Anda di halaman 1dari 44

HUKUM ACARA PERDATA

Oleh :
HADRI ABUNAWAR
Sistem Hukum :

 Hukum Eropah Kontinental (Romawi Jermania) - Penganut sistem hukum ini


adalah Perancis, Belanda, Jerman, Belgia, Swiss, Amerika Latin, dan termasuk

Indonesia – Hukum bersumber dari Peraturan Perundang-Undangan untuk

 tujuan kepastian hukum.

 Hukum Anglo Saxon/Anglo Amerika  (Comment Law Saxon) – Penganut

sistem hukum ini adalah  Malaysia, Inggris, Kanada, Amerika Serikat, dan

Australia – Hukum bersumber dari Yurisprudensi

 Hukum Adat – terdapat di Indonesia, Cina, India, Pakistan, dan lain-lain –

Hukum yang tidak tertulis yang terpelihara tumbuh dan berkembang dari

kesadaran masyarakat untuk ketertiban dan ketenraman masyarakat.

 Hukum Islam – Hukum ini dianut negara Arab saudi, Pakistan, beberapa

negara Asia, Afrika, Eropa dimana Agama Islam berkembang – Hukum

bersumber dari Al Quran, Hadist, Ijma, dan Qias.


Hukum Perdata terbagi 2 macam
yaitu :
 Hukum Perdata Materiil / Hukum Perdata saja
= Hukum yeng mengatur kepentingan
perseorangan (private).
 Hukum Perdata Formil / Hukum Acara
Perdata = Hukum yang mengatur cara
penyelesaian perkara perdata / cara
menegakan Hukum Perdata Materiil
Asas-asas Hukum Acara Perdata :

 Hakim bersikap pasif – Inisiatif pihak-pihak berperkara bukan hakim, mengadili

seluruh tuntutan dan bukan tidak menjatuhkan sesuatu yang tidak dituntut,

yang dikejar kebenaran formil (berdasarkan bukti-bukti yang diajukan didepan

persidangan tanpa harus disertai keyakinan hakim), Para pihak bebas untuk

mengakhiri perkara mereka sendiri.


 Sidang Pengadilan Terbuka Untuk Umum
 Mendengar kedua belah pihak
 Tidak ada keharusan mewakilkan
 Putusan harus disertai alasan-alasan - Putusan yang tidak lengkap atau kurang

cukup pertimbangannya merupakan alasan untuk kasasi dan putusan tersebut

harus dibatalkan (MA tanggal 22-7-1970 Nomor 638 K/Sip/1969 dan tanggal

16-12-1970 Nomor 492 K/Sip/1970)


 Beracara perdata dikenakan biaya.
Wewenang mengadili :
 Wewenang Mutlak (kompetensi absolut) ~ adl kewenangan

pengadilan dalam hal memeriksa,mengadili dan memutus

suatu perkara secara mutlak yg tidak dimiliki oleh

pengadilan lain. Contoh PA Berwenang utk memeriksa

mengadili memutus perkara Perceraian,waris,wakaf dll bagi

org2 islam.
 WEWENANG RELATIF (kompetensi relatif/nisbi) ~ wewenang

Pengadilan dalam hal memeriksa,mengadili,memutus

perkara berdasarkan daerah hukumnya atau tempat obyek

perkara.
Tahapan / Proses penyelesaian perkara perdata dapat dilakukan
dengan 2 cara, yakni :

1. NON LITIGASI : Penyelesaian perkara diluar Pengadilan yg


mengedepankan penyelesaian secara perdamaian
( Dading), yakni melalui ADR/Alternative Dispute
Resolution.

