PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DOSEN: LAVNY ACHRIYANTI, S.H., M.M.
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini
bisa selesai pada waktunya.
Makaalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang pengalaman dan
penerapan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber informasi, referensi, dan sumber
berita.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan
rapi.
Jakarta, Minggu/22-03-2020
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................I
DAFTAR ISI...................................................................II
BAB I PENDAHULUAN................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................
III
3.1..................................................... Kesimpulan
................................................................................14
3.2............................................................ Saran
................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
IV
Sedangkan Pasal 2 RGH menyebutkan bahwa seseorang perempuan (istri) yang
melakukan perkawinan selama itu belum putus, maka siperempuan tunduk pada
hukum yang berlaku untuk suaminya, baik hukum publik maupun hukum sipil.3
Dari pengetian Pasal 1 RGH yang diuraikan diatas, maka dalam hal itu
termasuk pula perkawinan-perkawinan yang dilangsungkan diluar negeri antara dua
orang Warga Negara Indonesia yang di Indonesia tunduk pada hukum berlainan atau
antara seorang Warga Negara Indonesia (selanjutnya disebut WNI) dan seorang
Warga Negara Asing (selanjutnya disebut WNA), akan tetapi bilamana pihak atau
pihak-pihak yang dahulu tunduk pada seluruh atau sebagian dari hukum perkawinan
KUHPerdata, maka bagi perkawinan berlakulah ketentuan Pasal 83 KUHPerdata
yang menyatakan: ” Perkawinanperkawinan yang dilangsungkan diluar Indonesia,
baik antara warga negara Idonesia satu sama lain, adalah sah jika perkawinan itu
dilangsungkan menurut cara yang lazim dalam negeri, dimana perkawinan itu
dilangsungkan, dan suami istri warga negara Indonesia, tidak melanggar ketentuan-
ketentuan tersebut dalam bagian kesatu bab satu.
V
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Pasal 62 menyebutkan, bahwa dalam
perkawinan campuran kedudukan anak diatur sesuai dengan Pasal 59 Ayat 1 yang
isinya: “Kewarganegaraan yang diperoleh sebagai akibat 4 R. Soetojo
Prawirohamidjoyo, 1986, Pluralisme dalam perundang-undangan di indonesia,
Surabaya, Penerbit Airlanga university. Hal.90. 3 perkawinan atau putusnya
perkawinan menentukan hukum yang berlaku, baik mengenai hukum public maupun
hukum perdata”.
Persoalan yang rentan dan sering timbul dalam perkawinan campuran adalah
masalah kewarganegaraan anak. UU kewarganegaraan yang lama menganut prinsip
kewarganegaraan tunggal, sehingga anak yang lahir dari perkawinan campuran hanya
bisa memiliki satu kewarganegaraan, yang dalam UU tersebut ditentukan bahwa yang
harus diikuti adalah kewarganegaraan ayahnya. Pengaturan ini menimbulkan
persoalan apabila dikemudian hari perkawinan orang tua pecah, tentu ibu akan
kesulitan 4 mendapat pengasuhan anaknya yang warga negara asing. Dengan lahirnya
VI
UU Kewarganegaraan yang baru, sangat menarik untuk dikaji bagaimana pengaruh
lahirnya UU ini terhadap status hukum anak dari perkawinan campuran, berikut
komparasinya terhadap UU Kewarganegaraan yang lama.
Subjek hukum berarti manusia memiliki hak dan kewajiban dalam lalu lintas
hukum. Namun tidak berarti semua manusia cakap bertindak dalam lalu lintas hukum.
