Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Pegadaian Syari’ah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pengganti MID mata kuliah

“ Hukum Lembaga Keuangan ”

DI SUSUN OLEH :

Nama : Putri Anisa Anwar


Nim : D 101 19 120
Kelas : BT 11/A
Dosen Pengampu : Suarlan Datupalinge, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT., karena atas Rahmat


dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“pegadaian Syari’ah”. Dan tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah Hukum Lembaga Keuangan, Dalam penulisan makalah ini, kami
semaksimal mungkin berusaha untuk memberikan yang terbaik agar para pembaca
dapat memahami isi dari makalah ini. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa
dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan banyak materi yang
belum lengkap. Oleh karena itu, kami membuka diri bagi semua pihak yang akan
mengajukan komentar, kritik dan saran demi memperbaiki penulisan makalah ini.

Akhir kata, semoga penulisan makalah ini besar manfaatnya bagi kami dan
bagi para pembaca.

Palu , 18 Oktober 2021

Putri Anisa Anwar

DAFTAR ISI
Halaman Depan..................................................................................................................1

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

BAB I...................................................................................................................................4

PENDAHULUAN..................................................................................................................4

1.2 Rumusan masalah....................................................................................................5

1.3 Tujuan Masalah.......................................................................................................5

BAB II..................................................................................................................................6

PEMBAHASAN................................................................................................................6

2.1 Pengertian pegadaian syari’ah.................................................................................6

A. Fungsi dan tujuan lembaga pegadaian syari’ah........................................................8

- Fungsi Pegadaian syari’ah Bagi nasabah.................................................................8

- Tujuan pegadaian syari’ah..................................................................................9

2.2 Mekasisme pegadaian syari’ah.................................................................................9

2.3 Pegadaian dalam pandangan prinsip-prinsip ekonomi syari’ah.......................10

- Rukun Gadai syari’ah.......................................................................................10

- Syarat – syarat dalam pegadaian syari’ah.........................................................11

- Ketentuan gadai barang....................................................................................11

2.4 Persamaan dan perbedaan antara pegadaian konvensional dan pegadaian


syari’ah.........................................................................................................................12

BAB III...............................................................................................................................13

PENUTUP..........................................................................................................................13

3.1 Kesimpulan.............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring kegiatan ekonomi yang meningkat Kebutuhan akan pendanaan pun ikut
meningkat, peningkatan tersebut dipengaruhi sebagian besar oleh kegiatan pinjam
– meminjam uang yang terus – menerus.. dilakukan oleh perseorangan, badan
hokum, lembaga, perseorangan kepada perseorangan, atau bahkan perseorangan
meminjam uang kepada lembaga. Tidak dapat dipungkiri bahwa angka
kemiskinan di Indonesia memang masih terhitung luar biasa.Maka dari itu perlu
usaha yang ekstra agar kebutuhan masyarakat bias terpenuhi.

Dalam memenuhi kebutuhannya masyarakat cenderung menggunakan jalan yang


relative lebih cepat atau biasa disebut jalan pintas, jalan pintas yang dilalui pun
dianggap dipilihnya dengan tergesa – gesa tanpa menimbang dampak dari apa
yang ia perbuat. Masyarakat lebih memilih meminjam uang kepada rentenir yamg
pasti memberikan dana tanggungan tambahan berupa bunga yang dikalkulasikan
dengan berbagai macam perhitungan.

Adapula yang tidak langsung renternir, tapi tetap saja memiliki imbas atau
dampak yang tidak jauh berbeda, yaitu adnya dana tanggungan tambahan yang
harus dibayar atas utang yang ia peroleh. Tidak pernah meningkat kesejahteraan
masyarakat apabila prektek riba ini masih tetap berjalan. Karena bukan
pemenuhan kebutuhan yang di dapat masyarakat ,elainkan semakin banyaknya
kebutuhan yang harus dibayar karna bertambah dari bunga utang dari peminjam.

Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap fasilitas yang telah disediakan oleh


pemerintah yang bias saling menguntungkan. Apa lagi dengan adanya lembaga –
lembaga syari’ah yang menyediakan produk pelayanan tanpa adanya penambahan
beban atau tanggungan kepada masyarakat yang meminjam. Diantaranya adalah
pegadaian berbasis syari’ah.
1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah yang kami kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian, fungsi dan tujuan pegadaian syari’ah?

2. Bagaimana mekanisme pegadaian syari’ah?

3. Bagaimana pandangan prinsip – prinsip ekonomi syari’ah terhadap


pegadaian?