2. LITIGASI : Yakni penyelesaian perkara melalui


penyelesaian perkara melalui proses pengadilan.
Dalam menangani suatu persoalan hukum,
seseorang harus memiliki standar proses yakni :

1. Analisis Hukum :
Adalah merupakan suatu tindakan seorang Advokat untuk
dapat memahami apakah yg menjadi persoalan hukum tsb
tergolong ke dalam kualifikasi peristiwa hukum Pidana,
Perdata Umum, Perdata Khusus, atau persoalan hukum
administrasi atau peristiwa perselisihan dibidang
ketatausahaan negara. Dalam tahapan ini seorang Advokat
dituntut kecermatan dan pemahaman mengenai hubungan
regulasi, alat-alat bukti, yuridiksi hukum dan dsb sehingga
dalam tahapan analisis hukum tersebut akan menghindari
terjadinya kerancuan (obscure) baik terhadap obyek maupun
terhadap subyek perkara dimaksud.
2. Formulasi Hukum :
Dari hasil analisis hukum tsb seorang Advokat dapat
merumuskan tentang peristiwa hukum yg terjadi, dan
menentukan tentang rumusan rumusan langkah hukum yg
akan dilaksanakan.
3. Legal Action :
Seorang setelah Analisis Hukum, Formulasi Hukum
terhadap masalah hukum yang dihadapi maka akan
melahirkan suatu kecermatan tentang masalah hukum
tersebut, ketelitian tentang fakta-fakta hukum yang
berkaitan dengan alat bukti, maka akan melahirkan
suatu kepastian dalam melakukan tindakan hukum
dalam proses penyelesaian permasalahan hukum
dimaksud yang diawali dengan pembuatan Surat Kuasa
Khusus, Surat Gugatan, Mengajukan Surat Gugatan ke
Pengadilan sesuai Kompetensi hukum baik secara
relativ maupun absolut hingga pada proses
penyelesaian perkara sampai memiliki status kekuatan
hukum tetap (Inkracht vervolging).
DASAR HUKUM DLM HK.ACARA PERDATA.
1. BW (Burgerlijk Weetbok) yang dikenal dengan Kitab

Undang-undang Hukum Perdata.

2. HIR (Herzine Indischi Reglemen) yakni aturan Hukum

Kodivikasi Hukum yang mengatur ttg tata cata beracara

dlm penyelesaian perselisihan keperdataan,yg berlaku di

Pulau Jawa dan Madura.

3. RBg ( Regelemen Bwenguisten ) yakni peraturan

perundangan yg mengatur tata cara penyelesaian

perselisihan keperdataan di luar Pulau Jawa dan Madura

serta bagi keturunan teong hoa serta golongan Timur Asing

( Keturunan Arab, India dll).


4. RV (Recht Voordring) adalah aturan yg mengatur ttg hal2

tata cara dalam penyelesaian perselisihan keperdataan

yg belum diatur dalam kodivikasi HIR/RBg dan berlaku

secara Univikasi.

5. Peraturan lain yg diatur secara khusus dalam Acara

Penyelesaian perkara keperdataan yg diberlakukan

secara khusus ( Lex specialis derogat lex degeneralis )

6. SEMA RI Nomor . 2 Tahun 2015 Tentang Gugatan

Sederhana.

7. PERMA Nomor. 1 Tahun 2016 Tentang Mediasi


Surat Kuasa :
Sebagai dasar dan payung hukum (Legal Standing) bagi seorang
Advokat dalam menjalankan profesinya sebagai Kuasa Hukum dalam
suatu perkara harus adanya Surat Kuasa, yang merupakan Perikatan
atau kesepakatan antara Klien (Pemberi Kuasa) dengan Advokat
(Penerima Kuasa). Dengan demikian maka surat kuasa haruslah
meneuhi syarat formil dan syarat materil perikatan (psl. 1320 BW)
tentang surat kuasa diatur dalam pasal 1792 – 1799 KUHPdt/ BW,
dan SEMA Nomor 2 Tahun 1959 yg telah dirubah dengan SEMA No. 6
Tahun 1984 Tentang Sahnya Surat Kuasa.

