Anda di halaman 1dari 29

Judul Makalah

PRAKTIK RIBA DALAM SISTEM PERBANKAN

Mata Kuliah
Aspek Hukum dalam Ekonomi

Dosen Pengampu : Intan Qurratulaini, S.Ag., M.S.I.

Disusun Oleh :

KELOMPOK DUA(2)

KHALISH NAUFAL 230602078


IHKSAN 230602095
FADLI ARISANDI 230602096
FAIRUZ ALJINAN 230602097

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH
2023/2024
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan puji dan syukur atas


kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini guna menuntaskan tugas kelompok untuk
mata kuliah Aspek Hukum dan Ekonomi, dengan judul “Praktik Riba dalam
Sistem Perbankan”.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Intan Qurratulaini,
S.Ag., M.S.I., selaku dosen pengampu mata kuliah Aspek Hukum dalam Ekonomi
yang telah berbaik hati memberikan kami waktu untuk menyelesaikan makalah
ini, dan juga kepada pihak-pihak lain yang telah memberikan referensi atas
makalah yang kami buat ini
Kami juga mengharapkan saran dan kritik dari pihak manapun guna
menyempurnakan makalah ini yang masih banyak kekurangan baik pada segi
penulisan maupun materi, karena makalah kami tentu saja jauh dari kata
sempurna.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menjadi acuan pembelajaran
bagi penulis sendiri maupun pihak lain, dan juga dapat menjadi ladang ibadah
bagi siapapun yang mempelajarinya, Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................... 2
2.1 Pengertian Riba serta Pembagiannya............................................................ 2
2.2 Pengertian Bank dan Perbankan Serta Pembagiannya.................................. 5
2.3 Masalah Riba di Dalam Sistem Perbankan................................................... 6
.......................................................................................................................
2.4 Solusi Terkait Praktek Riba di Dalam Sistem Perbankan............................. 8
BAB III Penutup............................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan................................................................................................... 11
3.2 Saran.............................................................................................................. 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kebanyakan bank di Indonesia menganut sistem ekonomi konvensional


yang sadar tak sadar menyebabkan beberapa masyarakat terjerumus atau
melanggar ketentuan syariat agama. Ketidaktahuan itu dikarenakan kurangnya
literasi dan ilmu tentang sistem ekonomi keagamaan yang sesuai. Banyaknya
masyarakat yang terlilit oleh hutang, tercekik oleh system kebijakan yang
ditetapkan oleh bank konvensional seperti bunga, pinjaman, KPR dan sebagainya.

I.2 RUMUSAN MASALAH

II. Apa pengertian Riba


III. Apa saja jenis jenis Riba
IV. Apa pengertian dari Bank dan Perbankan
V. Apa saja jenis jenis Bank
VI. Bagaimana contoh Riba yang harus diwaspadai dalam perbankan
VII. Bagaimana solusi mengatasi riba dalam perbankan

1.3 TUJUAN

tujuan kami mengangkat judul “PRAKTIK RIBA DALAM SISTEM


PERBANKAN” kedalam makalah kami agar memberi edukasi dan memperjelas
perbedaan system ekonomi dan hukum agama yang mengikatnya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Riba serta Pembagiannya


2.1.1 Pengertian Riba
Secara leksikal, kata riba berarti tambah dan tumbuh. Yakni segala sesuatu
yang tumbuh dan bertambah itu dinamakan riba. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata riba yang dapat diartikan dengan pelepas uang: lintah darat, bunga
uang dan rente. Pendapat yang dikemukakan oleh para ahli fiqih yang berkaitan
dengan berbagai pengertian atau definisi riba, antara lain : Menurut Al-Mali
pengertian riba adalah akad yang terjadi atas pertukaran barang atau komoditas
tertentu yang tidak diketahui perimbagan menurut syara‟, ketika berakad atau
mengakhiri penukaran kedua belah pihak atau salah satu dari keduanya.
Kemudian Abdul Rahman Al-Jaziri juga mengemukakan pendapatnya
tentang pengertian riba sebagai berikut. Riba merupakan akad yang terjadi dengan
pertukaran tertentu, tidak diketahui sama atau tidak menurut syara atau terlambat
salah satunya. Sedangkan menurut pendapat Syeikh Muhammad Abduh bahwa
pengertian riba adalah penambahan-penambahan yang disyaratkan oleh orang
yang memiliki harta kepada orang yang meminjam hartanya karena pengunduran
janji pembayaran oleh peminjam dari waktu yang telah ditentukan.

