Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AL- QARDH

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Manajemen Perbankan Syariah

Dosen Pengampu : Nispi Yani Sya’banniah, SE., MM

Disusun Oleh :
Ara Hodailma C.1910764
Galuh Reza Dwi Agusta C.1910
Desi Yusefa C.1910042
Mutiara Rengganis C.191010208
(Kelompok 6)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DJUANDA
BOGOR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
serta Hidayah-Nya kepada saya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah Manajemen Perbankan Syariah tentang “Al-Qardh” telah disusun sebaik-
baiknya. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah ini.
Pada kesempatan kali ini, dengan rasa tulus dan ikhlas kami menyampaikan terima
kasih kepada Ibu Ibu Nispi Yani Sya’banniah, SE., MM selaku Dosen Mata Kuliah
Manajemen Perbankan Syariah yang telah memberi kesempatan kepada kami untuk
menyusun makalah ini serta dorongan yang diberikan baik secara moril atau materil.
Kami selaku penyusun megucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami dan khususnya bagi para pembaca. Amin yra.

Bogor, 5 Desember 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................2

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2

1.3 Tujuan..............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al-Qardh.................................................................................... 3


2.2 Dasar Hukum Al-Qardh............................................................................... 4
2.3 Rukun dan Syarat Al-Qardh......................................................................... 6
2.4 Manfaat Al-Qardh....................................................................................... 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................................10

3.2 Saran............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan ekonomi Islam identik dengan berkembangnya lembaga keuangan
syari’ah. Salah satu filosofi dasar ajaran Islam dalam kegiatan ekonomi dan bisnis, yaitu
larangan untuk berbuat curang dan dzalim. Semua transaksi yang dilakukan haruslah
berdasarkan prinsip rela sama rela (an taraddin minkum), dan tidak boleh ada pihak yang
mendzalimi ataupun terdzalimi. Prinsip dasar ini mempunyai implikasi yang sangat luas
dalam bidang ekonomi dan bisnis, termasuk dalam praktek perbankan.
Tujuan utama dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan prinsip syari’ah
adalah tiada lain sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan
ekonominya berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Menurut UU No. 21 tahun 2008,
Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit
usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
Dalam beberapa hal, bank syari’ah dan bank konvensional memiliki persamaan,
terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi komputer
yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP,
proposal, laporan keuangan, dan sebagainya. Akan tetapi,terdapat perbedaan mendasar
antara keduanya. Perbedaan itu menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang
dibiayai, dan lingkungan kerja.
Produk pembiayaan qardh merupakan salah satu sisi efisiensi bank syari’ah di
banding bank konvensional. Teori qardh memberikan peluang kepada nasabah untuk
memanfaatkan produk pembiayaan dengan transaksi qardh. Produk ini berupa transaksi
cicilan pembiayaan dalam bentuk pinjaman dana tanpa imbalan dengan kewajiban pihak
peminjam mengembalikan pokok pinjaman kepada bank pada waktu yang telah disepakati
oleh bank dan nasabah secara sekaligus atau cicilan dalam jangka waktu tertentu. Artinya
Bank Syari’ah tidak mensyaratkan nasabah untuk mengembalikan pinjamannya melebihi
jumlah nominal dana yang dipinjamkan termasuk biaya administrasi. Dalam terminologi
fiqih muamalah, sistem yang diterapkan ini disebut teori qardh al-hasan.
Konsep hutang piutang (qardh) yang ada dalam Islam pada dasarnya adalah untuk
memberikan kemudahan bagi orang yang sedang kesusahan. Islam menganggap bunga
1
sebagai suatu kejahatan ekonomi yang menimbulkan penderitaan masyarakat baik itu
secara ekonomi, sosial maupun moral. Oleh karena itu, kitab suci Al - Qur’an melarang
kaum muslimin untuk memberi maupun menerima bunga. Dalam surah Al - Baqarah ayat
278 – 279 Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang riba dan mempertegas bahwa bunga itu
melanggar hukum di dalam Islam.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah pengertian Al-Qard?
2. Apakah dasar hukum Qard?
3. Apa saja rukum dan syarat Qard?
4. Apa saja manfaat Qard dalam dunia usaha?