Surat Kuasa dapat berupa Surat Kuasa Notariel yakni surat kuasa yg
dibuat dan ditandatangani oleh pejabat Notaris, dapat juga berupa
surat kuasa bawah tangan yg dibuat oleh pihak-pihak yg kemudian
didaftarkan pada pejabat legalisasi baik Notaris maupun Panitera
Pengadilan.
 Syarat Formil.
Memuat Identitas Lengkap Pemberi dan
Penerima Kuasa.

 Syarat Materil:
Surat Kuasa harus memuat tentang
kekhususan secara detail tentang yang
dikuasakan dari Pemberi Kuasa kepada
Penerima Kuasa.
Unsur-unsur dalam Surat Kuasa :

 Judul “SURAT KUASA KHUSUS”


 No Surat Kuasa.
 Identitas Pemberi Kuasa
 Identitas Penerima Kuasa
 Tentang Hal yang dikuasakan
 Kata- kata SUBSTITUSI
 Tanggal Surat Kuasa
 Bermaterai dan di Tanda Tangani Pemberi dan
Penerima Kuasa.
Perihal Gugatan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi surat gugatan :

1. Surat gugatan ditujukan ke Pengadilan Kompetensi Absolut

dan Kompetensi Relatif mana yg berwenang akan memeriksa

dan mengadili serta memutus perkara dimaksud.

2. Surat Gugatan harus memuat Identitas lengkap Penggugat

baik Penggugat Prinsipal atau melalui Kuasa Hukum dengan

Surat Kuasa Khusus.

3. Surat Gugatan harus memuat Identitas lengkap Tergugat

baik Tergugat prinsipal atau Tergugat melalui Kuasa Hukum

dengan Surat Kuasa Khusus.


5. Surat Gugatan harus memuat uraian secara jelas, lengkap
tentang peristiwa hukum dan hubungan hukum peristiwa
hukum dimaksud dengan Tergugat (Fundamentum petendi)
6. Surat Gugatan harus menguraikan tentang hubungan
peristiwa hukum dengan akibat kerugian yg ditimbulkan yg
diderita oleh Penggugat baik uraian ttg kerugian materil
maupun uraian ttg kerugian immateril.
7. Untuk menjamin keberhsilan gugatan, Penggugat dapat
memuat ttg Permohonan Sita jaminan (Coservatoir
Beslag/Revindicatoir Beslag), agar apabila Tergugat yg
dinyatakan kalah maka barang yg telah disita tersebut dapat
dilakukan eksekusi untuk memenuhi isi putusan.
8. Surat gugatan harus memuat dan menguraikan secara
cermat ttg tuntutan hukum yg diharapkan oleh Penggugat
(Petitum)
9. Surat Gugatan harus ditandatangani dan bermaterai cukup
(Rp.6000).
Tingkatan Pemeriksaan Penyelesaian
Perkara Perdata.
 Tingkat pertama - Pengadilan Negeri ~ HIR
(untuk Jawa & Madura) dan RBg  (untuk luar Jawa
& Madura).
 Tingkat banding – Pengadilan Tinggi ~ UU
No.20/1947 (untuk pemeriksaan ulangan Jawa &
Madura) dan RBg (untuk luar Jawa & Madura).
 Tingkat Kasasi – Mahkamah Agung ~ UU No. 5
Tahun 2004 tentang Mahkamah Agung.
Ada 2 macam bentuk campur tangan (intervensi)
pihak ketiga dalam perkara perdata :
 Menyertai (Voeging) – bersikap memihak kepada
salah satu pihak berperkara.
 Menengahi (Tussenkomst) – bersikap membela
kepentingan sendiri.
 Bentuk yang lain sama dengan intervensi adalah
Vrijwaring (penangguhan atau pembebasan) –
pihak ketiga yang ditarik oleh salah satu pihak
berperkara untuk kepentingan pihak yang
menarik.
Kumulasi Gugatan ada 2 macam :

