OLEH:
1 Aldi Benggu 1807010405
2 Amindro Umbu Rato Baru 1807010336
3 Angelus Fransiskus Watan Kukun 1807010317
4 Desi Kristin Natalia Dimu 1807010261
5 Hetglen Palabuan 1807010432
6 Juliatri Paulina Damaris Ledo 1807010369
7 Konstantinus Firminus Tapo 1807010167
8 Lisma Angela Nggeok 1807010251
9 Mirna Angelina Ton 1807010071
10 Ni Putu Angelisa Chandraningsih 1807010122
11 Riski Arisando Bahan 1807010310
12 Tyrone Adithya Nabe 1807010356
13 Yuskariot Dapa Tadi 1807010364
OLEH:
1 Aldi Benggu 1807010405
2 Amindro Umbu Rato Baru 1807010336
3 Angelus Fransiskus Watan Kukun 1807010317
4 Desi Kristin Natalia Dimu 1807010261
5 Hetglen Palabuan 1807010432
6 Juliatri Paulina Damaris Ledo 1807010369
7 Konstantinus Firminus Tapo 1807010167
8 Lisma Angela Nggeok 1807010251
9 Mirna Angelina Ton 1807010071
10 Ni Putu Angelisa Chandraningsih 1807010122
11 Riski Arisando Bahan 1807010310
12 Tyrone Adithya Nabe 1807010356
13 Yuskariot Dapa Tadi 1807010364
Ketua Panitia
i
KATA PENGANTAR
Kami Panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkatnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Magang ini.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah
Magang bagi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana.
Magang ini merupakan salah satu upaya dalam melatih setiap mahasiswa untuk
mengenal dunia kerja serta dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang di perolehnya
pada bangku kuliah dalam menanggulangi permasalahan-permasalahan Kesehatan
Masyarakat yang dihadapi di lokasi magang.
Pada kesempatan ini kami mengucapakan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam memberikan dukungan dan juga bimbingan. Ucapan
terima kasih ini kami tujukan kepada :
1. Dr. Apris A. Adu, S.Pt., M.Kes selaku pembina sekaligus Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat
2. Dr. Luh Putu Ruliati, S.KM., M.Kes selaku Ketua Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat
sekaligus Dosen Pembimbing Lapangan.
3. Soni Doke, S.Pt., M.Kes selaku Ketua Panitia Magang tahun 2021.
4. Agus Setyobudi, S.KM., M.Kes selaku sekretaris panitia magang tahun 2021.
5. Putu Alit Sudarma, S.KM selaku kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III
Kupang.
6. Berniadius Darma, S.KM., M.Kes selaku Kasubag Administrasi Umum bersama staf
sekretariat
7. Hengky Y. Jezua, S.KM., M.Kes selaku Koordinator Substansi Pengendalian Resiko
Lingkungan Dan Kesehatan Lintas Wilayah sekaligus Pembimbing Lapangan
kelompok.
8. Yohanis Baki, Amd.Kep selaku Koordinator Substansi Pengendalian Karantina Dan
Surveilans Epidemiologi bersama staf.
9. Piet E. Tamael, Amd.KL selaku Koordinator Wilayah Kerja Pelabuhan Bolok
bersama rekan kerja.
10. Orang tua dan teman-teman seperjuangan serta seluruh pihak yang telah terlibat
dalam kegiatan magang ini.
Kupang, 29 Oktober 2020
Tim Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
5.2 PEMBAHASAN ....................................................................................................... 23
5.3 PEMECAHAN MASALAH ..................................................................................... 27
BAB VI PENUTUP ................................................................................................................. 29
6.1 KESIMPULAN ......................................................................................................... 29
6.2 SARAN ..................................................................................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 31
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 33
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
Tanda dan gejala COVID-19 tidak begitu spesifik karena menyerupai gejala
penyakit pada umumnya. Namun Tanda dan gejala yang umumnya ditunjukan oleh
pasien COVID-19 yakni gejala gangguan pernapasan akut seperti batuk kering,Flu,
1
demam ≥380C, mual, diare dan sesak napas, serta hasil rontgen menunjukkan infiltrat
pneumonia luas di kedua paru.
2
Untuk menekan penyebaran COVID-19, Kemenkes RI membuat regulasi
dalam pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 yaitu upaya preventif
protokol kesehatan yang harus diterapkan dalam rangka memutus mata rantai
penyebaran COVID-19. Upaya preventif yang perlu diterapkan yakni memakai
masker yang menutupi hidung dan mulut, mencuci tangan menggunakan sabun
dengan air mengalir, menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain serta
menghindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang tidak bersih.
Langkah-langkah ini diharapkan dapat membawa dampak signifikan bagi pelaku
perjalanan di Pelabuhan Laut Bolok.
Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri yang ada di Provinsi Nusa
Tenggara Timur, maka Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Nusa Cendana
juga terpanggil untuk berkontribusi dalam upaya pencegahan dan penanganan
COVID-19 terutama upaya pencegahan penularan COVID-19 di lokasi magang yang
telah ditentukan. Magang dalam Pedoman Pendidikan FKM Undana adalah kegiatan
mandiri mahasiswa yang dilaksanakan di luar lingkungan kampus untuk mendapatkan
pengalaman kerja praktis yang sesuai dengan bidang peminatannya. Kegiatan-
kegiatan yang akan dilakukan pada magang ini diarahkan untuk melatih kemampuan
mahasiswa dalam berinteraksi dengan dunia kerja serta untuk melatih kemampuan
mahasiswa untuk merancang program/kegiatan penanggulangan masalah kesehatan
masyarakat yang memiliki bobot ilmiah yang tinggi. Oleh karena itu, disamping
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bersifat rutin pada instansi magang, mahasiswa
juga akan melaksanakan serangkaian kegiatan identifikasi masalah, penentuan
prioritas masalah dan alternatif pemecahan masalah, serta perancangan kegiatan
penanggulangan masalah yang menjadi prioritas. Kegiatan-kegiatan dan masalah
kesehatan yang dilaksanakan dan ditemui selama pelaksanaan magang di Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas III Kupang wilayah kerja Pelabuhan Bolok akan
dipertanggungjawabkan dalam laporan tertulis ini dan seminar hasil magang.
3
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menggambarkan ketidakpatuhan penerapan protokol kesehatan pada pelaku
perjalanan dari dan ke suatu wilayah melalu pintu masuk di Pelabuhan Laut
Bolok.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi masalah terkait ketidakpatuhan pelaku perjalanan
dalam penerapan protokol kesehatan di Pelabuhan Laut Bolok.
2. Menjelaskan faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan
penerapan protokol kesehatan pada pelaku perjalanan di Pelabuhan Laut
Bolok.
3. Mengetahui upaya skrining kesehatan bagi pelaku perjalanan selama
masa pandemi COVID-19 di Pelabuhan Laut Bolok.
4. Menentukan alternatif pemecahan masalah terkait kepatuhan penerapan
protokol kesehatan di Pelabuhan Laut Bolok.
1.3 Manfaat
1.3.1 Untuk institusi magang
4
2. Mendapat pengalaman nyata yang terkait dengan aplikasi ilmu kesehatan
masyarakat dalam perencanaan program kerja kantor kesehatan pelabuhan
wilayah kerja Pelabuhan Laut Bolok
5
BAB II
6
ketidakpatuhan pelaku perjalanan dalam penerapan protokol kesehatan di
Pelabuhan Laut Bolok.
b. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen yang ada di
instansi yakni, data mengenai sejarah terbentuknya dan profil dari Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas III Kupang, data penumpang yang berangkat serta
data kapal yang berlabuh dan berangkat melalui Pelabuhan Laut Bolok.
7
BAB III
8
Menkes Nomor 147/Menkes/IV/78, KKP terdiri atas 10 KKP Kelas A dan 34
KKP Kelas B.
Kemudian terbitlah SK Menkes 630/Menkes/SK/XII/85, yang menggantikan
SK Menkes No.147, dengan jumlah KKP yang berubah menjadi 46 KKP yang
terdiri dari 10 KKP Kelas A dan 36 KKP Kelas B (KKP Kelas B bertambah 2
KKP yaitu Dili dan Bengkulu).
5. Periode KKP sebagai UPT Dirjen PP & PL Kemenkes (dahulu Depkes) RI
Pada zaman ini, sejak penerapan Undang-undang Otonomi Daerah, melalui
Peraturan Pemerintah tentang Pembagian Kewenangan mengamanatkan bahwa
Kekarantinaan menjadi wewenang Pemerintah Pusat dan pada tahun 2004
terbitlah terbit SK Menkes No 265/Menkes/SK/III/2004 tentang Organisasi &
Tata Kerja KKP yang baru. KKP terdiri dari KKP Kelas I : 2 KKP, KKP Kelas II:
14 KKP, dan KKP Kelas III: 29 KKP.
Kemudian pada tahun 2007 dilakukan revisi terhadap SK Menkes No
265/Menkes/SK/III/2004 tentang Organisasi & Tata Kerja KKP melalui Peraturan
Menteri Kesehatan nomor 167/MENKES/PER/II/2007. Melalui Permenkes ini,
KKP bertambahlah 3 KKP baru, yaitu : KKP Kelas III Gorontalo, KKP Kelas III
Ternate dan KKP Kelas III Sabang.
Pada tahun 2008 dilakukan lagi revisi sekaligus mencabut permenkes 265
tahun 2004 dengan Permenkes 356/MENKES/PER/IV/2008. Sejak berlakunya
Peraturan ini, maka di lingkungan Departemen Kesehatan terdapat 7 KKP Kelas I,
21 KKP Kelas II, dan 20 KKP Kelas III.
Pada tahun 2011 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
2348/MENKES/PER/XI/2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 356/MENKES/PER/IV/2008 Tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan. Sejak berlakunya Peraturan ini, maka di
lingkungan Kementerian Kesehatan terdapat 7 (tujuh) KKP Kelas I, 21 (dua puluh
satu) KKP Kelas II, 20 (dua puluh) KKP Kelas III, dan 1 (satu) KKP Kelas IV
(bertambahnya KKP Kelas IV Yogyakarta).
