Anda di halaman 1dari 35

RANCANGAN PENELITIAN UNTUK PENULISAN SKRIPSI

A. JUDUL : PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK


MAKANAN BEKU (FROZEN FOOD) OLAHAN INDUSTRI RUMAH
TANGGA TANPA MENCANTUMKAN TANGGAL KEDALUWARSA
YANG DIPASARKAN MELALUI MEDIA SOSIAL (SUATU
PENELITIAN DI KOTA LANGSA).

B. PELAKSANA PENELITIAN

a. Nama : Annisa Surya Putri

b. Nomor Induk Mahasiswa : 1803101010051

c. Angkatan : 2018

d. Program Studi : lmu Hukum

e. Program Kekhususan : Hukum Perdata

f. Sudah Lulus/Belum Mata Kuliah Wajib : Belum

g. SKS yang Dicapai : 144 SKS

h. Alamat : Lr. Gabungan,

Pb.Seuleumak, Langsa Baro,

Kota Langsa

C. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang memiliki populasi penduduk

keempat terbesar di dunia. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada

September 2020, jumlah penduduk Indonesia mencapai 270,20 juta jiwa. 1

1
https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/1854/hasil-sensus-penduduk-2020.html%20/
diakses 27 November 2021Pukul 21.00 WIB
Jumlah penduduk tersebut tersebar di berbagai penghujung daerah mulai dari

Sabang hingga Merauke. Besarnya jumlah penduduk memiliki keterkaitan

dengan berbagai macam kebutuhan salah satunya yaitu makanan. Makanan

merupakan kebutuhan pokok manusia serta makanan juga menjadi salah satu

alasan utama bagi manusia untuk dapat bertahan hidup.

Pangan merupakan kebutuhan manusia yang paling mendasar atau

disebut juga sebagai kebutuhan pokok. Pengertian pangan berdasarkan

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan adalah segala sesuatu

yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan,

perikanan, peternakan, perairan dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah

yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,

termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya

yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan

makanan atau minuman. Pangan menjadi kebutuhan primer setiap manusia.

Oleh karena itu sebagian besar masyarakat Indonesia berprofesi sebagai

produsen makanan.

Seiring perkembangan zaman dan meningkatnya ilmu pengetahuan,

masyarakat dituntut untuk lebih cepat dan praktis dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya sehingga banyak timbul inovasi produk olahan makanan yang

diciptakan untuk memberikan efek praktis dan cepat tersebut. 2 Salah satu

inovasi tersebut yaitu dengan adanya hasil produk makanan olahan yang lebih

dikenal dengan makanan beku (frozen food). Makanan beku (frozen food)
2
Saripa Hannum Nasution, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Terkait Produk Frozen
Food Tanpa Izin Edar Yang Dijual Secara Online”, Jurnal Legal Reasoning, Vol. 3, No. 1,
Desember 2020, hal. 66.
merupakan suatu produk makanan yang dibekukan melalui proses pengawetan

yang dilakukan dengan cara menurunkan suhu hingga titik beku, hal ini

bertujuan agar suatu produk makanan tidak mudah mengalami pembusukan

dan dapat terjaga kualitas dari produk makanan tersebut. Menurut Pasal 1

angka 19 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan

menyebutkan bahwa pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil

proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.

Dewasa ini, usaha makanan beku (frozen food) industri rumah tangga

sangat popular dikalangan masyarakat. Hal ini dikarenakan bentuk penyajian

dari produk makanan tersebut praktis dan dapat disimpan dalam jangka waktu

yang lama sehingga membuat para konsumen tertarik untuk membeli produk

makanan olahan tersebut. Produk olahan makanan beku (frozen food) tidak

hanya beredar luas di pasaran, namun juga saat ini sudah banyak

diperjualbelikan di media sosial. Akan tetapi, transaksi penjualan di media

sosial ini mengakibatkan para konsumen tidak dapat melihat barangnya secara

langsung sehingga banyak sekali pelaku usaha yang menjual produk hasil

olahan mereka tidak sesuai dengan standar penjualan yang telah ditetapkan

oleh Undang-Undang yang berlaku di Indonesia dimana salah satunya yaitu

mewajibkan setiap pelaku usaha untuk mencantumkan label pangan.

Ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen dalam bab IV Pasal 8 ayat (1) huruf g berbunyi

“tidak mencantumkan tanggal kedaluwarsa atau jangka waktu

penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu”. Dalam pasal


ini telah dijelaskan bahwa adanya larangan tidak mencantumkan tanggal

kedaluwarsa, artinya setiap pelaku usaha diwajibkan untuk mencantumkan

tanggal kedaluwarsa atau jangka waktu dari setiap produk hasil olahannya.

