DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7
1. MUHAMMAD AJI (31401900104)
2. NAJMA HAMIDAH (31401900116)
3. NURMALIA PUJI TRI ALFATMAWATI (31401900127)
A6E1
S1 AKUNTANSI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
TAHUN 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan Rahmat,Karunia, serta Taufiq dan Hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Wakalah, Kafalah dan Hiwalah” ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Kami sangat berharap
makalah ini dapat berguna dalam rangkah menambah wawasan serta pengetahuan
kita mengenai Hiwalah, Wakalah dan Kafalah.
Kelompok 7
ii
DAFTAR ISI
BAB I ................................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................ 4
A. Latar Belakang Makalah ....................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................................................... 5
BAB II ................................................................................................................................................................. 6
PEMBAHASAN ................................................................................................................................................... 6
1. Pengertian Wakalah ........................................................................................................................... 6
2. Rukun dan Syarat Wakalah .............................................................................................................. 6
3. Jenis-Jenis Wakalah ........................................................................................................................... 7
4. Berakhirnya Akad Wakalah ............................................................................................................. 8
5. Penerapan Wakalah pada Lembaga Keuangan Syariah ................................................................ 8
6. Pengertian Kafalah ............................................................................................................................ 9
7. Rukun dan Syarat Kafalah ................................................................................................................ 9
8. Jenis-Jenis Kafalah .......................................................................................................................... 10
9. Berakhirnya Akad Kafalah ............................................................................................................. 10
10. Penerapan Kafalah pada Lembaga Keuangan Syariah ........................................................... 11
11. Pengertian Hiwalah ..................................................................................................................... 11
12. Rukun dan Syarat Hiwalah ......................................................................................................... 12
13. Jenis-Jenis Hiwalah ..................................................................................................................... 13
14. Berakhirnya Akad Hiwalah ........................................................................................................ 13
15. Penerapan Hiwalah pada Lembaga Keuangan Syariah ........................................................... 14
BAB III ........................................................................................................................................................... 16
PENUTUP ...................................................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ....................................................................................................................................... 16
B. Saran.................................................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................... 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Makalah
Wakalah, Kafalah, dan Hawalah/Hiwalah sering kita dengar baik dalam
ekonomi syariah maupun dalam lembaga keuangan syariah. Hal tersebut dalam
dunia perbankan terdapat dalam produk jasa. Pada umumnya masyarakat awam
tidak begitu memahami apa yang dimaksud dengan hal tersebut. Untuk Indonesia
sebagai negara muslim sudah seharusnya sistem keuangan yang digunakan
berlandaskan prinsip syariah. Namun, saat ini prinsip syariah belum begitu
terealisasi penggunaannya.
Wakalah berupa penyerahan atau pendelegasian dari satu pihak kepihak lain
dan harus dilakukan dengan yang telah disepakati oleh si pemberi mandat.
Kafalah secara bahasa berarti dhammu (gabungan), sedangkan secara syara’
kafalah bermakna penggabungan tanggungan seorang kafil dengan tanggungan
seorang ashil untuk memenuhi tuntutan dirinya, atau utang, atau barang, atau
suatu pekerjaan. Hawalah/Hiwalah dapat digunakan untuk pemindahan utang dari
seseorang kepada orang lain. Ini sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu pemakalah mengangkat materi tentang, wakalah, kafalah, dan
hawalah/hiwalah.
B. Rumusan Masalah
4
10. Bagaimana penerapan Kafalah pada Lembaga Keuangan Syariah
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Wakalah
Secara bahasa Al-wakalah, al-wikalah, atau at-tahwidh berarti penyerahan,
pendelegasian, atau pemberian mandat (Sabiq, 2008). Sedangkan menurut istilah,
Akad wakalah adalag akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak ke pihak lain dalam
hal-hal yang boleh diwakilkan. Tidak semua hal dapat diwakilkan, hal-hal yang tidak
dapat diwakilkan adalah contohnya salat, puasa, bersuci, qishash, talak, dsb.
• Al-Qur’an
• Hadis
• Ijma’ Ulama
Syarat-syarat muwakil :
Syarat-syarat wakil:
• Cakap hukum, cakap bertindak hukum untuk dirinya dan orang lain, memiliki
pengetahuan yang memadai tentang masalah yang diwakilkan kepadanya, serta
amanah dan mampu mengerjakan pekerjaan yang dimandatkan kepadanya
• Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya.
• Wakil adalah orang yang diberi amanat.