4. Apa saja perbedaan antara pegadaian syari’ah dan pegadaian


konvensional?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan pegadaian syari’ah
2. Untuk mengetahui mekanisme pegadaian syari’ah
3. Untuk mengetahui pandangan prinsip – prinsip ekonomi syari’ah
terhadap pegadaian
4. Untuk memahami Apa saja perbedaan antara pegadaian syari’ah dan
pegadaian konvensional
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian pegadaian syari’ah

Sebelum kita mendalami tentang pegadaian syari’ah ada baiknya jika dijelaskan
terlebih dahulu masing-masing istilah. Secara bahasa pegadaian tebentuk dari kata
dasar gadai, dalam kamus besar bahasa Indonesia gadai diartikan sebagai pinjam
meminjam uang dengan menerahkan barang dan dengan batas waktu yang
ditentukan (bila telah sampai pada waktunya barang tidak ditebus, barang tersebut
menjadi hak orang yang memberikan pinjaman). Pegadaian merupakan aktivitas
pinjam-meminjam uang dengan menyerahkan barang milik pribadi sebagai
jaminan apabila pada jangka waktu yang ditentukan tidak bias dikembalikan atau
dibayar, barnag yang dijadikan jaminan tersebut menjadi hak orang atau
perusahaan yang meminjamkan uang.

Sedangkan menurut susilo (1999) pegadaian adalah suatu hak yang diperoleh
seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang yang bergerak barang yang
bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh orang yang
mempunyai utang atau orang lain atas nama orang yang mempunyai utang.
Seorang yang berutang tersebut memberian kekuasaan kepada orang yang
berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk
melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.

Dalam perspektif islam gadai disebut rahn, yaitu perjanjian untuk menahan suatu
sebagai jamian atau tanggungan utang. Kata rahn secara etimologi berarti “tetap,
berlangsung, dan menahan”. Maka dari segi bahasa rahn bias diartikan sebagai
menahan sesuatu dengan tetap. Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik
sipeminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima.
Sedangkan yang dimaksud dengan syari’ah menurut kamus besar bahas
Indonesia (1984) hukum agama yang diamalkan menjadi perbuatan-perbuatan.
Secara etimologis akar kata syari’ah berasal dari kata bahasa arab yang secara
harfiahnya berarti jalan yang ditempuh atau garis yang mestinya dilalui atau “jalan
menuju sumber air” dan, dalam pengertian teknis kata ini berarti system hokum
atau perilaku yang sesuai dengan tuntunan al qur’an dan hadits.

Secara terminology, syari’ah adalah peraturan-peraturan yang mengandung


bentuk hokum yang telah digariskan oleh Allah. Jadi, pengertian dari pegadaian
syari’ah adalah aktivitas pinjam-meminjam uang dengan adanya penyerahan
barang bergerak orang yang meminjam kepada orang atau perusahaan yang
memberikan piutang sebagai jaminan apabila utang tersebut tidak bias dibayar
setelah jatuh tempo, barang tersebut menjadi hak orang atau perusahaan yang
memberikan piutang, dengan tidak meninggalkan prinsip-prisip syari’ah didalam
melakukan kegiatan pegadaian. Dan mengenai barang yang dijadikan jaminan
bias digunakan oleh orang atau perusahaan yang meberi piutang apabila adanaya
kesepakan atau pemberian hak dari orang yang berutang tersebut, dan orang yang
memberikan piutang jika menggunakan barang jaminan maka,diwajibkan
meberikan jaminan keutuhan dan keselamatan barang jaminan selama tempo yang
ditentukan tersebut berakhir.

Adapun landasan konsep pegadaian syari’ah mengacu pada syari’ah yang


bersumber dari al-Qur’an adalah Q.S Al-Baqarah : 283 yang artinya “jika kamu
dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak
memperoleh penulis, maka hendaklah ada barang yang tanggungan yang
dipegang(oleh orang berpiutang). Akan tetapi, jika sebagian kamu mempercayai
sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya
(hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah
kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian, maka sesungguhnya ia adalah
yang berdosa hatinya, dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
A. Fungsi dan tujuan lembaga pegadaian syari’ah

- Fungsi Pegadaian syari’ah Bagi nasabah


Tersedianya dana dengan prosedur relative lebih sederhana dan dalam waktu
yang lebih cepat dibandingkan dengan pembiayaan/kredit perbankan. Disamping
itu nasabah juga mendapatkan penafsiran nilai suatu barang bergerak professional.
Mendapatkan fasilitas penitipan barang yang aman dan dapat dipercaya.

