Anda di halaman 1dari 19

“AKUNTANSI PENJUALAN ANGSURAN”

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Akuntansi


Keuangan Lanjutan

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Lutfi Asti Rahmadani 2019410257

2. Shintia Nur Aida 2019410341

3. Tarisya Rachma Dewi 2019410766

4. Dea Ayu Lestya Putri 2019410784

FAKULTAS EKONOMI PRODI D-III AKUTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

SURABAYA

T.P 2021/2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Segala puji milik Allah subhanahu wa Ta’la .Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW . Berkat limpahan
waktu, kesehatan dan ilmu dari Allah subhanahu wa Ta’la. Alhamdulillah naskah
makalah tentang Akuntansi Penjualan Angsuran dapat kami selesaikan.

Tercurah dari segala kemampuan yang ada, kami berusaha membuat


makalah ini dengan sebaik mungkin, namun demikian kami menyadari
sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dikarenakan
keterbatasan pengetahuan kami, maka dengan sepenuh hati kami mohon maaf dan
mengaharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan
selanjutnya.

Terakhir kami ucapkan terimakasih untuk semua pihak yang sudah


membantu dan memudahkan penyelesaian makalah ini, kami berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat.

Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Surabaya , 09 November
2021

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ 2

Daftar Isi........................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang....................................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah.................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

2.1Pengertian Penjualan Angsuran ................................................................ 6


2.2Pengkuran dan Pengakuan Penjualan Barang .......................................... 7
2.3Pengakuan Pendapatan Setelah Barang Diserahkan ................................ 8
2.4Jaminan Bagi Pihak Penjual ..................................................................... 9
2.5Pengakuan Laba Kotor ............................................................................. 11
2.6Metode Angsuran ..................................................................................... 12
2.7Metode Pemulihan Biaya Perolehan ........................................................ 13
2.8Pembatalan Penjualan Angsuran .............................................................. 13
2.9Penyajian Pada Laporan Keuangan .......................................................... 14
2.10 Masalah Pertukaran Pada Penjualan Angsuran ..................................... 15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 16
3.2 Saran........................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan

rumah pada perusahaan real estate, tetapi pada masa sekarang penjualan

dengan metode initelah berkembang pada perusahaan yang bergerak dalam

bidang perdagangankendaraan seperti mobil, motor; mesin; alat-alat

rumah tangga dan lainnya.Bahkan pada beberapa jenis industri metode

penjualan angsuran ini telah menjadikunci utama dalam mencapai operasi

skala besar.

Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai

dikalangan usahawan dan juga dikalangan pembeli. Bagi usahawan metode

ini telah meningkatkan jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba,

bagi pembelimereka merasa lebih ringan dalam hal pembayaran untuk

melunasi barang yangdicicil tersebut.

Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang

akan meningkat, tetapi kelemahan metode ini dapat diatasi dengan

meningkatnya volume penjualan perusahaan.

4
5
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan penjualan angsuran?

2. Bagaimana pengukuran dan pengakuan penjualan barang?

3. Bagaimana pengakuan pendapatan setelah barang diserahkan?

4. Apa saja jaminan bagi pihak penjual?

5. Bagaimana pengakuan laba kotor?

6. Apa saja metode angsuran?

7. Apa yang dimaksud dengan metode pemulihan biaya perolehan?

8. Bagaimana cara pembatalan penjualan angsuran?

9. Bagaimana penyajian pada laporan keuangan?

10. Apa saja masalah pada pertukaran pada penjualan angsuran?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan pengertian penjualan angsuran.

2. Menjelaskan pengukuran dan pengakuan penjualan barang.

3. Menjelaskan pengakuan pendapatan setelah barang diserahkan.

4. Menjelaskan jaminan bagi pihak penjual.

5. Menjelaskan pengakuan laba kotor.

6. Menjelaskan metode angsuran.

7. Menjelaskan metode pemulihan biaya perolehan.

8. Menjelaskan pembatalan penjualan angsuran.

9. Menjelaskan penyajian laporan keuangan.

10. Menjelaskan masalah pertukaran pada penjualan angsuran.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penjualan Angsuran

Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilakukan dengan

perjanjian dimana pembayarannya dilaksanakan secara bertahap, yaitu:

1. Pada saat barang-barang diserahkan kepada pembeli, penjual menerima

pembayaran pertama sebagian dari harga penjualan (diberikan down

payment).

2. Sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran.

Menurut Allan R. Drebin (1996:121) dalam buku Akuntansi

Keuangan Lanjutan, penjualan angsuran barang dagangan adalah “Penjualan

barang dagangan yang pembayarannya dilakukan secara bertahap dalam

jumlah dan waktu yang telah ditentukan.” Didalam penjualan angsuran

barang-barang dagangan mempunyai ketentuan sebagai berikut:

1. Pembayaran Uang Muka

Yaitu pembayaran uang muka yang dilaksanakan secara tunai yang

jumlahnya sebesar persentase tertentu dari harga jual barang atau

sebesar jumlah rupiah yang telah ditentukan.

2. Pembayaran Angsuran

Yaitu pembayaran uang tunai periodik sebagai pembayaran angsuran

7
yang besarnya telah ditentukan sebelumnya atau ditentukan besar

kecilnya yang tergantung pada lamanya jangka waktu angsuran.

Menurut Hadori Yunus Harnanto (1987:6) dalam buku Akuntansi

Keuangan Lanjutan penjualan angsuran adalah “Penjualan yang dilakukan

dengan perjanjian dimana pembayaran dilakukan secara bertahap yaitu pada

saat barang-barang diserahkan kepada pembeli, penjual menerima

pembayaran pertama sebagai bagian dari harga penjualan (down payment)

dan sisanya dibayar dalam beberapa kali angsuran”.

Periode angsuran bisa berkisar dari 3 bulan sampai beberapa tahun.

Periode pembayaran yang panjang mengakibatkan resiko kerugian piutang

dan biaya penagihan piutang berjumlah lebih besar daripada penjualan kredit

biasa.

2.2 Pengkuran dan Pengakuan Penjualan Barang


Pendapatan diukur berdasarkan nilai wajar imbalan yang diterima

atau yang dapat diterima, yaitu sebesar nilai sekarang penerimaan di masa

depan dengan menggunakan tingkat bunga tersirat (imputed). Perbedaan

antara nilai wajar dan nilai nominal imbalan yang diterima diakui sebagai

pendapatan bunga.

1. Jumlah pendapatan diakui sebesar harga jual tunai atau sebesar nilai

sekarang penerimaan di masa depan dengan menggunakan tingkat

bunga terisirat (imputed).

2. Tingkat bunga yang digunakan adalah:

a. Tingkat bunga sudah ditentukan oleh penjual atau.


8
b. Tingkat bunga yang tersirat yaitu tingkat bunga yang

menyamakan total penerimaan di masa depan dengan harga jual

tunai saat ini dari barang.

3. Bunga diakui sebagai pendapatan saat ini diterima yang dihitung

dengan metode suku bunga efektif.

2.3 Pengakuan dan Pendapatan Setalah Barang Diserahkan

Bila terdapat ketidakpastian penerimaan piutang di masa depan dan

estimasi kerugian piutang tidak bisa dilakukan secara andal (kondisi d) dan e)

di PSAK 23 paragraf 14 tidak dipenuhi), maka pengakuan pendapatan dapat

dilakukan dengan Metode Penjulaan Angsuran atau Metode Pemulihan Biaya

Perolehan.

Dengan metode ini:

1. Penjualan dan beban pokok penjualan diakui dalam periode penyerahan

barang; tetapi

2. Laba kotor ditangguhkan pengakuannya sampai diterima pembayaran

dan pembeli.

Rekening-rekening yang dibutuhkan untuk mencatat transaksi

penjualan angsuran:

1. Penjualan Angsuran dan Beban Pokok Penjualan Angsuran

2. Piutang Penjualan Angsuran, disajikan sebagai elemen aset dengan

alternatif:

9
a. Dalam kelompok asset lancar bila penjualan angsuran merupakan

kegiatan utama perusahaan (dengan penjelasan) atau jatuh-tempo

dalam satu periode akuntansi; atau

b. Dalam kelompok aset tak lancar bila penjualan angsuran bukan

kegiatan utama dan jatuh tempo dalam waktu lebih dari satu

periode akuntansi.

3. Laba Kotor ditangguhkan/Laba Kotor Belum Direalisir: menampung

laba kotor yang belum diakui. Merupakan rekening laporan posisi

keuangan dengan 2 alternatif penyajian:

a. Dalam kelompok aset sebagai pengurang Piutang Penjualan

angsuran, atau

b. Dalam kelompok utang sebagai pendapatan yang ditangguhkan.

