Anda di halaman 1dari 18

“BENDA BERGERAK SEBAGAI OBYEK JAMINAN GADAI”

Tugas ini untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Mata Kuliah: Hukum Benda
Hari/Tanggal: Rabu, 16 November 2020
Pukul: 16.45 – 18.15 WIB

Dosen Pengampu:
Wardani Rizkianti, SH,MKn

Disusun Oleh
M. Aby Rafdi Al Juhdi 1810611049
M. Yoga Pratama 1810611068
Luna Diana Puteri 1810611079
Yemima Yerikha Sekar 1810611080
Tamarine Camalia 1810611081
Muhammad Adam Azka 1810611115
Jesica Alfani Chrisin 1810611116

PROGRAM STUDI S1 HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan rahmat serta
anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah penulis yang berjudul “Benda
Bergerak Sebagai Obyek Jaminan Gadai” ini. Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita
haturkan untuk junjungan nabi besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua.
Penulis sampaikan terima kasih kepada Ibu Wardani Rizkianti, SH,MKn Selaku dosen
pengampu mata kuliah Hukum Benda Kelas Kecil yang telah mebimbing penulis dengan sabar
dan teliti. Dan kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari
awal hingga akhir.
Demikian, Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun Penulis harapkan dari
semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
yang nyata untuk masyarakat luas.

Jakarta, 15 November 2020

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2

DAFTAR ISI...................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................5

1.3 Tujuan.................................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kedudukan Benda Bergerak Dalam Objek Jaminana Gadai .............................................7

2.2 Status Benda Bergerak Dalam Jaminan Gadai...................................................................8

2.3 Jenis-Jenis Benda Bergerak Untuk Jaminan Gadai...........................................................10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................16

3.2 Saran.................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari keperluan akan dana guna menggerakkan roda
perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat yang kelebihan
dana, tetapi tidak memiliki kemampuan untuk mengusahakannya, dan di sisi lain ada
kelompok masyarakat lain yang memiliki kemampuan untuk berusaha namun terhambat pada
kendala oleh karena hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki dana sama sekali.
Untuk mempertemukan keduanya diperlukan intermediary yang akan bertindak selaku
kreditur yang akan menyediakan dana bagi debitur. Dari sinilah timbul perjanjian utang
piutang atau pemberian kredit.1
Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan
masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Dapat diketahui bahwa
hampir semua masyarakat telah menjadikan kegiatan pinjam-meminjam uang sebagai suatu
yang sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan kegiatan perekonomiannya dan
untuk meningkatkan taraf kehidupannya. Pihak pemberi pinjaman yang mempunyai
kelebihan uang bersedia memberikan pinjaman uang kepada yang memerlukannya.
Sebaliknya, pihak peminjam berdasarkan keperluan atau tujuan tertentu melakukan
peminjaman uang tersebut. 2 Biasanya orang meminjam uang untuk membiayai kebutuhan
sehari-hari atau untuk memenuhi keperluan dana, guna pembiayaan kegiatan usahanya.
Dalam kegiatan pinjam-meminjam uang yang terjadi di masyarakat dapat diperhatikan
bahwa umumnya sering dipersyaratkan adanya penyerahan jaminan utang oleh pihak
peminjam kepada pihak pemberi pinjaman. Jaminan utang dapat berupa barang (benda)
sehingga merupakan jaminan kebendaan dan atau berupa janji penanggungan utang sehingga
merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak kebendaan kepada
pemegang jaminan. Jaminan kebendaan dapat berbentuk gadai, hipotek, hak tanggungan
ataupun fidusia.3

1
Gunawan Widjaja & Ahmad Yani, 2000, Jaminan Fidusia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal.1
2
M Bahsan, 2007, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, hal. 1
3
M Bahsan, Op.Cit., hal. 2

4
Hukum Jaminan merupakan himpunan ketentuan yang mengatur atau berkaitan dengan
penjaminan dalam rangka utang piutang (pinjaman uang) yang terdapat dalam berbagai
peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini. Objeknya berupa barang baik barang
bergerak maupun tidak bergerak yang khusus diperuntukkan untuk menjamin utang debitur
kepada kreditur apabila di kemudian hari utang tersebut tidak dapat dibayar oleh debitur.
Barang-barang yang dijaminkan itu milik debitur dan selama menjadi jaminan utang tidak
dapat dialihkan atau dipindahtangankan baik debitur maupun kreditur. Apabila debitur
wanprestasi atas utangnya, objek jaminan tidak dapat dimiliki oleh kreditur, karena lembaga
jaminan bukan bertujuan untuk memindahkan hak milik atas suatu barang.4