6
➢ Hal/barang yang diwakilkan (at-taukil)
Sesuatu yang dapat dijadikan obyek akad atau suatu pekerjaan yang dapat dikerjakan
orang lain, perkara-perkara yang mubah dan dibenarkan oleh syara’, memiliki
identitas yang jelas, dan milik sah dari al-Muwakkil, misalnya: jual-beli,
sewa-menyewa, pemindahan hutang, tanggungan, kerjasama usaha, penukaran mata
uang, pemberian gaji, akad bagi hasil, talak, nikah, perdamaian dan sebagainya.
Kesepakatan kedua belah pihak baik lisan maupun tulisan dengan keikhlasan
memberi dan menerima baik fisik maupun manfaat dari hal yang ditransaksikan.
3. Jenis-Jenis Wakalah
7
4. Berakhirnya Akad Wakalah
Beberapa hal yang menyebabkan wakalah itu batal dan berakhir, meliputi:
• Ketika salah satu pihak yang berwakalah itu wafat atau gila.
• Apabila maksud yang terkandung dalam wakalah itu sudah selesai pelaksanaannya
atau dihentikan maksud dari pekerjaan tersebut.
• Diputuskannya wakalah tersebut oleh salah satu pihak yang menerima kuasa dan
berakhir karena hilangnya kekuasaannya atau hak pemberi kuasa atas sesuatu obyek
yang dikuasakan.
• Dihentikannya aktivitas/pekerjaan dimaksud oleh kedua belah pihak.
Dalam akad wakalah bil ujrah di bank syariah contoh penerapannya terdapat
dalam produk jasa transfer bank syariah. Jasa transfer merupakan proses transfer atau
kiriman uang ataupun pemindahan sejumlah uang/dana dari satu unit kerja bank (bisa
berupa Kantor Pusat, Cabang Pembantu) ke unit kerja bank lainnya. Yang dalam
proses ini jasa transfer yang diterapkan adalah suatu rekening yang dimiliki nasabah
yang memberikan amanat kepada bank syariah tersebut untuk mengirim atau
mentransfer sejumlah rekening kepada orang lain yang menggunakan jasa bank
syariah, dari proses transfer atau pengiriman tersebut pihak bank meminta upah atau
imbalan kepada nasabah sebagai balas jasa transfer tersebut.
• Nasabah pengirim (remitter) adalah pihak yang memberikan amanat kepada bank
untuk mengirim uang.
• Bank penerus transfer (remitter bank) yakni bank yang menerima perintah pengiriman
yang dari nasabah.
• Bank pembayar/penerima transfer (beneficiary bank) yaitu bank yang melakukan
pembayaran kepada pihak penerima.
8
Contoh wakalah dalam pembelian barang
Contoh wakalah dalam pembelian barang, misalnya seseorang (mutawakil)
meminta orang lain untuk mewakilkan dirinya dalam membeli suatu barang. Orang
yang meminta diwakilkan (mutawakil) harus menyerahkan sejumlah uang sebeesar
harga barang yang ingin dibeli kepada agen/pihak yang mewakili (wakil) dalam suatu
kontrak wakalah. Agen (wakil) boleh menerima komisi/imbalan (al-ujr) dan boleh
tidak menerima komisi. Tetapi, jika ada komisi maka akadnya seperti akad
ijarah/sewa menyewa. Wakalah dengan imbalan disebut juga dengan wakalah bil
ujrah.
6. Pengertian Kafalah
• Al-Qur’an
• Hadis
• Ijma’ Ulama
9
Syarat-syarat Kafalah yaitu:
• Sighat diekspresikan secara konkrit dan jelas.
• Makful Bihi (objek tanggungan) bersifat mengikat terhadap tertanggung dan tidak
bisa dibatalkan secara syar’i.
• Kafil (penjamin) harus baligh dan berakal serta mampu melunasi tanggungan
tersebut
• Makful'Anhu/Ashil (Orang yang dijamin/ditanggung) memiliki kemampuan untuk
menerima obyek tanggungan(utang) nya baik atas dirinya atau yang mewakilinya.
Makful ‘anhu harus dikenal baik oleh kafil.
• Makful lahu(penerima hak tanggungan/yang memiliki hak) harus diketahui
identitasnya dan berakal sehat
8. Jenis-Jenis Kafalah
• Kafalah bi an-Nafs, Adalah jaminan si penjamin. Keterangan: Bank sebagai
juridical personality dapat memberikan jaminan untuk maksud-maksud tertentu.