4. Laba kotor (sudah) Direlisir: disajikan di laporan laba rugi.

2.4 Jaminan Bagi Pihak Penjual

Dengan periode penagihan yang berkisar sampai 3 tahun atas

penjualan harta benda tak gerak pribadi, pihak penjual biasanya berusaha

melindungi dari dan memperoleh jaminan kalau pihak pembeli gagal untuk

menyelesaikan pembayaran menurut kontrak. Jika harta benda tak gerak

pribadi dijual, maka resiko kerugian karena kegagalan pihak pembeli

menyelesaikan kontrak dapat diminimisasi dengan pemilikan kembali atas

harta benda tersebut. Untuk melengkapi penjualan kredit barang-barang

dengan proteksi ini, berbagai macam perangkat telah dikembangkan, seperti

10
perjanjian, tugas hipotik barang bergerak, chattel trust, akte perwalian, faktor

hak gadai, equipment trust, penjualan bersayarat dan trust receipt. Dewasa

ini, perbedaan tradisional diantara perangkat-perangkat surat berharga, yang

sangat didasarkan pada bentuknya, tidak dipertahankan lebih lama lagi.

Sebagai gantinya

artikel 9 dan uniform commercial code menetapkan bentuk “bunga surat

berharga” dan menggambarkan hak-hak dari kreditor, debitor dan pihak

ketiga terhadap bunga surat berharga tesebut (tanpa memandang pada

perjanjian yang telah dipilih pihak-pihak tersebut).

Walaupun pihak penjual mampu memiliki kembali harta benda yang

dimaksud dalam hal kontrak tidak dibayar oleh pihak pembeli, namun

kerugian dalam menyelenggarakan kontrak penjualan angsuran dapat besar.

Kontrak penjualan angsuran yang menawarkan persetujuan kredit yang

longgar dapat menarik banyak konsumen yang risiko kreditnya tinggi.

Disamping itu dalam pembayaran dengan periode yang panjang, kemampuan

pelanggan atau konsumen untuk membayar mungkin saja berubah.

Penyusutan atau keusangan barang-barang yang dijual dapat melebihi jumlah

pembayaran yang dilakukan dan barang-barang yang terkena pemilikan

kembali mungkin nilainya tidak sebesar saldo kontrak yang belum dibayar.

Pemilikan kembali itu sendiri dapat menjadi proses yang mahal. Lagipula

penjualan dengan dasar angsuran berarti pengeluaran biaya pembukuan dan

penagihan dalam hal-hal tertentu, biaya pelayanan dan reparasi yang harus

11
dipertimbangkan oleh pihak penjual dalam menetapkan kebijakan penjualan

angsuran.

2.5 Pengakuan Laba Kotor

Pada umumnya pengakuan laba kotor dalam transaksi penjualan

angsuran ada 2 cara, yaitu:

Laba kotor diakui untuk periode dimana penjualan dilakukan.

Pada cara ini transaksi penjualan angsuran diperlakukan seperti halnya

transaksi penjualan kredit. Laba kotor yang terjadi diakui pada saat

penyerahan barang dengan ditandai oleh timbulnya piutang/tagihan kepada

langganan.

Apabila prosedur demikian diikuti maka sebagai konsekuensinya pengakuan

terhadap biaya-biaya yang berhubungan dan dapat diidentifikasikan dengan

pendapatan-pendapatan yang bersangkutan harus pula dilakukan. Beban biaya

untuk pendapatan dalam periode yang bersangkutan harus meliputi biaya-

biaya yang diperkirakan akan terjadi dalam hubungannya dengan

pengumpulan piutang atas kontrak penjualan angsuran, kemungkinan tidak

dapatnya piutang itu direalisasikan maupun kemungkinan rugi sebagai akibat

pembatalan kontrak. Terhadap biaya-biaya yang ditaksir itu biasanya

dibentuk suatu rekening Cadangan Kerugian Piutang.

Laba kotor dapat dihubungkan dengan periode dimana realisasi

pembayaran telah terjadi sesuai dengan perjanjian.