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
356/MENKES/PER/IV/2008 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kantor
Kesehatan Pelabuhan, KKP mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam mencegah
masuk keluarnya penyakit karantina dan penyakit potensial wabah melalui suatu
tindakan tanpa menghambat perjalanan dan perdagangan. Di Indonesia Kantor
9
Kesehatan Pelabuhan terdapat 49 kantor induk dengan 304 wilayah kerja yang
tersebar hampir di seluruh Indonesia.
Di Provinsi NTT sendiri KKP induk terletak di ibukota provinsi NTT yakni
Kupang. KKP Kupang merupakan salah satu unit pelaksana teknis Direktorat
Jenderal P2P Kementerian Kesehatan RI yang berkedudukan di Kupang, Provinsi
NTT. Berdasarkan Permenkes Nomor 356/2008 (jo) Permenkes Nomor 2348
/2011 KKP Kupang diklasifikasikan sebagai KKP Kelas III, dengan jumlah
wilayah kerja sebanyak 17 terdiri dari 2 bandara, 11 pelabuhan laut, dan 4 pos
lintas batas darat.
3.3 Visi dan Misi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Kupang
Merujuk kepada visi Presiden Republik Indonesia terwujudnya Indonesia yang
berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong maka, visi Kantor
Kesehatan Pelabuhan Kelas III Kota Kupang adalah “masyarakat sehat yang mandiri
dan berkeadilan di lingkungan Pelabuhan, Bandara, dan PLBD”. Untuk mencapai
masyarakat yang mandiri dan berkeadilan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
telah menetapkan misi yaitu :
10
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Pelabuhan, Bandara, dan lintas batas
darat negara melalui pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dan masyarakat
madani dalam pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan;
b. Melindungi kesehatan masyarakat Pelabuhan, Bandara, dan lintas batas darat
negara dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata,
bermutu, dan berkeadilan dalam pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan;
c. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan dalam
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan di Pelabuhan, Bandara, dan
lintas batas darat negara;
d. Menciptakan tatakelola kepemerintahan yang baik dalam pengendalian penyakit
dan penyehatan lingkungan.
11
h. Pita dengan tulisan “Kesehatan” dan “Pelabuhan” : melambangkan bidang
tugas kesehatan dan pelabuhan.
12
KEPALA KANTOR
PUTU ALIT SUDARMA,
S.KM
Gambar 3.2 Bagan Struktur Organisasi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Kupang
13
3.6 Program Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Kupang
Secara umum kegiatan pokok Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Kupang meliputi
halhal sebagai berikut:
1. Melaksanakan tugas pokok dan fungsi sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku
a. Pelaksanaan kekarantinaan sesuai dengan SOP dan aturan yang berlaku
b. Pengawasan dan pengendalian lingkungan berdasarkan standar yang berlaku
c. Pelaksanaan surveilans epidemiologi sesuai dengan kaidah yang berlaku
d. Pelayanan Kesehatan Terbatas dan Kesehatan Haji
e. Pelaksanaan dukungan menejemen yang tertib dan benar.
2. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi
1) Advokasi Pendekatan kepada para pimpinan atau penentu/pembuat peraturan
perundang-undangan agar dapat memberikan dukungan, kemudahan,
perlindungan pada berbagai upaya pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan yang dilaksanakan dalam berbagai bentuk kegiatan advokasi baik
formal maupun informal.
2) Sosialisasi
Kegiatan sosialisasi meliputi KIE (Komunikasi, Informasi, Edukasi),
dukungan/bina suasana, dan pemberdayaan masyarakat dalam pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan
a. Penyuluhan (KIE)
• Tersedia dan terdistribusinya media KIE
• Terlaksananya KIE tentang faktor risiko penyakit dan penyehatan lingkungan
yang mencakup seluruh fase kehidupan dengan berbagai metode, baik
perorangan, kelompok, maupun melalui media massa
b. Bina suasana
Kelompok sasaran lebih ke tingkat operasional secara berjenjang Petugas
wilker, Pelindo, adpel, ASDP, LSM, Agen,TKBM, dll
c. Pemberdayaan Masyarakat
Melaksanakan sosialisasi guna menumbuhkan potensi masyarakat secara
optimal dalam pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan serta
14
berperan sebagai fasilitator dan regulator kegiatan pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan berbasis masyarakat.
3) Melaksanakan intensifikasi dan inovasi program pengendalian penyakit dan
penyehatan lingkungan sesuai dengan kemajuan teknologi dan kondisi daerah
setempat (local area specific) melalui perencanaan terpadu dan kegiatan
terkoordinasi, antara lain:
a. Penyediaan peralatan deteksi dini (skrining) faktor risiko, diagnostik dan
penanggulangan penyakit yang bersifat massal sesuai dengan kebutuhan dan
kemajuan teknologi.
b. Pengembangan berbagai bentuk kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam
pencegahan dan penanggulangan faktor risiko penyakit dan penyehatan
lingkungan sesuai dengan karakteristik dan sosio-budaya setempat.
c. Perluasan cakupan pencegahan dan penanggulangan faktor risiko penyakit
dan penyehatan lingkungan berbasis masyarakat.
d. Pengembangan dan distribusi media KIE tentang pencegahan
penanggulangan penyakit dan penyehatan lingkungan sesuai dengan bahasa,
sosial, dan budaya setempat.
e. Pelaksanaan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan secara
terintegrasi.