 Kumulasi Subjektif ~ Penggabungan dari


subjeknya – syarat tuntutan-tutntutan
memiliki koneksitas
 Kumulasi Objektif ~ tidak diperkenankan
Penggabungan pemeriksaan acara khusus
dan acara biasa; tuntutan yang berbeda
wewenang relatifnya; dan tuntutan mengenai
bezit dan tuntutan mengenai eigendom.
Gugatan Perwakilan Kelompok
(class action)
 Gugatan untuk diri sendiri sekaligus mewakili
kelompok yang memiliki fakta, dasar hukum
dan tergugat yang sama
 Misalnya perkara pencemaran lingkungan –
surat gugatanya diatur dalam Pasal 3
Peraturan MA Nomor 1/2002.
Sita jaminan ada 2 macam :

 Conservatoir beslaag  - sita jaminan barang


milik tergugat

 Revindicatoir beslag ~ sita jaminan barang


milik penggugat
Hal-hal yang tak perlu dibuktikan :

 Sesuatu yang diakui pihak lawan


 Yang dilihat sendiri oleh hakim
 Yang diketahui oleh umum (notoire feiten)
 Yang diketahui oleh hakim karena
pengetahuannya.
 Beban pembuktian berdasarkan pedoman
Pasal 163 HIR/Pasal 283 RBg/Pasal 1865 BW
yaitu :
 “yang megakui haknya atau mengatakan

peristiwa untuk menegaskan haknya atau


untuk membantah adanya hak orang lain, dia
harus membuktikan”
Alat-alat bukti dalam perkara perdata
Pasal 284 KUHPerdata:

 Tulisan( SURAT)
 Saksi-saksi
 Persangkaan
 Pengakuan
 Sumpah
Tahapan Berperkara di Pengadilan
1. Surat Gugatan ditujukan dan diajukan pada Pengadilan
sesuai dengan kompetensi absolut dan kompetensi relatif
perkaranya (PN/PA/PTUN/PHI/Peradilan Niaga.Dll)
2. Gugatan diterima oleh pengadilan dan diberi nomor perkara
setelah dipenuhinya biaya perkara yg telah diperhitungkan
oleh Pengadilan dengan membayar POP (persekot ongkos
perkara).
3. Ketua Pengadilan menetapkan dan menunjuk Majelis Hakim
Ketua yg akan memeriksa dan memutus perkara dimaksud
yg terdiri dari 1 orang bertindak sebagai Ketua Majelis
Hakim dan 2 orang sebagai Hakim Anggota.
4. Panitera Pengadilan menunjuk 1 orang Panitera
Pengganti yg akan membantu penyelenggaraan
administratif dipersidangan (menyusun,
membuat berita acara persidangan).
5. Majelis Hakim menetapkan jadwal hari
persidangan dan memerintahkan agar pihak-
pihak dipanggil ke persidangan pada jadwal hari
yg telah ditetapkan melalui Relas panggilan yg
harus disampaikan kpd pihak-pihak berperkara
sesuai dengan alamat yg tertera dalam surat
gugatan. Apabila pada saat pemanggilan pihak-
pihak tidak berada di tempat sesuai dengan
alamat tertera, maka Relas panggilan tersebut
disampaikan oleh juru sita pengadilan melalui
kantor Lurah atau kepala desa.
6. Sesuai dengan jadwal waktu persidangan maka pihak-pihak wajib
untuk ahdir sendiri atau menunjuk wakil yg sah melalui Surat Kuasa
Khusus ke persidangan, apabila pihak Tergugat setelah dipanggil
secara patut dan layak menurut hukum tidak hadir maka Majelis Hakim
memerintahkan agar dapat dipanggil ulang secara resmi melalui relas
panggilan, sedangkan apabila Penggugat yg tidak hadir setelah
dipanggil secara patut dan layak menurut hukum dan panggilan
tersebut menurut majels hakim telah sah maka majelis hakim atas
pertimbangannya dapat menyatakan gugatan tersebut gugur.
Sedangkan apabila Tergugat telah dipanggil secara patut dan layak
menurut hukum tetap tidak hadir dan tidak pula menunjuk wakilnya
secara sah untuk mewakilinya dipersidangan, maka majelis hakim
dapat melanjutkan pemeriksaan perakara tersebut secara VERSTEK
(pemeriksaan perkara tanpa hadirnya pihak Tergugat)
7. Pada persidangan pertama setelah Majelis Hakim membuka dan
memeriksa kelengkapan identitas pihak-pihak berperkara,
Hakim wajib untuk mendamaikan terlebih dahulu kedua belah
pihak berperkara melalui MEDIASI (upaya perdamaian pihak
pihak berperkara) Vide PERMA No. 1 Tahun 2016.
apabila upaya mediasi tersebut berhasil maka mediator
menyampaikan kpd Majelis Hakim untuk dibuatkan keputusan
Pengadilan yg berisikan Perdamaian, dan sebaliknya apabila
dalam tenggang waktu maksimal 45 hari upaya mediasi
tersebut tidak tercapai Mediator menyampaikan kpd Majelis
Hakim dan majelis Hakim akan melanjutkan pemeriksaan
perkara dimaksud sesuai dengan tahapan-tahapannya.
8. Tahapan pertama pemeriksaan dipersidangan, Penggugat