12
Pada cara ini laba kotor yang terjadi diakui sesuai dengan jumlah uang

kas dari penjualan angsuran yang direalisasikan dalam periode-periode yang

bersangkutan. Prosedur ini biasanya dipergunakan untuk kontrak-kontrak

penjualan yang jangka waktunya melampaui satu periode akuntansi. Dalam

hal ini ada beberapa alternatif prosedur yang dapat dilaksanakan. Prosedur

mana yang akan dipakai harus benar-benar dipertimbangkan sesuai dengan

rencana penjualan angsuran yang ada, sehingga akan benar-benar cocok

dengan kehendak dalam mengukur laba (rugi) yang akan terjadi.

2.6 Metode Angsuran


Pada penggunanan metode angsuran dalam perkiraan, maka selisih

antara harga jual kontrak dan harga pokok penjualan dicatat sebagai laba

kotor yang ditangguhkan. Saldo ini ditetapkan sebagai pendapatan, yang

secara berkala membandingkan periode penagihan uang kas terhadap harga

jual. Dengan kata lain, presentase laba kotor awal atas penjualan

diperhitungkan pada penagihan berkala untuk menentukan jumlah yang

ditetapkan sebagai pendapatan. Pada tiap akhir periode saldo laba kotor yang

ditangguhkan, yang masih terdapat dalam buku-buku sama dengan persentase

laba kotor yang diperhitungkan atas saldo piutang angsuran pada tanggal itu.

Penangguhan laba kotor, pada dasarnya menyatakan penangguhan

hasil penjualan yang disertai dengan penangguhan harga pokok penjualan,

yang berkaitan dengan hasil penjualan seperti itu. Penangguhan laba kotor

dapat menyatakan penangguhan biaya yang dikeluarkan dalam promosi

penjualan angsuran. Akan tetapi praktek ini, biasanya sulit untuk


13
dipertahankan. Walau nilai barang dagangan dipandang sebagai nilai aktiva

yang dapat dikompensasikan untuk tahun berikutnya, namun biaya penjualan

dan administrasi secara umum tidak dapat dibuat untuk nilai seperti itu.

Disamping itu, kesulitan yang serius akan kita jumpai dalam memilih biaya

yang harus ditangguhkan dan dalam menentukan prosedur

pembebanan yang harus ditempuh dalam penangguhan seperti itu.

Perlu ditegaskan bahwa pendapatan atas penjualan angsuran tidak

bebas dari biaya tertentu akan terus membebani biaya pembukuan, penagihan,

dan pelayanan produk. Akuntansi dengan metode angsuran biasanya berarti

penangguhan laba kotor tetapi penetapan biaya penjualan dari administrasi

dalam periode pengeluaran. Metode angsuran yang melaporkan laba kotor

dapat digunakan untuk tujuan pajak penghasilan dalam harta benda tak-gerak

pribadi, oleh agen-agen penjualan yang secara teratur melakukan rencana

penjualan angsuran.

2.7 Metode Pemulihan Biaya Perolehan

Setiap penerimaan kas dianggap sebagai pengembalian biaya

perolehan barang yang dijual dahulu, sehingga laba kotor diakui setelah

jumlah angsuran piutang lebih besar dari beban pokok penjualan angsuran.

2.8 Pembatalan Penjualan Angsuran


Pencatatan yang harus dilakukan adalah:

1. Menghapus saldo piutang penjualan angsuran dan saldo laba kotor

ditangguhkan/belum direalisir;

14
2. Menghitung biaya perolehan barang yang belum diperoleh kembali {(1-

% laba kotor) x saldo piutang angsuran} atau {saldo piutang angsuran

saldo laba kotor sebelum direalisir};

3. Mengakui barang yang diterima kembali sebesar taksiran nilai realisasi

bersih; dan

4. Mengakui laba rugi pembatalan penjualan angsuran sebesar:

a. Metode akrual adalah selisih nilai barang yang diterima kembali

dengan saldo piutang penjualan angsuran; dan

b. Metode penjualan angsuran/pemuihan biaya perolehan adalah

(nilai barang – biaya perolehan barang yang belum diperoleh

kembali).

2.9 Penyajian Pada Laporan Keuangan


Penyajian informasi penjualan angsuran di dalam laporan keuangan

(yang berupa neraca dan perhitungan rugi-laba) tidak banyak berbeda seperti

penyusunan laporan-laporan keungan seperti pada umumnya. Hanya disini, di

dalam neraca akan terdapat rekening “Piutang Penjualan” yang

erat hubungan dengan pelaksanaan penjualan angsuran tersebut.

