Pegadaian Syari’ah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pengganti MID mata kuliah
DI SUSUN OLEH :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
KATA PENGANTAR
Akhir kata, semoga penulisan makalah ini besar manfaatnya bagi kami dan
bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman Depan..................................................................................................................1
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN..................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN................................................................................................................6
BAB III...............................................................................................................................13
PENUTUP..........................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
Adapula yang tidak langsung renternir, tapi tetap saja memiliki imbas atau
dampak yang tidak jauh berbeda, yaitu adnya dana tanggungan tambahan yang
harus dibayar atas utang yang ia peroleh. Tidak pernah meningkat kesejahteraan
masyarakat apabila prektek riba ini masih tetap berjalan. Karena bukan
pemenuhan kebutuhan yang di dapat masyarakat ,elainkan semakin banyaknya
kebutuhan yang harus dibayar karna bertambah dari bunga utang dari peminjam.
Sebelum kita mendalami tentang pegadaian syari’ah ada baiknya jika dijelaskan
terlebih dahulu masing-masing istilah. Secara bahasa pegadaian tebentuk dari kata
dasar gadai, dalam kamus besar bahasa Indonesia gadai diartikan sebagai pinjam
meminjam uang dengan menerahkan barang dan dengan batas waktu yang
ditentukan (bila telah sampai pada waktunya barang tidak ditebus, barang tersebut
menjadi hak orang yang memberikan pinjaman). Pegadaian merupakan aktivitas
pinjam-meminjam uang dengan menyerahkan barang milik pribadi sebagai
jaminan apabila pada jangka waktu yang ditentukan tidak bias dikembalikan atau
dibayar, barnag yang dijadikan jaminan tersebut menjadi hak orang atau
perusahaan yang meminjamkan uang.
Sedangkan menurut susilo (1999) pegadaian adalah suatu hak yang diperoleh
seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang yang bergerak barang yang
bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh orang yang
mempunyai utang atau orang lain atas nama orang yang mempunyai utang.
Seorang yang berutang tersebut memberian kekuasaan kepada orang yang
berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk
melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.
Dalam perspektif islam gadai disebut rahn, yaitu perjanjian untuk menahan suatu
sebagai jamian atau tanggungan utang. Kata rahn secara etimologi berarti “tetap,
berlangsung, dan menahan”. Maka dari segi bahasa rahn bias diartikan sebagai
menahan sesuatu dengan tetap. Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik
sipeminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima.
Sedangkan yang dimaksud dengan syari’ah menurut kamus besar bahas
Indonesia (1984) hukum agama yang diamalkan menjadi perbuatan-perbuatan.
Secara etimologis akar kata syari’ah berasal dari kata bahasa arab yang secara
harfiahnya berarti jalan yang ditempuh atau garis yang mestinya dilalui atau “jalan
menuju sumber air” dan, dalam pengertian teknis kata ini berarti system hokum
atau perilaku yang sesuai dengan tuntunan al qur’an dan hadits.
Orang yang telah dewasa, berakal, bias dipercaya, dan memiliki barang yang
akan digadaikan.
Orang bank, atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk mendapatkan
modal dengan jaminan barang (gadai)
2. Sighat tidak boleh terikat oleh syarat tertentu. Dan rahn mempunyai sisi
pelepasan barang dan pemberian utang eoerti halnya akad jual beli, maka
tidak boleh diikat dengan syart tertentu atau suatu masa tertentu.
4. Harus dapat dikuantifikasi atau dapat di hitung jumlahnya. Jika tidak dapat
diukur atau di kuantifikasi jumlahnya, maka tidak sah.
Secara umum barang gadai harus memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah,
berupa harta yang bernilai, harus dapat diperjualbelikan, barang harus bias
dimanfaatkan secara syari’ah, harus diketahui keadaan fisiknya apabila sebaliknya
maka tidak sah.
Persamaan Perbedaan
Hak gadai atas nama orang Rahn adalah hukum islam yang
yangmeminjam. dilakukan atas dasar sukarela atas
dasar tolong-menolong tanpa mencari
Adanay agunan sebagai jaminan
keuntungan secara bathil, sedangkan
utang.
gadai menurut hokum perdata
Tidak boleh mengambil manfaat disamping berprinsip tolong –
barang yang digadaiakan. menolong juga mernarik bunga atau
Apabila batas pinjaman uang telah berlaku hanya pada benda yang
habis (jatuh tempo) maka, barang bergerak, sedangkan dalam hokum
yang digadaikan bias dijual atau di islam, rahn pada seluruh benda, baik
lelang. yang harus bergerak maupun yang
tidak bergerak.
Al – Qur’an terjemah.
Aziz, Abdul, 2010. Manajemen Investasi Syari’ah, Alfabeta, Bandung.
Rahayu, Sri, 2011. pelaksanaan dan Prospek Pegadaian Syari’ah, PDF
http://dhatin.wordpress.com/2009/06/22/sistem-moneter-dan-fiskal-islam-peran-
uang-dalam-kebijakan-moneter
http://www.google.com/url?q=http://ahby007.blogspot.com/2012/09/pegadaian-
syariah_
http://www.google.com/url?q=http://nerynhaulfa.wordpress.com.makalah-
pegadaian-syariah-vs-pegadaian-konvensional
http://www.google.com/url?q=http://pegadaianislam.blogspot.com/2012/05/
pegadaian-dalam-islam.
http://www.google.com/url?q=http://aefsaefurohman.blogspot.com/2012/10/
pegadaian.