MAKALAH
SURABAYA
T.P 2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji milik Allah subhanahu wa Ta’la .Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW . Berkat limpahan
waktu, kesehatan dan ilmu dari Allah subhanahu wa Ta’la.Alhamdulillah naskah
makalah tentang Konsep dan Praktik Pinjaman Qardh, Wakalah, Hawalah dan
Kafalah dapat kami selesaikan.
2
DAFTAR ISI
Daftar Isi.................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 5
1.3Tujuan Penulisan................................................................................................ 6
BAB II PEMBAHASAN
3.1Kesimpulan......................................................................................................... 28
3.2Saran................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
keuangan yang digunakan berlandaskan prinsip syariah. Namun, saat ini
prinsip syariah belum begitu terealisasi penggunaannya.
5
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan pengertian Qardh.
2. Menjelaskan dasar hukum Qardh.
3. Menjelaskan rukun dan syarat Qardh.
4. Menjelaskan implementasi Qardh di lembaga keuangan syariah.
5. Menjelaskan pengertian Wakalah.
6. Menjelaskan dasar hukum Wakalah.
7. Menjelaskan rukun dan syarat Wakalah.
8. Menjelaskan implementasi Wakalah di lembaga keuangan syariah.
9. Menjelaskan pengertian Hawalah.
10. Menjelaskan dasar hukum Hawalah.
11. Menjelaskan rukun dan syarat Hawalah.
12. Menjelaskan jenis-jenis Hawalah.
13. Menjelaskan implementasi Hawalah di lembaga keuangan syariah.
14. Menjelaskan pengertian Kafalah.
15. Menjelaskan dasar hukum Kafalah.
16. Menjelaskan rukun dan syarat Kafalah.
17. Menjelaskan Implementasi Kafalah di lembaga keuangan syariah.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
2.2 Dasar Hukum Qardh
Mungkin sejak adanya manusia di dunia ini, akad utang piutang telah
dilakukan karena keadaan tertentu Dasar disyari’atkannya Qardh adalah Al-
Qur’an, hadits dan ijma’
ۖ
Fُُۣ ٰ ّل يَ ْقبِضُ َويَ ْبF َرةً ۗ َوالF َعافًا َكثِ ْيF ض
ِهF ۣصطُ َواِلَ ْي ْ َهٗ ٓ اFFَ ِعفَهٗ لF ُض ً ْرضُ هّٰللا َ قَرF
ٰ نًا فَيF ا َح َسF ض ِ Fَم ْن َذا الَّ ِذيْ يُ ْق
َتُرْ َجعُوْ ن
Terjemahan
Rukun Qardh
8
1. Dua orang yang berakad yang terdiri dari: muqridh (yang
memberikan utang) dan muqtaridh (orang yang berutang).
2. Qardh (barang yang dipinjamkan).
3. Shighat ijab dan kabul.
Ijab dan kabul dalam Qardh seperti halnya ijab kabul dalam jual-
beli.Ijab dan kabul dalam Qardh, merupakan ucapan yang disampaikan
langsungoleh peminjam kepada penerima pinjaman bahwa peminjam
mengijinkan secara langsung uang tersebut dipinjam. Keduanya saling ridha
terhadap akad tersebut.
Syarat Qardh
9
tindakannya dalam membelanjakan hartanya, orang yang dipaksaatau dalam
keadaan terpaksa. Orang-orang tersebut yang merupakan orangyang tidak
termasuk dalam syarat sahnya guna melakukan akad tabarru’.
10
harta orang yang di bawah perwaliannya kecualidalam
keadaan darurat.
2. Harta yang Diutangkan (Qardh).
Berbagai harta dengan berbagai cara seseorang memperleh
hartatersebut. Tentu akan ada pro dan kontra jika
diimplementasikan kepadasyariat Islam. Rozalinda (2016)
menjelaskan harta yang dihutangkan dalam Qardh ini memiliki
beberapa syarat, antara lain:
a. Berdasarkan pendapat ulama Hanafiyah, harta yang
diutangkan merupakan mal misliyat ialah harta yang dapat
ditakar (makilat ),harta yang dapat ditimbang (mauzunat),
harta yang diukur(zari’yat) harta yang dapat dihitung
(addiyat ).