Bagi perusahaan pegadaian :


Penghasilan bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh peminjam dana.
Penghasilan bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh nasabah memperoleh
jasa tertentu. Bagi bank syari’ah yang mengeluarkan produk gadai syari’ah dapat
mendapat keuntungan dari pembiayaan biaya administrasi dan biaya sewa tempat
penyimpanan emas. Melaksanakan misi perum pegadaian sebagai BUMN yang
bergerak dibidang pembiayaan berupa pemberian bantuan kepada masyarakat
yang embutuhkan dana dengan prosedur yang relative sederhana,

Berdasarkan PP No. 10 Tahun 1990, laba yang diperoleh digunakan untuk:

- Dana pembangunan semesta (55%)

- Cadangan umum (20%)

- Cadangan tujuan (5%)

- Dana social (20%)


- Tujuan pegadaian syari’ah
1. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan
program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada
umumnya melalui penyaluran uang pembiayaan/pinjaman atas dasar
hokum gadai,

2. Pencegahan praktik ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman tidak wajar


lainnya,

3. Pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai syari’ah memiliki efek


jaringan pengaman social karena masyarakat yang yang butuh dana
mendesak tidak lagi dijerat pinjaman/pembiayaan bebas bunga.

4. Membantu orang-orang yang membutuhkan pijaman dengan syariah


mudah.

2.2 Mekasisme pegadaian syari’ah


Mekanisme pegadain operasional pegadaian syari’ah dapat digambarkan sebagai
berikut: melaui akad rahn, nasabah menyerahkan barang bergerak kemudian
pegadaian menyimpan dan merawatnya ditempat yang telah disediakan oleh
pegadaian. Akibat yang timbul dari proses penyimpanan dalah timbulnya biaya-
biaya yang meliputi nialai investasi tempat penyimpanan, biaya perawatan dan
keseluruhan proses kegiatannya. Atas dasar ini dibenarkan bagi pegadaian
menegnakan biaya sewa kepada orang yang berutang sesuai dengan jumlah yang
sudah di sepakati oleh kedua belah pihak. Pegadaian syari’ah akan memperoleh
keungtungan hanya dari bea sewa tempat yang dipungut bukan tambahan berupa
bunga atau sewa modal yang diperhitungkan dari uang pinjaman. Selain itu,
dalam penggadaian syari’ah peminjam hanya hanya bias menggandaikan barang
dalam bentuk emas, dan belum bias dalam bentuk barang yang lainnya seperti
pada pegadaian konvensional.
2.3 Pegadaian dalam pandangan prinsip-prinsip ekonomi syari’ah
Perlu diketahui bahwa di dalam islam gadai menggadai barang diperbolehkan
karena mengandung unsur mu’ammalah (tolong menolong didalamnya, saling
membantu, saling mengerti, dll). Maka dari itu agar kegiatan mu’ammalah
tersebut terus berlangsung baik, dalam arti kata tidak melunturkan keagamaannya,
maka pegadaian syari’ah menerapkan prinsip-prinsip syari’ah. Maka dari itu, agar
bias mencapai tujuan yang telah canangkan sebelumnya, pegadaian haruslah
memiliki ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan dalam melaksanakan kegiatan
pegadaian. Diantaranya terdiri dari :

- Rukun Gadai syari’ah


proses kegiatan harus memenuhi rukun berikut ini :

a. Ar Rahn (yang menggadaikan atau orang yang berutang)

Orang yang telah dewasa, berakal, bias dipercaya, dan memiliki barang yang
akan digadaikan.

b. Al-Murtahin (yang menerima gadai)

Orang bank, atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk mendapatkan
modal dengan jaminan barang (gadai)

c. Al-Marhunl Rahn (barang yang digadaikan)

Barang yang digunakan rahin untuk dijadikan jaminan untuk mendapatkan


uang (pinjaman).

d. Al-Marhun bih (utang)

Sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada rahn atas dasar


penafsiran/taksiran nilai barang yang digadaikan (marhun)

e. Sighat, ijab, dan qobul

Kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam melakukan kegiatan pegadaian.


- Syarat – syarat dalam pegadaian syari’ah
Disamping itu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan
kegiatan pegadaian dyari’ah. Diantaranya adalah :

1. Pihak-pihak yang melakukan perjanjian harus mengikuti syarat-syarat


berikut kemampuan, yaitu berakal sehat. Kemampuan juga berarti
kelayakan seseorang untuk melakukan transaksi kepemilikan.

2. Sighat tidak boleh terikat oleh syarat tertentu. Dan rahn mempunyai sisi
pelepasan barang dan pemberian utang eoerti halnya akad jual beli, maka
tidak boleh diikat dengan syart tertentu atau suatu masa tertentu.

3. Harus merupakan hak yang wajib diberikan/diserahkan kepada


pemiliknya. Memungkunkan pemanfaatan, bila seseuatu menjadi utang
tidak bias dimanfaatkan, maka tidak sah.

4. Harus dapat dikuantifikasi atau dapat di hitung jumlahnya. Jika tidak dapat
diukur atau di kuantifikasi jumlahnya, maka tidak sah.

5. Imam maliki berpendapat bahwa gadai dapat dilakukan/dilaksanakan pada


semua macam harga pada semua macam jual beli, kecuali pada jual beli
mata uang (sharf) dan pokok modal pada saham. Yang berkaitan dengan
tanggungan. Demikina itu karena sharf diisyaratkan tunai ( yakni kedua
belah pihak saling menerima). Tidak boleh terjadi akad padanya.