2.1.2 Pembagian riba


Para ulama berbeda pendapat dalam menetapkan pembagian atau macam-
macamnya riba. Tetapi sebagian ulama membagi riba menjadi 4 macam yaitu:
a. Riba fadhli.
Riba fadhli atau fadhl adalah tambahan yang disyaratkan dalam tukar
menukar barang yang sejenis (jual beli barter) tanpa imbalan untuk tambahan
tersebut.1

1
Jurnal Akuntansi Dan Pajak, Vol 13, No. 01, Juli 2012
M. Taufan B, Eksistensi Bunga dan Riba pada Bank Konvensional: Perspektif Ekonomi Syariah
(Ringkasan Disertasi) (Makassar: Pascasarjana UNHAS, 2010), h. 28.

2
Misalnya menukar beras ketan sejumlah 10 kg dengan beras ketan2
sjeumlah 12 kg. apabila barang yang ditukar dari jenis berbeda, maka hukumnya
boleh3 seperti menukar beras ketan 10 kg dengan beras 12 kg. Ada enam jenis
barang yang masuk ke dalam kelompok ribawi yaitu: emas, perak, gandum,
jagung, kurma, garam. Dari keenam jenis barang tersebut maka yang termasuk
kelompok ribawi yaitu :
(1) barang-barang yang biasa di takar (makilat); dan
(2) barang-barang yang biasa ditimbang (mauzunat).
Sedangkan dilihat dari segi jenis, barang-barang yang termasuk kelompok
ribawi yaitu:
(1) kelompok mata uang (nuqud) yaitu emas dan perak; dan
(2) kelompok makanan yaitu gandum, jagung, kurma, garam.

b. Riba Nasi’ah
Menurut Sayid Sabiq, riba nasi’ah merupakan tambahan yang disyaratkan
yang diambil oleh yang memberikan utang dari orang yang menerima utang
sebagai imbalan ditundanya pembayaran. Ulama Hanafiah memasukkan ke dalam
kelompok riba nasi’ah, dimana suatu bentuk jual beli barter yang tidak ada
kelebihan, tetapi penyerahan imbalan atau harga diakhirkan. Riba nasi’ah
hukumnya haram berdasarkan al-Qur’an dan Hadis. Riba nasi’ah dikenal dengan
riba jahiliyah karena berasal dari kebiasaan orang jahiliyah dimana mereka
biasanya memberikan pinjaman kepada seseorang dan ketika jatuh tempo telah
tiba, biasanya mereka menawarkannya apa diperpanjang atau tidak sehingga riba
ini beranak pinak.

c. Riba Yad
Riba Yad adalah jual beli atau tukar menukar dengan cara mengakhirkan
penerimaan kedua barang yang ditukarkan atau salah satunya tanpa menyebutkan

2
Sholah ash-Shawi dan Abdullah al-Muslich, Fikih Ekonomi ...hlm. 264- 265
3
Sholah ash-Shawi dan Abdullah al-Muslich, Fikih Ekonomi... hlm. 267-269
Tim laskar Pelangi, Metodologi Fiqih Muamalah :Diskursus Metodologis Konsep Interaksi
SosialMasyarakat, (Kediri: Lirboyo Press, 2013), hlm. 53

3
masanya. Atau jual beli yang dilakukan seseorang sebelum menerima barang yang
dibelinya dari penjual dan tidak boleh menjualnya lagi kepada siapa pun karena
barang yang dibeli belum diterima dan masih dalam ikatan jual beli yang pertama.
Dengan kata lain akad sudah final, namun belum ada serah terima barang.

d. Riba Qardli
Riba Qardli adalah segala bentuk praktek utang piutang yang terdapat
motif keuntungan (syarth naf’an) yang kembali kepada pihak pemberi pinjaman
hutang (muqaridl) saja atau sekaligus kepada pihak yang berhutang (muqtaridl).
Secara esensi riba qardl ini termasuk kategori riba fadhli sebab keuntungan yang
disyaratkan dalam riba qardl adalah bentuk penambahan atau bunga pada salah
satu komoditi ribawi4