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang masalah seperti di atas, maka dalam penulisan makalah
ini, penulis membatasi pokok permasalahan sebagai berikut : 
1.2.1. Bagaimana Kedudukan benda bergerak dalam obyek jaminan Gadai?
1.2.2. Bagaimana status benda bergerak tersebut ketika dijadikan barang jaminan Gadai?
1.2.3. Apa saja jenis benda bergerak agar dapat dijadikan sebagai barang jaminan dalam
gadai?

1.3 Tujuan Penulisan


Dalam penyusunan makalah ini, penulis akan menjelaskan dan mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1.3.1. Dapat Mengetahui Kedudukan benda bergerak dalam obyek jaminan Gadai
1.3.2. Dapat mengetahui status benda bergerak ketika dijadikan barang jaminan Gadai
1.3.3. Dapat mengetahui jenis-jenis benda bergerak agar dapat dijadikan sebagai barang
jaminan dalam gadai

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat bagi saya sebagai penulis adalah untuk memenuhi tugas Hukum Benda,
menambah wawasan terkait dengan Benda Bergerak Sebagai Objek Jaminan Gadai dan
melatih kemampuan untuk menulis khususnya dalam bidang hukum. Manfaat untuk

4
Gatot Supramono, Op.Cit., hal. 58

5
mahasiswa/i Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta khususnya Fakultas Hukum
yaitu agar menambah wawasan dan semoga bisa menjadi bahan refrensi bagi teman-teman
yang ingin membuat tulisan berkaitan dengan Benda Bergerak Sebagai Objek Jaminan
Gadai.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kedudukan Benda Bergerak Dalam Obyek Jaminan Gadai


Gadai diatur dalam Bab XX Buku II Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1150
Kitab Undang-undang Hukum Perdata sampai dengan Pasal 1160 Kitab Undang-undang
Hukum Perdata. Karena benda-benda yang digadaikan menyangkut benda-benda bergerak,
maka ketentuan pasal-pasal tersebut dinyatakan masih berlaku. Apa yang dimaksud dengan
gadai dalam Pasal 1150 Kitab Undang-undang Hukum Perdata
Gadai pada dasarnya merupakan suatu hak jaminan kebendaan atas benda bergerak
tertentu milik debitur atau seseorang lain atas nama debitur untuk dijadikan jaminan
pelunasan utang tertentu, yang memberikan hak didahulukan ( voorrang preferensi ) kepada
pemegang hak gadai atas kreditur lainnya, setelah terlebih dahulu didahulukan dari biaya
untuk lelang dan biaya menyelamatkan barang-barang gadai yang diambil dari hasil
penjualan melalui pelelangan umm atas barang-barang yang digadaikan.5
Dari definisi gadai sebagaimana diuraikan dalam ketentuan Pasal 1150 KUHPerdata,
terdapat beberapa unsur pokok yaitu:
1. Gadai lahir karena perjanjian penyerahan kekuasaan atas barang gadai kepada
kreditur pemegang gadai.
2. Penyerahan itu dapat dilakukan oleh debitur atau orang lain atas nama debitur.
3. Barang yang menjadi obyek gadai hanya barang bergerak baik bertubuh maupun
tidak bertubuh.
4. Kreditur berhak untuk mengambil pelunasan dari barang gadai lebih dulu dari pada
kreditur-kreditur lainnya.6
Subekti mengemukakan pendapatnya sesuai dengan pengertian gadai yang termuat
dalam Pasal 1150 KUH Perdata, pandrecht adalah : “suatu hak kebendaan atas suatu benda
yang bergerak kepunyaan orang lain, yang sematamata diperjanjikan dengan menyerahkan
bezit atas benda tersebut, dengan tujuan untuk mengambil pelunasan suatu utang dari
pendapatan penjualan benda itu, lebih dahulu dari penagih-penagih lainnya”.7

5
Rachmadi Usman, 2009, Hukum Jaminan Keperdataan, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 105
6
Purwahid Patrik dan Kashadi, 2001, Hukum Jaminan Edisi Revisi UUHT, FH UNDIP, Semarang, hlm. 169
7
Subekti, 2000, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermassa, Jakarta, hlm. 79