dipersilahkan untuk membacakan Surat Gugatannya, dan apakah

surat gugatan tersebut akan terdapat perubahan atau tetap seperti

semula. Apabila terdapat perubahan yg bukan pada substansi

gugatan, maka perubahan surat gugatan tsb diperbolehkan hanya 1

kali sebelum Tergugat mengajukan Jawaban.

9. JAWABAN TERGUGAT, merupakan tanggapan Tergugat terhadap

surat gugatan Penggugat. Pada jawaban Tergugat diperkenankan

disertai dengan EKSEPSI (penolakan kewenangan pengadilan

mengadili atau penolakan karena alasan penundaan), juga


sekaligus dapat disertai Tergugat mengajukan GUGATAN

REKONPENSI (Gugatan Balik dari Tergugat kepada Penggugat).


10. REPLIK PENGGUGAT, adalah berisi tentang dalil-dalil hukum
penyangkalan dan atau hal-hal yg dibenarkan oleh Penggugat
terkait jawaban Tergugat baik menyangkut hal yg berkaitan dengan
EKSEPSI, GUGATAN REKONPENSI maupun yg menyangkut ttg pokok
perkara.
11. DUPLIK TERGUGAT, adalah berisi tentang dalil – dalil hukum
penyangkalan atau pembenaran Tergugat terhadap REPLIK
PENGGUGAT.
12. PEMBUKTIAN
Sesuai dengan ketentuan Psl 283 RBg/163 HIR “Barangsiapa
mengatakan mempunyai suatu hak atau mengemukakan suatu
perbuatan untuk meneguhkan haknya itu, atau untuk membantah
hak orang lain, hasurlah membuktikan adanya perbuatan itu”
Penggugat & Tergugat diberikan hak yg sama untuk dapat
membuktikan dalil-dalil hak atau penyangkalan atas hak tersebut .
Jenis-jenis alat bukti
Berdasarkan ketentua pasal 284 BW menetukan bahwa jenis alat
bukti sah adalah berupa :
a. Bukti Tertulis : 1. Autentik. 2. Bawah tangan 3. catatan-catatan.

b. Saksi

c. Persangkaan : 1. Menurut UU. 2. Persangkaan penafsiran.

d. Sumpah : 1. Decisoir 2. Deklatoir.