1.3 Tujuan
Adapun untuk tujuan yang ingin dicapai dalam penyusuan makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian Al-Qardh.
2. Untuk mengetahui dasar hukum Qardh.
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat Qardh.
4. Untuk mengetahui manfaat Qardh dalam dunia usaha.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Al-Qardh


Al-Qardh (utang) berasal dari kata qarada – yaqridhu – qardhan. Secara bahasa
asalnya adalah Al-Qath'u (potongan) atau terputus. Sedangkan secara istilah ialah harta
yang diberikan seseorang kepada orang lain untuk dikembalikan lagi ketika ia telah
mampu. Pengertian lain dari utang piutang atau qardh adalah harta yang diberikan oleh
muqridh (pemberi utang) kepada muqtaridh (orang yang berutang) untuk dikembalikan
kepadanya sama dengan yang diberikan pada saat muqtaridh mampu mengembalikannya.
Al-Qardh pada dasarnya adalah pemberian pinjaman dari seseorang kepada pihak
lain dengan tujuan untuk menolongnya. Oleh karena itu, Syafi'i Antonio mempertegas
bahwa aqd Al-Qardh bukan akad komersial, ia merupakan akad sosial (memberikan
pertolongan) yang bertujuan sebagai sikap ramah tamah sesama manusia, membantu dan
memudahkan segala urusan kehidupan mereka, dan bukan bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dan berbisnis.
Menurut Fatwa DSN MUI, qardh adalah suatu akad pinjaman kepada nasabah
dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya kepada
LKS pada waktu yang telah disepakati oleh LKS dan nasabah. Menurut UU No. 21 Tahun
2008 Tentang Perbankan Syariah, qardh adalah akad pinjaman dana kepada nasabah
dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya pada
waktu yang telah disepakati.
Dalam perbankan syariah terdapat kegiatan usaha, diantaranya penyaluran dana
melalui prinsip pinjam meminjam berdasarkan akad qardh. Al-Qardh merupakan
pinjaman kebaikan yang digunakan untuk membantu keuangan nasabah secara cepat dan
berjangka pendek.
Dari definisi tersebut tampaklah bahwa sesungguhnya utang-piutang merupakan
bentuk muamalah yang bercorak ta'awun (pertolongan) kepada pihak lain untuk
memenuhi kebutuhannya. Tujuan dan hikmah dibolehkannya utang-piutang itu adalah
memberi kemudahan bagi umat manusia dalam pergaulan hidup, karena diantara umat
manusia itu ada yang berkecukupan dan ada yang berkekurangan. Orang yang
berkekurangan dapat memanfaatkan utang dari pihak yang berkecukupan.

3
2.2 Dasar Hukum Al-Qardh
Berdasarkan uraian mengenai penjelasan dan pentingnya al-qardh, adapun
landasan atau dasar hukum yang digunakan al-qardh baik menurut al-quran, al-hadist dan
ijma. Al-qardh sebagai suatu akad yang dibolehkan, merupakan sesuatu yang harus
diyakini dan diterapkan dalam kehidupan sehari- hari, khususnya dalam hal muamalah,
sebagaimana yang dijelaskan Allah SWT agar meminjamkan sesuatu bagi agama Allah
SWT. Selaras dengan meminjamkan kepada Allah SWT, kita juga diseru untuk
meminjamkan kepada manusia sebagai bagian dari hidup bermasyarakat.
1. Dasar Hukum Al-Qardh menurut Al-Quran
Terdapat dasar hukum firman Allah SWT didalam surat al-baqarah (2): 245 yang
berbunyi :

Artinya: “Barangsiapa meminjami di jalan Allah SWT dengan pinjaman yang baik
maka Allah SWT melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan
dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya kamu dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah
(2): 245).

Adapun terdapat dalam firman Allah SWT didalam surat Al-muzammil (73): 20
yang berbunyi :

Artinya : “Dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada


Allah pinjaman yang baik, dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu
niscaya kamu memperoleh (balasan)nya disisi Allah sebagai balasan yang paling
baik dan yang paling besar pahalanya”. (Al-Muzammil (73) : 20).

Adapun firman Allah SWT didalam surat Al-hadid:11 yang berbunyi :

4
Artinya : ”Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah SWT pinjaman yang baik,
Maka Allah SWT akan melipat-gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia
akan memperoleh pahala yang banyak”. (Al-hadid:11).