4) Mengembangkan (investasi) sumber daya manusia, antara lain dengan
melaksanakan TOT (Training of Trainer), dan berbagai bentuk pelatihan
(training) sesuai dengan kebutuhan dalam pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan.
5) Memfasilitasi terbentuknya dan berperan sebagai regulator jejaring kerja yang
terkait dengan pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan.
6) Memperkuat logistik peralatan deteksi dini faktor risiko, diagnostik dan
penanggulangan penyakit bersifat massal di masyarakat dan di fasilitas kesehatan
baik ketersediaan (sesuai dengan kebutuhan) maupun manajemennya.
7) Melaksanakan deteksi/diagnosis dini dan penanganan kasus (penderita), SKD
KLB, surveilans epidemiologi dan pengembangan sistem informasi.
15
a. Melaksanakan deteksi/diagnosis dini aktif pada masyarakat pelabuhan dan
bandara.
b. Melaksanakan deteksi/diagnosis dini aktif pada kelompok masyarakat
khusus.
c. Melaksanakan deteksi/diagnosis dini pasif di fasilitas kesehatan.
d. Melaksanakan penanganan kasus (penderita) sesuai standar.
e. Melaksanakan surveilans epidemilogi faktor risiko dan kasus terintegrasi
dengan surveilans epidemiologi nasional termasuk surveilans epidemiologi
faktor risiko berbasis masyarakat. Kegiatan tersebut bertujuan memperoleh
informasi yang esensial serta dapat digunakan untuk pengambilan keputusan
dalam upaya pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan
f. Mengembangkan dan meningkatkan sistem informasi manajemen
pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan menggunakan teknologi
informasi internet website.
8) Monitoring dan evaluasi
Melaksanakan supervisi/bimbingan teknis, monitoring dan evaluasi pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan.
9) Mengembangkan dan memperkuat sistem pembiayaan pengendalian penyakit
dan penyahatan lingkungan (APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota,
Sharing cost: Lintas Program, Lintas Sektor, dan sumber dana lainnya).
10) Jejaring Kerja kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Kupang
Upaya melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga pemerintah
untuk bekerjasama berdasarkan atas kesepakatan, prinsip dan peranan masing-
masing dalam Pencegahan dan Pengendalian PenyakitUpaya tersebut
diwujudkan dengan membentuk jejaring, baik lokal, nasional, maupun
internasional.
11) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat
Untuk meningkatkan partisipasi dan kemandirian masyarakat dalam pencegahan
dan penanggulangan faktor risiko penyakit dan penyehatan lingkungan, maka
perlu pengembangan dan penguatan kegiatan pencegahan dan penanggulangan
16
faktor risiko penyakit berbasis masyarakat yang dilaksanakan secara terintegrasi
pada wadah milik masyarakat yang sudah ada di masing-masing daerah.
3.7 Kemitraan Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Kupang Wilayah Kerja
Pelabuhan Bolok
1. Mitra Kerja LSM :
a. TKBM (Tenaga Kerja Bongkar Muat Pelabuhan Bolok)
2. Mitra Kerja Pemerintrah
a. ASDP (Angkutan Sungai, Danau, Dan Penyebrangan)
b. KEPOLISIAN KP3 (Kesatuan Polisi Penjaga Pelabuhan)
c. Karantina Pertanian
d. BABINSA
e. BPTD (Balai Pelaksana Transportasi Darat)
f. Puskesmas Batakte (Pustu Bolok)
3.8 Wilayah Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Wilayah Kerja Pelabuhan
Bolok Kupang.
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III wilayah kerja Pelabuhan Laut Bolok bertempat di
Jl. Pelabuhan Penyebrangan, RT 01/RW 01, kompleks Pelabuhan Bolok, Desa Bolok,
Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang.
Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Kupang wilayah kerja Pelabuhan Laut Bolok
dijalankan oleh seorang koordinator wilayah kerja yakni Piet E. Tamael, Amd.Kl
bersama 4 rekan kerjanya.
17
BAB IV
Belum tersedianya sarana dan prasarana dari pihak ASDP Bolok terkait
aplikasi peduli lindungi dalam hal ini yakni barcode scanner yang dapat membantu
kerja petugas dalam melakukan pengawasan terkait pemeriksaan surat-surat
kelengkapan perjalanan (surat vaksinasi dan surat rapid antigen atapum PCR). Karena
belum tersedianya sarana dan prasarana yang dimaksud yakni barcode scanner dapat
memberi ruang bagi pelaku perjalanan untuk melakukan tindakan pemalsuan surat
rapid antigen dan PCR yang banyak ditemui oleh kelompok kami selama pelaksanaan
magang.
