Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

BANK DAN LKNB SYARIAH

“LEMBAGA PEMBIAYAAN SYARIAH”

DOSEN PENGAMPU : Grt. Ummu Wafiah, S.E. ME

OLEH :

HAERUL AQSAL

JUSRIANI

HUKUM EKONOMI SYARIAH 6A

IAI AS’ADIYAH SENGKANG

2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang mana berkat
rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyesaikan MAKALAH LEMBAGA
PEMBIAYAAN SYARIAH yang penulis susun untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah BANK DAN LKNB SYARIAH. Tak lupa shalawat dan salam semoga
tetap tercurah pada Nabi akhir zaman Muhammad SAW,kepada keluarga, para
sahabat dan seluruh umatnya.Besar harapan penulis dengan terselesaikannya
makalah ini dapat menjadi bahan tambahan bagi penilaian dosen bidang studi BANK
DAN LKNB SYARIAH dan mudah-mudahan isi dari makalah ini dapat di ambil
manfaatnya oleh semua pihak yang membaca makalah ini. Ucapan terimakasih
penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini. Penulis sangat menyadari apa yang di susun ini sangat jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik yang bisa
membangun dalam upaya memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.

Sengkang, 01,Juni, 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .............................................................................................1
B. Rumusan masalah ........................................................................................1
C. Tujuan .........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Prinsip dan Kegiatan usaha Pembiayaan Syariah .......................................2
B. Perjanjian pembiayaan Syariah ...................................................................3
C. Uang Muka Pembiayaan Jual beli kendaraan Bermotor .............................3
D. Pembinaan Lembaga Pembiayaan Syariah..................................................4
E. Kerja Sama PembiayaanPendanaan dan Penyertaan......................................
F. Sertifikasi.......................................................................................................
G. Larangan.........................................................................................................
H. Perusahaan Pembiayaan Syariah di Indonesia...............................................
I. Strategi Pengembangan Perusahaan Pembiayaan.........................................
J. Kegiatan Usaha Perusahaan Pembiayaan Syariah.......................................5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .................................................................................................6
B. Saran ............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Perusahaan pembiayaan syariah adalah pembiayaan berdasarkan persetujuan atau
kesepakatan antara perusahaan pembiayaan dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang
dibiayai untuk mengembalikan pembiayaan tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan
imbalan bagi hasil.Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006
tentang Perusahaan Pembiayaan, kegiatan usaha yang dilakukan perusahaan pembiayaan
yaitu sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), usaha kartu kredit, dan
pembiayaan konsumen (consumer finance).Kegiatan usaha tersebut juga berlaku untuk
perusahaan pembiayaan syariah, hanya saja dalam penyelenggaraan kegiatan perusahaan
pembiayaan syariah harus menyalurkan dananya berdasarkan prinsip syariah.
Berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor
10/PJOK.05/2019 tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan Syariah dan Unit
Usaha Syariah Perusahaan Pembiayaan dimana penyelenggaraan kegiatan pembiayaan
syariah wajib memenuhi prinsip keadilan („adl), keseimbangan (tawazun), kemaslahatan
(maslahah), dan universalisme (alamiyah) serta tidak mengandung gharar, maysir, riba,
zhulm, risywah, dan objek haram.
Pada lembaga keuangan, khususnya lembaga perbankan yang merupakan salah satu
lembaga keuangan paling strategis dan sangat penting bagi pendorong kemajuan
perekenomian nasional, serta lembaga yang berkewajiban turut serta memperlancar arus
kegiata dibidang ekonomi dan moneter.Lembaga keuangan perbankan merupakan badan
usaha yang kegiatan usaha menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat. Sistem perbankan di indonesia telah terbagi menjadi dua jenis yaitu, bank
konvensional dan bank syariah. Bank konvensional adalah bank yang pelaksanaan
operasionalnya menjalankan sistem bunga (interest fee), sedangkan bank syariah adalah
bank yang dalam pelaksanaan operasionalnya menggunakan prinsipprinsip syariah islam
atau sistem bagi hasil (profit loss sharing).

B. Rumusan masalah
1) Bagaimana Prinsip dan Kegiatan usaha Pembiayaan Syariah?
2) Bagaimana Perjanjian pembiayaan Syariah?
3) Apa Uang Muka Pembiayaan Jual beli kendaraan Bermotor?
4) Bagaimana Bentuk Pembinaan Lembaga Pembiayaan Syariah?
5) Bentuk Kerja Sama Pembiayaan?