Orang-orang yang tidak memiliki kewenangan atau kecakapan untuk melakukan
perbuatan hukum diwakili oleh orang lain. Berdasarkan pasal 1330 KUHP, mereka
yang digolongkan tidak cakap adalah mereka yang belum dewasa, wanita bersuami,
dan mereka yang dibawah pengampuan. Dengan demikian anak dapat dikategorikan
sebagai subjek hukum yang tidak cakap melakukan perbuatan hukum. Seseorang
yang tidak cakap karena belum dewasa diwakili oleh orang tua atau walinya dalam
melakukan perbuatan hukum. Anak yang lahir dari perkawinan campuran memiliki
kemungkinan bahwa ayah ibunya memiliki kewarganegaraan yang berbeda sehingga
tunduk pada dua yurisdiksi hukum yang berbeda. Berdasarkan UU Kewarganegaraan
yang lama, anak hanya mengikuti kewarganegaraan ayahnya, namun berdasarkan UU
Kewarganegaraan yang baru anak akan memiliki dua kewarganegaraan. Menarik
untuk dikaji karena dengan kewarganegaraan ganda tersebut, maka anak akan tunduk
pada dua yurisdiksi hukum.
Menurut teori hukum perdata internasional, untuk menentukan status anak dan
hubungan antara anak dan orang tua, perlu dilihat dahulu perkawinan orang tuanya
sebagai persoalan pendahuluan, apakah perkawinan 5 orang tuanya sah sehingga anak
memiliki hubungan hukum dengan ayahnya, atau perkawinan tersebut tida sah,
sehingga anak dianggap sebagai anak luar nikah yang hanya memiliki hubungan
hukum dengan ibunya. Sejak dahulu diakui bahwa soal keturunan termasuk status
personal. Negara-negara common law berpegang pada prinsip domisili (ius soli)
sedangkan negaranegara civil law berpegang pada prinsip nasionalitas (ius sanguinis).
Umumnya yang dipakai ialah hukum personal dari sang ayah sebagai kepala keluarga
(pater familias) pada masalah-masalah keturunan secara sah. Hal ini adalah demi
kesatuan hukum dalam keluarga dan demi kepentingan kekeluargaan, demi stabilitas
VII
dan kehormatan dari seorang istri dan hak-hak maritalnya. Sistem kewarganegaraan
dari ayah adalah yang terbanyak dipergunakan di negara-negara lain, seperti misalnya
Jerman, Yunani, Italia, Swiss dan kelompok negara-negara sosialis. Dalam sistem
hukum Indonesia, Prof.Sudargo Gautama menyatakan kecondongannya pada sistem
hukum dari ayah demi kesatuan hukum dalam keluarga, bahwa semua anak–anak
dalam keluarga itu sepanjang mengenai kekuasaan tertentu orang tua terhadap anak
mereka (ouderlijke macht) tunduk pada hukum yang sama.5 Undang-Undang
kewarganegaraan yang baru memuat asas-asas kewarganegaraan umum atau
universal.
1. Asas ius sanguinis (law of the blood) adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunan, bukan berdasarkan negara
tempat kelahiran. 5 Sudargo Gautama, Hukum Perdata Internasional
Indonesia, B, Jilid III Bagian I, Buku ke-7, Bandung: Penerbit Alumni, 1995,
Hal. 43. 6
2. Asas ius soli (law of the soil) secara terbatas adalah asas yang menentukan
kewarganegaraan seseorang berdasarkan negara tempat kelahiran, yang
diberlakukan terbatas bagi anak-anak sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang ini.
VIII
(apabila anak tersebut tidak punya hubungan hukum dengan ayahnya) tidak
secara otomatis menyebabkan kewarganegaraan anak menjadi hilang.
Berdasarkan UU ini anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNI
dengan pria WNA, maupun anak yang lahir dari perkawinan seorang wanita WNA
dengan pria WNI, sama-sama diakui sebagai warga negara Indonesia. Anak tersebut
akan berkewarganegaraan ganda , dan setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin
maka ia harus menentukan pilihannya. Pernyataan untuk memilih tersebut harus
disampaikan paling lambat 3 (tiga) tahun setelah anak berusia 18 tahun atau setelah
kawin. Pemberian 7 kewarganegaraan ganda ini merupakan terobosan baru yang
positif bagi anakanak hasil dari perkawinan campuran. Namun perlu ditelaah, apakah
pemberian kewaranegaraan ini akan menimbulkan permasalahan baru di kemudian
hari atau tidak. Memiliki kewarganegaraan ganda berarti tunduk pada dua yurisdiksi.