Ada tiga pendapat tentang persoalaan apakah bunga bank itu sama dengan riba
yaitu:
- Pertama, bunga bank adalah riba dan karenanya dianggap haram;
- Kedua, membolehkan bunga karena dianggap tidak sama dengan riba yang
diharamkan oleh syariat agama Islam; dan
- Ketiga, bunga bank haram tapi karena belum ada jalan keluar untuk
mengindarinya, maka diperbolehkan.
Para ulama maupun para cendekiawan muslim memiliki perbedaan pendapat
tentang hukum bunga bank seperti : Abu zahrah, abu „ala al-Maududi Abdullah al-
Arabi dan yusuf Qardhawa mengatakan bahwasanya bunga bank konvensional itu
termasuk dalam golongan riba nasiah yang dilarang oleh Islam. sehingga umat
Islam dilarang melakukan kegiatan muamalah serta melakukan transaksi dengan
bank yang menggunakan sistem bunga dalam berbagai transaksi yang dilakukan.5
6

4
Ibid.,hlm. 267-268
5
Jurnal Akuntansi Dan Pajak, Vol 13, No. 01, Juli 2012
6

4
2.2 Pengertian Bank dan Perbankan serta Pembagiannya
2.2.1 Pengertian bank dan Perbankan
Bank adalah lembaga perantara keuangan atau biasa disebut financial
intermediary. Artinya, lembaga bank adalah lembaga yang dalam aktivitasnya
berkaitan dengan masalah uang. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu dikaitkan
dengan masalah uang yang merupakan alat pelancar terjadinya perdagangan yang
utama. Kegiatan dan usaha bank akan selalu terkait dengan komoditas,
diantaranya :
1. Memindahkan uang;
2. Menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran;
3. Mendiskonto surat wesel, surat order maupun surat berharga lainnya;
4. Membeli dan menjual surat-surat berharga;
5. Membeli dan menjual cek, surat wesel, kertas dagang; dan
6. Memberi jaminan bank.

Sedangkan pengertian dari perbankan sendiri adalah segala sesuatu yang


menyangkut tentang bank mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara
proses dalam melaksanakan kegiatan (Muljono, 1994). 7

2.2.2 Pembagian Jenis Bank


Jenis bank berdasarkan kegiatan operasionalnya, dibagi kedalam 2 jenis
bank, diantaranya :
A. Bank Konvensional
Definisi Konvensional adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam memenuhi kebutuhannya yang tak terbatas menggunakan faktor-faktor
produksi yang terbatas. Masalah utama dalam ekonomi adalah kelangkaan
(scarcity) dan pilihan (choices). Konvensional berasal dari kata convention

7
Bank Indonesia, Lembaga Perbankan dalam
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Ikhtisar+Perbankan/Lembaga+Perbankan/

5
(konvensi, pertemuan), jadi bank konvensional adalah bank yang mekanisme
operasinya berdasarkan sistem yang disepakati bersama dalam suatu konvensi.
Bank umum (konvensional) adalah bank yang paling banyak beredar di Indonesia.
Bank umum atau konvensional memiliki kegiatan pemberian jasa yang paling
lengkap dan dapat beroperasi di seluruh wilayah Indonesia. Dalam masyarakat,
banyak kelompok yang memiliki prinsip bahwa sistem bunga yang dianut oleh
perbankan konvensional merupakan pelanggaran terhadap syariat agama dan
merupakan riba yang dalam hukum islam merupakan perbuatan dosa.

B. Bank Syariah
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan bank syari’ah., adalah bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam atau biasa
disebut dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga perbankan yang operasional
dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadits Nabi
SAW. Atau dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan
prinsip syariat Islam.8

2.3 Masalah Riba Dalam Sistem Perbankan

Perkembangan umat manusia sebagai homo economicus semakin pesat


adanya. Terutama ketika manusia mengenal uang sebagai suatu alat tukar. Dalam
kehidupan masyarakat, praktik pinjam-meminjam uang ternyata tidak bisa
dihindarkan, karena tidak setiap orang mempunyai penghasilan yang layak. Sudah
merupakan sifat alamiah manusia, bahwa ketika ia memberikan prestasi kepada
orang lain tentu saja mengharapkan suatu kontra prestasi.

