AL- QARDH
Disusun Oleh :
Ara Hodailma C.1910764
Galuh Reza Dwi Agusta C.1910
Desi Yusefa C.1910042
Mutiara Rengganis C.191010208
(Kelompok 6)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
serta Hidayah-Nya kepada saya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah Manajemen Perbankan Syariah tentang “Al-Qardh” telah disusun sebaik-
baiknya. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Pada kesempatan kali ini, dengan rasa tulus dan ikhlas kami menyampaikan terima
kasih kepada Ibu Ibu Nispi Yani Sya’banniah, SE., MM selaku Dosen Mata Kuliah
Manajemen Perbankan Syariah yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk
menyusun makalah ini serta dorongan yang diberikan baik secara moril atau materil.
Kami selaku penyusun megucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan khususnya bagi para pembaca. Amin yra.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan..................................................................................................10
3.2 Saran............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun untuk tujuan yang ingin dicapai dalam penyusuan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Al-Qardh.
2. Untuk mengetahui dasar hukum Qardh.
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat Qardh.
4. Untuk mengetahui manfaat Qardh dalam dunia usaha.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Dasar Hukum Al-Qardh
Berdasarkan uraian mengenai penjelasan dan pentingnya al-qardh, adapun
landasan atau dasar hukum yang digunakan al-qardh baik menurut al-quran, al-hadist dan
ijma. Al-qardh sebagai suatu akad yang dibolehkan, merupakan sesuatu yang harus
diyakini dan diterapkan dalam kehidupan sehari- hari, khususnya dalam hal muamalah,
sebagaimana yang dijelaskan Allah SWT agar meminjamkan sesuatu bagi agama Allah
SWT. Selaras dengan meminjamkan kepada Allah SWT, kita juga diseru untuk
meminjamkan kepada manusia sebagai bagian dari hidup bermasyarakat.
1. Dasar Hukum Al-Qardh menurut Al-Quran
Terdapat dasar hukum firman Allah SWT didalam surat al-baqarah (2): 245 yang
berbunyi :
Artinya: “Barangsiapa meminjami di jalan Allah SWT dengan pinjaman yang baik
maka Allah SWT melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan
dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah
(2): 245).
Adapun terdapat dalam firman Allah SWT didalam surat Al-muzammil (73): 20
yang berbunyi :
4
Artinya : ”Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah SWT pinjaman yang baik,
Maka Allah SWT akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia
akan memperoleh pahala yang banyak”. (Al-hadid:11).
Artinya: “Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya”.
Dengan begitu yang menjadi landasan dalil dalam dasar hukum ini adalah kita
diseru untuk meminjamkan kepada Allah SWT artinya untuk membelanjakan harta di
jalan Allah SWT. Selaras dengan meminjamkan kepada Allah SWT, kita juga
diperintahkan untuk meminjamkan kepada sesama manusia, sebagai bagian dari
kehidupan bermasyarakat. Kemudian pada dasrnya diperbolehkan untuk melakukan
kegiatan utang piutang kecuali yang jelas diharamkan seperti mengakibatkan
kemudharatan, tipuan, judi dan riba.
Artinya: “Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainya) dua kali kecuali
yang satunya adalah (senilai) sedekah”.
Terdapat dasar hukum al-qardh dalam hadist HR Ibnu Majah no. 2422, kitab al-
Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi dari Ibnu Mas’ud yang meriwayatkan bahwa Nabi
Muhammad Saw. mengatakan :
5
“Aku melihat pada waktu malam di-isra’kan, pada pintu surga tertulis: sedekah dibalas
sepuluh kali lipat dan qardh delapan belas kali. Aku bertanya, ‘wahai jibril, mengapa qardh lebih
utama dari sedekah?’ ia menjawab, ‘karena peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan
yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena keperluan”.
Adapun dasar hukum al-qardh dalam hadist HR Abu Hurairah menyatakan bahwa
Rasulullah Saw. bersabda:
“Barang siapa melepaskan satu kesusahan di antara sekian banyak kesusahan dunia dari seorang
muslim, niscaya Allah akan melepaskan dari satu kesusahan dari sekian banyak kesusahan di hari
kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang sedang dalam kesulitan,
niscaya Allah akan memberi kemudahan kepadanya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa
menolong hamba-nya selama hamba-nya tersebut menolong saudaranya”.
2. Syarat-syarat A-Qardh
Ada beberapa syarat yang harus dipatuhi dalam al-wardh ini baik syarat secara
umum maupun syarat secara sah. Berikut ini adalah beberapa syarat yang terdapat
qardh.
a. Syarat Umum Al-Qardh
Pinjaman sesungguhnya merupakan sebuah transaksi (akad), maka harus
dilaksanakan melalui ijab dan qabul yang jelas, sebagaimana jual beli, dengan
menggunakan lafadz Al-qardh atau yang sepadan dengannya. Masing-masing
7
pihak harus memenuhi persyaratan kecakapan bertindak hukum dan
berdasarkan iradah (kehendak sendiri).
Harta benda yang menjadi obyeknya harus mal mutaqawwin. Mengenai jenis
harta benda yang dapat menjadi obyek pinjaman terdapat perbedaan pendapat
di kalangan fuqaha mazhab. Menurut fuqaha Mazhab Hanafiah akad pinjaman
hanya berlaku pada harta benda al-misliyat, yakni harta benda yang banyak
padanannya, yang lazim dihitung melalui timbangan, takaran dan satuan.
