Anda di halaman 1dari 16

HUKUM PERDATA

Tentang :

“Jaminan Fidusia”

Disusun oleh :

Kelompok 1 (Satu)

1. Safitri Damayanti (41151010220012)


2. Kamila Azhar (41151010220014)
3. M.Fauzan Akbar.D (41151010220018)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LANGLANGBUANA TAHUN 2023


Jl. Karapitan No.116, Cikawao, Kec. Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat 40261
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat, hidayah
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “JAMINAN
FIDUSIA”. Maksud dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai pemenuhan salah satu
tugas Hukum Perdata sekaligus sebagai pertanggung jawaban secara tertulis mengenai judul
yang dibuat pada pelaksanaan tugas ini.
Karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, penyusun sepenuhnya
menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan serta
belum mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak dalam kesempurnaan karya tulis selanjutnya.
Pembuatan makalah ini tak lepas dari dukungan dan bimbingan dari beberapa pihak yang
telah membantu demi kelancarannya pelaksanaan tugas hukum perdata ini. Pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan penghormatan serta ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada.
1. Allah SWT, yang telah memberikan umur, kesehatan, kekuatan, kemudahan dan nikmat-
nikmat lainnya yang tak dapat dihitung jumlahnya.
2. Seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan semangat nasihat, do’a, serta dukungan
baik moril maupun materil kepada penulis untuk meningkatkan semangat belajar.
3. Seluruh staf dosen pengajar Ilmu Hukum Universitas Langlangbuana Bandung.
4. Semua teman-teman mahasiswa jurusan Ilmu Hukum Angkatan 2022.
5. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan
dukungan dan membantu melancarkan penyusunan karya tulis ilmiah ini.

i
Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ini tidak hanya dapat bermanfaat bagi penulis
tetapi juga bermanfaat bagi orang lain, khususnya bagi para pembaca.

Bandung, 6 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB 1 PENAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah..........................................................................................................1
1.3 Batasan Masalah...............................................................................................................2
1.4 Tujuan Penulisan...............................................................................................................2
1.5 Manfaat Penulisan.............................................................................................................2
BAB 2 TEORI.................................................................................................................................3
2.1 Definisi Jaminan Fidusia...................................................................................................3
2.2 Dasar Hukum Fidusia........................................................................................................3
2.3 Objek dan Subjek Jaminan Fidusia...................................................................................4
2.4 Pembebanan Fidusia.........................................................................................................5
2.5 Pendaftaran Jaminan Fidusia............................................................................................6
2.6 Hapusnya Jaminan Fidusia................................................................................................7
2.7 Eksekusi Jaminan Fidusia.................................................................................................7
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................11

3
4
BAB 1
PENAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Jaminan Fidusia merupakan jaminan kepercayaan yang berasal dari adanya suatu
hubungan perasaan antar manusia yang satu dengan manusia lainnya yang mana mereka
merasa aman, sehingga tumbuh rasa percaya terhadap teman interaksinya tersebut untuk
selanjutnya memberikan harta benda mereka sebagai jaminan kepada tempat mereka
berhutang. Fidusia pada zaman romawi disebut juga Fiducia Cum Creditore, artinya
adalah penyerahan sebagai jaminan saja bukan peralihan kepemilikan. Jaminan fidusia
lahir dari asas kebebasan berkontrak dalam pasal 1338 KUHPerdata.

Terdapat kasus – kasus dimana barang objek jaminan utang masih tergolong
barang bergerak, tetapi pihak debitur enggan menyerahkan kekuasaan atas barang
tersebut kepada kreditur, sementara pihak kreditur tidak mempunyai kepentingan bahkan
kerepotan jika barang tersebut diserahkan kepadanya. Karena itu, dibutuhkanlah adanya
suatu bentuk jaminan utang yang objeknya masih tergolong benda bergerak tetapi tanpa
menyerahkan kekuasaan atas benda tersebut kepada pihak kreditur. Akhirnya munculah
bentuk jaminan dimana objeknya benda bergerak, tetapi kekuasaan atas benda tersebut
tidak beralih dari debitur kepada kreditur. Inilah yang dinamakan jaminan fidusia.