Persoalan yang timbul ialah di dalam kelompok atau grup rekening

mana “piutang penjualan angsuran” dan “laba kotor yang direalisasikan”

untuk diklasifikasi dalam neraca.

Apabila piutang penjualan angsuran dicatat sebagai golongan aktiva

lancar, maka posisinya sama dengan piutang biasa, sehingga dapat

diinterprestasikan sebagai aktiva yang dapat dikonversikan menjadi uang kas

15
dalam siklus operasi normal perusahaan (tidak lebih

dari 1 tahun). Padahal untuk transaksi penjualan angsuran, realisasi piutang

menjadi uang kas mungkin meliputi jangka waktu lebih dari 1 tahun.

Dengan tidak menyimpang dari prinsip akuntansi yang lazim, maka

“Piutang Penjualan Angsuran” pada umumnya dapat dilaporkan sebagai

golongan “Aktiva Lancar” dengan diberikan penjelasan tertentu sehingga

jelas dan tidak menyesatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan

laporan keuangan yang bersangkutan.

2.10 Masalah Pada Pertukaran Penjualan Angsuran


Yang dimaksud pertukatan di sini adalah apabila penjual menyerahkan

barangbarang baru dengan perjanjian angsuran, sedang pembayaran pertama

(down payment) dari pembeli berupa penyerahan barang-barang bekas.

Barang bekas tersebut dinilai atas dasar perjanjian yang telah diadakan antara

pihak penjual dan pembeli.

Bagi di penjual, meskipun ia sudah terikat dengan perjanjian

penjualan angsuran yang telah dibuat tetapi untuk lebih aman dan hati-hati,

maka barang yang diterima dari pertukaran tadi harus dinilai kembali dengan

memperhatikan kemungkinan adanya revisi atau perbaikan-perbaikan serta

suatu tingkat laba pada umumnya yang diharapkan dari penjualan

kembali barang bekas tersebut. Dalam hal ini terhadap barang-barang yang

diterima harus dicatat sebesar harga pernilaian, yang dianggapnya sebagai

“cost” (estimated cost). Sedang jumlah harga barang yang diterima menurut

16
tawar menawar dalam perjanjian (trade ins), bukan merupakan “cost” tetapi

merupakan harga pertukarannya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penjualan angsuran aktiva tetap adalah penjualan aktiva tetap seperti

tanah, bangunan dan sejenisnya yang pembayarannya dilakukan secara

bertahap dalam jumlah dan waktu yang telah ditentukan.

Apabila si pembeli gagal untuk memenuhi kewajibannya seperti yang

tercantum di dalam surat perjanjian penjualan angsuran, maka barang-barang

yang bersangkutan ditarik dan dimiliki oleh penjual.

Dalam hal ini pencatatan, yang harus dilakukan dalam buku-buku si

penjual, akan menyangkut : Pencatatan pemilikan kembali barang dagangan,

Menghapuskan saldo piutang penjualan angsuran atas barang-barang tersebut,

Menghapuskan saldo laba kotor yang belum direalisasi atas penjualan

angsuran yang bersangkutan dan, Pencatatan keuntungan atau kerugian

karena pemilikan kembali barang-barang tersebut.

Penyajian informasi penjualan angsuran di dalam laporan keuangan

(yang berupa Neraca dan perhitungan laba-rugi) tidak berbeda banyak seperti

penyusunan laporan-laporan keuangan pada umumnya. Hanya disini, didalam


17
neraca akan terdapat rekening “piutang penjualan angsuran” dan “laba kotor

yang belum direalisasi” yang erat hubungannya dengan pelaksanaan

penjualan angsuran tersebut.

3.2 Saran

Demikianlah makalah ini pemakalah buat dengan sesungguhnya, untuk

memenuhi tugas mata kuliah akuntansi keuangan lanjutan.Semoga makalah

ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam menganalisis pengukuran

kinerja pada perusahaan. Pemakalah menyadari masih terdapat banyak

kekurangan pada makalah ini baik dari segi penulisan makalah, kelengkapan

isi, data yang disajikan, dan lainnya. Kritik dan saran yang membangun

sangat diharapkan dari para pembaca untuk penulisan makalah yang lebih

baik lagi kedepannya.

18
DAFTAR PUSTAKA
Modul Perkuliahan Akuntansi Keuangan Lanjutan disusun oleh Dr.
NANANG SHONHADJI ., S.E., M.Si., Ak., CA., CMA., CIBA

19

Anda mungkin juga menyukai