• Kafalah bi al-Mal, Adalah jaminan pembayaran barang atau pelunasan hutang.
Keterangan: Bentuk kafalah ini merupakan medan yang paling luas bagi bank
untuk memberikan jaminan kepada para nasabahnya dengan imbalan fee tertentu.
• Kafalah bit Taslim, Jenis kafalah ini bisa dilakukan untuk menjamin
dikembalikannya barang sewaan pada akhir masa kontrak. Keterangan: hal ini
dapat dilakukan dengan leasing company terkait atas nama nasbah dengan
mempergunakan depositnya di bank dan mengambil fee atasnya.
10
• Ketika utang tersebut telah dialihkan (transfer utang/hawalah).
• Makful Lahu dapat mengakhiri kontrak kafalah walaupun penjamin/kafil tidak
menyetujuinya
Ada yang menyebutkan Hawalah dengan hiwalah arti harafiah dari hawalah
adalah pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit atau memikul sesuatu diatas
Pundak. Menurut Ayub, secara harfiah berarti pemindahan sesuatu dari sesorang
kepada orang lain atau dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain. Secara hokum
hawalah adalah suatu perjanjian dengan mana seorang debitur dibebaskan dari
utangnya oleh orang lain yang bertanggung jawab atas pelunasan utang tersebut dari
seorang debitur kepada debitur lainnya sehingga dengan demikian debitur semula
digantikan oleh debitur yang lain.
Akad Hawalah adalah akad peralihan hutang atau piutang dari pihak yang
berhutang atau berpiutang kepada pihak lain yang menanggung atau menerimanya.
• Al-Qur’an
• Hadis
• Ijma’ Ulama
11
12. Rukun dan Syarat Hiwalah
➢ Rukun Hiwalah / Hawalah
Menurut Jumhur Ulama yang terdiri dari Mazhab Maliki, Hanbali, dan Syari’i,
rukun hawalah ada 6 yaitu antara lain:
• Pihak Kedua (Muhal) yaitu orang yang dihiwalahkan (orang yang mempunyai utang
kepada muhil).
• Untuk pihak pertama, baligh, berakal, tidak gila, ada pernyataan persetujuan.
• Untuk pihak kedua, adanya persetujuan pihak kedua terhadap pihak pertama yang
melakukan hiwalah.
• Yang melahirkan pemindajan kewajiban kepada pihak ketiga untuk membayar utang
kepada pihak kedua, sedangkan kewajiban untuk membayar hutang baru dapat
dibebankan kepadanya, apabila ia sendiri berhutang kepada pihak kedua.
12
13. Jenis-Jenis Hiwalah
Madzhab Hanafi membagi hiwalah dalam beberapa bagian: ditinjau dari segi
objek akad, dan ditinjau dari jenis akad.
• Salah satu pihak yang melakukan akad tersebut membatalkan akad hiwalah sebelum
akad itu berlaku tetap.
• Muhal melunasi hutang yang berlaku secara tetap.
• Jika muhal meninggal, sedangkan muhal ‘alaih merupakan ahli waris yang mewarisi
harta muhal.
• Muhal ‘alaih menghibahkan atau menyedahkan harta yang merupakan hutang dalam
akad hiwalah tersebut kepada muhal.
• Muhal membebaskan muhal ‘alaih dari kewajiban untuk membayar hutang yang
dialihkan tersebut.
• Menurut Mazhab Hanafi, hak muhal tidak dapat dipenuhi karena pihak ketiga
mengalami pailit atau wafat dalam keadaan pailit. Sedangkan Menurut Mazhab
Maliki, Syafi’I dan Hanbali selama akad hiwalah sudah berlaku tetap karena
persyaratan sudah dipenui maka akad hiwalah tidak dapat berakhir dengan mengalami
alasan pailit
13
15. Penerapan Hiwalah pada Lembaga Keuangan Syariah
• Implementasi dalam teknis perbankan merupakan akad pengalihan piutang nasabah
(muhal) kepada bank. Nasabah meminta bantuan bank agar membayar terlebih dahulu
piutangnya atas transaksi yang halal dengan pihak yang berhutang (muhil).
Selanjutnya bank akan menagih kepada pihak yang berhutang tersebut. Atas bantuan
bank membayarkan terlebih dahulu piutang nasabah, bank dapat membebankan fee
jasa penagihan. Penetapannya dilakukan dengan memperhatikan besar kecilnya risiko
tidak tertagihnya piutang. Akad hawalah dapat memberikan banyak sekali manfaat
dan keuntungan, diantaranya : memungkinkan penyelesaian utang dan piutang dengan
cepat dan simultan. Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan,
dapat menjadi salah satu fee-based income/sumber pendapatan non-pembiayaaan bagi
bank syariah.