Jaminan fidusia sangatlah terkait dengan perjanjian yang dilakukan antara pihak
debitur dan kreditur. Namun, banyaknya kreditur – kreditur yang masih awam mengenai
jaminan fidusia, mengakibatkan banyaknya kendaraan yang ditarik paksa oleh pihak
leasing secara sembarang, bahkan tanpa adanya jaminan fidusia terlebih dahulu. Maka
dari itu, penulis tertarik untuk membahas mengenai jaminan fidusia.

1.2 Identifikasi Masalah


Dari uraian latar belakang diatas, maka masalah yang akan diidentifikasi adalah
sebagai berikut :

1. Apa itu pembebanan fidusia?


2. Bagaimana eksekusi jaminan fidusia dilakukan ?
1.3 Batasan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, maka masalah yang akan diidentifikasi adalah
sebagai berikut :

1. Masalah yang dibahas akan bersumber dari pandangan hukum perdata Artinya
tidak menurut pandangan lainnya (Hukum Pidana, Hukum Islam, dsb).
2. Penelitian ini lebih menggunakan penalaran yang logis sebagai pembahasan dan
kesimpulan dari suata bahasan.
1.4 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang diharapkan dari penelitian makalah ini adalah sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui pembebanan fidusia.


2. Untuk mengetahui bagaimana eksekusi fidusia dapat dilakukan.

1.5 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Memberi informasi kepada mahasiswa tentang pembebanan fidusia.


2. Memberikan wawasan mengenai bagaimana eksekusi fidusia dapat dilakukan.

2
BAB 2
TEORI

2.1 Definisi Jaminan Fidusia


Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya diadakan
tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda itu (Pasal 1 ayat (1) UU Nomor
42 Tahun 1999). Yang dimaksud dengan jaminan fidusia adalah hak jaminan atas
benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud dan benda tidak
bergerak, khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan
sebagaimana yang dimaksud dalam UU Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia, sebagai agunan
bagi pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan
kepada penerima fidusia terhadap kreditur lainnya.
Dari definisi di atas dapat dikemukakan bahwa benda yang dapat dijadikan
jaminan fidusia adalah :
a. Benda bergerak baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud;
b. Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani hak
tanggungan, berkaitan dengan pembebanan jaminan rumah susun.
2.2 Dasar Hukum Fidusia
Undang – Undang tentang Fidusia diatur dalam UU Nomor 42 Tahun 1999.
Sebelum diundangkannya UU ini, konstruksi hukum fidusia timbul dari putusan
Mahkamah Agung Belanda tahun 1932. Berdasarkan putusan ini, fidusia hanya
berlaku bagi benda bergerak. Pada prinsipnya, apabila suatu barang dijaminkan
dengan fidusia berarti kepemilikan atas barang tersebut beralih kepada kreditur,
tetapi penguasa barang itu tetap pada debitur (Peter Mahmud, 1999:2).

Fidusia diatur dalam UU Nomor 42 Tahun 1999. Pertimbangan ditetapkannya


UU Fidusia adalah :

3
a. Bahwa kebutuhan yang sangat besar dan terus meningkat bagi dunia usaha
atas tersedianya dana, perlu diimbangi dengan adanya ketentuan hukum
yang jelas dan lengkap yang mengatur mengenai Lembaga jaminan;
b. Bahwa jaminan fidusia sebagai salah satu bentuk Lembaga jaminan masih
didasarkan pada yurisprudensi dan belum diatur peraturan perundang –
undangan secara lengkap dan komprehensif;
c. Bahwa untuk memenuhi kebutuhan hukum yang dapat lebih memacu
pembangunan nasional dan untuk menjamin kepastian hukum serta
mampu memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang
berkepentingan, maka perlu dibentuk ketentuan yang lengkap mengenai
jaminan fidusia dan jaminan tersebut perlu didaftarkan di Kantor
pendaftaran Fidusia;
d. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud dalam
huruf a,b, dan c dipandang perlu membentuk Undang – Undang Jaminan
Fidusia.