7
Penguasaan kebendaan gadai oleh para pemegang gadai tersebut merupakan syarat
esensial terlahirnya gadai. Ketentuan ini diatur dalam ketentuan Pasal 1152 ayat (1) dan ayat
(2) KUHPerdata, yaitu:
(1) Hak gadai atas benda-benda bergerak dan atas piutang-piutang bawa diletakkan
dengan membawa barang gadainya di bawah kekuasaan si berpiutang atau seorang
pihak ketiga, tentang siapa telah disetujui oleh kedua belah pihak.
(2) Tak sah adalah hak gadai atas segala benda yang dibiarkan tetap dalam kekuasaan si
berutang atau si pemberi gadai, ataupun yang kembali atas kemauan si berpiutang

2.2 Status Benda Bergerak Dalam Jaminan Gadai


Frieda Husni Hasbullah (Ibid, hal. 44-45) menerangkan bahwa untuk kebendaan
bergerak dapat dibagi dalam dua golongan:
1. Benda bergerak karena sifatnya yaitu benda-benda yang dapat berpindah atau dapat
dipindahkan misalnya ayam, kambing, buku, pensil, meja, kursi, dan lain-lain (Pasal
509 KUHPer).
Termasuk juga sebagai benda bergerak ialah kapal-kapal, perahu-perahu, gilingan-
gilingan dan tempat-tempat pemandian yang dipasang di perahu dan sebagainya (Pasal 510
KUHPer).
2. Benda bergerak karena ketentuan undang-undang (Pasal 511 KUHPer) misalnya:
a. Hak pakai hasil dan hak pakai atas benda-benda bergerak;
b. Hak atas bunga-bunga yang diperjanjikan;
c. Penagihan-penagihan atau piutang-piutang;
d. Saham-saham atau andil-andil dalam persekutuan dagang, dan lain-lain.
Apa gunanya pembedaan benda bergerak dan tidak bergerak?
Manfaat pembedaan benda bergerak dan benda bergerak akan terlihat dalam hal cara
penyerahan benda tersebut, cara meletakkan jaminan di atas benda tersebut, dan beberapa hal
lainnya.
Menurut Frieda Husni Hasbullah (Ibid, hal. 45-48), sebagaimana kami sarikan,
pentingnya pembedaan tersebut berkaitan dengan empat hal yaitu penguasaan, penyerahan,
daluwarsa, dan pembebanan. Keempat hal yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Kedudukan berkuasa (bezit)

8
Bezit atas benda bergerak berlaku sebagai titel yang sempurna (Pasal 1977 KUHPer).
Tidak demikian halnya bagi mereka yang menguasai benda tidak bergerak, karena
seseorang yang menguasai benda tidak bergerak belum tentu adalah pemilik benda
tersebut.
2. Penyerahan (levering)
Menurut Pasal 612 KUHPer8, penyerahan benda bergerak dapat dilakukan dengan
penyerahan nyata (feitelijke levering). Dengan sendirinya penyerahan nyata tersebut
adalah sekaligus penyerahan yuridis (juridische levering). Sedangkan menurut Pasal 616
KUHPer, penyerahan benda tidak bergerak dilakukan melalui pengumuman akta yang
bersangkutan dengan cara seperti ditentukan dalam Pasal 620 KUHPer antara lain
membukukannya dalam register.
Dengan berlakunya Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria (“UUPA”), maka pendaftaran hak atas tanah dan peralihan haknya
menurut ketentuan Pasal 19 UUPA dan peraturan pelaksananya.
3. Pembebanan (bezwaring)
Pembebanan terhadap benda bergerak berdasarkan Pasal 1150 KUHPer harus
dilakukan dengan gadai, sedangkan pembebanan terhadap benda tidak bergerak menurut
Pasal 1162 KUHPer harus dilakukan dengan hipotik.
Sejak berlakunya Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan Atas
Tanah Beserta Benda-Benda Yang Berkaitan Dengan Tanah, maka atas tanah beserta
benda-benda yang berkaitan dengan tanah hanya dapat dibebankan dengan Hak
Tanggungan. Sedangkan untuk benda-benda bergerak juga dapat dijaminkan dengan
lembaga fidusia menurut Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
4. Daluwarsa (verjaring)
Terhadap benda bergerak, tidak dikenal daluwarsa sebab menurut Pasal 1977 ayat (1)
KUHPer, bezit atas benda bergerak adalah sama dengan eigendom; karena itu sejak
seseorang menguasai suatu benda bergerak, pada saat itu atau detik itu juga ia dianggap
sebagai pemiliknya.
Terhadap benda tidak bergerak dikenal daluwarsa karena menurut Pasal 610
KUHPer, hak milik atas sesuatu kebendaan diperoleh karena daluwarsa