Grafik 4.1 Data Harian Pemalsuan Surat Rapid Antigen Bulan Oktober Tahun 2021 di
Pelabuhan Laut Bolok
b. Kurangnya diseminasi informasi dari pihak lintas sektor yang ada di Pelabuhan Laut
Bolok terkait regulasi peraturan yang mengatur tentang syarat dan prasayarat
perjalanan melalui Pelabuhan Laut Bolok
19
Diagram 4.1 Data Jumlah Kapal Berangkat per Minggu di Bulan Oktober 2021
Berdasarkan diagram diatas, dapat diketahui bahwa pada minggu kedua dan
minggu keempat bulan Oktober 2021 terjadi peningkatan jumlah kapal berangkat. Hal
ini dapat memungkinkan terjadinya peningkatan jumlahh penumpang yang naik kapal.
Diagram 4.2 Data Jumlah Penumpang Naik per Hari di Bulan Oktober 2021
20
Berdasarkan diagram di atas dapat diketahui bahwa jumlah penumpang yang naik
per harinya beragam dan pada bulan Oktober jumlah penumpang naik terbanyak pada
tangga 19 Oktober 2021 sebanyak 1.298 penumpang dan terendah pada tanggal 27
Oktober 2021 sebanyak 251 penumpang.
Diagram 4.3 Data Jumlah Penumpang Yang Tidak Taat Protokol Kesehatan
Minggu 4
Minggu 3
Jumlah Penumpang Tidak Taat
Protokol Kesehatan
Total Penumpang Naik per
Minggu 2 Minggu
Minggu 1
Berdasarkan diagram 4.3, dapat dilihat bahwa setiap minggunya sekitar 10% dari
jumlah penumpang yang naik kapal tidak taat protokol kesehatan. Jika dilihat
berdasarkan hasil observasi maka tindakan tidak taat protokol kesehatan ini seperti tidak
menggunakan masker secara baik dan benar atau bahkan tidak menggunakan masker.
21
Tabel 4.1 Penentuan Prioritas Masalah
Kriteria 1-5
No Masalah Total
U S G
Belum tersedianya sarana dan prasarana dari
1. pihak ASDP bolok terkait aplikasi peduli 4 2 1 7
lindungi
Kurangnya diseminasi informasi dari pihak
lintas sektor yang ada di Pelabuhan Laut Bolok
Keterangan :
Berdasarkan skala likert 1-5
5 = sangat besar
4 = besar
3 = sedang
2 = kecil
1 = sangat kecil
Berdasarkan hasil penentuan prioritas masalah di atas yaitu kurangnya tingkat
kepatuhan pelaku perjalanan dalam menerapkan protokol kesehatan di Pelabuahan
Laut Bolok. Permasalahan ini dijadikan prioritas karena dampak dari kurangnya
tingkat kepatuhan pelaku perjalanan dalam menerapkan protokol kesehatan di
Pelabuahan Laut Bolok berpotensi untuk meningkatkan transmisi penyebaran atau
penularan COVID-19.
22
4.3 Alternatif Penyelesaian Masalah
Berdasarkan prioritas masalah yang ada, terdapat beberapa kegiatan yang telah
dan sedang dilaksanakan sebagai alternatif untuk mengatasi masalah yang di temui.
Berikut upaya penyelesaian masalah yang dapat dilakukan oleh kelompok kami untuk
prioritas masalah diatas adalah :
a. Melakukan penyuluhan dengan menggunakan audio suara melalui media speaker
aktif di tempat validasi dokumen rapid antigen/PCR yang disediakan oleh pihak KKP
wilayah kerja Bolok.
b. Melakukan penyuluhan dengan menggunakan media stiker yang memuat tentang
protokol kesehatan, stiker tersebut di pasang di area loket validasi dan juga tempat
pembelian tiket.
c. Membantu mengatasi kerumunan saat melakukan validasi dokumen pelaku perjalanan
dengan cara mengatur jarak minimal 1 Meter serta memberikan teguran secara
langsung saat pelaku perjalanan tidak menggunakan masker secara baik dan benar.
d. Melakukan penyuluhan di kapal secara tidak langsung terkait dengan pengisian
Health Alert Card (HAC), penggunaan aplikasi PeduliLindungi , program vaksinasi
dan penegasan protokol kesehatan melalui pengeras suara di ruang nahkoda KMP.
GARDA MARITIM 7.
e. Melakukan penyuluhan secara langsung tentang fungsi dan cara pengisian Health
Alert Card (HAC).
f. Memberikan informasi terkait peraturan yang di keluarkan oleh IMENDAGRI NO.54
TAHUN 2021 tentang persyaratan perjalanan dalam negeri dengan tujuan daerah
level 3.
23
BAB V
24
5.2 PEMBAHASAN
Selama masa pandemic COVID-19 pemerintah menetapkan upaya skrining kesehatan
sebagai salah satu protokol kesehatan yang wajib dilaksanakan di setiap pintu masuk
negara sebagai bentuk deteksi dini dan pencegahan terhadap COVID-19 oleh pegawai
kantor kesehatan pelabuhan. Bentuk deteksi dini yang diatur dalam protokol kesehatan di
pintu masuk wilayah Indonesia antara lain :
25
a. Sebelum melakukan perjalanan pastikan diri dalam kondisi sehat dan tetap
dirumah jika sakit dan apabila berlanjut periksakan diri kefasilitas
kesehatan.
b. Wajib menggunakan masker selama berada di pelabuhan dan kapal laut.
c. Selalu menjaga kebersihan tangan, biasakan cuci tangan pakai sabun dengan
air mengalir atau gunakan handsanitizer.
d. Jangan menyentuh wajah seperti mulut, hidung dan mata sebelum cuci
tangan.
e. Jaga jarak minimal 1 meter terhadap orang lain.
f. Sebelum kontak dengan anggota keluarga, ketika tiba di rumah segera
mandi kemudian berganti pakaian.
g. Bersihkan barang bawaan seperti tas, kacamata, handphone dan barang
lainnya dengan cairan disinfektan.
h. Mengisi Kartu Kewaspadaan Kesehatan (Health Alert Card/HAC) sesuai
ketentuan yang berlaku.
Protokol kesehatan merupakan cara terbaik yang dapat diterapkan untuk
menghentikan rantai penyebaran COVID-19. Upaya ini menuntut kedisiplinan
tinggi dan harus diterapkan setiap saat secara konsisten. Penerapan protokol
kesehatan 3M bertujuan agar masyarakat tetap dapat beraktifitas secara aman,
tidak membahayakan kesehatan dan keselamatan diri sendiri maupun orang lain.
Pada implementasinya, penerapan protokol kesehatan ini disikapi beragam oleh
masyarakat dalam hal ini pelaku perjalanan, banyak yang mematuhinya dengan
penuh kesadaran, namun ada pula yang tidak peduli. Ketidakpatuhan inilah yang
memperburuk situasi.
Perilaku masyarakat terhadap aturan kesehatan yang diberlakukan dalam hal
ini penerapan protokol kesehatan, jika dikaitkan dengan Health Belief Model
(HBM) untuk mengeksplorasi berbagai perilaku kesehatan baik jangka panjang
maupun jangka pendek. Health Belief Model (HBM) terdiri atas 6 komponen
yaitu:
1. Persepsi kerentanan (perceived susceptibility), yaitu bagaimana seseorang
memiliki persepsi atau melihat kerentanan dirinya terhadap penyakit.
26
2. Persepsi keparahan (perceived severity), yaitu persepsi individu terhadap
seberapa serius atau parah suatu penyakit.
3. Persepsi manfaat (perceived benefit), yaitu persepsi individu akan
keuntungan yang ia dapat jika melakukan upaya kesehatan.
4. Persepsi hambatan (perceived barriers), yaitu persepsi individu akan
adanya hambatan dalam melakukan upaya kesehatan.
5. Petunjuk bertindak (cues to action), yaitu adanya kejadian atau dorongan
untuk melakukan upaya kesehatan yang berasal dari kesadaran diri atau
dorongan orang lain; misalnya iklan kesehatan atau nasihat dari orang lain.
6. Kemampuan diri (self-efficacy), yaitu persepsi individu tentang
kemampuan yang dimilikinya. Seseorang yang menginginkan perubahan
dalam kesehatannya dan merasa mampu, akan melakukan hal-hal yang
diperlukan untuk mengubah perilaku kesehatannya; demikian pula
sebaliknya.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ketidakpatuhan masyarakat terhadap
penerapan protokol kesehatan disebabkan akibat kurangnya pemahaman tentang
seberapa rentan mereka tertular COVID-19, seberapa parah COVID-19, apa
manfaat melakukan pencegahan COVID-19, dan kurangnya petunjuk untuk
bertindak. Hal tersebut membuat masyarakat salah persepsi tentang self-efficacy
dimana masyarakat tidak yakin akan kemampuan dan tindakannya. Jika persepsi
masyarakat akan kerentanan diri, bahaya penyakit, keuntungan dari upaya
pencegahan COVID-19 yang dilakukan baik maka self-efficacy dapat dibangun.
Berdasarkan hasil observasi dilapangan sikap ketidakpatuhan pelaku
perjalanan terhadap penerapan protokol kesehatan disebabkan oleh beberapa
faktor, yakni :
a. Sikap tidak peduli yang ditunjukkan pelaku perjalanan dapat terlihat selama
kegiatan magang, bahwa masih banyak ketidakpatuhan penerapan protokol
kesehatan yang dilakukan pelaku perjalanan di wilayah Pelabuhan Bolok.
Ketidakpatuhan penerapan protokol kesehatan ini timbul karena sifat
ketidakpedulian atau sikap acuh tak acuh dari pelaku perjalanan. Berdasarkan
hasil penelitian terdahulu yang telah dilakukan, dijelaskan bahwa
27
ketidakpedulian atau sikap acuh tak acuh dari masyarakat terhadap penerapan
protokol kesehatan tidak hanya bentuk ketidakpedulian terhadap peraturan,
namun juga sebagai bentuk protes atas ketidakpuasan terhadap penerapan
peraturan pemerintah yang terlihat tidak konsisten dan sesuai dengan harapan
masyarakat. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya masyarakat yang
mengabaikan penerapan protokol kesehatan.