UU Nomor 42 Tahun 1999 terdiri atas 8 bab dan 41 pasal. Undang – Undang
ini dimaksudkan untuk :

a. Menampung kebutuhan masyuarakat mengenai pengaturan jaminan


fidusia sebagai salah satu sasrana untuk membantu kegiatan usasha dan
untuk memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang
berkepentingan;
b. Memberikan kemudahan bagi para pihak yang menggunakannya,
khususnya bagi pemberi fidusia, namun sebaliknya karena jaminan
menerima fidusia tidak didaftarkan, kurang menjamin kepentingan pihak
yang menerima fidusia karena pemberi fidusia mungkin saja menjaminkan
benda yang telah dibebani dengan fidusia kepada pihak lain tanpa
sepengetahuan penerima fidusia

2.3 Objek dan Subjek Jaminan Fidusia


Sebelum berlakunya UU Nomor 42 Tahun 1999, maka yang menjadi objek
jaminan fidusia adalah benda bergerak yang terdiri dari benda dalam persediaan

4
(inventory), benda dagangan, piutang, peralatan mesin, dan kendaraan bermotor,
tetapi dengan berlakunya UU Nomor 42 Tahun 1999, maka objek jaminan fidusia
dibagi dua macam, yaitu :

a. Benda bergerak, baik yang berwujud maupun tidak berwujud;


b. Benda tidak bergerak, khususnya bangunan yang tidak dibebani Hak
Tanggungan.

Yang dimaksud dengan bangunan di sini dalam kaitannya dengan bangunan


rumah susun, sedangkan yang dapat menjadi subjek dari jaminan fidusia adalah
pemberi dan penerima fidusia. Pemberi fidusia adalah orang perorangan atau
korporasi yajng mempunyai piutang yang pembayarannya dijamin dengan
jaminan fidusia.

2.4 Pembebanan Fidusia


Pembebanan jaminan fidusia diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 10 UU
Nomor 42 Tahun 1999. Sifat jaminan fidusia adalah perjanjian ikutan dari suatu
perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak untuk memenuhi
suatu prestasi. Pembebanan jaminan fidusia dilakukan dengan cara berikut ini.

a. Dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Indonesia. Akta jaminan


sekurang – kurangnya memuat :
1) Identitas pihak pemberi fidusia dan penerima fidusia;
2) Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia;
3) Uraian mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia;
4) Nilai penjaminan;
5) Nilai benda yang menjadi jaminan fidusia.
b. Utang pelunasannya dijaminkan dengan jaminan fidusia adalah :
1) Utang yang telah ada;
2) Utang yang telah timbul di kemudian hari yang telah diperjanjikan
dalam jumlah tertentu;
3) Utang yang pada utang eksekusi dapat ditentukan jumlahnya
berdasarkan perjanjian pokok yang menimbulkan kewajiban
memenuhi suatu prestasi.

5
c. Jaminan fidusia dapat diberikan kepada lebih dari satu penerima fidusia
atau kepada kuasa atau wakil dari penerima fidusia.
d. Jaminan fidusia dapat diberikan terhadap satu atau lebih satuan atau jenis
benda termasuk piutang, baik yang telah ada pada saat jaminan diberikan
maupun yang diperoleh kemudian. Pembebanan jaminan atas benda atau
piutang yang diperoleh kemudian tidak perlu dilakukan dengan perjanjian
jaminan tersendiri kecuali diperjanjikan lain, seperti :
1) Jaminan fidusia, meliputi hasil dari benda yang menjadi objek jaminan
fidusia;
2) Jaminan fidusia, meliputi klaim asuransi, dalam hal benda yang
menjadi objek jaminan fidusia yang diasuransikan.