8
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

9
Dalam gadai, benda yang dapat dijadikan jaminan utang adalah barang bergerak dan
piutang-piutang atas bawa, yang telah ada pada saat penjaminan tersebut dilakukan (Pasal
1150 dan Pasal 1152 KUHPer). Ini karena berdasarkan Pasal 1152 KUHPer, benda yang
digadaikan harus diletakkan di bawah kekuasaan si berpiutang atau pihak ketiga yang
disepakati oleh kedua belah pihak. Ini berarti tidak mungkin barang tersebut barang yang
akan ada di kemudian hari.

2.3 Jenis-Jenis Benda Bergerak Untuk Jaminan Gadai


Dewasa ini lembaga gadai masih berjalan terutama pada Lembaga pegadaian. Dalam
perjanjian kredit perbankan, lembaga gadai tidak begitu populer, sudah jarang ditemukan
bagi benda berwujud. Akan tetapi penggunaan gadai bagi benda tidak berwujud seperti surat-
surat berharga dan saham-saham mulai banyak digunakan pada beberapa bank. Peningkatan
penjaminan saham terjadi seiring dengan pesatnya perkembangan bursa saham di Indonesia.
Di dalam praktik sering terjadi penjaminan saham yang belum dicetak dan yang menjadi
bukti yang disimpan oleh pihak bank itu bukti penjaminan sejmlah saham yang berupa
resipis atau surat penerimaan atau kuitansi saja9.
Adapun barang-barang yang umumnya dapat diterima sebagai jaminan kredit gadai oleh
lembaga pegadaian diantaranya :
a. Barang perhiasan, seperti:
- Emas
- Perak
- Intan
- Berlian
- Mutiara
- Platina
- Jam, arloji.
b. Barang-barang kendaraan, seperti :
- Sepeda
- Sepeda motor
- Mobil
9
Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain Yang Melekat Pada Tanah Dalam
Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, h. 283

10
- Bajaj, bemo
- becak
c. Barang-barang elektronika, seperti:
- Televisi
- Radio
- Radio tape
- Video
- Komputer
- Kulkas
- Tustel
- Mesin tik.
d. Barang-barang mesin, seperti:
- Mesin jahit
- Mesin kapal motor.
e. Barang-barang perkakas rumah tangga, seperti:
- Barang tekstil
- Barang pecah belah10.
Objek gadai adalah benda bergerak berwujud/bertubuh dan benda bergerak tidak
berwujud/tak bertubuh. Untuk benda-benda bergerak tidak berwujud yang berupa macam-
macam hak tagihan, agar mendapatkan Surat-surat piutang. Surat Surat piutang yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Surat piutang atas nama : yaitu surat/akta yang didalamnya nama kreditur disebut dengan
jelas tanpa tambahan apa-apa (Pasal 1153 KUHPerdata).
b. Surat Piutang atas bahwa/kepada pembawa, yaitu surat/akta yang didalamnya nama
kreditur tidak disebut, atau disebut dengan jelas dalam akta namun dengan tambahan
kata-kata “atau pembawa” (Pasal 1152 ayat (1) KUHPerdata.
c. Surat piutang kepada pengganti atau atas tunjuk (vordering aan order), yaitu surat/akta
yang didalamnya nama kreditur disebut dengan jelas dengan tambahan kata-kata “atau
pengganti” (Pasal 1152 KUHPerdata)11.