b. Banyak dari pelaku perjalanan yang mengakui tidak ingin memakai masker
karena kesulitas bernapas. Hal ini sejalan dengan salah satu komponen
kepatuhan protokol kesehatan menurut Health Belief Model (HBM), yaitu
persepsi hambatan. Dimana persepsi hambatan merupakan cara pandang
individu terhadap hambatan yang terjadi ketika individu tersebut
melaksanakan upaya kesehatan seperti menggunakan masker. Sebagian besar
pengunjung di Pelabuhan Laut Bolok Ketika ditegur untuk menggunakan
masker maka alasan yang disampaikan adalah hambatan yang dirasakannya
ketika menggunakan masker yaitu kesulitan untuk bernapas.
c. Kurangnya himbauan terkait penerapan protokol kesehatan disekitar wilayah
Pelabuhan Laut Bolok. Berdasarkan teori Health Belief Model (HBM), salah
satu komponen kepatuhan penerapan protokol kesehatan yakni petunjuk
bertindak. Untuk mendorong perilaku seseorang maka dibutuhkannya
petunjuk berupa kejadian atau dorongan untuk melakukan upaya kesehatan
yang berasal dari kesadaran diri atau dorongan dari luar diri seperti himbauan
ataupun iklan kesehatan.
2. Pembagian Kartu Kewaspadaan Kesehatan (Health Alert Card/ HAC)
Kartu Kewaspadaan Kesehatan atau HAC merupakan sebuah instrument
monitoring yang digunakan oleh kantor kesehatan Pelabuhan sebagai salah satu
upaya pemantauan riwayat kesehatan dan riwayat pelaku perjalanan untuk
menekan resiko penularan COVID-19 dari pintu masuk negara. Di dalam HAC
berisi identitas penumpang (nama, umur, jenis kelamin, kebangsaan, nomor
paspor, dan lainnya), keterangan alat angkut yg digunakan, riwayat daerah yang
dikunjungi dalam 14 hari terakhir, dan pernyataan kondisi kesehatan saat pelaku
perjalanan melakukan perjalanan. Fungsi HAC Indonesia :
28
a. Sebagai bukti bahwa penumpang sudah dilakukan screening di Pintu
Masuk kedatangan maupun keberangkatan negara
b. Sebagai tindakan kewaspadaan karena berisi riwayat perjalanan
penumpang
c. Sebagai bentuk komunikasi kewaspadaan antara petugas kesehatan pintu
masuk kedatangan maupun keberangkatan dengan wilayah setempat
d. Untuk mempermudah pelacakan kasus penyakit (case/contact tracing)
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh kelompok kami masih banyak pelaku
perjalanan yang belum memahami mengenai pengisian dan fungsi dari HAC
maupun e-HAC itu sendiri. Hal ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Arisca Dewi Safitri, dkk dan juga laporan magang kelompok KKP
di tahun sebelumnya. Keduanya menyatakan bahwa masih banyak dari pelaku
perjalanan yang belum memahami dan bersikap acuh tak acuh terhadap pengisian
HAC. Hal ini karena kurangnya informasi mengenai HAC maupun e-HAC bagi
para pelaku perjalanan sehingga mendorong mereka untuk bersikap acuh tak acuh
terhadap pengisian HAC ataupun e-HAC.
Salah satu tindakan yang kami lakukan untuk meningkatkan kepatuhan pelaku
perjalanan Pelabuhan Laut Bolok adalah menghimbau para pelaku perjalanan Pelabuhan
Laut Bolok dan memberikan himbauan secara langsung maupun tidak langsung melalui
penempelan stiker untuk menggunakan masker secara baik dan benar di beberapa titik di
sekitar meja validasi, data diri dan loket pembelian tiket, apabila tidak di patuhi maka
dikenakan sanksi. Berdasarkan koordinasi dengan pihak KKP wilayah kerja Pelabuhan
Laut Bolok maka sanksi yang diberikan pada pelaku perjalanan yang tidak menerapkan
protokol kesehatan yakni tidak dilayani validasi data penumpang dalam hal ini surat rapid
test antigen/PCR.
Perilaku kepatuhan bersifat sementara karena perilaku ini akan bertahan bila ada
pengawasan. Jika pengawasan hilang atau mengendur maka timbul yang namanya
perilaku ketidakpatuhan. Berbeda dengan kepatuhan, ketidakpatuhan dalam kaitan
dengan kesehatan diartikan sebagai kondisi ketika individu atau kelompok berkeinginan
29
untuk patuh, tetapi ada sejumlah faktor yang menghambat kepatuhan terhadap saran
tentang kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan (Prihantana & dkk, 2016).
Akibat yang di timbulkan dari ketidakpatuhan pelaku perjalanan terhadap penerapan
protokol kesehatan di Pelabuhan Laut Bolok yaitu dapat meningkatkan penyebaran
COVID-19. Hal ini terjadi karena tidak semua pelaku perjalanan menggunakan masker
dengan baik, menjaga jarak pada saat melakukan validasi data penumpang, pengisian
data diri dan pembelian tiket.