• Dalam praktik perbankan syariah fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier
mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan usahanya. Bank mendapat ganti
biaya atas jasa pemindahan hutang. Untuk mengantisipasi kerugian yang akan timbul
bank melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang berhutang dan kebenaran
transaksi antara yang memindahkan hutang dengan yang berhutang. Karena
kebutuhan supplier akan di likuiditas, maka ia meminta bank untuk menagih pi utang.
Bank akan menerima pembayaran dari pemilik proyek. Penerapan al-Hawalah di
perbankan syariah,menemukan momentumnya pada fungsi bank sebagai jantung
perputaran keuangan.
Dalam hawalah biasanya diterapkan dalam hal Factoring atau anjak piutang, dimana
para nasabah yang memiliki piutang kepada bank, bank lalu membayar piutang
tersebut yang ditagihnya dari pihak ketiga tersebut.
• Post dated check, dimana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayar dulu
piutang tersebut.
• Bill discounting, secara prinsip bill discounting serupa dengan hiwalah. Hanya saja
dalam bill discounting, nasabah harus membayar fee, sedangkan pembayaran fee tidak
didapati dalam kontrak hiwalah.
14
• Kartu Kredit Syariah, dimana nasabah pada dasarnya memiliki hutang kepada
merchant (dengan membeli suatu barang atau jasa tertentu misalnya,) dan`kemudian
merchant tersebut menagih kepada Bank. Dalam hal ini, antara merchant dengan
Bank tidak ada hubungan khusus. Namun, kaerena adanya wakalah yang ditindak
lanjut dengan Hawalah, maka Bank berkewajiban untuk membayarkan tagihan hutang
dari merchant tersebut atas nama Nasabah.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara bahasa Al-wakalah, al-wikalah, atau at-tahwidh berarti penyerahan,
pendelegasian, atau pemberian mandat (Sabiq, 2008). Sedangkan menurut istilah,
Akad wakalah adalah akad pelimpahan kekuasaan oleh satu pihak ke pihak lain dalam
hal-hal yang boleh diwakilkan. Tidak semua hal dapat diwakilkan, hal-hal yang tidak
dapat diwakilkan adalah contohnya salat, puasa, bersuci, qishash, talak, dan
sebagainya.
Ada yang menyebutkan Hawalah dengan hiwalah arti harafiah dari hawalah
adalah pengalihan, pemindahan, perubahan warna kulit atau memikul sesuatu diatas
Pundak. Menurut Ayub, secara harfiah berarti pemindahan sesuatu dari sesorang
kepada orang lain atau dari suatu keadaan kepada keadaan yang lain.
Secara hukum hawalah adalah suatu perjanjian dengan mana seorang debitur
dibebaskan dari utangnya oleh orang lain yang bertanggung jawab atas pelunasan
utang tersebut dari seorang debitur kepada debitur lainnya sehingga dengan demikian
debitur semula digantikan oleh debitur yang lain. Akad Hawalah adalah akad
peralihan hutang atau piutang dari pihak yang berhutang atau berpiutang kepada pihak
lain yang menanggung atau menerimanya.
B. Saran
Karena kita telah membahas tentang Wakalah, Kafalah, dan Hawalah/Hiwalah
maka hendaklah kita haruslah dapat memahami masing-masing akad tersebut serta
dapat terealisasikan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.stainkudus.ac.id/459/5/05.%20BAB%20II.pdf
https://jagoakuntansi.com/2016/10/31/kafalah/
https://www.kajianpustaka.com/2020/10/kafalah-pengertian-landasan-hukum-jenis.ht
ml#:~:text=Landasan%20Hukum%20Kafalah,%2Dhadist%2C%20dan%20ijma%20ul
ama
http://repository.uinbanten.ac.id/4824/5/BAB%20III.pdf
http://atikahariani-life.blogspot.com/2018/05/makalah-fikih-mualamah-wakalah-kafal
ah.html
https://www.academia.edu/35006344/Wkalah_khifalah_dan_hawalah
https://slideplayer.info/slide/12633503/
https://www.scribd.com/presentation/408050616/Power-Point-Wakalah-Kafalah-Haw
alah-Al-Rahn-Al-Wadi-Ah-Hawalah
https://www.slideshare.net/lukmanul/wakalah-kafalah-hawalah
17