1
6) Bagaimana Pendanaan dan Penyertaan?
7) Apa Bentuk Sertifikasi?
8) Bagaimana Larangan Pembiayaan Syariah?
9) Apakah Perusahaan Pembiayaan Syariah di Indonesia?
10) Bagaimana Strategi Pengembangan Perusahaan Pembiayaan?
11) Apa Kegiatan Usaha Perusahaan Pembiayaan Syariah?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PRINSIP DAN KEGIATAN USAHA PEMBIAYAAN SYARIAH
Menurut Pasal 1 butir 2 Peraturan Presiden No. 9/2009 tentang Lembaga
Pembiayaan, “Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha yang khusus didirikan untuk
melakukan Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen dan/atau Kartu
Kredit”. Ketentuan ini secara jelas mengatur bahwa perusahaan pembiayaan hanya boleh
melakukan kegiatan pembiayaan yang terkait.
Kegiatan usaha ini juga berlaku atas perusahaan pembiayaan syariah, hanya saja
dalam melakukan kegiatannya perusahaan pembiayaan syariah harus menyalurkan dananya
berdasarkan prinsip syariah. Perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan perusahaan pembiayaan konvensional.
Kegiataan usaha pembiayaan dan sumber pendanaan perusahaan pembiayaan syariah harus
sesuai dengan ajaran Islam (in complinace with syariah) yang bebas dari unsur riba, haram,
dan gharar. Oleh karena itu, perusahaan pembiayaan syariah harus diatur dalam peraturan
yang jelas.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, untuk memberikan kerangka hukum yang
jelas dan memadai terhadap sumber pendanaan, pembiayaan dan akad syariah yang menjadi
dasar kegiatan perusahaan pembiayaan syariah, Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan (BAPEPAM-LK) mengeluarkan peraturan No: PER03/BL/2007 tentang
Kegiataan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah dan No: PER-04/BL/2007
tentang Akad-Akad yang Digunakan Dalam Kegiataan Perusahaan Pembiayaan Berdasarkan
Prinsip Syariah. Pasal 5 Peraturan Ketua BAPEPAM LK No: PER-03/BL/2007 jelas
menyatakan: “Setiap perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah wajib menyalurkan dana untuk kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip
syariah.
Adapun yang dimaksud dengan prinsip syariah, sebagaimana menurut Pasal 1 butir
6 adalah sebagai berikut: “Prinsip Syariah adalah ketentuan hukum Islam yang menjadi
pedoman dalam kegiatan operasional perusahaan dan transaksi antara lembaga keuangan
atau lembaga bisnis syariah dengan pihak lain yang telah dan akan diatur oleh DSN-MUI.”
Berdasarkan ketentuan di atas, dapat dipahami bahwa kepatuhan terhadap prinsip
syariah bagi perusahaan pembiayaan yang menjalankan aktifitasnya berdasarkan prinsip
syariah adalah suatu kemestian yang tidak boleh dilanggar. Prinsip syariah tersebut
merupakan peraturanperaturan yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI) dalam bentuk fatwa.Fatwa ini sebagai guideline bagi
perusahaan pembiayaan syariah dalam menjalankan kegiatan pembiayaannya.

3
Adapun yang dimaksud dengan kegiatan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah,
sesuai yang diatur dalam Pasal 6 Peraturan Ketua BAPEPAM LK No: PER-03/BL/2007
adalah sebagai berikut:
1) Sewa Guna Usaha, yang dilakukan berdasarkan: Ijarah; Ijarah Muntahiya Bittamlik;
2) Anjak Piutang, yang dilakukan berdasarkan akad Wakalah bil Ujrah.
3) Pembiayaan Konsumen, yang dilakukan berdasarkan: Murabahah; Salam;
atauIstishna’.
4) Usaha Kartu Kredit yang dilakukan sesuai dengan Prinsip Syariah.
5) Kegiataan pembiayaan lainya yang dilakukan sesuai dengan Prinsip Syariah.
Pada dasarnya, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, kegiataan usaha
perusahaan pembiayaan konvesional dengan perusahaan pembiayaan syariah adalah sama,
yang membedakan antara keduanya adalah model akad yang digunakan dalam menjalankan
kegiatan usaha tersebut. Ketentuan di atas menjelaskan akad-akad apa saja yang sesuai untuk
diaplikasikan pada setiap kegiataan usaha yang ada. Namun yang penting untuk dipahami
adalah, sesuai dengan Pasal 6 huruf e di atas, perusahaan pembiayaan syariah bisa
melakukan atau mengembangkan model kegiataan pembiayaan lain diluar model kegiataan
pembiayaan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, ada peluang bagi perusahaan
pembiayaan syariah untuk mengembangkan produk-produk pembiayaan baru yang lebih
variatif yang dianggap profitable sehingga kegiataan perusahaan menjadi lebih berkembang.