Selanjutnya, menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan

RI tentang Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga

pada angka 10 dijelaskan mengenai pelabelan pangan. Dimana label pangan

industri rumah tangga harus memenuhi ketentuan yang tercantum dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan

atau perubahannya dan peraturan lainnya tentang label dan iklan pangan yang

sekurang-kurangnya memuat nama produk sesuai dengan jenis pangan IRT,

daftar bahan atau komposisi yang digunakan, berat bersih, nama dan alamat

IRTP, tanggal, bulan dan tahun kedaluwarsa, kode produksi, dan nomor P-

IRT.3

Di era globalisasi dan sehubungan dengan adanya pandemi Covid-19,

memiliki dampak terhadap berkurangnya aktivitas perdagangan dalam hal

pemenuhan makanan secara tatap muka sehingga banyak sekali produsen

makanan beralih aktivitas yang semula melakukan proses jual beli secara

langsung berubah secara online. Banyak produsen makanan menjual hasil

produk olahannya di media sosial. Transaksi melalui media sosial ini memiliki

banyak sekali dampak positif dan negatif, dimana para konsumen dan pelaku

usaha dapat dengan mudah melakukan proses jual beli dikarenakan dapat

diakses oleh siapapun, akan tetapi hal ini juga dapat menimbulkan efek negatif
3
Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia Nomor HK.
03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 Tentang Cara Produksi Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah
Tangga.
dimana konsumen tidak dapat melihat secara langsung produk yang

dipesannya.

Terhadap produk yang dihasilkan oleh industri rumah tangga namun

tidak disertai dengan adanya label tanggal kedaluwarsa yang telah ditentukan

dalam undang-undang tentu hal ini tidak dapat dikategorikan sebagai makanan

yang baik dan belum dapat dipastikan keamanan mutunya jika dikonsumsi

oleh masyarakat. Masyarakat sebagai konsumen mengkonsumsi suatu produk

makanan tanpa adanya tanggal kedaluwarsa sangatlah berbahaya hal ini tidak

menutup kemungkinan makanan yang dikonsumsinya itu telah melewati

tanggal kedaluwarsa dan menimbulkan efek negatif pada kesehatan konsumen.

Meskipun setiap pelaku usaha diwajibkan untuk memasang label di

setiap produk yang dihasilkan termasuk label tanggal kedaluwarsa. Namun

berdasarkan penelitian awal yang penulis lakukan, terdapat beberapa akun

online shop yang menjual produk olahan makanan beku (frozen food) industri

rumah tangga di Kota Langsa yang tidak mencantumkan label tanggal

kedaluwarsa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

TABEL 1
TABEL PRODUK MAKANAN BEKU (FROZEN FOOD)
OLAHAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TANPA MENCANTUMKAN
TANGGAL KEDALUWARSA YANG DIPASARKAN DI MEDIA
SOSIAL

NAMA AKUN
NO MEDIA ONLINE PRODUK OLAHAN
ONLINE SHOP
1 @dimsumbynajla Instagram Aneka Dimsum
2 @baksolangsa_new Instagram Bakso
3 @premiumkebab_ Instagram Kebab
4 @ngemilteruss.id Instagram Hotang, Kroket, dll
5 @dapursehat_yasmine Instagram Donat, Pempek, dll
Sumber: Instagram, diakses 28 November 2021.

Berdasarkan data yang ditemukan tersebut menunjukkan bahwa masih

ada pelaku usaha yang tidak mencantumkan label tanggal kedaluwarsa pada

produk pangannya. Merujuk pada latar belakang di atas, maka penulis tertarik

untuk mengangkat judul skripsi dengan judul “Perlindungan Konsumen

Terhadap Produk Makanan Beku (Frozen Food) Olahan Industri Rumah

Tangga Tanpa Mencantumkan Tanggal Kedaluwarsa Yang Dipasarkan

Melalui Media Sosial (Suatu Penelitian Di Kota Langsa)”.

2. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana tanggung jawab pelaku usaha terkait penjualan makanan

beku (frozen food) tanpa mencantumkan tanggal kedaluwarsa yang

dipasarkan melalui media sosial?

2. Bagaimana perlindungan hukum bagi konsumen terkait produk

makanan beku (frozen food) tanpa mencantumkan tanggal

kedaluwarsa yang dipasarkan melalui media sosial ditinjau dari

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen?

3. Bagaimana sanksi yang dapat diterapkan terhadap pelaku usaha yang

menjual produk makanan beku (frozen food) tanpa mencantumkan

tanggal kedaluwarsa?
3. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono definisi operasional variabel penelitian adalah

suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki

variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.4

Adapun definisi operasional variabel penelitian yang dijadikan

landasan dalam pengumpulan, pengolahan, dan analisa data dalam

penelitian ini antara lain:

a. Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin

adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

konsumen.

b. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang

tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,

keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan.

c. Makanan Beku (Frozen Food) merupakan suatu produk makanan

yang dibekukan melalui proses pengawetan yang dilakukan dengan

cara menurunkan suhu hingga titik beku, hal ini bertujuan agar

suatu produk makanan tidak mudah mengalami pembusukan dan

dapat terjaga kualitas dari produk makanan tersebut.

