0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
54 tayangan2 halaman
Persidangan perkara perdata terdiri dari 9 tahapan, dimulai dari pembukaan sidang, menghadirkan para pihak, memberi kesempatan perdamaian, memberi kesempatan jawab, putusan sela, pembuktian, pembacaan kesimpulan, musyawarah majelis hakim, dan pembacaan putusan.
Persidangan perkara perdata terdiri dari 9 tahapan, dimulai dari pembukaan sidang, menghadirkan para pihak, memberi kesempatan perdamaian, memberi kesempatan jawab, putusan sela, pembuktian, pembacaan kesimpulan, musyawarah majelis hakim, dan pembacaan putusan.
Persidangan perkara perdata terdiri dari 9 tahapan, dimulai dari pembukaan sidang, menghadirkan para pihak, memberi kesempatan perdamaian, memberi kesempatan jawab, putusan sela, pembuktian, pembacaan kesimpulan, musyawarah majelis hakim, dan pembacaan putusan.
Majelis hakim membuka persidangan dengan 1. Pembukaan sidang menyatakan dibuka dan terbuka untuk umum (kecuali perkara tertentu dinyatakan tertutup untuk umum). 1. Para pihak (penggugat dan tergugat) diperintahkan memasuki ruang sidang; 2. Para pihak diperiksa identitasnya 2. Menghadirkan para pihak (surat kuasanya), demikian pula diperiksa surat ijin praktik dari organisasi advokat (jika dikuasakan kepada Advokat).
1. Apabila kedua belah pihak
lengkap maka diberi kesempatan untuk menyelesaikan dengan perkara secara damai (melalui mediasi); 2. Majelis Hakim menawarkan apakah akan menggunakan mediator dari lingkungan PN atau dari luar (sesuai PERMA RI No.1 Tahun 2008); Memberi kesempatan 3. Apabila tidak tercapai 3. perdamaian kepada para kesepakatan damai, maka pihak persidangan dilanjutkan dengan pembacaan surat gugatan oleh penggugat/kuasanya; 4. Apabila perdamaian berhasil maka dibacakan dalam persidangan dalam bentuk akta perdamaian yang bertitel “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA.”
1. Apabila tidak ada perubahan
acara, selanjutnya jawaban dari Memberi kesempatan tergugat; (jawaban berisi eksepsi, 4. jawab menjawab kepada bantahan, permohonan putusan para pihak provisionil, gugatan rekonvensi); 2. Apabila ada gugatan rekonvensi tergugat juga berposisi sebagai penggugat rekonvensi; 3. Replik dari penggugat, apabila digugat rekonvensi maka ia berkedudukan sebagai tergugat rekonvensi; 4. Pada saat surat menyurat (jawab jinawab) ada kemungkinan ada gugatan intervensi (voeging, vrijwaring, toesenkomst).
Ada kemungkinan muncul putusan sela
(putusan provisionil, putusan tentang 5. Putusan sela dikabulkannya eksepsi absolut, atau ada gugat intervensi) sebelum pembuktian. 1. Dimulai dari penggugat berupa surat bukti dan saksi; 2. Dilanjutkan dari tergugat berupa surat bukti dan saksi; 6. Pembuktian 3. Apabila diperlukan, Majelis Hakim dapat melakukan pemeriksaan setempat (tempat objek sengketa).
Majelis Hakim memberikan kesempatan
Pembacaan kesimpulan 7. kepada Para Pihak/Kuasanya untuk dari masing-masing pihak membacakan kesimpulan. Majelis Hakim melakukan musyawarah 8. Musyawarah majelis hakim dalam menentukan putusan terhadap perkara. Isi putusan Majelis Hakim dapat berupa :
1. Gugatan dikabulkan (seluruhnya
9. Pembacaan putusan atau sebagian); 2. Gugatan ditolak, atau 3. Gugatan tidak dapat diterima.