Indonesia memiliki sistem hukum perdata internasional peninggalan Hindia Belanda.
Dalam hal status personal indonesia menganut asas konkordasi, yang antaranya
tercantum dalam Pasal 16 A.B. (mengikuti pasal 6 AB Belanda, yang disalin lagi dari
pasal 3 Code Civil Perancis). Berdasarkan pasal 16 AB tersebut dianut prinsip
nasionalitas untuk status personal. Hal ini berati warga negara indonesia yang berada
di luar negeri, sepanjang mengenai hal-hal yang terkait dengan status personalnya ,
tetap berada di bawah lingkungan kekuasaan hukum nasional indonesia, sebaliknya,
menurut jurisprudensi, maka orang-orang asing yang berada dalam wilayah Republik
indonesia dipergunakan juga hukum nasional mereka sepanjang hal tersebut masuk
dalam bidang status personal mereka.
IX
Berdasarkan prinsip tersebut, maka dapat diketahui bahwa menurut Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik 8 Indonesia,
suami dan isteri mempunyai kedudukan yang sama dalam menentukan
kewarganegaraan bagi anaknya. Secara subtansial UndangUndang Nomor 12 Tahun
2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia jauh lebih maju dan demokratis
dibanding dengan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan
Republik Indonesia, karena UndangUndang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
kewarganegaraan Republik Indonesia telah mengakomodir berbagai pemikiran yang
mengarah pada perlindungan hukum warganegara dengan memperhatikan kesetaraan
jender. Tidak kalah pentignya adalah adanya pemberian perlindungan hukum
terhadap anak-anak hasil perkawinan campuran antara warga negara Indonesia
dengan warga negara Asing. Dalam prakteknya banyak kendala yang muncul dalam
melakukan naturalisasi dan dalam penulisan ini perlindungan hukum yang dimaksud
hanya tentang status kewarganegaraan anak hasil perkawinan campuran.
X
Begitu pula dua orang Timur Asing yang satu berkewarganegaraan Indonesia dan
yang lain berkewarganegaraan asing. Dalam Pasal 57 Undang-Undang No. 1 Tahun
1974 tentang Perkawinan menyebutkan bahwa “yang dimaksud” dengan perkawinann
campuran dalam undang-undang ini ialah perkawinan antara dua orang yang di
Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena perbedaan kewarganegaraan,
dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.
XI
1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap status dari laki-laki dan
perempuan yang melakukan perkawinan campuran sebelum dan sesudah
berlakunya undang-undang no 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan
Adapun penelitian ini berguna dan memberikan manfaat bagi penulis sendiri
pada khususnya maupun bagi pihak lain atau pembaca pada umunya. Manfaat dari
penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Penulis Dengan ditulis skipsi ini semoga dapat menambah ilmu
pengetahuan dibidang hukum khususnya hukum perdata mengenai proses
perlindungan hukum terhadap anak hasil perkawinan campuran.
XII
perlindunga hukum terhadap anak hasil perkawinan campuran tersebut. 3.
Bagi Ilmu Pengetahuan Dengan adanya penulisan skipsi ini, maka penulis
berharap penulisan ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu
pengetahuan yang 12 berguna untuk perkembangan ilmu pengetahuan hukum
dan khususnya hukum perdata yang menyangkut mengenai proses
perlindungan hukum terhadap anak hasil perkawinan campuran.
BAB ll
PEMBAHASAN
XIII
Adanya persetujuan dari kedua belah pihak, yaitu mempelai pria dan mempelai
wanita, Adanya izin dari pihak-pihak tertentu untuk melangsugkan perkawinan bagi
yang belum mencapai usia 21 tahun, yaitu:
a. Orang tua atau salah satu orang tua dalam hal salah satunya telah
meninggal dunia atau tidak mampu menyatakan kehendaknya;
b. Wali, orang yang memeihara atau keluarga yang mempunyai hubungan
darah dalam garis keturunan lurus ke atas (kaek-nenek);
Dasar hukum perwakilan campuran di Indonesia diatur dalam pasal 57-62 UU No.1
Tahun 1974 tentang perkawinan (UU Perkawinan). Berdasarkan pasal 57 UU
Perkawinan, perkawinan campuran meiliki unsur sebagai berikut: Dua orang yang
berkedudukan di Indonesia Tunduk pada hokum yang berbeda akibat perbedaan
kewarganegaraan salah satu pihak berkewarganegaraan asing (WNA) Pihak lainnya
berkewarganegaraan Indonesia Jadi, perkawinan campuran di Indonesia menurut UU
perkawinan menitik beratkan pada perbedaan kewarganegaraan. Selain itu, pasal 59
ayat (2) UU Perkawinan menyebutkan perkawinan campuran di Indonesia hanya sah
apabila dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam UU Perkawinan.
2.4. Hubungan Antara Anak Dan Orang Tua Yang Melakukan Perkawinan
Campuran.
“Anak yang belum berumur 18 tahun dan belum kawin yang mempunyai hubungan
hukum kekeluargaan dengan ayahnya sebelum ayah itu memperoleh kewarga-
negaraan Republik Indonesia, turut memperoleh kewarga-negaraan Republik
Indonesia setelah ia bertempat tinggal dan berada di Indonesia. Keterangan tentang
bertempat tinggal dan berada di Indonesia itu tidak berlaku terhadap anak-anak yang
XIV
karena ayahnya memperoleh kewarga-negaraan Republik Indonesia menjadi tanpa
kewarga-negaraan.”
XV
dan belum dewasa (belum berusia 18 tahun atau belum menikah). Hilangnya
kewarganegaraan ibu, juga mengakibatkan kewarganegaraan anak yang belum
dewasa (belum berusia 18 tahun/ belum menikah) menjadi hilang (apabila
anak tersebut tidak memiliki hubungan hukum dengan ayahnya).
XVI
kewarganegaraan ganda (bipatride) ataupun tanpa kewarganegaraan
(apatride). Kewarganegaraan ganda yang diberikan kepada anak merupakan
suatu pengecualian. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak, diatur mengenai, anak yang dilahirkan dari Perkawinan
Campuran berhak memperoleh kewarganegaraan dari ayah atau ibunya sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
XVII
terjadi perkawinan campuran antara warga negara Indonesia dan warga negara
asing, anak yang dilahirkan dari perkawinan tersebut berhak memperoleh
kewarganegaraan dari ayah atau ibunya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. b) Dalam hal terjadi perceraian dari
perkawinan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), anak berhak untuk
memilih atau berdasarkan putusan pengadilan, berada dalama pengasuhan
salah satu dari kedua orang tuanya. c) Dalam hal terjadi perceraian
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), sedangkan anak belum mampu
menentukan pilihan dan ibunya berkewarganegaraan Republik Indonesia,
demi kepentingan terbaik anak atau atas permohonan ibunya, pemerintah
berkewajiban mengurus status kewarganegaraan Republik Indonesia bagi
anak tersebut.
3.2. SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan oleh penulis dalam penulisan skripsi mengenai
Kedudukan Hukum Anak Akibat Perceraian Yang Lahir Dari Perkawinan Campuran,
sebagai berikut:
XVIII
tentang Perlindungan Anak, seharusnya ketentuan tersebut dapat diatur lebih
lanjut di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan.
DAFTAR PUSTAKA
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/view/3996
http://scholar.unand.ac.id/13417/2/BAB%20AKHIR%20PENUTUP.pdf
https://smartlegal.id/hukum-keluarga/2019/01/28/aspek-dan-akibat-hukum-perkawinan-
campuran-di-indonesia/
Sumber: Aspek dan Akibat Hukum Perkawinan Campuran di Indonesia
http://jurnalhukum.blogspot.com/2006/09/status-hukum-anak-hasil-perkawinan.html
http://eprints.ums.ac.id/25571/2/BAB_I.pdf
XIX
XX