Sedangkan harta benda al-qimiyyat tidak sah dijadikan obyek pinjaman seperti
hasil seni, rumah, tanah, hewan dan lain-lain. Menurut fuqaha Mazhab
Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah setiap harta benda yang boleh
diberlakukan atasnya akad salam boleh diberlakukannya akad pinjaman, baik
berupa harta benda al-misliyyat maupun al-qimiyyat.
Akad pinjaman tidak boleh dikaitkan dengan suatu persyaratan diluar pinjaman
itu sendiri yang menguntungkan pihak muqridh. Ada yang menyebutkan syarat
Al-qardh ada dua, terdiri dari dana yang digunakan ada manfaatnya dan adanya
kesepakatan diantara kedua belah pihak.
8
2. Al-qardh al-hasan juga merupakan salah satu ciri pemberi antara bank syariah dan
bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial, disamping misi
komersial.
3. Adanya misi sosial kemasyarakatkatan ini akan meningkatkan citra baik dan
meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.
4. Risiko al-qardh terhitung tinggi karena dianggap pembiayaan yang tidak ditutup
dengan jaminan.
9
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Al-Qardh (utang) berasal dari kata qarada – yaqridhu – qardhan. Secara bahasa
asalnya adalah Al-Qath'u (potongan) atau terputus. Sedangkan secara istilah ialah harta
yang diberikan seseorang kepada orang lain untuk dikembalikan lagi ketika ia telah
mampu. Pengertian lain dari utang piutang atau qardh adalah harta yang diberikan oleh
muqridh (pemberi utang) kepada muqtaridh (orang yang berutang) untuk dikembalikan
kepadanya sama dengan yang diberikan pada saat muqtaridh mampu mengembalikannya.
Adapun 3 dasar hukum Al-Qard sebagai berikut :
1. Dasar Hukum Al-Qardh menurut Al-Quran, terdapat dasar hukum firman Allah
SWT didalam surat al-baqarah (2): 245 yang berbunyi :
1.
2.
3.
Artinya: “Barangsiapa meminjami di jalan Allah SWT dengan pinjaman yang baik
maka Allah SWT melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah
menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya kamu dikembalikan.”
(QS. Al-Baqarah (2): 245).
2. Dasar Hukum Al-Qardh menurut Al-Hadist, terdapat dasar hukum al-qardh dalam
hadist HR Ibnu Majah no. 2421, kitab al-Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi dari
Ibnu Mas’ud yang meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw. mengatakan :
Artinya: “Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainya) dua kali
kecuali yang satunya adalah (senilai) sedekah”.
3. Dasar Hukum Al-Qard Menurut Ijma, menurut ijma Para ulama telah menyepakati
bahwa al-qardh boleh dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak
bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun yang
memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu
1
0
bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan
segenap kebutuhan umatnya.
Ada beberapa rukun yang harus dipenuhi dalam akad qardh ini. Apabila rukun
tersebut tidak terpenuhi, maka akad qardh akan batal. Rukun qardh tersebut adalah sebagai
berikut : pihak peminjaman (muqtaridh), pihak pemberi pinjaman (muqridh), dana (qardh)
atau barang yang dipinjam (muqtaradh), ijab kabul (sighat). Ada beberapa syarat yang
harus dipatuhi dalam al-wardh ini baik syarat secara umum maupun syarat secara sah.
Berikut ini beberapa syarat yang terdapat pada qardh : Pinjaman sesungguhnya merupakan
sebuah transaksi (akad), Harta benda yang menjadi obyeknya harus mal mutaqawwin,
Akad pinjaman tidak boleh dikaitkan dengan suatu persyaratan diluar pinjaman itu sendiri
yang menguntungkan pihak muqridh. Adapun manfaat qardh dalam dunia usaha yaitu,
3.2 Saran
Peneliti menyarankan dalam akad hutang piutang uang dengan pelunasan bahan
bangunan seharusnya didalam akad tersebut tidak harus menggunakan batas waktu/tempo
yang telah ditentukan oleh orang yang memberikan hutang, tidak pula ditentukan kedua
belah pihak. Karena tidak setiap waktu seseorang yang mempunyai hutang mampu untuk
melunasi tentu akan memberatkan orang yang mempunyai hutang. Akad hutang piutang
harusnya terdapat keuntungan yang sama tanpa memberatkan salah satu pihak, tidak pula
memberikan syarat kepada orang yang berhutang melunasi hutangnya. Lebih baik jika
akan melakukan akad hutang piutang hendaknya menggunakan barang yang sama, antara
barang yang dihutangkan dengan barang yang dipakai untuk melunasinya.
Mengenai hukum adat yang berlaku dalam wilayah/masyarakat tertentu, jika
mereka sebagai masyarakat menanggapi hal tersebut tidak merugikan, tidak bermasalah
dan tidak terdapat kemafsadatan maka hukum adat tersebut sah-sah saja hukumnya.
khususnya untuk masyarakat itu sendiri, selagi tidak bertentangan dengan syari’at islam.
1
1
DAFTAR PUSTAKA
Hannong, I. (2018). Al-Qardh Al-Hasan:Soft And Benevolent Loan Pada Bank Islam.
Jurnal Syari’ah dan Hukum, 171-182.
https://media.neliti.com/media/publications/285676-al-qardh-al-hasan-soft-and-
benevolent-lo-80f32bdf.pdf. Diakses Pada Tanggal 5 Desember 2022.
https://www.academia.edu/33343627/Makalah_Qardh_Arief_Dharma_Laksana
1
2