13. KESIMPULAN (Konklusi).
Adalah merupakan pendapat para pihak
berperkara terkait pemeriksaan dipersidangan.
14. MUSYAWARAH MAJELIS HAKIM.
Guna kepentingan mengambil keputusan akhir
terhadap pemeriksaan perkara a quo, Majelis
Hakim mengadakan musyawarah terkait
dengan hasil pemeriksaan perkara dan
masing-masing Hakim diberikan hak sama
untuk mengemukakan pendapat hukum yg kan
dijadikan sebagai dasar pertimbangan hukum
dalam putusan. Apabila terjadi perbedaan
pendapat hukum (disampting opinion) maka
Hakim mengemukakan pendapat hukumnya
secara bebas dan termuat dalam putusan.
15. PUTUSAN.
Psl. 183. 184. 187. HIR / Psl. 194.195.198 RBg. Psl. 50 UU No. 48
tahun 2009. 27 RO. 61 Rv. Menyebutkan Putusan Pengadilan
terdiri dari 4 bagian :
 Kepala Putusan ~ berbunyi : “Demi Keadilan Berdasarkan
Ketuhanan  Yang Maha Esa” (Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 2004).
 Identitas pihak-pihak yang berperkara ~ identitas pihak Penggugat,
Tergugat dan Turut Tergugat harus dimuat secara jelas
 Pertimbangan (alasan-alasan) ~ Pertimbangan tentang duduk
perkaranya (feitelijke gronden) dan Pertimbangan tentang
hukumnya (rechtsgronden),
 Amar Putusan (diktum) ~ jawaban terhadap petitum dalam gugatan
Penggugat.
PEMERIKSAAN SETEMPAT.
Psl.153 HIR / Psl.180 RBg. SEMA RI. No. 7
Tahun 2001 Ttg. PEMERIKSAAN SETEMPAT.
Guna untuk menghindari adanya putusan
Non Executable atau putusan yg tidak dapat
dieksekusi karena ketidak jelasan mengenai
letak, luas dan ukuran obyek perkara maka
Majelis Hakim baik atas inisiatif dan atau
permintaan pihak-pihak berperkara
diharuskan untuk melakukan Pemeriksaan
Setempat (Gerechttelijke Plaatsopneming).
Dan hasil PS tersebut dijadikan sebagai
pertimbangan fakta hukum dalam putusan.
Jenis jenis putusan:

 Putusan Akhir
 Putusan Sela
 Putusan Insidentil
 Putusan Provisionil
1. Putusan Akhir : putusan yg mengakhiri suatu sengketa
dalam suatu tingkat peradilan, putusan akhir ada yg
bersifat. Meghukum (Condemnatoir). Ada yg bersifat
menciptakan (Constitutif). Ada yg bersifat menerangkan
atau menyatakan (Declatoir). Putusan akhir dapat
berupa :
a. Mengabulkan seluruh atau sebagian gugatan.
b. Menyatakan gugatan tidak dapat diterima (Niet onvan
kelijkerad).
2. Putusan Sela : putusan yang fungsinya tidak lain untuk
memperlancar pemeriksaan perkara (Vide Pasal 185 HIR)
3. Putusan Insidentil : putusan yg berhubungan
dengan insiden, yaitu peristiwa yg menghentikan
prosedur peradilan biasa, seperti putusan yg
membolehkan pihak ketiga dalam perkara
(Vrijwaring, voeging, tussemkost).

4. Putusan Provisionil : putusan yg menjawab


tuntutan provisionil yaitu permintaan pihak yg
bersangkutan agar sementara diadakan tindakan
pendahuluan guna kepentingan salah satu pihak
sebelum putusan akhir dijatuhkan.
Upaya Hukum Terhadap Putusan Pengadilan :
1. Perlawanan (Verzet) : Merupakan suatu upaya
hukum pihak Tergugat menanggapi adanya
putusan verstek – tenggang waktu pengajuan 30
hari.
2. Banding (Richeks): Merupakan upaya hukum
pihak yg dinyatakan kalah dalam Putusan
peradilan tingkat pertama agar perkara a quo
diperiksa diadili dan diputus oleh Majelis Hakim
pada Pengadilan Tinggi yg diajukan dalam
tenggang waktu 14 hari sejak putusan diucapkan
dimuka persidangan.
3. KASASI : Adalah upaya hukum pihak yg
dikalahkan dalam putusan Pengadilan tingkat
Banding dengan alasan bahwa putusan Judex
Factie (Peradilan tingkat pertama dan peradilan
tingkat banding) salah atau keliru dalam
menerapkan hukum atau terdapat fakta hukum
yg tidak dipertimbangkan atau putusan Judex
Factie tersebut melampaui batas kewenangan.
Upaya hukum kasasi harus disertai dengan
memori kasasi yg berisikan :
 Judex facti tidak berwewenang dalam putusannya
atau melampaui batas wewenangnya,
 Lalai tidak memenuhi syarat-syarat peraturan
perundang-undangan, atau
 Judex fakti salah menerapkan atau melanggar
hukum yang berlaku.
4. PENINJAUAN KEMBALI : Adalah merupakan upaya hukum
luar biasa yg diajukan oleh bihak yang berkepentingan