8
Drs.Muhamad, M. Ag., Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: AMPYKPN, 2002, hlm 7.

6
Konsep yang dipakai oleh bank mula-mula adalah konsep bunga (interest),
dengan berbagal 9alasan seperti berikut:

1. Bunga merupakan kompensasi yang dibayarkan oleh peminjam (borrower)


kepada si pemberi pinjaman (lender) sebagai balas jasa atas keuntungan yang
diperoleh dari uang pinjaman tersebut;

2. Bunga adalah harga yang dibayarkan sebagai imbalan atas bunga yang
diberikan pemberi pinjaman yang sudah menahan diri untuk sementara tidak
menggunakan uangnya. Tindakan ini didefinisikan sebagai tindakan seseorang
yang absen dari kegiatan produktif atau kegiatan yang direncanakan akan
mendapatkan hasil (abstinence theory of interest)

3. Berdasarkan pada productivity theory of interest menyebutkan bahwa


produktivitas sebagai suatu property yang terkandung dalam kapital, dan
produktivitas kapital tersebut dipengaruhi oleh bunga.

Bunga bank dapat diartikan dan dimaknai sebagai balas jasa yang
diberikan oleh pihak bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah
yang membeli atau menjual produknya, dalam hal ini tentunya produk-produk
perbankan. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada
pihak nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh pihak
nasabah kepada bank (nasabah yang mendapatkan pinjaman).

Dalam berbagai kegiatan perbankan ada dua macam bunga yang diterapkan dan
diberikan oleh pihak bank kepada para nasabahnya, yaitu sebagai berikut:
1. Bunga bank berupa bunga simpanan, yaitu bunga yang diberikan oleh
pihak bank kepada nasabah sebagai balas jasa bagi nasabah yang menyimpan
uangnya di bank tersebut. Bunga simpanan fungsinya untuk memberikan
respon baik kepada calon nasabah agar mau menyimpan uangnya di bank. Atau
9
Jurnal Akuntansi Dan Pajak, Vol 13, No. 01, Juli 201
https://www.studocu.com/id/course/universitas-islam-negeri-ar-raniry/perbankan-syariah/
5881392?origin=document-viewer

7
dengan kata lain bunga simpanan suatu harga yang harus dibayar pihak bank
kepada nasabahnya. Sebagai contoh bunga tabungan, jasa giro, maupun bunga
deposito bank.
2. Bunga bank berupa bunga pinjaman, adalah bunga yang diberikan kepada
para peminjam kepada pihak bank karena adanya peminjaman. Dengan kata
lain bunga pinjaman adalah harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam
kepada pihak bank seperti bunga kredit dan lain sebagainya.

2.4 Solusi Terkait Praktek Riba di Dalam Sistem Perbankan

Umat islam dianjurkan untuk memiliki harta yang halal sehingga baik
untuknya dan keluarganya baik dunia maupun akhirat. Untuk memastikan harta
yang dimiliki halal kita bisa melakukan beberapa pendekatan, yaitu :

1) melacak sumber-sumber harta yang dimiliki;


2) menghitung harta pribadi serta memberikan hak-hak orang lain;
3) mengambil hak pribadi dan tidak melebih-lebihkannya, serta
membersehinggaikan hak orang lain dan tidak menguranginya;
4) menjauhi sifat tamak atau rakus;
5) berpegang teguh pada syariat yang telah ditetapkan Allah.10

Pada dasarnya uang serta harta yang dimiliki pribadi haruslah selalu dalam
ridho Allah SWT , sehingga berkah dan bermanfaat bagi diri sendiri serta orang
lain. walaupun harta yang kita miliki kemungkin tidak halal, ada baiknya kita
tetap berupaya untuk mencari nafkah yang halal dan menjauhi setiap larangan
yang berlaku. Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga,
Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah Islam, dan menjadi asal
mulanya diterapkan sistem perbankan syariah di indonesia.

10
ceramah ust.khalid basalamah

8
Bank syari’ah lahir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan
pertentangan antara bunga bank dengan riba. Dengan demikian, soslusi terhadap
kerinduan umat Islam Indonesia yang ingin melepaskan diri dari persoalan riba
telah mendapat jawaban dengan hadirnya bank Islam. Bank Islam lahir di
Indonesia sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah ada Undang-undang No. 7
tahun 1992, yang direvisi dengan Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998,
dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil atau bank
syariah.
Kaitan antara bank dengan uang dalam suatu unit bisnis sangat penting,
namun di dalam pelaksanaannya harus menghilangkan adanya ketidakadilan,
ketidakjujuran dan penghisapan dari satu pihak ke pihak lain. Kedudukan bank
Islam dalam hubungan dengan para kliennya adalah sebagai mitra investor dan
pedagang, sedang dalam hal bank pada umumnya atau konvensional,
hubungannya adalah sebagai kreditur atau debitur.11

Sehubungan dengan jalinan investor dan pedagang tersebut, maka dalam


menjalankan pekerjaannya, bank Islam menggunakan berbagai teknik dan metode
investasi seperti kontrak mudharabah. Di samping itu, bank Islam juga terlibat
dalam kontrak murabahah. Mekanisme perbankan Islam yang berdasarkan prinsip
mitra usaha, adalah bebas bunga. Oleh karena itu, soal membayarkan bunga
kepada para depositor atau pembebanan suatu bunga dari para klien tidak timbul.