B. Manajemen investasi dalam islam

Manajemen investasi dalam Islam adalah suatu konsep yang mengacu pada
pengelolaan dana dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Prinsip-
prinsip syariah yang menjadi acuan dalam manajemen investasi Islam meliputi
larangan terhadap investasi dalam sektor-sektor yang dianggap haram atau dilarang
dalam syariat Islam, seperti riba, perjudian, prostitusi, dan produksi atau distribusi
barang yang dilarang seperti alkohol dan daging babi.

Prinsip-prinsip syariah juga mendorong investasi yang memberikan manfaat


kepada masyarakat, seperti investasi dalam sektor-sektor yang membantu
menciptakan lapangan kerja atau mengurangi kemiskinan. Selain itu, manajemen
investasi dalam Islam juga menekankan pada aspek keadilan dan keterbukaan, di
mana informasi terkait investasi harus diberikan secara transparan dan investasi

4
harus dilakukan dengan cara yang halal dan tidak menimbulkan kerugian pada pihak
lain.

Dalam praktiknya, manajemen investasi Islam dapat dilakukan oleh lembaga


keuangan atau perusahaan investasi syariah yang telah memenuhi persyaratan untuk
mengelola dana dengan prinsip-prinsip syariah. Lembaga-lembaga ini akan
menetapkan kebijakan dan prosedur yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah
dalam mengelola dana nasabah atau pemilik dana1

C.Penilaian rencana inestasi syariah

Penilaian rencana investasi syariah dapat dilakukan dengan


mempertimbangkan beberapa faktor yang berkaitan dengan prinsip-prinsip syariah,
seperti kelayakan investasi, potensi pengembalian yang halal, dan dampak investasi
terhadap masyarakat dan lingkungan. Beberapa faktor yang dapat diperhatikan dalam
penilaian rencana investasi syariah antara lain:

1. Kelayakan investasi: Menilai kelayakan investasi dari segi keuangan,


termasuk potensi pengembalian dan risiko investasi, serta memastikan bahwa
investasi tersebut tidak melanggar prinsip-prinsip syariah.
2. Prinsip-prinsip syariah: Memastikan bahwa investasi dilakukan sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah yang diterima secara umum dalam Islam,
seperti larangan terhadap riba, perjudian, prostitusi, dan produksi atau
distribusi barang yang dilarang seperti alkohol dan daging babi.
3. Dampak sosial dan lingkungan: Memperhatikan dampak investasi terhadap
masyarakat dan lingkungan, termasuk dalam hal menciptakan lapangan kerja
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
4. Pertimbangan etis: Memperhatikan prinsip etis dalam pengelolaan investasi,
seperti keterbukaan, keadilan, dan tanggung jawab sosial.
5. Pertimbangan hukum: Memperhatikan kepatuhan terhadap peraturan dan
undang-undang yang berlaku dalam hal pengelolaan investasi syariah.2

D. Resiko dalan inestasi syariah

1
Bank Indonesia. (2020). Keuangan Syariah: Teori dan Praktik. Jakarta: Bank Indonesia
2
Al-Omar, F. A., & Abdel-Rahman, K. M. (2016). Islamic Investment Management: Principles and
Practices. Routledge.

5
Resiko dalam investasi syariah sama seperti investasi konvensional, yaitu
adanya kemungkinan terjadinya kerugian akibat fluktuasi pasar atau kondisi
ekonomi yang tidak terduga. Namun, dalam investasi syariah terdapat beberapa
risiko tambahan yang perlu diperhatikan, antara lain:3

1. Risiko Syariah: Risiko ini terkait dengan pelanggaran terhadap prinsip-


prinsip syariah, seperti halnya terlibat dalam aktivitas riba, perjudian,
prostitusi atau investasi pada produk yang haram.
2. Risiko Keuangan: Risiko ini terkait dengan fluktuasi pasar, likuiditas, risiko
kredit, dan sejenisnya, seperti halnya dalam investasi konvensional.
3. Risiko Operasional: Risiko ini terkait dengan kegagalan dalam pelaksanaan
operasional, seperti kesalahan dalam penilaian investasi, kegagalan sistem
manajemen risiko, dan sebagainya.
4. Risiko Reputasi: Risiko ini terkait dengan penurunan kepercayaan pelanggan,
partner bisnis, atau masyarakat secara umum, karena ada keraguan atas
kepatuhan lembaga atau perusahaan investasi syariah terhadap prinsip-prinsip
syariah