Selain tindakan yang dipaparkan diatas kelompok kami juga menawarkan
beberapa solusi pemecahan masalah yang dapat dilakukan oleh pihak KKP mapun lintas
sektor yang berada di Pelabuhan Laut Bolok untuk bersama-sama meningkatkan
kepatuhan pelaku perjalanan dalam menerapkan protokol kesehatan:
1. Sebelumnya pihak KKP Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Bolok sudah memiliki
hubungan kerjasama yang baik dengan lintas sektor pemerintah dalam hal ini KP3
untuk membantu membubarkan keramaian dan beberapa hal terkait keamanan di
Pelabuhan Laut Bolok. Namun, dari kelompok kami juga menyarankan kepada pihak
KP3 agar bisa bersama-sama dengan KKP untuk berjaga disekitar area validasi, data
diri, dan loket pembelian tiket karena area tersebut rentan terjadi kerumunan dan
keributan masa.
2. Pihak KKP menjalin kerjasama dengan setiap lintas sektor yang ada di wilayah
Pelabuhan Laut Bolok untuk membantu diseminasi informasi terkait protokol
kesehatan dan regulasi peraturan yang mengatur tentang syarat dan prasyarat
perjalanan melalui Pelabuhan Laut Bolok
3. Memberikan saran bagi pihak ASDP dan Dinas Perhubungan untuk melakukan
penyuluhan dengan menggunakan rekaman suara terkait protokol kesehatan dan
pengisian HAC melalui alat pengeras. Penyuluhan menggunakan rekaman suara ini
dapat dilakukan di ruang tunggu dan diatas kapal saat sebelum melakukan perjalanan
dan ketika akan tiba ditempat tujuan.
30
BAB VI
PENUTUP
6.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil laporan yang ada dapat diambil beberapa kesimpulan yakni :
31
6.2 SARAN
1. Bagi Instansi Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas III Kupang
Diharapkan agar mampu melakukan koordinasi serta kerjasama yang baik dengan
semua lintas sektor yang ada di Pelabuhan Laut Bolok sehingga semua kegiatan yang
dilaksanakan berjalan sesuai perencanaan yang telah dibuat.
2. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Diharapkan agar kegiatan magang ini terus dilaksanakan karena melalui kegiatan
magang ini mahasiswa mendapat kesempatan untuk mengenal dunia kerja dan
mengasah keterampilan melalui kegiatan magang yang telah dilakukan oleh
mahasiswa.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mengikuti kegiatan magang dengan sebaik mungkin karena kegiatan
magang dapat memberikan bekal berupa pengetahuan dan pengalaman kerja di dunia
kerja secara nyata.
32
DAFTAR PUSTAKA
Safitri, A. D., Udijono, A., Kusariana, N., & Saraswati, L. D. (2021). GAMBARAN
KESEHATAN MASYARAKAT, 9, 5.
Sari, Ratna Kartika. 2021. “Identifikasi Penyebab Ketidakpatuhan Warga Terhadap Penerapan
Protokol Kesehatan 3M di Masa Pandemi COVID-19”, View of IDENTIFIKASI
PENYEBAB KETIDAKPATUHAN WARGA TERHADAP PENERAPAN
PROTOKOL KESEHATAN 3M DI MASA PANDEMI COVID-19 (Studi Kasus
Pelanggar Protokol Kesehatan 3m Di Ciracas Jakarta Timur) (akrabjuara.com), diakses
pada 27 Oktober 2021 pukul 16.42.
33
Susilo, A., Rumende, C. M., Pitoyo, C. W., Santoso, W. D., Yulianti, M., Herikurniawan, H.,
Sinto, R., Singh, G., Nainggolan, L., Nelwan, E. J., Chen, L. K., Widhani, A., Wijaya, E.,
Wicaksana, B., Maksum, M., Annisa, F., Jasirwan, C. O. M., & Yunihastuti, E. (2020).
Coronavirus Disease 2019: Tinjauan Literatur Terkini. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia,
34
LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Hadir Magang di KKP Wilayah Kerja Pelabuhan Laut Bolok Tahun
2021
35
Lampiran 2 Lembaran Monitoring Kegiatan Konsultasi
36
Lampiran 3 Formulir Hasil Inspeksi Sanitasi KMP. SIRUNG
37
Lampiran 4 Daftar Persediaan Obat di KMP. SIRUNG
38
Lampiran 5 Form Hasil Inspeksi Sanitasi KMP. ILE LABALEKAN
39
Lampiran 6 Daftar Persediaan Obat di KMP. ILE LABALEKAN
40
Lampiran 7 Dokumentasi Kegiatan
(1) (2)
41
(3) (4)
(5) (6)
42
Gambar (5) Pembungkusan Larvasidasi
(7) (8)
43
(9) (10)
44
(11) (12)
Gambar (11) Penjelasan KorWil tentang langkah-langkah inspeksi sanitasi Sarana Air Bersih
(13) (14)
(15) (16)
Gambar (15) Inspeksi Sanitasi Tempat Ibadah yang ada di Pelabuhan Bolok
45
(17) (18)
Gambar (17) dan (18) Briefing bersama Pembimbing Lapangan KKP dan pegawai ASDP serta
pegawai Laboratorium pelaksana rapid test
(19) (20)
46
(21) (22)
(23) (24)
47
(25) (26)
48