seyogyanya kita ketahui bahwa hal tersebut tidak terlepas dari pengaruh faktor-
faktor subjektif Penasihat Hukum maupun terdakwa sendiri. Selain itu pula
telah diperdengarkan di dalam persidangan sebelumnya mengenai pernyataan-
pernyataan yang telah disampaikan terdakwa dimana hal tersebut merupakan
keterangan terdakwa yang dapat digunakan untuk menguntungkan diri terdakwa
sendiri.
Sehubungan dengan hal tersebut hanya Allah SWT yang dapat menegakan
kebenaran materiil, manusia hanya berusaha untuk mendekatkan keadilan
materiil namun kesemua hal itu hanya untuk mencari suatu kepastian hukum
(recht-zekenheid) yang nantinya akan bermuara kepada kepastian hukum yang
mengandung kebenaran dan keadilan.
Yang Mulia Ketua dan Anggota Majelis Hakim;
Yang Terhormat Sdr. Terdakwa dan Tim Penasihat Hukum;
PRIMAIR
Pada kesempatan ini kami ucapkan terima kasih pada sidang majelis hakim
Pengadilan Negri Jakarta Pusat yang memeriksa dan mengadili perkara ini,
yang telah memberikan kesempatan kepada kami, Jaksa Penuntut Umum dalam
perkara ini, untuk mengajukan tanggapan atas pembelaan saudara Penasehat
Hukum terdakwa GADING CHRISYE, JULIA SANTIKA, FADEL
RAMADHAN yang dihadapkan ke depan persidangan ini dengan dakwaan
melakukan tindak pidana sebagai mana diatur dalam pasal Pasal 1 Ayat (1) jo
Pasal 7 Ayat (1) Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Jo Pasal 55 Ayat (1)
K.U.H Pidana. Setelah kami pelajari dan mencermati pembelaan saudara
penasehat hukum terdakwa GADING CHRISYE, JULIA SANTIKA DAN
FADEL RAMADHAN, maka kami akan mengajukan tanggapan sebagai
berikut:
Bahwa menurut Munir Fuady Hearsay berasal dari kata hear yang berarti
mendengar dan say yang berarti mengucapkan. Oleh karena itu, secara harfiah
istilah hearsay berarti mendengar dari ucapan (orang lain). Jadi, tidak
mendengar sendiri fakta tersebut dari orang yang mengucapkannya sehingga
disebut juga sebagai bukti tidak langsung (second hand evidence) sebagai lawan
dari bukti langsung (original evidence). Karena mendengar dari ucapan orang
lain, maka saksi de auditu atau hearsay ini mirip dengan sebutan report, gosip,
atau rumor. yang dimaksud dengan kesaksian tidak langsung atau de auditu
atau hearsay adalah “Suatu kesaksian dari seseorang di muka pengadilan untuk
membuktikan kebenaran suatu fakta, tetapi saksi tersebut tidak
mengalami/mendengar/melihat sendiri fakta tersebut. Dia hanya mendengarnya
dari pernyataan atau perkataan orang lain, di mana orang lain tersebut
menyatakan mendengar, mengalami, atau melihat fakta tersebut sehingga nilai
pembuktian tersebut sangat bergantung pada pihak lain yang sebenarnya berada
di luar pengadilan. Jadi, pada prinsipnya banyak kesaksian atas kebenaran dari
kesaksian tersebut sehingga sulit diterima sebagai nilai bukti penuh.“ (Munir
Fuady ,2006: hal.132
Mengapa alat bukti saksi de auditu (hearsay) pada prinsipnya tidak dapat
diterima sebagai alat bukti di pengadilan untuk membuktikan suatu kebenaran
atas suatu fakta? Jawabannya adalah karena saksi de auditu tersebut memiliki
beberapa kelemahan, sebagai berikut: (Menurut Munir Fuady, 2006: 133-134)
Berdasarkan pada hal-hal yang telah kami uraikan diatas, maka kami selaku
jaksa Penuntut Umum dalam perkara ini berkesimpulan dan berpendapat bahwa
penggunaan kata setidak-tidaknya dalam surat dakwaan adalah sudah tepat dan
merupakan hal yang lazim dalam menerapka kata setidak-tidaknya untuk
memperkirakan waktu dan tempat terjadinya tindak pidana. Bahwa dengan
demikian kami menyatakan tetap pada tuntutan pidana sebagaimana telah kami
bacakan pada sidang tanggal 20 November 2018.