10
Kasmir, 2000, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, RajaGrafindo Persada, Jakarta, h. 235-237
11
Frieda Husni Hasbullah, Op.cit, h. 25

11
Pada dasarnya semua benda bergerak yang berwujud dapat dijadikan sebagai jaminan
pinjaman atau kredit gadai pada lembaga pegadaian. Kredit gadai adalah pemberian pinjaman
(kredit) dalam jangka waktu tertentu kepada nasabah atas dasar hukum gadai dan persyaratan
tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan Pegadaian. Penggolongan Barang Jaminan
Gadai berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Lampiran Peraturan Direksi Pegadaian
Nomor 5 Tahun 2014 dilakukan dengan memperhatikan golongan kredit (A, B, C, D) dan
pengelompokkan menurut jenisnya atau tempat penyimpanannya. Pengelompokan Barang
Jaminan menurut jenisnya atau tempat penyimpanannya ini disebut dengan “rubrik”.
Berdasarkan jenisnya Barang Jaminan dibagi menjadi:
a. Kantong (KT), terdiri dari:
1) Emas
2) Berlian
3) PLG
4) Jam Tangan
b. Gudang (BG), terdiri dari
1) Tekstil
2) Sepeda
3) Gerabah
4) Peralatan Rumah Tangga
5) Mesin Pertanian/Perkebunan
6) Barang spesifik lainnya yang diatur dalam Peraturan Direksi.
c. Elektronik (EL), terdiri dari:
1) Notebook/Laptop
2) Handphone
3) Televisi
4) Radio Tape
5) Gadget (Playstation, X-Box, Tab dan sebagainya)
d. Kendaraan Bermotor (KD) terdiri dari :
1) Sepeda Motor
2) Mobil12
12
PT. Pegadaian Persero, 2014, Standard Operating Procedure, Pegadaian KCA (Kredit Cepat dan Aman) Non
Online, PT. Pegadaian, h. 52

12
Pengecualian-pengecualian atas kebendaan bergerak sebagai jaminan pinjaman atau kredit
gadai, sebagai berikut:
1. Barang milik negara atau pemerintah, seperti: - Senjata api; - Senjata tajam - Pakaian
dinas - Perlengkapan TNI/Polri dan Pemerintah.
2. Surat utang, surat actie, surat efek dan surat-surat berharga lainnya;
3. Hewan dan tanaman yang masih hidup;
4. Segala makanan dan benda yang mudah busuk;
5. Benda-benda yang amat kotor;
6. Benda-benda yang untuk menguasai dan memindahkannya dari satu tempat ke tempat
lain memerlukan izin;
7. Benda yang sebab amat besar tidak dapat disimpan dalam pegadaian;
8. Benda-benda yang berbahaya dan mudah terbakar, seperti :
- Korek api;
- Mercon (petasan/mesiu)
- Bensin
- Minyak tanah
- Tabung berisi gas
9. Benda-benda yang berbau busuk dan benda-benda yang mudah merusak benda lainnya
apabila disimpan bersama-sama seperti:
10. Benda yang hanya berharga Cuma sebentar saja atau yang nilai harganya naik turun atau
yang oleh karena lain sebab tidak dapat ditaksir oleh juru taksir pegadaian.
11. Benda yang hendak digadaikan oleh orang mabuk atau orang yang kurang ingatan atau
orang yang tidak bisa memberi keterangan cukup tentang benda yang mau digadaikan itu.
12. Benda yang disewabelikan
13. Benda yang diperoleh melalui utang dan belum lunas
14. Benda titipan sementara (konsinyasi)
15. Benda yang tidak diketahui asal-usulnya
16. Benda-benda yang bermasalah
17. Pakaian jadi
18. Bahan yang pemakaiannya sangat terbatas dan tidak umum 13
13
Rachmadi Usman, 1998, Beberapa Aspek Hukum Mengenai Gadai, FH Universitas Lambung Mangkurat,
Banjarmasin, h. 30-31