Keberadaan perbankan Islam di tanah air telah mendapatkan pijakan kokoh


setelah lahirnya Undang-undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992 yang direvisi
melalui Undang-undang Nomor 10 tahun 1998, yang dengan tegas
mengakui keberadaan dan berfungsinya Bank Bagi Hasil atau Bank Islam.
Dengan demikian, bank ini adalah yang beroperasi dengan prinsip bagi hasil. Bagi
hasil adalah prinsip muamalah berdasarkan syari’ah dalam melakukan kegiatan
usaha bank.12
11
Drs.Muhamad, M. Ag., Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: AMPYKPN, 2002, hlm 7.

12
VALUE ADDED, Vol. 2, No. 1, September 2004 – Maret 2005 http://jurnal.unimus.ac.id

9
3 Perkembangan manusia
sebagai homo
economicus semakin
pesat adanya. Hal ini
terutama
4 ketika manusia mengenal
uang sebagai suatu alat
tukar. Dalam kehidupan
masyarakat, praktik
5 pinjam-meminjam uang
ternyata tidak bisa

10
dihindarkan, karena tidak
setiap orang mempunyai
6 penghasilan yang
layak. Sudah
merupakan kodrat
manusia, bahwa ketika
ia memberikan
7 prestasi kepada orang
lain tentu saja
mengharapkan suatu
kontra prestasi.
8 Konsep yang dipakai
oleh bank mula-mula
adalah konsep bunga

11
(interest), dengan
berbagai
9 alasan sebagai berikut:
10 1. Bunga merupakan
kompensasi yang
dibayarkan oleh
peminjam (borrower)
kepada si
11 pemberi pinjaman
(lender) sebagai balas
jasa atas keuntungan
yang diperoleh dari uang
12 pinjaman tersebut
13 2. Bunga adalah harga
yang dibayarkan sebagai
12
imbalan atas tin dakan
pemberi pinjaman
14 yang sudah menahan
diri untuk sementara
tidak menggunakan
uangnya. Tindakan ini
15 didefinisikan sebagai
tindakan seseorang
yang absen dari
kegiatan produktif atau
16 kegiatan yang
direncanakan akan
mendapatkan hasil
(abstinence theory of
interest)
13
173. Berdasarkan pada
productivity theory of
interest menyebutkan
bahwa produktivitas
18 sebagai suatu
property yang
terkandung dalam
kapital, dan
produktivitas kapital
19 tersebut dipengaruhi
oleh bunga.
20 Perkembangan
manusia sebagai homo
economicus semakin

14
pesat adanya. Hal ini
terutama
21 ketika manusia
mengenal uang sebagai
suatu alat tukar. Dalam
kehidupan masyarakat,
praktik
22 pinjam-meminjam
uang ternyata tidak bisa
dihindarkan, karena tidak
setiap orang mempunyai
23 penghasilan yang
layak. Sudah
merupakan kodrat

15
manusia, bahwa ketika
ia memberikan
24 prestasi kepada orang
lain tentu saja
mengharapkan suatu
kontra prestasi.
25 Konsep yang dipakai
oleh bank mula-mula
adalah konsep bunga
(interest), dengan
berbagai
26 alasan sebagai
berikut:
27 1. Bunga merupakan
kompensasi yang
16
dibayarkan oleh
peminjam (borrower)
kepada si
28 pemberi pinjaman
(lender) sebagai balas
jasa atas keuntungan
yang diperoleh dari uang
29 pinjaman tersebut
30 2. Bunga adalah harga
yang dibayarkan sebagai
imbalan atas tin dakan
pemberi pinjaman
31 yang sudah menahan
diri untuk sementara