setelah keputusan pengadilan memperoleh kekuatan

hukum tetap (Inkracht Vervolging/ inkcraht van gewisjide).

Upaya hukum peninjauan kembali tidak akan menunda

eksekusi putusan perkara awal, dan permohonan

peninjauan kembali hanya dapat dilakukan satu kali yakni

dalam tenggang waktu 180 hari sejak keputusan

Pengadailan memiliki kekuatan hukum tetap (Vide Psl 67

UU No. 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung)


Penyelesaian Perkara Gugatan Sederhana (GS)
 Akibat pengaruh politik hukum dibidang hukum acara perdata
sebagaimana yang diatur di dalam HIR. RBg. Rv, dalam penyelesaian
perkara yang bersifat sederhana selain dari pemeriksaan biasa maka
terdapat proses penyelesaian sengketa perdata sederhana dengan
dikeluarkannya Perma No. 2 Tahun 2015 Tentang Tata Cara
Penyelesaian Gugatan Sederhana.

yang mengatur tentang pemeriksaan gugatan perdata gugatan


materil paling banyak senilai Rp. 200.000.000,- (Dua ratus juta
rupiah) yang pemeriksaanya dilakukan oleh Hakim Tunggal pada
Pengadilan Negeri dimana wilayah hukum pihak-pihak berperkara
berada dalam satu wilayah hukum dan tidak menyangkut masalah
tanah bangunan atau hal yang menyangkut kewenangan peradilan
khusus.
PELAKSANAAN PUTUSAN PENGADILAN (EKSEKUSI)
1. Pemohon eksekusi mengajukan permohonan
kepada Ketua Pengadilan.
2. Atas dasar permohonan itu Pengadilan
Negeri memanggil pihak yang kalah untuk
dilakukan Teguran (aanmaning) agar ia
memenuhi putusan dalam waktu 8 hari
:pasal 196 HIR/207 Rbg
3. Jika tidak mau, Ketua Pengadilan Negeri
karena jabatan dengan “Penetapan” memberi
perintah agar disita barang bergerak dan
kalau tidak cukup disita barang disita barang
tetap sejumlahnilai dalam putusan pasal 197
HIR/208 Rbg.
4. Eksekusi selesai jika dapat
dilaksanakan sesuai putusan/ jumlah
nilai sita sudah sama dengan bunyi
amar dan dapat dilaksanakan berupa
benda(barang) yang disita tersebut.
Benda/barang yang disita tersebut
dijual/lelang bersama serempak
(barang tetap dan tidak tetap) melalui
kantor lelang negeri setelah lebih
dahulu 2 kali di surat kabar setempat
berselang 15 hari.
Macam Macam Sita Eksekusi
1.Sita Revindicatoir : pasal 226 HIR/260 Rbg

Sita atas barang bergerak miliknya kreditor/penggugat sendiri yang

berada ditangan debitor/tergugat

( dalam praktek sita revindicatoir banyak diajukan karena tergugat

mengakui/merasa sebagai miliknya)


2. Sita Maritaal : pasal 823 Brv

Sita yang diajukan oleh isteri atas “HARTA BERSAMA”, sedang Sita

MATRIMORNIAL yang diajukan oleh suami

3. Sita Conservatoir (sita Jaminan)

Sita jaminan berupa barang bergerak/ tidak bergerak untuk

pemenuhan hutangnya. Dan agar pihak lawan tidak berusaha

menjauhkan/memusnahkan barang yang akan disita.