b. Pendapat ulama Malikiyah, Syafiiyah, Hanabilah, setiap
hartayang dapat dilakukan jual beli salam, baik itu jenis
harta makilat,mauzunat, addiyat. Atas dasar ini tidak sah
mengutangkan manfaat (jasa).
c. Al-Qabad atau penyerahan. Akad utang-piutang tidak
sempurnakecuali dengan adanya serah terima, karena
di dalam akad Qardh ada tabarru’. Akad tabaru’ tidak akan
sempurna kecuali denganserah terima (al-qabadh).
d. Utang piutang tidak untuk mencari keuntungan bagi
muqaridh (orang yang mengutangkan).
e. Utang itu menjadi tanggung jawab muqtarid (orang
yangberhutang), artinya orang yang berutang memiliki
kewajibanuntuk mengembalikan utangnya dengan harga
dan nilai yang sama.
f. Barang yang dipinjam bernilai harta yang boleh
dimanfaatkan dalam Islam (mal mutaqawwim).
g. Harta yang diutangkan harus jelas, diketahui kadar dan sifat
barangnya.
11
h. Terkait waktu pinjaman boleh secara mutlak atau tidak
diberibatasan, maupun ditentukan dengan batas
waktu.sesuai dengan kesepakatan bersama.
3. Shigat
Ijab dan Kabul Sesuai dengan rukun Qardh, syarat sahnya Qardh
yaitu adanya ijabdan kabul. Adanya pernyataan secara langsung
yang menimbulkankeridhaan kedua pihak. Sehingga tidak ada
yang didhalimi nantinya.Dengan tujuan utama ialah mencapai
kemashlahatan bersama.
12
apabila terjadi piutang Qardh yang tidak tertagih karena sumber dananya
berasal dari nasabah.
13
al-Qardh sesuai Fatwa DSN-MUI nomor 19/DSN-
MUI/IV/2001.
c. Jasa pengurusan haji yang dilakukan LKS tidak boleh
dipersyaratkan dengan pemberian talangan haji.
d. Besar imbalan jasa al-Ijarah tidak boleh didasarkan pada
jumlah talangan al-Qardh yang diberikan LKS kepada
nasabah.
3. Anjak piutang yang berlandaskan pada Fatwa DSN No: 67/DSN-
MUI/III/2008 Tentang Anjak piutang Syariah,
4. Letter of Credit (L/C) Impor dan Letter of Credit (L/C) Ekspor,
yang berlandaskan pada Fatwa DSN-MUI No: 34/DSN-
MUI/IX/2002 Tentang L/C Impor Syari’ah dan Fatwa DSN-MUI
No: 35/DSN-MUI/IX/2002 Tentang L/C Ekspor Syari’ah.
5. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti
loyalitasdan bonefiditasnya yang menumbuhkan dana talangan
segera untuk masayang relative pendek. Nasabah tersebut akan
mengembalikan secepatnya sejumlah dana yang dipinjamnya
tersebut.
6. Sebagai fasilitas yang memerlukan dana cepat sedangkan ia tidak
bisamenarik dananya karena misalnya tersimpan dalam bentuk
deposito.
7. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut
perhitunganbank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan
pembiayaan denganskema jual beli, ijarah, atau bagi hasil.
8. Sebagai produk untuk menyumbang ke sector kecil atau
membantu sector sosial
14
Dari produk al-Qardhu hasan ini membuktikan bahwa lembaga
keunagansyariah (LKS) di samping sebagai lembaga komersial, harus dapat
berperan sebagai lembaga sosial.
1. Menurut Malikiyah.
Wakalah adalah penggantian oleh seseorang terhadap orang lain
didalam haknya dimana ia melakukan tindakan hukum seperti
tindakanya tanpa mengaitkan penggantian tersebut dengan apa
yang terjadi setelah kematian.
2. Menurut Hanafiyah.
Wakalah adalah penempatan seseorang terhadap orang lain
ditempat dirinya dalam satu tasarruf yang dibolehkan dan
tertentu, dengan ketentuan bahwa orang yang mewakilkan
termasuk orang yang memilih.
3. Menurut Syafi’iyah.
Wakalah adalah penyerahan oleh seseorang kepada orang lain
terhadap sesuatu yang ia berhak mengejarkannya dan sesuatu itu
bisa digantikan untuk dikerjakannya pada masa hidupnya.