d. Industri rumah tangga atau industri rumah tangga pangan yang

disingkat dengan IRTP adalah perusahaan pangan yang memiliki

4
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), Bandung: Alfabeta. hlm. 38
tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan

pangan manual hingga semi otomatis.5

e. Label Pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang

berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain

yang disertakan pada pangan, dimasukan kedalam, ditempelkan

pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.6

f. Tanggal Kedaluwarsa adalah masa atau waktu kelayakan

pemakaian (konsumsi) dari suatu produk yang dihasilkan. Menurut

KBBI, kedaluwarsa yaitu tidak model lagi, tidak sesuai dengan

zaman, terlewat dari batas waktu berlakunya sebagaimana yang

ditetapkan.7

g. Media Sosial adalah sebuah media online dengan para

penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan

menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan

dunia virtual.8

4. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian

Penelitian ini berada dalam ruang lingkup Hukum Perdata khususnya

Hukum Perlindungan Konsumen guna mengetahui bagaimana

perlindungan konsumen terhadap produk makanan beku (frozen food)

olahan industri rumah tangga tanpa mencantumkan tanggal kedaluwarsa

5
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Keamanan, Mutu dan
Gizi Pangan.
6
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 Tentang Label dan Iklan
Pangan
7
https://kbbi.web.id/kedaluwarsa, diakses 10 Desember 2021 pukul 22.00 WIB
8
Anang Sugeng Cahyono, “Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat di
Indonesia”, Jurnal Publiciana, Vol. 9, No. 1, 2016, hlm. 142.
yang dipasarkan melalui media sosial. Berdasarkan latar belakang dan

rumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dalam

penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan tanggung jawab pelaku usaha

terkait penjualan makanan beku (frozen food) tanpa mencantumkan

tanggal kedaluwarsa yang dipasarkan melalui media sosial.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan perlindungan hukum bagi

konsumen terkait produk makanan beku (frozen food) tanpa

mencantumkan tanggal kedaluwarsa yang dipasarkan melalui media

online ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen.

3. Untuk mengetahui sanksi apa saja yang dapat diterapkan terhadap

pelaku usaha yang menjual produk makanan beku (frozen food)

tanpa mencantumkan tanggal kedaluwarsa.

5. Kegunaan Penelitian

Adapun beberapa kegunaan penelitian dari skripsi ini sebagai berikut:

a. Kegunaan secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan

manfaat serta dapat menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan hukum

khususnya dalam bidang hukum perdata terkait dengan

perlindungan konsumen.

b. Kegunaan secara praktis


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

wawasan dalam hal perlindungan bagi konsumen terhadap produk

makanan beku (frozen food) olahan industri rumah tangga tanpa

mencantumkan tanggal kedaluwarsa yang dipasarkan melalui

media sosial. Hasil penelitian ini diharapkan untuk meningkatkan

kesadaran akan kewajiban bagi setiap pelaku usaha untuk

mencantumkan tanggal kedaluwarsa pada produk yang dihasilkan.

Selain itu, hasil dari penelitian ini juga diharapkan dapat berguna

menjadi salah satu sumber bacaan di perpustakaan.

6. Keaslian Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan atas ide dan pemikiran guna menyelesaikan

tugas akhir dalam bentuk skripsi. Hal ini tidak lepas dari hasil masukan

pemikiran dan berbagai penelitian terdahulu. Berdasarkan hasil penelitian

kepustakaan ditemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan

penelitian ini antara lain:

a. Skripsi atas nama Raifina Oktiva “Perlindungan Konsumen

Terhadap Produk Industri Rumah Tangga Pangan Yang Tidak

Mencantumkan Label Komposisi (Suatu Penelitian di Kota Banda

Aceh)”. Fakultas Hukum, Universitas Syiah Kuala, 2017.9

Perbedaan yang terdapat dalam penelitian ini adalah penelitian ini

memfokuskan pada industri rumah tangga pangan yang tidak

mencantumkan label komposisi, selain itu objek dari penelitiannya


9
Raifina Oktiva, “Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Industri Rumah Tangga Pangan
Yang Tidak Mencantumkan Label Komposisi (Suatu Penelitian di Kota Banda Aceh)”, Fakultas
Hukum, Universitas Syiah Kuala, 2017.
adalah toko roti yang ada di kota Banda Aceh. Tujuan dari

penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang

menyebabkan pelaku usaha tidak mencantumkan label komposisi

pada produknya, untuk mengetahui akibat hukum terhadap pelaku

usaha, dan mengetahui upaya apa yang dilakukan oleh instansi

terkait terhadap peredaran produk industri rumah tangga pangan

yang tidak mencantumkan label komposisi pada produk. Adapun

persamaan yang terdapat dalam penelitian ini yaitu sama-sama

meneliti mengenai produk industri rumah tangga dan merujuk pada

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen.

b. Skripsi atas nama Nurma Yulianti “Perlindungan Hukum Bagi

Konsumen Terhadap Peredaran Makanan Olahan Home Industri

Tanpa Tanggal Kadaluarsa Pada Produsen Kripik Wader Di

Kecamatan Banyubiru”. Fakultas Syariah, Institut Agama Islam

Negeri Salatiga, 2019.10 Perbedaan dari penelitian ini adalah

penelitian ini memiliki fokus penelitian pada produsen kripik

wader, selain itu terdapat perbedaan lokasi penelitian dimana

penelitian ini berlokasi di Kecamatan Banyubiru. Penelitian ini

juga selain merujuk pada Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999

tentang Perlindungan Konsumen juga merujuk pada Hukum Islam.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menemukan jawaban dari