E. Ragam investasi syariah

Berikut adalah beberapa ragam investasi syariah yang umum dilakukan:

1. Investasi Saham Syariah: Investasi ini dilakukan dengan membeli saham-


saham yang sesuai dengan prinsip syariah. Saham-saham ini harus berasal
dari perusahaan yang tidak terlibat dalam aktivitas haram, seperti alkohol,
judi, prostitusi, dan sebagainya.
2. Obligasi Syariah: Investasi ini dilakukan dengan membeli obligasi yang
diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan, yang pengelolaannya
didasarkan pada prinsip syariah.
3. Reksa Dana Syariah: Investasi ini dilakukan dengan cara menempatkan dana
di dalam reksa dana syariah, yang pengelolaannya didasarkan pada prinsip
syariah.

3
Bank Indonesia. (2020). Keuangan Syariah: Teori dan Praktik. Jakarta: Bank Indonesia

6
4. Investasi Properti Syariah: Investasi ini dilakukan dengan membeli atau
menyewa properti dengan menggunakan prinsip syariah, seperti pembelian
secara tunai atau dengan sistem murabahah.
5. Zakat dan Sedekah: Zakat dan sedekah juga dapat dijadikan sebagai bentuk
investasi syariah, karena keduanya sesuai dengan prinsip syariah dan dapat
memberikan penghasilan yang halal4

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan investasi syariah adalah suatu rencana atau panduan yang
ditetapkan oleh lembaga keuangan atau perusahaan investasi syariah dalam
mengelola dana yang diterima dari nasabah atau pemilik dana dengan prinsip-prinsip
syariah. Kebijakan ini menetapkan aturan dan prosedur dalam menyeleksi, membeli,
dan menjual aset-aset yang diperbolehkan dalam syariat Islam seperti properti,
saham, dan obligasi.
Adapun bebebrapa kriteria kebijakan investasi syariah
 Prinsip syariah
 Tujuan investasi
 Diversifikasi
 Keterbukaan informasi

4
Bank Indonesia. (2020). Keuangan Syariah: Teori dan Praktik. Jakarta: Bank Indonesia.

7
Manajemen investasi dalam Islam adalah suatu konsep yang mengacu pada
pengelolaan dana dengan cara yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Prinsip-
prinsip syariah yang menjadi acuan dalam manajemen investasi Islam meliputi
larangan terhadap investasi dalam sektor-sektor yang dianggap haram atau dilarang
dalam syariat Islam, seperti riba, perjudian, prostitusi, dan produksi atau distribusi
barang yang dilarang seperti alkohol dan daging babi.

Beberapa faktor yang dapat diperhatikan dalam penilaian rencana investasi


syariah antara lain:

1. Kelayakan investasi
2. Prinsip-prinsip syariah.
3. Dampak sosial dan lingkungan
4. Pertimbangan etis
5. Pertimbangan hukum

Resiko dalam investasi syariah

1. Risiko Syariah
2. Risiko Keuangan
3. Risiko Operasional
4. Risiko Reputasi

Ragam investasi syariah

1. Investasi Saham Syariah


2. Obligasi Syariah
3. Reksa Dana Syariah
4. Investasi Properti Syariah
5. Zakat dan Sedekah

B. Saran

Demikianlah yang dapat penulis sampaikan dari makalah diatas yang menjadi
salah satu tugas yang diberikan oleh dosen, tentunya banyak kekurangan dan
kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang

8
kami peroleh hubungannya dengan makalah ini. Penulis banyak berharap kepada
para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun kepada kami demi
sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA
Rahmi fitria dan Dini reitas sari, kebijakan inestasi syariah, IAIN Bukit tinggi, 2020,
h. 1
Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor
77/POJK.05/2014 tentang Penyelenggaraan Usaha Perbankan Syariah
Zainuddin, Nizamuddin, and Azhar Mohamad. "Fundamental concepts of Islamic
finance." Handbook of Islamic Marketing. Edward Elgar Publishing, 2011. 27-45.
Bank Indonesia. (2020). Keuangan Syariah: Teori dan Praktik. Jakarta: Bank
Indonesia
Al-Omar, F. A., & Abdel-Rahman, K. M. (2016). Islamic Investment Management:
Principles and Practices. Routledge.

Anda mungkin juga menyukai