15
lain pada masa hidupnya. Dengan demikian, apabila penyerahan tersebut
harus dilakukan setelah orang yang mewakilkan meninggal dunia, seperti
wasiat, maka hal tersebut tidak termasuk wakalah. (Arianti, 2015:134-136)
16
2.7 Rukun dan Syarat Wakalah
Syarat
1. Muwakkil.
Orang yang mewakilkan harus orang yang dibolehkan melakukan
sendiri perbuatannya yang diwakilkannya pada orang lain.
2. Muwakkal.
Yaitu harus orang yang cakap hukum secara fiqih, yakni baligh
dan berakal, dan harus mengetahui tugas atau perkara yang
diwakilkan padanya.
3. Muwakkal fih.
Perkara yang diwakilkan bukan meminta hutang, dan perkara
yang diwakilkan juga bukan hukum had yang disyaratkan
pengaduan, seperti had zina.
4. Shighat.
Setiap lafaz yang menunjukkan pemberian kuasa dalam perkara
yang umum. (Arianti, 2015:138).
Transfer uang
17
sebagai muwakkil terhadap bank sebagai wakil untuk melakukan
perintah/permintaan kepada bank untuk mentransfer sejumlah uang kepada
rekening orang lain, kemudian bank mendebet rekening nasabah (Jika transfer
dari rekening ke rekening), dan proses yang terakhir yaitu dimana bank
mengkreditkan sejumlah dana kepada rekening tujuan. Transfer uang dapat
dilakukan :
18
1. Importir harus memiliki dana pada bank sebesar harga
pembayaran barang yang diimpor.
2. Importir dan Bank melakukan akad wakalah bil Ujrah untuk
pengurusan dokumen-dokumen transaksi impor.
3. Besar ujrah harus disepakati diawal dan dinyatakan dalam bentuk
nominal, bukan dalam bentuk prosentase
19
c. Wakalah untuk menyerahkan barang seseorang tanpa
kehadiran orang yang mewakilkan. Dalam hal ini seorang
wakil harus menerima barang itu dan tidak boleh
membatalkan perwakilannya tanpa kerelaaan orang yang
mewakilkannya karena dengan pembatalkan itu berarti ia
telah kehilangan hak tanpa kerelaannya. (Arianti,
2015:144).
ب َ ُب َكاتِبٌ أَن يَ ۡكت َ ُّم َس ٗ ّمى فَ ۡٱكتُبُو ۚهُ َو ۡليَ ۡكتُب ب َّۡينَ ُكمۡ َكاتِ ۢبُ بِ ۡٱل َع ۡد ۚ ِل َواَل يَ ۡأ ن ِإلَ ٰ ٓى أَ َج ٖلFٍ ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ْا إِ َذا تَدَايَنتُم بِد َۡي
ُّ س ِم ۡنهُ َش ٗۡٔي ۚا فَإِن َكانَ ٱلَّ ِذي َعلَ ۡي ِه ۡٱل َح
ق ۡ ق ٱهَّلل َ َربَّهۥُ َواَل يَ ۡب َخ ۡ ُّ َك َما َعلَّ َمهُ ٱهَّلل ۚ ُ فَ ۡليَ ۡكتُ ۡب َو ۡليُمۡ لِ ِل ٱلَّ ِذي َعلَ ۡي ِه ۡٱل َح
ِ َّق َوليَت
ن ِمن ِّر َجالِ ُكمۡۖ فَإِن لَّمۡ يَ ُكونَاFِ ُوا َش ِهيد َۡي ْ ٱست َۡش ِهدۡ ض ِعيفًا أَ ۡو اَل يَ ۡستَ ِطي ُع أَن يُ ِم َّل هُ َو فَ ۡليُمۡ لِ ۡل َولِيُّ ۥهُ بِ ۡٱل َع ۡد ۚ ِل َو َ َسفِيهًا أَ ۡو