2.5 Pendaftaran Jaminan Fidusia


Pendaftaran jaminan fidusia diatur dalam Pasal 11 sampai dengan Pasal 18
UU Nomor 42 Tahun 1999. Benda yang dibebani jaminan fidusia wajib
didaftarkan. Pendaftaran dilakukan pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Prosedur
dalam pendaftaran jaminan fidusia dikemukakan sebagai berikut.

a. Penerima fidusia, kuasa atau wakilnya mengajukan permohonan


pendaftaran fidusia pada Kantor Pendaftaran Fidusia, dengan
melampirkan pernyataan pendaftaran fidusia. Pernyataan itu memuat :
1) Identitas pihak pemberi dan penerima fidusia;
2) Tempat, nomor akta jaminan fidusia, nama, dan tempatt kedudukan
notaris yang membuat akta jaminan fidusia;
3) Data perjanjian pokok yang dijamin fidusia;
4) Uraian mengenai objek benda jaminan yang menjadi objek
jaminan fidusia;
5) Nilai penjaminan;
6) Nilai benda yang menjadi objek benda jaminan fidusia.
b. Kantor pendaftaran fidusia mencatat jaminan fidusia dalam buku
daftar fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan
permohonan pendaftaran.

6
c. Membayar biaya pendaftaran fidusia
d. Kantor pendaftaran fidusia menerbitkan dan menyerahkan kepada
penerima fidusia sertifikat jaminan fidusia pada tanggal yang sama
dengan penerimaan permohonan pendaftaran. Sertifikat fidusia
merupakan Salinan dari Buku Daftar Fidusia.
e. Jaminan fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal
dicatatnya jaminan fidusia dalam Buku Daftar Fidusia.

2.6 Hapusnya Jaminan Fidusia


Yang dimaksud dengan hapusnya jaminan fidusia adalah tidak berlakunya lagi
jaminan fidusia. Ada tiga sebab hapusnya jaminan fidusia, yaitu :

a. Hapusnya utang yang dijamin dengan fidusia antara lain karena


pelunasan dan bukti hapusnya utang berupa keterangan yang dibuat
kreditur;
b. Pelepasan ha katas jaminan fidusia oleh penerima fidusia;
c. Musnahnya benda yang menjadi objek jaminan fidusia (Pasal 25 UU
Nomor 42 Tahun 1999).

Musnahnya benda jaminan fidusia tidak menghapuskan klaim asuransi.


Supaya jaminan fidusia itu dapat diroya, maka penerima fidusia memberitahukan
kepada Kantor Pendaftaran Fidusia mengenai hapusnya jaminan fidusia, dengan
melampirkan pernyataan mengenai hapusnya utang, pelepasan hak, atau
musnahnya benda yang menjadi objek fidusia. Dengan adanya pemberitahuan
tersebut, Kantor Pendaftaran Fidusia melakukan pencoretan pencatatan jaminan
fidusia dari Buku Daftar Fidusia. Selanjutnya Kantor Pendaftaran Fidusia
menerbitkan surat keterangan yang menyatakan “Sertifikat jaminan fidusia yang
bersangkutan tidak berlaku lagi.”

2.7 Eksekusi Jaminan Fidusia


Eksekusi jaminan fidusia diatur dalam Pasal 29 sampai dengan Pasal 34 UU
Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Yang dimaksud dengan eksekusi
jaminan fidusia adalah penyitaan dan penjualan benda yang menjadi objek
jaminan fidusia. Yang menjadi penyebab timbulnya eksekusi jaminan fidusia ini

7
adalah karena debitur atau pemberi fidusia cedera janji atau tidak memenuhi
prestasinya tepat pada waktunya kepada penerima fidusia.

a. Pelaksanaan title eksekutorial oleh penerima fidusia. Yang dimaksud


dengan title eksekutorial adalah kekuatan eksekusi yang sama dengan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
b. Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia atas kekuasaan
penerima fidusia sendiri melalui pelelangan umum serta mengambil
pelunasan piutangnya dari hasil penjualan.
c. Penjualan du baawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan
pemberi dan penerima fidusia, jika dengan cara demikian dapat
diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak. Penjualan
ini dilakukan setelah lewat waktu 1 (satu) bulan sejak diberitahukan
secara tertulis oleh pemberi dan penerrima fidusia kepada pihak yang
berkepentingan dan diumumkan sedikitnya dalam 2 (dua) surat kabar
yang beredar di daerah yang bersangkutan (Pasal 29 UU Nomor 42
Tahun 1999).