13
Meletakkan gadai atas kebendaan yang bergerak pada umumnya dilakukan dengan cara
membawa kebendaan yang hendak digadaikan tersebut dan selanjutnya menyerahkan
kebendaan yang bergerak secara fisik kepada kreditur pemegang gadai untuk dijadikan
sebagai jaminan utang. Sedangkan gadai atas kebendaan bergerak yang tidak berwujud pada
dasarnya dilakukan dengan cara harus diberitahukan kepada orang yang berkewajiban
melaksanakannya dan juga dapat menuntut supaya ada bukti yang tertulis dari pemberitahuan
dan izinnya pemberi gadai. Pada dasarnya subyek hukum dapat dibedakan menjadi dua yaitu
terdiri dari:
(a) manusia (person)
(b) badan hukum (rechtpersoon)
Misalnya Perseroan Terbatas (PT). Subyek dari gadai disebutkan dalam pasal 1150
KUHPerdata bahwa para pihak yang terlibat dalam perjanjian gadai adalah pihak pemberi
gadai atau debitur dan pihak penerima gadai atau kredit. Dalam Pasal 1150 sampai dengan
Pasal 1160 KUH Perdata, dapat dikemukakan hak dan kewajiban debitur pemberi gadai,
yaitu:
a. Hak Pemberi Gadai
1. Berhak untuk menuntut apabila barang gadai itu telah hilang atau mundur sebagai
akibat dara kelalaian pemegang gadai;
2. Berhak mendapat pemberitahuan terlebih dahulu dari pemegang gadai apabila barang
gadai akan dijual;
3. Berhak mendapatkan kelebihan atas penjualan barang gadai setelah dikurangi dengan
pelunasan utangnya;
4. Berhak mendapat kembali barang yang digadaikan apabila hutangnya dibayar lunas.14
b. Kewajiban Pemberi Gadai
1. Berkewajiban untuk menyerahkan barang yang dipertanggungkan sampai pada waktu
utang dilunasi, baik yang mengenai jumlah pokok maupun bunga;
2. Bertanggung jawab atas pelunasan utangnya, terutama dalam hal penjualan barang
yang digadaikan;
3. Berkewajiban memberi ganti kerugian atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh
pemegang gadai untuk menyelamatkan barang yang digadaikan;

14
Untung, Budi, 2000, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakarta, h.89

14
4. Apabila telah diperjanjikan sebelumnya, pemberi gadai harus menerima jika pemegang
gadai menggadaikan lagi barang yang digadaikan tersebut.
Sejak terjadinya perjanjian gadai antara pemberi gadai dan penerima gadai, maka sejak
saat itulah timbul hak dan kewajiban para pihak. Hak penerima Gadai adalah:15
1. Menerima angsuran pokok pinjaman dan bunga sesuai dengan waktu yang ditentukan;
2. Menjual barang gadai, jika pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya setelah lampau
waktu atau setelah dilakukan peringatan untuk pemenuhan janjinya
3. Tidak diperkenankan mengalihkan barang yang digadaikan menjadi miliknya, walaupun
pemberi gadai wanprestasi (Pasal 1154 KUH Perdata);
4. Memberitahukan kepada pemberi gadai (debitur) tentang pemindahan barang-barang
gadai (Pasal 1156 KUH Perdata)
5. Bertanggungjawab atas kerugian atau susutnya barang gadai, sejauh hal itu terjadi akibat
kelalaiannya (Pasal 1157 KUH Perdata)
Menurut keterangan dari PKWT/Kasir PT. Pegadaian (Persero) Denpasar, Apabila salah
satu pihak tidak melaksanakan prestasinya dengan baik, seperti misalnya pemberi gadai tidak
membayar pokok pinjaman dan sewa modalnya, maka Lembaga Pegadaian dapat memberikan
somasi kepada pemberi gadai agar dapat melaksanakan prestasinya sesuai dengan yang
diperjanjikan. Apabila somasi itu telah dilakukan sebanyak 3 kali dan tidak diindahkan, maka
Lembaga Pegadaian dapat melakukan pelelangan terhadap benda gadai. (berdasarkan
wawancara dengan Bapak Putu Pande Sutiawan, selaku Kasir pada PT. Pegadaian (Persero)
Cabang Renon pada tanggal 1 Februari 2015).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Gadai merupakan salah satu bentuk jaminan kredit yang ada, dimana lembaga jaminan
gadai itu sendiri masih dibedakan antara gadai menurut hukum Barat yang dikenal dengan
nama Pand dan gadai menurut hukum adat yang dikenal dengan istilah boreg atau cekelan.
Suatu hak gadai baru akan tercipta bila telah ada suatu perjanjian hutang piutang. Bentuk
perjanjian ini tidak ditentukan dalam ketentuan hukum gadai, baik tertulis maupun tidak