Secara umum barang gadai harus memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah,
berupa harta yang bernilai, harus dapat diperjualbelikan, barang harus bias
dimanfaatkan secara syari’ah, harus diketahui keadaan fisiknya apabila sebaliknya
maka tidak sah.

- Ketentuan gadai barang


Dalam menggadaikan barang di pegadaian syari’ah haruslah memenuhi
ketentuan sebagai berikut: Barang yang tidak boleh dijual tidak boleh digadaikan,
barang yang digadaikan diakui masyarakat sebagai barang yang memiliki nilai
sebagai jaminan (berharga). Tidak sah menggadaikan barang hasil rampasan aau
barang yang dipinjam dan semua diserahkan kepada orang lain sebagai jaminan.
Sebab, gadai bermaksud sebagai penutup uang. Jadi, jelaslah bahwa pgadaian
syari’ah menjungjung tinggi nilai-nilai ajaran islam dalam implementasi
kegiatannya.

2.4 Persamaan dan perbedaan antara pegadaian konvensional dan pegadaian


syari’ah

Persamaan Perbedaan

Hak gadai atas nama orang Rahn adalah hukum islam yang
yangmeminjam. dilakukan atas dasar sukarela atas
dasar tolong-menolong tanpa mencari
Adanay agunan sebagai jaminan
keuntungan secara bathil, sedangkan
utang.
gadai menurut hokum perdata
Tidak boleh mengambil manfaat disamping berprinsip tolong –
barang yang digadaiakan. menolong juga mernarik bunga atau

Biaya barang yang digadaikan sewa modal.


ditanggung oleh para pemberi gadai. Dalam hukum perdata, gadai yang

Apabila batas pinjaman uang telah berlaku hanya pada benda yang
habis (jatuh tempo) maka, barang bergerak, sedangkan dalam hokum
yang digadaikan bias dijual atau di islam, rahn pada seluruh benda, baik
lelang. yang harus bergerak maupun yang
tidak bergerak.

Dalam rahn tidak ada istilah bunga.


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Munculnya pemikiran atau gagasan yang mengharuskan berdirinya lembaga-
lembaga keuangan yang berbasis syariat islam adalah sebagai kabar kembira bagi
umat islam dimana kita telah memiliki kesadaran tentang arti pentingnya syari’at
dalam kehidupan bermuammalah. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya
berkembangnya lembaga-lembaga syari’ah akan memberikan efek yang baik bagi
kehidupan yang akan dating. Memberikan efek kesadaran tentang pentingnya
beribadah terhadap sesama, salah satunya dengan aktivitas pegadaian syari’ah.

Pegadaian syariah adalah aktivitas pinjam – meminjam uang dengan adanya


penyerahan barang bergerak milik peminjam uang atau orang yang berutang
kepada lembaga perusahaan yang meminjamkan uang atau memberikan piutang
sebagai jaminan selama waktu atau tempo yang telah ditentukan dan disepakati
oleh kedua belah pihak. Jika pada waktu yang telah ditentukan tersebut pinjaman
atau utang tidak dapat dibayar oleh orang yang meminjam uang kepada lembaga
pegadaian, maka barang yang dijadikan jaminan itu bias dijual atau dilelang.

Dengan adanya pegadaian syari’ah diharapkan akang menekan angka transaksi


atau aktivitas pemungutan riba atau bunga yang merugikan para nasabah, karena
memberikan tanggungan atau tambahan utang bagi masyarakat yang melakukan
gadai. Mudah-mudahan dengan semakin berkembangnya lembaga-lembaga
syari’ah bias mengantarkan kita pada cia – cita yang luhur yaitu mewujudkan
masyarakat islam yang sebenar – benarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Al – Qur’an terjemah.
Aziz, Abdul, 2010. Manajemen Investasi Syari’ah, Alfabeta, Bandung.
Rahayu, Sri, 2011. pelaksanaan dan Prospek Pegadaian Syari’ah, PDF
http://dhatin.wordpress.com/2009/06/22/sistem-moneter-dan-fiskal-islam-peran-
uang-dalam-kebijakan-moneter
http://www.google.com/url?q=http://ahby007.blogspot.com/2012/09/pegadaian-
syariah_
http://www.google.com/url?q=http://nerynhaulfa.wordpress.com.makalah-
pegadaian-syariah-vs-pegadaian-konvensional
http://www.google.com/url?q=http://pegadaianislam.blogspot.com/2012/05/
pegadaian-dalam-islam.
http://www.google.com/url?q=http://aefsaefurohman.blogspot.com/2012/10/
pegadaian.

Anda mungkin juga menyukai