10
Nurma Yulianti, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap Peredaran Makanan Olahan
Home Industri Tanpa Tanggal Kadaluarsa Pada Produsen Kripik Wader Di Kecamatan
Banyubiru”, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Salatiga, 2019.
produsen mengenai alasan tidak mencantumkan tanggal

kedaluwarsa, mengetahui upaya apa yang diambil oleh pemerintah

Kab. Semarang guna melindungi konsumen dari makanan tanpa

tanggal kedaluwarsa, dan untuk mengetahui tinjauan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

serta Hukum Islam mengenai peredaran makanan tanpa tanggal

kedaluwarsa. Adapun persamaan dari penelitian ini yaitu sama-

sama meneliti mengenai makanan olahan home industri tanpa

mencantumkan tanggal kedaluwarsa dan merujuk pada Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

c. Skripsi atas nama Indra Prayitno “Tinjauan Hukum Islam Terhadap

Jual Beli Makanan Tanpa Pencantuman Tanggal Kadaluarsa (Studi

Kasus Pengusaha Kue Rumahan di Desa Manyaran, Karanggede,

Boyolali)”. Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri

Surakarta, 2020.11 Perbedaan dari penelitian ini adalah penelitian

ini memfokuskan pada praktik jual beli makanan yang dilakukan

oleh pengusaha dan para penjual kue rumahan di Desa Manyaran,

Karanggede, Boyolali dan merujuk pada Hukum Islam. Tujuan dari

penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor penyebab tidak

dicantumkannya tanggal kedaluwarsa pada produk makanan dan

untuk mengetahui bentuk pertanggungjawaban produsen terhadap

produk makanan tanpa tanggal kedaluwarsa. Adapun


11
Indra Prayitno “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Makanan Tanpa Pencantuman
Tanggal Kadaluarsa (Studi Kasus Pengusaha Kue Rumahan di Desa Manyaran, Karanggede,
Boyolali)”, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2020
persamaannya yaitu sama-sama meneliti mengenai produk

makanan tanpa mencantumkan tanggal kedaluwarsa.

7. Kerangka Pemikiran

1. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Konsumen

a. Pengertian Hukum Perlindungan Konsumen

Perlindungan konsumen merupakan suatu istilah yang

dipakai untuk menggambarkan perlindungan hukum yang

diberikan kepada konsumen dalam usahanya untuk memenuhi

kebutuhannya dari hal-hal yang merugikan konsumen itu sendiri.12

Perlindungan konsumen diatur dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Definisi

dari perlindungan konsumen terdapat dalam pasal 1 ayat 1 yang

berbunyi: “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang

menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan

kepada konsumen”.

Hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-

asas dan kaidah yang mengatur dan melindungi konsumen dalam

hubungan dan masalah penyediaan dan penggunaan produk

konsumen antara penyedia dan penggunaanya dalam

bermasyarakat.13

12
Rosmawati, S.H., M.H, “Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen”, Depok: Prenamedia
Group, 2018, hlm. 6
13
Kurniawan, “Hukum Perlindungan Konsumen : Problematika Kedudukan dan Kekuatan Putusan
Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)”,laporan penelitian, Universitas Brawijaya
Press, 2011, hlm.42
Selain itu, hukum perlindungan konsumen juga dapat

diartikan sebagai keseluruhan peraturan hukum yang mengatur

hak-hak dan kewajiban-kewajiban konsumen dan produsen yang

timbul dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhannya, dan

mengatur upaya-upaya untuk menjamin terwujudnya

perlindungan hukum terhadap kepentingan konsumen.14

Perlindungan konsumen memiliki cakupan yang luas

meliputi perlindungan konsumen dalam memperoleh barang dan

jasa, yang berawal dari tahap kegiatan untuk mendapatkan barang

dan jasa hingga ke akibat-akibat dari pemakaian barang dan jasa

itu. Cakupan perlindungan konsumen dalam dua aspek, yaitu:15

1. Perlindungan terhadap kemungkinan diserahkan kepada

konsumen barang atau jasa yang tidak sesuai dengan apa

yang telah disepakati atau melanggar ketentuan undang-

undang.

2. Perlindungan terhadap diberlakukannya kepada konsumen

syarat-syarat yang tidak adil kepada konsumen.

Dalam perlindungan konsumen ditemukan juga istilah

hukum konsumen. Namun pada hakikatnya hukum konsumen dan

hukum perlindungan konsumen itu sama dan tidak dapat

dibedakan karena keduanya memiliki tujuan yaitu untuk

memberikan pengaturan hubungan yang seimbang antara pelaku


14
Janus Sidabalok, S.H., M.Hum, “ Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia”, Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti, 2014, hlm. 39
15
Ibid., hlm. 7
usaha dan konsumen agar hak konsumen dapat terlindungi dengan

tidak melupakan kewajibannya sebagai konsumen.

Menurut Az. Nasution, hukum perlindungan konsumen

merupakan bagain dari hukum konsumen yang memuat asas-asas

atau kaidah-kaidah yang bersifat mengatur dan mengandung sifat

yang melindungi kepentingan konsumen, sedangkan hukum

konsumen adalah hukum yang mengatur hubungan dan masalah

antara berbagai pihak satu sama lain berkaitan dengan barang atau

jasa konsumen di dalam pergaulan hidup.16

Berkaitan dengan perlindungan konsumen, terdapat istilah

yang perlu untuk diberi penjelasan yakni konsumen, produsen

atau pelaku usaha serta barang dan/atau jasa. Menurut pasal 1

angka 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen berbunyi: “Konsumen adalah setiap

orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang

lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk

diperdagangkan.” Sedangkan menurut pasal 1 angka 3 Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

berbunyi: “Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau

badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan

badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan

16
Aulia Muthiah, S.HI., M.H, “Hukum Perlindungan Konsumen: Dimensi Hukum Positif dan
Ekonomi Syariah”, Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2018, hlm. 40
kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik

sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian

menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang

ekonomi.” Selanjutnya definisi barang berdasarkan pasal 1 angka

4 berbunyi: “Barang setiap benda baik berwujud maupun tidak

berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan

maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk

diperdagangkan, dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh

konsumen.” Definisi jasa berdasarkan pasal 1 angka 5 berbunyi:

“Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau

prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan

oleh konsumen.”

b. Asas dan Tujuan Perlindungan Konsumen

Sebagai landasan penetapan hukum, asas perlindungan

konsumen diatur dalam pasal 2 UU Perlindungan Konsumen

Nomor 8 Tahun 1999, penjelasannya sebagai berikut:17

1. Asas manfaat, dimaksudkan bahwa segala upaya dalam

penyelenggaraan perlindungan konsumen harus

memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk kepentingan

konsumen dan pelaku usaha secara bersamaan.

2. Asas keadilan, dimaksudkan agar partisipasi seluruh

masyarakat dapat diwujudkan secara maksimal dan dapat

memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku


17
Aulia Muthiah, S.HI., M.H, op.cit. hlm. 42
usaha untuk mendapatkan haknyadan melaksanakan

kewajibannya secara adil.

3. Asas keseimbangan, dimaksudkan untuk memberikan

perlindungan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha

dan pemerintah baik materil atau spiritual.

4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen, dimaksudkan

untuk memberikan jaminan atas keamanan dan keselamatan

kepada konsumen dalam penggunaan, pemakaian, dan

pemanfaatan barang/jasa yang dikonsumsi atau digunakan.

5. Asas kepastian hukum, dimaksudkan agar baik pelaku

usaha maupun konsumen menaati hukum dan memperoleh

keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen,

serta negara menjamin kepastian hukum.

Tujuan dari adanya perlindungan konsumen berdasarkan

Undang-Undang Perlindungan Konsumen pasal 3 antara lain:18

1. Meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian

konsumen untuk melindungi diri.

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara

menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang

dan/atau jasa.

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih,

menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen.

18
Erman Rajagukguk, “Pentingnya Hukum Perlindungan Konsumen dalam Era Perdagangan
Bebas”, Bandung: Mandar Maju, 2000, hlm.2
4. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang

mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan

informasi serta akses untuk mendapatkan informasi.

5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai

pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap

yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha.

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin

kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa,

kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan konsumen.

c. Hak dan Kewajiban Konsumen

a. Hak Konsumen

Berdasarkan pasal 4 UUPK, hak konsumen antara lain:

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam

mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan

barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan

kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai

kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang

dan/atau jasa yang digunakan.

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya

penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.


6. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

7. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan

jujur serta tidak diskriminatif.

8. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak

sesuai dengan perjanjiana atau tidak sebagaimana mestinya.

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan lainnya.

b. Kewajiban Konsumen

Adapun kewajiban konsumen yang telah diatur dalam pasal 5

UUPK, antara lain:

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur

pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi

keamanan dan keselamatan.

2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian

barang dan/atau jasa.

3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa

perlindungan konsumen secara patut.

d. Hak dan Kewajiban Pelaku Usaha

a. Hak Pelaku Usaha

Hak pelaku usaha diatur dalam pasal 6 UUPK, antara lain:


a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan

kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang

dan/atau jasa yang diperdagangkan.

b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan

konsumen yang beritikad tidak baik.

c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya

didalam penyelesaian hukum sengketa konsumen.

d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara

hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan

oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.

e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan

perundang-undangan lainnya.

b. Kewajiban Pelaku Usaha

Kewajiban pelaku usaha diatur dalam pasal 7 UUPK, antara

lain:

a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya .

b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur

mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa

serta member penjelasan penggunaan, perbaikan dan

pemeliharaan.

c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar

dan jujur serta tidak diskriminatif.


d. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi

dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar

mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.

e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji,

dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta

memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang

dibuat dan/atau yang diperdagangkan.

f. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian

atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan

pemanfaatan barang dan/atau jasa yang

diperdagangkan.

g. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian

apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau

dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

2. Tinjauan Umum tentang Tanggal Kedaluwarsa

a. Pengertian Label

Label merupakan bagian dari sebuah produk yang memiliki

peran penting dalam memberikan informasi secara rinci mengenai

suatu produk. Label juga merupakan bagian dari kemasan suatu

produk dan dapat dikatakan sebagai tanda pengenal yang

dicantumkan pada kemasan setiap produk. Menurut Swasta, label

adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-

kata) tentang barang tersebut atau penjualannya. Jadi, sebuah label


itu mungkin merupakan bagian dari pembungkusnya, atau mungkin

merupakan suatu etiket yang tertempel secara langsung pada suatu

barang.19 Sedangkan menurut KBBI, label adalah sepotong kertas

(kain, logam, kayu, dan sebagainya) yang ditempelkan pada barang

dan menjelaskan tentang nama barang, nama pemilik, tujuan,

alamat, dan sebagainya.20

Dalam hal ini terdapat beberapa macam label yang

memiliki pengertian, antara lain:

1. Label produk (product label), adalah bagian pengemasan

sebuah produk yang mengandung penjelasan tentang

produk yang dijual.