Untuk melakukan eksekusi terhadap objek jaminan fidusia, maka pemberi fidusia
wajib menyerahkan benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Apabila benda yang
menjadi objek jaminan fidusia terdiri atas benda perdagangan atau efek yang dapat dijual
di sapar atau di bursa, penjualannya dapat dilakukan di tempat – tempat tersebut sesuai
dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Ada dua kemungkinan dari hasil
pelelangan aau penjualan barang jaminan fidusia, yaitu:

a. Hasil eksekusi melebihi nilai penjaminan, penerima fidusia wajib


mengembalikan kelebihan tersebut kepada pemberi fidusia;
b. Hasil eksekusi tidak mencukupi untuk pelunasan utang, debitur atau pemberi
fidusia tetap bertanggung jawab atas utang yang belum dibayar.

8
Ada dua janji yang dilarang dalam pelaksanaan eksekusi objek jaminan fidusia,
yaitu :

a. Janji melaksanakan eksekusi terhadap benda yang menjadi objek jaminan


fidusia dengan cara yang bertentangan dengan paSAL 29 UU Nomor 42
Tahun 1999;
b. Janji yang memberi kewenangan kepada penerima fidusia untuk memiliki
benda yang menjadi objek jaminan fidusia apabila debitur cedera janji. Kedua
macam perjanjian tersebut adalah batal demi hukum. Artinya bahwa dari
semula perjanjian itu dianggap tidak ada.

Namun pada Tahun 2021 keluar putusan MK Nomor 18 / PUU-XVII / 2019 dan
Putusan MK Nomor 2 / PUU-XIX / 2021, Mahkamah telah jelas menguraikan mengenai
prosedur penyerahan objek fidusia. Maka kekhawatiran para pemohon mengenai akan
timbulnya eksekusi secara sepihak atau penarikan semena – mena yang dilakukan oleh
kreditur, tidak akan terjadi. Sebab, Mahkamah juga telah mempertimbangkan mengenai
tata cara eksekusi sertifikat jaminan fidusia yang diatur dalam ketentuan lain dalam UU
No.42 Tahun 1999 agar disesuaikan dengan putusan MK Nomor 18 / PUU-XVII / 2019.
Menurut putusan Mk tersebut, pihak kreditur tidak dapat melakukan eksekusi sendiri
secara paksa misalnya dengan meminta bantuan apparat kepolisian, apabila mengenai
cidera janji (wanprestasi) oleh pemberi hak fidusia (debitur) terhadap kreditur yang masih
belum diakui oleh debitur dan debitur keberatan menyerahkan secara sukarela benda
yang menjadi objek dalam perjanjian fidusia. Dalam hal ini Mahkamah telah menegaskan
kembali dalam putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 2 / PUU-XIX / 2021 bahwa
kreditur harus mengajukan permohonan pelaksanaan eksekusi kepada Pengadilan Negeri.

9
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jaminan Fidusia adalah pengalihan hak atas dasar kepercayaan antara kreditur
dengan debitur dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya diadakan
tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda itu. Fidusia dibebankan kepada pemberi
dan penerima fidusia sehingga meninmbulkan hak dan kewajiban, dengan adanya
putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 2 / PUU-XIX / 2021 yang berarti pihak kreditur
tidak dapat melakukan eksekusi fidusia secara sepihak, namun harus ada izin dari
Pengadilan Negeri untuk melakukan eksekusi fidusia.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mertokusumo Sudikno, 2003, Pengantar Hukum Perdata, Sinar Grafika Offset, Jakarta
https://putusan3.mahkamahagung.go.id/peraturan/detail/
11ead07d33892490bcb8303935313134.html
BAB I_1.pdf (unissula.ac.id)

11

Anda mungkin juga menyukai