20
ب ٱل ُّشهَدَٓا ُء َ َض َّل إِ ۡح َد ٰىهُ َما فَتُ َذ ِّك َر إِ ۡحد َٰىهُ َما ٱأۡل ُ ۡخ َر ٰۚى َواَل يَ ۡأ ِ ض ۡونَ ِمنَ ٱل ُّشهَدَٓا ِء أَن ت َ َوٱمۡ َرأَتَا ِن ِم َّمن ت َۡر ُلٞ َر ُجلَ ۡي ِن فَ َرج
ٰ
ص ِغيرًا أَ ۡو َكبِيرًا إِلَ ٰ ٓى أَ َجلِ ِۚۦه َذلِ ُكمۡ أَ ۡق َسطُ ِعن َد ٱهَّلل ِ َوأَ ۡق َو ُم لِل َّش ٰهَ َد ِة َوأَ ۡدن ٰ َٓى أَاَّل ت َۡرتَاب ُٓو ْا َ َُس ُم ٓو ْا أَن ت َۡكتُبُوه ْ ۚ إِ َذا َما ُدع
َٔFَٔۡ ُوا َواَل ت
َ س َعلَ ۡي ُكمۡ ُجنَا ٌح أَاَّل ت َۡكتُبُوه َۗا َوأَ ۡش ِهد ُٓو ْا إِ َذا تَبَايَ ۡعتُمۡۚ َواَل ي
ُضٓا َّر َ تُ ِديرُونَهَا بَ ۡينَ ُكمۡ فَلَ ۡي ض َر ٗة ِ إِٓاَّل أَن تَ ُكونَ تِ ٰ َج َرةً َحا
٢٨٢ يمٞ ِوا ٱهَّلل ۖ َ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم ٱهَّلل ۗ ُ َوٱهَّلل ُ بِ ُك ِّل َش ۡي ٍء َعل ْ ُق بِ ُكمۡۗ َوٱتَّق ۢ
ُ وا فَإِنَّ ۥهُ فُسُو ۚ
ْ ُيد َوإِن ت َۡف َعلٞ َواَل َش ِه بٞ َِكات
21
Hadis
Rukun
1. Pihak pertama.
2. Pihak kedua.
3. Pihak ketiga.
4. Utang pihak pertama kepada pihak pertama.
5. Utang pihak ketiga kepada pihak pertama.
6. Shighat
Syarat
22
2.12 Jenis-jenis Hawalah
23
3. Bill discounting, secara prinsip bill discounting serupa
dengan hiwalah. Hanya saja dalam bill discounting, nasabah harus
membayar fee, sedangkan pembayaran fee tidak didapati dalam
kontrak hiwalah. (Anggota IKAPI, 2007:148)
24
menghadirkan dirinya atau disebut juga sebagai kafalah An Nafs. (Sabiq,
2004:46-47).
ا َل ٱهَّلل ُ َعلَ ٰىFFَوثِقَهُمۡ قFۡ ون َم ۡوثِ ٗقا ِّمنَ ٱهَّلل ِ لَت َۡأتُنَّنِي بِ ِٓهۦ إِٓاَّل أَن ي َُحاطَ بِ ُكمۡۖ فَلَ َّمٓا َءات َۡوهُ َم
ِ ُال لَ ۡن أُ ۡر ِسلَهۥُ َم َع ُكمۡ َحتَّ ٰى تُ ۡؤت
َ َق
ٞ َما نَقُو ُل َو ِك
٦٦ يل
Hadis
Ijma’
Ulama membolehkan (mubah) dhaman dalam muamalah karena dhama
n sangat diperlukan dalam waktu tertentu. Adakalanya orang memerlukan
modal dalam usaha dan untuk mendapatkan modal itu biasanya harus ada
jaminan dari seseorang yang dapat dipercaya, apalagi usaha dagangannya
besar. (Sabiq,2004:49).
25
2.16 Rukun dan Syarat Kafalah
Rukun
Syarat
26
oleh pejamin, harus merupakan piutang mengikat (luzim) yang
tidak mungkin hapus kecuali setelah dibayar atau dibebaskan,
harus jelas nilai, jumlah, dan spesifikasinya, tidak bertentangan
dengan syari'ah (diharamkan).
5. Sighah (akad/ijab).
Lafadz, disyaratkan keadaan lafadz ijab dan kabul itu berarti
menjamin, dan tidak bertentangan dengan syariat Islam. (Sabiq,
2004:50-51)
27
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
28
3.2 Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
30