2. Label merek (brand label), adalah sebuah nama dari sebuah

produk yang diletakkan pada pengemasan produk.

3. Label tingkat (grade label), yaitu menggambarkan mutu

produk, label ini terdiri dari huruf, angka atau lainnya

bertujuan untuk menunjukkan tingkat kualitas dari suatu

produk.

4. Label diskriptif (descriptive label), merupakan suatu cara

mendaftar isi, menggambarkan pemakaian dan cirri-ciri

produk lainnya. Pemberian label bertujuan untuk menarik

para konsumen.

19
https://www.galtyslabelsticker.com/pengertian-label/ diakses pada 18 Desember 2021 pukul
16.16 WIB
20
https://kbbi.web.id/label diaskes pada 18 Desember 2021 pukul 22.20 WIB
Ketentuan hukum mengenai pelabelan terdapat dalam

berbagai peraturan perundang-undangan, diantaranya Undang-

Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, PP No. 69

Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, Permendag No.

22/M-DAG/PER/5/2010 tentang Kewajiban Pencantuman Label

pada Barang, Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan No.

924/Menkes/SK/VIII/1996 tentang Perubahan Atas Keputusan

Menteri Kesehatan RI No. 82/Menkes/SK/I/1996 tentang

Pencantuman Tulisan “Halal” pada Label Makanan, Peraturan

Menteri Kesehatan RI No. 180/Menkes/Per/IV/1985 tentang

Makanan Daluwarsa yang telah dirubah dengan Keputusan Dirjen

POM No. 02591/B/SK/VIII/91.21

Berdasarkan pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor

69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan dikatakan bahwa

“Setiap orang yang memproduksi atau menghasilkan pangan yang

dikemas ke dalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan wajib

mencantumkan Label pada, di dalam dan atau di kemasan pangan”.

Hal ini berarti setiap pelaku usaha diwajibkan untuk

mencantumkan label pada setiap kemasan produk yang dihasilkan.

b. Fungsi dan Tujuan Label


21
Aulia Muthiah, S.HI., M.H, op.cit, hlm. 139
1. Fungsi Label

Menurut Kotler, label memiliki fungsi sebagai berikut:

- Label memberikan informasi terhadap suatu barang atau

merek

- Label memberikan penilaian atau prediket terhadap suatu

barang

- Label memberikan gambaran terhadap suatu produk (siapa

pembuat, dimana dibuat, kapan dibuat, dll)

- Label dapat mempromosikan suatu produk melalui

gambar-gambar yang menarik.

2. Tujuan Label

Adapun tujuan dari pencantuman label antara lain:

- Memberi informasi terkait isi produk tanpa membuka

kemasan.

- Memiliki fungsi sebagai sarana komunikasi antara

produsen dan konsumen terkait produk yang dijual

terutama hal-hal yang tidak diketahui secara fisik.

- Memberikan petunjuk yang konkrit pada konsumen agar

memperoleh informasi produk secara maksimal.

- Sarana iklan atau promosi bagi produsen.

- Memberikan kenyamanan dan kepercayaan bagi

konsumen.

c. Pencantuman Tanggal Kedaluwarsa


Kedaluwarsa merupakan sebuah produk (tanggal, bulan dan

tahun) yang dicantumkan pada label makanan yang bertujuan agar

konsumen mendapatkan informasi yang jelas mengenai produk

yang dibeli atau dikonsumsinya.22

Tanggal kedaluwarsa atau masa kedaluwarsa adalah suatu

batas pemakaian atau konsumsi dari suatu produk. Tanggal

kedaluwarsa dapat menjadi tolak ukur kelayakan suatu produk

apakah produk tersebut masih layak pakai atau aman untuk

dikonsumsi oleh konsumen dan tidak menimbulkan efek negatif

bagi yang mengkonsumsinya.

Pencantuman tanggal kedaluwarsa pada suatu produk telah

diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang

Perlindungan Konsumen dalam bab IV Pasal 8 ayat (1) huruf g

berbunyi “tidak mencantumkan tanggal kedaluwarsa atau jangka

waktu penggunaan/pemanfaatan yang paling baik atas barang

tertentu”. Selain itu juga terdapat dalam Undang-Undang Nomor

18 Tahun 2012 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Nomor

69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan.

Berdasarkan Keputusan Dirjen POM No.

02591/B/SK/VIII/1991 tentang Perubahan Lampiran Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 180/Men.Kes/Per/IV/1985 tentang

Makanan Kadaluwarsa menyatakan bahwa “Tanggal kadaluwarsa

22
Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, “Hukum Perlindungan Konsumen”, Jakarta:PT. Raja Grafino
Persada, 2011, hlm. 77
adalah batas akhir suatu makanan dijamin mutunya sepanjang

penyimpanannya mengikuti petunjuk yang diberikan oleh

produsen”.23

Selanjutnya pada Pasal 2 ayat 1 Keputusan Dirjen POM

No. 02591/B/SK/VIII/1991 tentang Perubahan Lampiran Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 180/Men.Kes/Per/IV/1985 tentang

Makanan Kadaluwarsa menyatakan bahwa label dari makanan

tertentu yang diproduksi, diimpor, dan diedarkan harus

dicantumkan tanggal daluarsa secara jelas. Dalam pasal 5 ayat 1

menyatakan bahwa pelanggaran atas pasal 2 akan dikenakan sanksi

yang bersifat administratif dan ketentuan lainnya yang berlaku.24

Oleh karena itu, pencantuman tanggal kedaluwarsa pada

suatu kemasan produk merupakan hal yang sangat penting

dilakukan oleh setiap pelaku usaha, hal ini bertujuan agar produk

yang dihasilkan layak untuk di edarkan. Selain itu, pencantuman

tanggal kedaluwarsa juga merupakan suatu jaminan keamanan

terhadap produk yang dihasilkan dan membuat konsumen terhindar

dari keraguan dalam mengkonsumsinya.

8. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu

yuridis empiris. Hal ini dikarenakan penelitian dilakukan dengan


23
Keputusan Dirjen POM No. 02591/B/SK/VIII/1991 tentang Perubahan Lampiran Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 180/Men.Kes/Per/IV/1985 tentang Makanan Kadaluwarsa
24
Ibid,,.
cara melakukan pengamatan dan wawancara terhadap pelaku usaha

dan konsumen serta instansi atau lembaga terkait yang menjadi

objek dari penelitian. Jenis penelitian yuridis empiris merupakan

jenis penelitian yang dimana penulis mencoba melakukan

pengkajian terhadap berbagai permasalahan yang ada di dalam

masyarakat dan didukung dengan peraturan perundang-undangan

yang terkait.25 Selain itu, penelitian yuridis empiris yaitu suatu

penelitian yang memperoleh data berdasarkan data primer atau data

yang diperoleh langsung dari masyarakat.

b. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian dalam penulisan skripsi ini dilakukan di

Kota Langsa. Pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan bahwa

terdapat pelaku usaha (produsen) di Kota Langsa yang

memproduksi makanan dan memasarkannya melalui media sosial

dengan tidak mencantumkan tanggal kedaluwarsa di setiap produk

makanan yang mereka hasilkan.

c. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh objek, seluruh individu, seluruh

gejala, seluruh kejadian, atau seluruh unit yang ingin diteliti. 26

Adapun populasi penelitian ini adalah pelaku usaha makanan beku

25
Abdulkadir Muhammad, “Hukum dan Penelitian Hukum”, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2004,
hlm. 134
26
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif, Raja Grafindo
Persada, Jakarta, 2005, hlm. 119.
(frozen food) dan konsumen yang membeli produk makanan beku

(frozen food) melalui media sosial.

d. Metode Pengumpulan Sampel

Sampel merupakan suatu himpunan bagian dari populasi yang

dianggap mewakili populasi.27 Pengambilan sampel dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling

(kelayakan), yakni dari keseluruhan populasi hanya diambil

beberapa orang saja sebagai sampel yang dapat mewakili dalam

memberikan data pada penelitian ini yang terdiri dari responden

dan informan.

a) Responden, yaitu orang yang terlibat secara langsung dalam

penelitian. Adapun yang menjadi responden antara lain:

1. Pemilik usaha makanan beku (frozen food) 5 (lima)

orang

2. Konsumen makanan beku (frozen food) 5 (lima)

orang.

b) Informan, yaitu orang atau individu yang memberikan

informasi data yang dibutuhkan oleh peneliti sebatas yang

diketahuinya dan peneliti tidak dapat mengarahkan jawaban

sesuai dengan yang diinginkannya. 28 Adapun yang menjadi

informan dalam penelitian ini yaitu Koordinator Kelompok

27
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, hlm. 79
28
Mukti fajar ND dan Yulianoto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan
Empiris,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015, hlm. 174-175
Substansi Penindakan BPOM Aceh dan Disperindagkop

dan UKM Kota Langsa.

e. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

terbagi menjadi 2 (dua) yaitu:

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian

yang dilakukan untuk memperolah data sekunder dengan cara

membaca dan mengkaji buku-buku, jurnal, menganalisis

peraturan perundang-undangan, artikel, karya ilmiah, pendapat

para ahli, dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan

penelitian ini.

b. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang

dilakukan untuk memperoleh data primer dan dilakukan

dengan cara mewawancarai responden dan informan secara

langsung yang berkaitan dengan penelitian ini.

f. Cara Menganalisis Data

Analisis data adalah bagian dalam penelitian yang berupa

pengkajian atau telaah terhadap hasil pengolahan data yang dibantu

dengan teori-teori yang telah dihasilkan sebelumnya. Semua data

yang diperoleh baik dari hasil penelitian kepustakaan maupun

penelitian lapangan dianalisis dengan menggunakan pendekatan

analisis deskriptif. Analisis deskriptif merupakan sebuah analisis

yang memberikan gambaran atas subjek dan objek penelitian.


Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan analisis yang

mampu menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam

identifikasi masalah dan dapat dituangkan dalam suatu karya

ilmiah berbentuk skripsi.

g. Jadwal Penelitian

Untuk dapat melaksanakan penelitian dalam penulisan skripsi ini,

penulis memperkirakan waktu yang akan diperlukan dengan

perincian sebagai berikut:

1. Pengurusan Surat Izin : 7 hari

2. Pengumpulan Data : 23 hari

3. Pengolahan Data : 15 hari

4. Analisis Data : 15 hari

5. Penyusunan Skripsi : 30 hari

Jumlah : 90 hari

Kota Langsa, 22 Desember 2021

Pelaksana Penelitian,

Annisa Surya Putri


1803101010051
KERANGKA PENULISAN SKRIPSI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
D. Ruang Lingkup dan Tujuan Penelitian
E. Kegunaan Penelitian
F. Keaslian Penelitian
G. Kerangka Pemikiran
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi Penelitian
3. Populasi Penelitian
4. Metode Pengumpulan Sampel
5. Metode Pengumpulan Data
6. Cara Menganalisis Data
7. Jadwal Penelitian
I. Sistematika Pembahasan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN


KONSUMEN DAN PENCANTUMAN TANGGAL
KEDALUWARSA
A. Tinjauan Umum tentang Perlindungan Konsumen
B. Tinjauan Umum tentang Tanggal Kedaluwarsa

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK


MAKANAN BEKU (FROZEN FOOD) OLAHAN INDUSTRI
RUMAH TANGGA TANPA MENCANTUMKAN TANGGAL
KEDALUWARSA YANG DIPASARKAN MELALUI MEDIA
SOSIAL
A. Tanggung jawab pelaku usaha terkait penjualan makanan beku
(frozen food) tanpa mencantumkan tanggal kedaluwarsa yang
dipasarkan melalui media sosial
B. Perlindungan hukum bagi konsumen terkait produk makanan
beku (frozen food) tanpa mencantumkan tanggal kedaluwarsa
yang dipasarkan melalui media sosial ditinjau dari Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen
C. Sanksi yang dapat diterapkan terhadap pelaku usaha yang
menjual produk makanan beku (frozen food) tanpa
mencantumkan tanggal kedaluwarsa

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Rosmawati, S.H., M.H, “Pokok-Pokok Hukum Perlindungan Konsumen”,

Depok: Prenamedia Group, 2018.

Kurniawan, “Hukum Perlindungan Konsumen : Problematika Kedudukan

dan Kekuatan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)”,

laporan penelitian, Universitas Brawijaya Press, 2011.

Janus Sidabalok, S.H., M.Hum, “ Hukum Perlindungan Konsumen di

Indonesia”, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2014.

Aulia Muthiah, S.HI., M.H, “Hukum Perlindungan Konsumen: Dimensi

Hukum Positif dan Ekonomi Syariah”, Yogyakarta: Pustaka Baru Press,

2018.

Erman Rajagukguk, “Pentingnya Hukum Perlindungan Konsumen dalam

Era Perdagangan Bebas”, Bandung: Mandar Maju, 2000.

Abdulkadir Muhammad, “Hukum dan Penelitian Hukum”, Bandung :

Citra Aditya Bakti, 2004.


Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian

Kuantitatif, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Rineka Cipta,

2007.

Mukti fajar ND dan Yulianoto Achmad, Dualisme Penelitian Hukum

Normatif dan Empiris,Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015.

Ahmad Miru dan Sutarman Yodo, “Hukum Perlindungan Konsumen”,

Jakarta:PT. Raja Grafino Persada, 2011.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 Tentang

Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 Tentang

Label dan Iklan Pangan.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan.

Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia

Nomor HK. 03.1.23.04.12.2206 Tahun 2012 Tentang Cara Produksi

Pangan Yang Baik Untuk Industri Rumah Tangga.

Keputusan Dirjen POM No. 02591/B/SK/VIII/1991 tentang Perubahan

Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 180/Men.Kes/Per/IV/1985

tentang Makanan Kadaluwarsa.

C. JURNAL DAN SKRIPSI


Saripa Hannum Nasution, “Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen

Terkait Produk Frozen Food Tanpa Izin Edar Yang Dijual Secara Online”,

Jurnal Legal Reasoning, Vol. 3, No. 1, Desember 2020.

Nurma Yulianti, “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Terhadap

Peredaran Makanan Olahan Home Industri Tanpa Tanggal Kadaluarsa

Pada Produsen Kripik Wader Di Kecamatan Banyubiru”,(Salatiga: Institut

Agama Islam Negeri Salatiga, 2019).

Raifina Oktiva, “Perlindungan Konsumen Terhadap Produk Industri

Rumah Tangga Pangan Yang Tidak Mencantumkan Label Komposisi

(Suatu Penelitian di Kota Banda Aceh)”, Fakultas Hukum, Universitas

Syiah Kuala, 2017.

Indra Prayitno “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Makanan

Tanpa Pencantuman Tanggal Kadaluarsa (Studi Kasus Pengusaha Kue

Rumahan di Desa Manyaran, Karanggede, Boyolali)”, Fakultas Syariah,

Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2020.

Anang Sugeng Cahyono, “Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan

Sosial Masyarakat di Indonesia”, Jurnal Publiciana, Vol. 9, No. 1, 2016.

D. WEBSITE

https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/01/21/1854/hasil-sensus-

penduduk-2020.html%20/ diakses 27 November 2021Pukul 21.00 WIB.

https://kbbi.web.id/kedaluwarsa, diakses 10 Desember 2021 pukul 22.00

WIB.
https://www.galtyslabelsticker.com/pengertian-label/ diakses pada 18

Desember 2021 pukul 16.16 WIB.

https://kbbi.web.id/label diaskes pada 18 Desember 2021 pukul 22.20

WIB.

Anda mungkin juga menyukai