Contoh Peristiwa Hukum :

Contoh 1.
Hartono Bin Selamat yg dilahirkan di desa Adirejo Kecamatan
Pekalongan Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 19 Januari 1979,
bekerja dan bertempat tinggal di Jalan Raya Pekalongan Desa Adirejo
RT/RW. 001/02 No. 10 Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung
Timur. Bekerja sebagai pedagang pakaian di pusat pertokoan pasar
Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Pada tanggal 11 Juni 2010
Hartono telah membeli barang berupa jenis pakaian pria dan wanita
senilai Rp. 50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah) di toko bersaudara
milik Iwan Makmur yg terletak di Komplek Pertokoan Cendrawasih No.
15 Kota Metro dan barang tersebut akan dijual kembali. Hartono baru
membayar barang tersebut kepada Iwan Makmur sebesar Rp.
30.000.000.-(Tiga puluh juta rupiah), sedangkan sisanya akan dilunasi
pada tanggal 15 Januari 2011. akan tetapi sampai dengan tahun 2019
hartono belum juga melunasi sisa pembayaran tersebut walaupun
telah berulang kali dilakukan penagihan oleh Iwan Makmur. Hartono
memiliki toko milik pribadi yg terletak di komplek pertokoan pasar
pekalongan No.11.
Perintah :
Saudara bertindak selaku Kuasa Hukum Iwan Makmur untuk melakukan
gugatan dalam pembayaran sisa hutang kepada Hartono Bin Selamat.
Contoh 2.
Siti Marfu’ah Binti Hartono lahir di Tejoagung 5 Maret 1989 Agama Islam.
Pekerjaan Ibu rumah tangga alamat. Jl. Petai Kelurahan Tejo Agung No. 15
Kecamatan Metro Timur Kota Metro. Telah menikah secara resmi dengan
seorang perjaka bernama Rudi Salam Bin Salam lahir di Batanghari 15 Juni
1986. pekerjaan Pengemudi, Agama Islam. Alamat: Jl. Petai Kelurahan
Tejo Agung No. 15 Kecamatan Metro Timur Kota Metro. Keduanya telah
menikah dihadapan petugas Pencatat nikah KUA Kecamatan Metro Timur
Kota Metro pada hari Jum’at 20 April 2007 dengan buku akta nikah
dikeluarkan oleh kepala KUA Kecamatan Metro Timur Kota metro Nomor:
AU.200/KUA/MT/2007 Tanggal 20 April 2007. keduanya telah hidup
bersama dan memiliki 2 orang anak masing-masing. 1. Zahra Binti Rudi
Salam yg lahir pda tanggal 1 Agustus 2009. 2. Zainudin bin Rudi Salam
lahir pada tanggal 5 September 2012. dan mereka menetap dirumah
bersama yg terletak di Jalan Petai Kelurahan Tejo Agung No. 15
Kecamatan Metro Timur Kota Metro. Rudi salam semula adalah suami dan
imam yg baik, akan tetapi sejak ahir bulan november 2015 Rudi salam
sering mabuk-mabukan dan terahir ditangkap oleh pihak kepolisian resor
metro karena terlibat kasus jual beli narkotika dan telah diperoses secara
hukum sehingga dijatuhi putusan pidana oleh PN Metro dengan pidana
penjara selama 10 tahun. Atas peristiwa tsb Siti Marfu’ah akan
mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan terhadap Rudi Salam.
Perintah :
Buat surat kuasa dan surat gugatan bertindak sebagai Kuasa Hukum Siti
Marfu’ah untuk mengajukan gugatan perceraian?
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai