Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

.....

Makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ushul Fiqih 2 & Filsafat HBI

Dosen pengampu : Dr. Nurul Huda, M.H.I

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Fanny Eka Prawesti (220401022)


2. Maulana Farabi Azis (220401012)
3. Numa Maulinda Lutviana (220401119)

PRODI HUKUM EKONOMI SYARIAH

(MUAMALAH) FAKULTAS SYARIAH DAN

ADAB

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN

GIRI BOJONEGORO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan atas ke hadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan kasih sayang, kesehatan, dan petunjuk-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Ushul Fiqih 2 & Filsafat HBI ini dengan judul “….”

Dalam menyusun makalah ini kami telah berusaha untuk dapat memberikan
yang terbaik dan sesuai dengan harapan kami semua, walaupun dalam membuat
makalah ini kami mengalami kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang kami miliki. Oleh karna itu, kami mengucapkan terima kasih
kepada Nurul Huda selaku dosen pembimbing mata kuliah Ushul Fiqih 2 & Filsafat
HBI. Dan juga kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan
dorongan kami.

Kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
,sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun
demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi . Kami berharap
semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.

Bojonegoro,17 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar belakang........................................................................................................ 1
B. Rumusan masalah .................................................................................................. 1
C. Tujuan masalah ...................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2
.

A. ............................................................................... 2
B. .......................................................................... 2
C. ........................................................................ 3
D. ........................................................................ 4
BAB III PENUTUP ................................................................................................... 10
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara garis besar Pada mulanya semua kejadian yang menyangkut manusia,
seperti kelahiran,perkawinan, dan kematian dicatat oleh gereja. Namun karena
pencatatan yang dilakukan oleh gereja tidak lengkap dan tidak mudah untuk diperiksa,
maka pada masa Revolusi Prancis, unruk pertama kalinya di Eropa diadakan Lembaga
Catatan Sipil. Di Indonesia lembaga pencatatan pertama kali berlaku bagi golongan
Eropa pada tahun 1848 melalui asa konkordansi, namun baru diundangkan pada tahun
1949. Adapun tujuan dari Lembaga Catatan Sipil adalah untuk mencatat selengkap dan
sejelas-jelasnya sehingga memberikan kepastian yang sebenar-benarnya mengenai
semua kejadian.
Selain itu,seluruh peristiwa penting yang terjadi dalam keluarga (yang memiliki
aspek hukum), perlu didaftarkan dan dibukukan, sehingga baik yang bersangkutan
maupun orang lain yang berkepentingan mempunyai bukti yang outentik tentang
peristiwa-peristiwa tersebut, dengan demikian maka kedudukan hukum seseorang
menjadi tegas dan jelas. Untuk melakukan pencatatan, dibentuknya lembaga khusus
yang disebut Lembaga Catatan Sipil (Burgerlijke Stand). 1

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pentingnya Lembaga Catatan Sipil dalam hukum?

2. Ada berapa macam Catatan Sipil di Indonesia?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui pentingnya Lembaga Catatan Sipil

2. Untuk mengetahui Macam-macam Catatan Sipil di Indonesia

1
Soetojo Prawirohamidjojo dan Pohan Marthalena . Hukum Orang dan Keluarga (Personen en Familie-Recht).
Surabaya. Airlangga University Press, 1991 Hlm.5.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI LEMBAGA CATATAN SIPIL

KUHPerdata tidak memberikan pengertian dari apa yang dimaksud dengan


pencatatan sipil itu. Padahal Lembaga Pencatatan Sipil ini sudah dikenal sejak
zaman Hindia Belanda,namun di dalam Art.16 NBW Baru negeri Belanda
disebutkan bahwa catatan sipil merupakan intuisi untuk meregistrasi kedudukan
hukum mengenai pribadi seseorang terhadap kelahirannya, perkawinannya,
perceraiannya, orang tuanya, dan kematiannya. Adapun beberapa unsur penting
dalam Lembaga Catatan Sipil, yaitu :
 Di bentuk oleh pemerintah.
 Betugas mencatat, mendaftarkan, dan membukukan peristiwa penting bagi
status keperdataann.
 Bertujuan mendapatkan data yang lengkap, agar status warga dapat diketahui
dan dibuktikan.

Adapun pengaturan catatan sipil atau pencatatan sipil diatur dalam Bab kedua
Pasal 4 sampai dengan Pasal 16 Buku Kesatu KUHPerdata. Ketentuan-ketentuan
dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 16 KHUPerdata tersebut mengatur mengenai
akta-akta catatan sipil bagi golongan penduduk Eropa dan mereka yang
dipersamakan dengan itu. Namun,dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 4
tahun 1961 tentang Perubahan atau Penambahan Nama Kelauarga, ketentuan-
ketentuan dalam Pasal 6 sampai Pasal 10 KUHPerdata dinyatakan tidak berlaku
dan diganti dengann yang baru sebagaimana termuat dalam pasal-pasal Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1961.2

B. TUJUAN LEMBAGA CATATAN SIPIL


 Untuk memperoleh kepastian hukum tentang status perdata seseorang

2
Egi Septiannjari. ''Makalah Hukum Perdata''. Diakses Pada 11 Maret 2023.
http://makalahhukumperdata.blogspot.com/
2
yang mengalami peristiwa hukum tersebut. Kepastian hukum sangat
penting dalam setiap perbuatan hukum.

 Kepastian hukum itu menentukan apakah ada hak dan kewajiban hukum yang
sah antara pihak-pihak yang berhubungan dengan hukum itu.
 Kepastian hukum mengenai kelahiran menentukan status perdata seseorang
itu dewasa atau belum dewasa.
 Kepastian hukum mengenai perkawinan menentukan status perdata mengenai
boleh atau tidak boleh melangsungkan perkawinan dengan pihak lain lagi.
 Kepastian hukum mengenai perceraian menentukan status perdata untuk
bebas mencari pasangan lain.
 Kepastian hukum mengenai kematian menentukan status perdata sebagai ahli
waris dan keterbukaan waris. 3

C. FUNGSI LEMBAGA CATATAN SIPIL


Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1983 telah ditentukan,
bahwa kantor Catatan Sipil mempunyai fungsi menyelenggarakan:
1. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Kelahiran; diberikan oleh dokter atau
bidan rumah sakit/klinik mengenai peristiwa kelahiran itu
2. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Perkawinan; dibuat petugas pencatat
nikah
(PPN) yang menyaksikan peristiwa pernikahan itu.
3. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Perceraian; putusan pengadilan
yang diberikan oleh Pengadilan Negeri bagi beragama non islam dan Pengadilan
Agama bagi beragama islam.
4. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak;
5. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Kematian;diberikan oleh dokter rumah
sakit yang merawatnya atau oleh kepala kelurahan/desa tempat tinggal yang
bersangkutan.
6. Penyimpanan dan pemeliharaan Akta Kelahiran, Akta Perkawinan, Akta
Perceraian, Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak dan Akta Kematian;
7. Penyelidikan bahan dalam rangka perumusan kebijaksanaan bidang

3
3
Salim.,Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW),Jakarta. Sinar Grafika,Cet IV,2006),Hlm.42.

4
kependudukan/kewarganegaraan.4
D. MACAM-MACAM AKTA CATATAN SIPIL
1. Akta Kelahiran
Akta kelahiran adalah akta/catatan otentik yang dibuat oleh pegawai catatan sipil
berupa catatan resmi tentang tempat dan waktu kelahiran anak, nama anak dan nama orang
tua anak secara lengkap dan jelas, serta status kewarganegaraan anak.
 Akta Kelahiran adalah sebuah catatan administratif
Pada prinsipnya, akta kelahiran hanyalah sebuah catatan administratif. Dianggap
penting karena data yang ada dalam akta kelahiran dapat digunakan sebagai bukti jati
diri bagi si anak, sehubungan dengan hak waris atau klaim asuransi dan pengurusan
hal- hal administratif lainnya seperti tunjangan keluarga, paspor, KTP, SIM,
pengurusan
perkawinan, perijinan, mengurus beasiswa dan lain-lain.
Dengan adanya data di KCS, secara administratif negara berkewajiban memberi
perlindungan terhadap anak dari segala bentuk kekerasan fisik, mental, penyanderaan,
penganiayaan, penelantaran, eksploitasi termasuk penganiayaan seksual dan perdagangan
anak (pasal 19 ayat 1 Konvensi Hak Anak). Untuk itu pihak berwenang dapat menjerat
pelaku dengan ketentuan kejahatan terhadap anak di bawah umur.

2. Akta Perkawinan
Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan yang berlaku (pasal 2 ayat 1
Undang-Undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974). Bagi mereka yang melakukan
perkawinan menurut agama Islam, pencatatan dilakukan di Kantor Urusan Agama
(KUA). Sedang bagi yang beragama Katholik, Kristen, Budha, Hindu, pencatatan itu
dilakukan di Kantor Catatan Sipil (KCS).

 Sahnya Perkawinan
Sebuah perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-
masing agamanya dan kepercayaannya itu (pasal 2 ayat 1 UU Perkawinan). Ini berarti
bahwa jika suatu perkawinan telah memenuhi syarat dan rukun nikah atau ijab kabul
telah dilaksanakan (bagi umat Islam) atau pendeta/pastur telah melaksanakan
pemberkatan atau ritual lainnya (bagi yang non muslim), maka perkawinan
tersebut adalah sah,

5
terutama di mata agama dan kepercayaan
masyarakat.

4
Muhammad,Prof. Abdulkadir S.H. Hukum Perdata Indonesia. Penerbit PT Citra Aditya
Bakti. Bandung.2014

6
Karena sudah dianggap sah, akibatnya banyak perkawinan yang tidak
dicatatkan. Bisa dengan alasan biaya yang mahal, prosedur berbelit-belit atau untuk
menghilangkan jejak dan bebas dari tuntutan hukum dan hukuman adiministrasi dari
atasan, terutama untuk perkawinan kedua dan seterusnya (bagi pegawai negeri dan
ABRI). Perkawinan tak dicatatkan ini dikenal dengan istilah Perkawinan Bawah
Tangan (Nikah Syiri’).

Akibat Hukum Tidak dicatatkannya Perkawinan


a. Perkawinan Dianggap tidak Sah
Meski perkawinan dilakukan menurut agama dan kepercayaan, namun di mata
negara perkawinan Anda dianggap tidak sah jika belum dicatat oleh Kantor
Urusan Agama atau Kantor Catatan Sipil.

b. Anak Hanya Mempunyai Hubungan Perdata dengan Ibu dan Keluarga Ibu
Anak-anak yang dilahirkan di luar perkawinan atau perkawinan yang tidak
tercatat, selain dianggap anak tidak sah, juga hanya mempunyai hubungan perdata
dengan ibu atau keluarga ibu (Pasal 42 dan 43 Undang-Undang Perkawinan). Sedang
hubungan perdata dengan ayahnya tidak ada.

c. Anak dan Ibunya tidak Berhak atas Nafkah dan Warisan


Akibat lebih jauh dari perkawinan yang tidak tercatat adalah, baik isteri maupun
anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut tidak berhak menuntut nafkah
ataupun warisan dari ayahnya. Namun demikian, Mahkamah Agung RI dalam perkara
Nugraha Besoes melawan Desrina dan putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam
perkara Heria Mulyani dan Robby Kusuma Harta, saat itu mengabulkan gugatan
nafkah bagi anak hasil hubungan kedua pasangan tersebut.

3. Akta Perceraian
Perceraian yang secara sah menurut hukum negara (sesuai dengan UU no 1 Tahun
1974) adalah melalui Pengadilan. Perceraian yang demikian wajib dicatat dan memperoleh
akta cerai. Perceraian merupakan salah satu peristiwa penting yang mengubah status

7
catatan sipil seseorang. Perceraian mengubah status kawin menjadi status janda atau duda,
dan membawa

8
akibat-akibat hukum lain seperti pembagian harta bersama (gono-gini), serta hak dan
kewajiban terhadap anak. Pengadilan hanya memutuskan mengadakan sidang pengadilan
untuk menyaksikan perceraian apabila memang terdapat alasan-alasan dan pengadilan ber-
pendapat bahwa antara suami isteri yang bersangkutan tidak mungkin lagi didamaikan
untuk hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Sesaat setelah dilakukan sidang untuk
menyaksikan perceraian yang dimaksud maka Ketua Pengadilan membuat surat
keterangan tentang terjadinya perceraian tersebut. Surat keterangan itu dikirimkan kepada
Pegawai Pencatat di tempat perceraian itu terjadi untuk diadakan pencatatan perceraian.

Suatu perceraian dianggap terjadi beserta segala akibat-akibatnya terhitung sejak saat
pendaftarannya pada daftar pencatatan kantor pencatatan oleh Pegawai Pencatat, kecuali
bagi mereka yang beragama Islam terhitung sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama
yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Sehingga jika putusan perceraian di
pengadilan tidak segera dicatatkan, maka belum mempunyai kekuatan hukum dan akan
menyulitkan suami/isteri dalam mengambil tindakan hukum lainnya. Misalkan untuk
menikah kembali.

4. Akta Kematian
Kematian adalah menghilangnya secara permanen semua tanda-tanda kehidupan
setiap saat setelah kelahiran hidup terjadi.Pencatatan kematian memberikan kepastian
hukum atas hak dan kewajiban perdata seseorang yg meninggal dunia, termasuk pada
pihak yg mempunyai hubungan garis keturunan atau hubungan darah.
Akta kematian merupakan bukti pengakuan negara atas meninggalnya seseorang dgn
berbagai implikasi keperdataan yg wajib diselesaikan. Bagi pemerintah, pencatatan
kematian yg dilaksanakan secara benar, hasilnya merupakan sumber data statistik yg
akurat sekaligus mengakomodasi kepentingan dlm perencanaan pembangunan di bidang
kesehatan.
 Tujuan Pencatatan Kematian
 Memberikan status dan kepastian hukum atas peristiwa kematian seseorang.
 Memberikan perlindungan data pribadi penduduk yg berkaitan dgn kematian.
 Fasilitasi pelayanan publik sebagai implikasi penc. kematian.
 Manfaat Pencatatan Kematian
Dengan diperoleh bukti dan dokumen autentik atas kematian seseorang maka hal ini
memberikan manfaat diantaranya yakni Pembuktian kematian secara hukum, Pengurusan
6
warisan/hubungan hutang-piutang/ asuransi; Pengurusan pensiun bagi
pegawai

7
(janda/duda); Pemberian tunjangan keluarga; Pengurusan Taspen; Pencairan
dana/tabungan di bank; Persyaratan perkawinan bagi pasangan yg ditinggal mati;
Penghapusan data pribadi. Selain itu juga dengan pencatatan kematian akan didapatkan
data statistik vital kematian dan bagi penyelenggara pencatatan akan memberikan
konstribusi dlm pemeliharaan database kependudukan yg akurat, muktahir dan realible.

5. Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak


Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak adalah catatan pinggir yang dibuat bagi anak
lahir diluar perkawinan orang tuanya yang kemudian diakui dan disahkan dalam
pencatatan perkawinan orang tuanya yang sah.

 Pengakuan Anak
Dalam Penjelasan Pasal 49 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan, bahwa yang dimaksud dengan Pengakuan Anak adalah :
Pengakuan seorang ayah terhadap anaknya yang lahir di luar perkawinan sah
atas persetujuan ibu kandung anak tersebut..
Pasal 49 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan menentukan bahwa Pengakuan Anak tersebut wajib dilaporkan oleh
orangtua pada Instansi Pelaksana paling lambat 30 hari sejak tanggal Surat Pengakuan
Anak oleh ayahnya dan disetujui oleh ibu dari anak yang bersangkutan. Dalam kaitan
ini mengenai Surat Pengakuan Anak oleh ayahnya yang disetujui oleh ibu kandung
anak yang bersangkutan, lebih baik dibuat dalam bentuk akta Notaris, untuk
kesempurnaan Pengakuan Anak tersebut, dan dapat menjadi bukti yang kuat bagi para
pihak.

 Pengesahan anak
Dalam Penjelasan Pasal 50 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang
Administrasi Kependudukan, bahwa yang dimaksud dengan Pengesahan Anak adalah :

pengesahan status seorang anak yang lahir di luar ikatan perkawinan sah
pada saat pencatatan perkawinan kedua tua anak tersebut.

Pasal 50 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi


Kependudukan menentukan bahwa Pengesahan Anak tersebut wajib dilaporkan oleh
7
orang tua pada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak ayah dan ibu
dari anak

8
yang bersangkutan melakukan perkawinan da mendapatkan akta perkawinan terhadap anak
yang dilahirkan diluar perkawinan yang sah, dapat dilakukan Pengakuan Anak atau
Pengesahan Anak. Kalau Pengakuan anak hanya sebatas pengakuan dari ayah
kandungnya yang disetujui oleh ibu kandungnya,tanpa diikuti dengan perkawinan ibu-
bapaknya, tapi dalam Pengesahan Anak ibu danbapak si anak tersebut melangsungkan
pernikahan dan pada saat pencatatan perkawinan si anak diakui sebagai anak kandung
mereka.

 Akta Pergantian Nama

Nama biasanya diberikan kepada seseorang sejak ia dilahirkan ke dunia. Akan


tetapi, nama juga bisa dirubah. Seiring dengan perkembangan jaman, banyak masyarakat
kita yang melakukan perubahan nama dengan berbagai alasan. Di antaranya karena alasan
profesi, nama lama kurang membawa hoki, nama lama kurang bagus sehingga pemiliknya
merasa malu jika memperkenalkan diri dan berbagai alasan lainnya.

Tanpa kita sadari, mengganti atau merubah nama ini tidak serta merta berubah begitu
saja, karena perubahan nama ini berpengaruh terhadap seluruh administrasi yang
dilakukan. Di antaranya, dalam bidang administrasi kependudukan berpengaruh terhadap
KTP, KK dan akta kelahiran yang bersangkutan. Selain itu, dalam administrasi pendidikan
berpengaruh terhadap data pendidikan dan ijazah.

Perlu diketahui, bahwa penetapan perubahan nama ini telah diatur dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan Pasal 52 yang
menyatakan:
1. Pencatatan perubahan nama dilaksanakan berdasarkan penetapan pengadilan
negeri tempat pemohon.
2. Pencatatan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan
oleh Penduduk kepada Instansi Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil
paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan penetapan pengadilan
negeri oleh Penduduk.
3. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pejabat Pencatatan
Sipil membuat catatan pinggir pada register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta
Pencatatan Sipil.
9
Dalam hal perubahan nama ini, akta kelahiran kita nantinya akan tetap sama dengan akta
kelahiran yang lama. Hanya dalam akta tersebut ditambahkan catatan pinggir oleh petugas
catatan sipil mengenai perubahan nama. Selanjutnya, kita dapat mengurus perubahan nama
pada surat-surat seperti KTP, sertifikat tanah, surat-surat yang berhubungan
dengan
perbankan, dan lain sebagainya dengan akta tersebut.5

10
5
Hasan Soleh . ''Pencatatan Sipil di Indoneisa''. Diakses pada 11 Maret 2023.
http://soleh- com.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

11
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

12
DAFTAR PUSTAKA

Soetojo Prawirohamidjojo dan Pohan Marthalena . Hukum Orang dan Keluarga


(Personen en Familie-Recht). Surabaya. Airlangga University Press, 1991 Hlm.5.

Salim.,Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW),Jakarta. Sinar Grafika,Cet


IV,2006),Hlm.42.

Muhammad,Prof. Abdulkadir S.H. Hukum Perdata Indonesia. Penerbit PT Citra Aditya


Bakti. Bandung.2014

Rachmadi, Usman. Aspek-aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di


Indonesia.Jakarta.Sinar Grafika.2006 Hlm.189.

Kie,Tan Thong . Studi Notariat & Serba-Serbi Praktek Notaris. Jakarta. Inchtiar Baru
Van
Hoeve. 2007, Hlm 44.

Salim, Pengantar hukum Perdata Tertulis. Jakarta. Sinar Grafika. 2008 hal 37-40

Hasan Soleh . ''Pencatatan Sipil di Indoneisa''. Diakses pada 11 Maret 2023.


http://soleh-com.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

Egi Septiannjari. ''Makalah Hukum Perdata''. Diakses Pada 11 Maret 2023.


http://makalahhukumperdata.blogspot.com/
Andrycko, Muhammad. ''Materi kuliah Pengetahuan dasar Hukum Perdata Lengkap''.
Diakses pada 11 Maret 2023. http://andrycko.blogspot.com/2011/12/pengetahuan-
dasar-hukum-perdata.html

Hasbi Hasadiqi.''Domisili Hukum Perdata''. Diakses pada 11 Maret 2023.


http://artikelfakta.blogspot.com/2013/07/domisili-hukum-
perdata.htm

13

Anda mungkin juga menyukai