17
tidak menggunakan
uangnya. Tindakan ini
32 didefinisikan sebagai
tindakan seseorang
yang absen dari
kegiatan produktif atau
33 kegiatan yang
direncanakan akan
mendapatkan hasil
(abstinence theory of
interest)
343. Berdasarkan pada
productivity theory of
interest menyebutkan
bahwa produktivitas
18
35 sebagai suatu
property yang
terkandung dalam
kapital, dan
produktivitas kapital
36 tersebut dipengaruhi
oleh bunga.
37 Perkembangan
manusia sebagai homo
economicus semakin
pesat adanya. Hal ini
terutama
38 ketika manusia
mengenal uang sebagai
suatu alat tukar. Dalam
19
kehidupan masyarakat,
praktik
39 pinjam-meminjam
uang ternyata tidak bisa
dihindarkan, karena tidak
setiap orang mempunyai
40 penghasilan yang
layak. Sudah
merupakan kodrat
manusia, bahwa ketika
ia memberikan
41 prestasi kepada orang
lain tentu saja
mengharapkan suatu
kontra prestasi.
20
42 Konsep yang dipakai
oleh bank mula-mula
adalah konsep bunga
(interest), dengan
berbagai
43 alasan sebagai
berikut:
44 1. Bunga merupakan
kompensasi yang
dibayarkan oleh
peminjam (borrower)
kepada si
45 pemberi pinjaman
(lender) sebagai balas

21
jasa atas keuntungan
yang diperoleh dari uang
46 pinjaman tersebut
47 2. Bunga adalah harga
yang dibayarkan sebagai
imbalan atas tin dakan
pemberi pinjaman
48 yang sudah menahan
diri untuk sementara
tidak menggunakan
uangnya. Tindakan ini
49 didefinisikan sebagai
tindakan seseorang
yang absen dari
kegiatan produktif atau
22
50 kegiatan yang
direncanakan akan
mendapatkan hasil
(abstinence theory of
interest)
513. Berdasarkan pada
productivity theory of
interest menyebutkan
bahwa produktivitas
52 sebagai suatu
property yang
terkandung dalam
kapital, dan
produktivitas kapital

23
53 tersebut dipengaruhi
oleh bunga.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

24
Penerapan sistem perbankan syriah di indonesia merupakan salah satu cara
yang sangat baik dalam menjauhkan diri dari hal hal yang tidak sesuai dengan
syariat agama salah satu contohnya yaitu riba. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sebagian besar ulama dan cendekiawan muslaim menyatakan bahwa bunga
bank sama dengan riba, jadi hukum bunga bank adalah haram. Tetapi ada juga
yang menilai bahwa bunga bank berbeda dengan bunga, sehingga bunga bank
boleh-boleh saja saja.13 Namun ada baiknya jika kita menjauhkan diri dari hal-hal
yang belum pasti kebenarannya ataupun hal yang mendekati haram.
Dan juga jika kita menggunakan sistem bank konvensional, maka pihak
yang kuat akan semakin kuat, dan pihak yang lemah akan semakin dirugikan.
Berbeda dengan sistem perbankan syariah yang mengutaakan keuntungan
bersama

3.2 Saran
Dalam mempelajari hal terkait riba dan syarat jual beli yang halal, sebaiknya
dipelajari dari para ustadz, ataupun pemuka agama agar lebih mampu dalam
memahami dan tidak salah pengertian dalam mempelajarinya.

13
Jurnal Akuntansi Dan Pajak, Vol 13, No. 01, Juli 2012

25
DAFTAR PUSTAKA

Riba, A. Pengertian. "BAB 3 RIBA DAN BUNGA BANK." TEORI DAN PRAKTIK
MANAJEMEN BANK SYARIAH INDONESIA (2021): 37.

Wahab, Fatkhul. "Riba: Transaksi Kotor Dalam Ekonomi." Iqtishodia: Jurnal Ekonomi
Syariah 2.2 (2017): 26-41.

Wilardjo, Setia Budhi. "pengertian, peranan dan perkembangan bank syari’ah Di


Indonesia." Value Added: Majalah Ekonomi dan Bisnis 2.1 (2005).

Santi, Mei. "Bank konvensional vs bank syariah." EKSYAR: Jurnal Ekonomi Syari'ah & Bisnis
Islam (e-Journal) 2.1 (2015): 1-22.

https://www.studocu.com/id/u/43013243?sid=01698155278

Romdhoni, Abdul Haris, Muhammad Tho'in, and Agung Wahyudi. "Sistem Ekonomi
Perbankan Berlandaskan Bunga (Analisis Perdebatan Bunga Bank Termasuk
Riba Atau Tidak)." Jurnal Akuntansi Dan Pajak 13.01 (2012).

26

Anda mungkin juga menyukai