15
Salim H.S, 2001, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW) Sinar Grafika, Jakarta, h.47-48.

15
tertulis. Walaupun demikian phak-pihak yang berjanji lebih menyukai perjanjian yang
tertulis, karena dapat dijadikan sebagai bukti bila kelak terjadi sengketa.
Dalam Pasal 1150 KUH Perdata dinyatakan bahwa gadai adalah suatu hak yang diperoleh
kreditur atas suatu barang bergerak, yang diberikan kepadanya oleh debitur atau orang lain
atas namanya untuk menjamin suatu utang dan memberikan kewenangan kepada kreditur
untuk mendapat pelunasan dari barang tersebut terlebih dahulu dari kreditur-kreditur lainnya,
terkecuali biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
memelihara benda itu, biaya-biaya yang sama harus didahulukan. Biasanya benda yang
dijadikan jaminan dalam gadai berupa benda bergerak. Gadai merupakan perjanjian accesoir
yaitu perjanjian tambahan yang bergantung dari perjanjian pokok.
Pada dasarnya semua benda bergerak yang berwujud dapat dijadikan sebagai jaminan
pinjaman atau kredit gadai pada lembaga pegadaian. Kredit gadai adalah pemberian pinjaman
(kredit) dalam jangka waktu tertentu kepada nasabah atas dasar hukum gadai dan persyaratan
tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan Pegadaian. Penggolongan Barang Jaminan
Gadai berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Lampiran Peraturan Direksi Pegadaian
Nomor 5 Tahun 2014 dilakukan dengan memperhatikan golongan kredit (A, B, C, D) dan
pengelompokkan menurut jenisnya atau tempat penyimpanannya. Pengelompokan Barang
Jaminan menurut jenisnya atau tempat penyimpanannya ini disebut dengan “rubrik”.
Meletakkan gadai atas kebendaan yang bergerak pada umumnya dilakukan dengan cara
membawa kebendaan yang hendak digadaikan tersebut dan selanjutnya menyerahkan
kebendaan yang bergerak secara fisik kepada kreditur pemegang gadai untuk dijadikan
sebagai jaminan utang. Sedangkan gadai atas kebendaan bergerak yang tidak berwujud pada
dasarnya dilakukan dengan cara harus diberitahukan kepada orang yang berkewajiban
melaksanakannya dan juga dapat menuntut supaya ada bukti yang tertulis dari pemberitahuan
dan izinnya pemberi gadai.

3.2 Saran
Pengertian gadai yang tercantum dalam Pasal 1150 KUHPerdata ini sangat luas,
tidak hanya mengatur tentang pembebanan jaminan atas barang bergerak, tetapi juga
mengatur tentang kewenangan kreditur untuk mengambil pelunasannya dan mengatur
eksekusi barang gadai, Eksekusi terhadap objek jaminan, selain berdasarkan kepada Pasal

16
224/HIR/258 RBg terdapat juga pengaturan yang khususnya terhadap pelaksanaan hak-
hak jaminan, dimana kreditur diberi hak khusus, yakni hak atas kekuasaannya sendiri
apabila debitur cedera janji yang biasa disebut dengan istilah “parate executie” atau
eksekusi langsung. Oleh karena itu sebagai hak kebendaan, hak gadai sselalu mengikuti
objek atau barang yang digadaikan dalam tangan siapapun berada. Karena hak
kebendaaannya atas barang bergerak untuk suatu jaminan piutang.

17
DAFTAR PUSTAKA

Bahsan, M. (2007). Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia. Jakarta: PT Grafindo
Persada.

Bahsan, M. (n.d.). Op. Cit.

Gunawan Widjaja, A. Y. (2000). Jaminan Fidusia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

H.S, S. (2001). Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW) Sinar Grafika. Jakarta.

Hasan, D. (1996). Lembaga Jaminan Kebendaan Bagi Tanah dan Benda Lain Yang Melekat Pada Tanah
Dalam Konsepsi Penerapan Asas Pemisahan Horizontal. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Hasbullah, F. H. (2005). Hukum Kebendaan Perdata : Hak - Hak Yang Memberi Kenikmatan.

Kashadi, P. P. (2001). Hukum Jaminan Edisi Revisi UUHT. Semarang.

Kasmir. (2000). Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo Perdata.

Persero, P. P. (2014). Standard Operating Procedure. Pegadaian KCA (Kredit Cepat dan Aman) Non
Online.

Subekti. (2000). Pokok - Pokok Hukum Perdata. Jakarta: Intermassa.

Supramono, G. (n.d.). Op. Cit.

Tinjauan Umum Barang Jaminan Gadai. (n.d.). Retrieved from


https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1090561059-3-BAB%20II.pdf

Untung, B. (2000). Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta.

Usman, R. (1998). Beberapa Aspek Hukum Mengenai Gadai. Banjarmasin: FH Universitas Lambung
Mangkurat.

Usman, R. (2009). Hukum Jaminan Keperdataan. Jakarta.

Kitab Undang – Undang Hukum Acara Perdata

18

Anda mungkin juga menyukai