Adapun dasar hukum yang mengatur diperbolehkannya utang piutang sebagaimana


dalam kaidah fiqih yang berbunyi :

Artinya: “Hukum asal dalam semua bentuk muamalah adalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya”.

Dengan begitu yang menjadi landasan dalil dalam dasar hukum ini adalah kita
diseru untuk meminjamkan kepada Allah SWT artinya untuk membelanjakan harta di
jalan Allah SWT. Selaras dengan meminjamkan kepada Allah SWT, kita juga
diperintahkan untuk meminjamkan kepada sesama manusia, sebagai bagian dari
kehidupan bermasyarakat. Kemudian pada dasrnya diperbolehkan untuk melakukan
kegiatan utang piutang kecuali yang jelas diharamkan seperti mengakibatkan
kemudharatan, tipuan, judi dan riba.

2. Dasar Hukum Al-Qardh menurut Al-Hadist


Terdapat dasar hukum al-qardh dalam hadist HR Ibnu Majah no. 2421, kitab al-
Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi dari Ibnu Mas’ud yang meriwayatkan bahwa Nabi
Muhammad Saw. mengatakan :

Artinya: “Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainya) dua kali kecuali
yang satunya adalah (senilai) sedekah”.

Terdapat dasar hukum al-qardh dalam hadist HR Ibnu Majah no. 2422, kitab al-
Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi dari Ibnu Mas’ud yang meriwayatkan bahwa Nabi
Muhammad Saw. mengatakan :
5
“Aku melihat pada waktu malam di-isra’kan, pada pintu surga tertulis: sedekah dibalas
sepuluh kali lipat dan qardh delapan belas kali. Aku bertanya, ‘wahai jibril, mengapa qardh lebih
utama dari sedekah?’ ia menjawab, ‘karena peminta-minta sesuatu dan ia punya, sedangkan
yang meminjam tidak akan meminjam kecuali karena keperluan”.

Adapun dasar hukum al-qardh dalam hadist HR Abu Hurairah menyatakan bahwa
Rasulullah Saw. bersabda:
“Barang siapa melepaskan satu kesusahan di antara sekian banyak kesusahan dunia dari seorang
muslim, niscaya Allah akan melepaskan dari satu kesusahan dari sekian banyak kesusahan di hari
kiamat. Barangsiapa memberi kemudahan kepada orang yang sedang dalam kesulitan,
niscaya Allah akan memberi kemudahan kepadanya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa
menolong hamba-nya selama hamba-nya tersebut menolong saudaranya”.

Berdasarkan pemahaman hadist di atas, dapat dipahami bahwa al-qardh merupakan


kegiatan yang dianjurkan, bahkan akan mendapat imbalan oleh Allah Swt. Dan
termasuk kebaikan apabila sipeminjam melebihkan pengembalian pinjamanya dengan
syarat tidak ada perjanjian diawal.

3. Dasar Hukum Al-Qard Menurut Ijma


Menurut ijma Para ulama telah menyepakati bahwa al-qardh boleh dilakukan.
Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak bisa hidup tanpa pertolongan dan
bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun yang memiliki segala barang yang ia butuhkan.
Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam
adalah agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan umatnya.

2.3 Rukun dan Syarat Al-Qardh


1. Rukun Al-Qardh
Ada beberapa rukun yang harus dipenuhi dalam akad qardh ini. Apabila rukun
tersebut tidak terpenuhi, maka akad qardh akan batal. Rukun qardh tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Pihak peminjam (muqtaridh)
Pihak peminjam yaitu orang yang meminjam dana atau uang kepada pihak pemberi
pinjaman.
b. Pihak pemberi pinjaman (muqridh)
6
Pihak pemberi pinjaman yaitu orang atau badan yang memberikan pinjaman dana atau uang
kepada pihak peminjam.
c. Dana (qardh) atau barang yang dipinjam (muqtaradh)
Dana atau barang disini yang dimaksud adalah sejumlah uang atau barang yang
dipinjamkan kepada pihak peminjam.
d. Ijab qabul (sighat )
Karena utang piutang sesungguhnya merupakan sebuah transaksi (akad), maka
harus dilaksanakan melalui ijab dan kabul yang jelas, sebagaimana jual beli dengan
menggunakan lafadz qardh. Selain rukun-rukun yang harus dipenuhi, adapun
ketentuan yang terdapat dalam al-qardh yakni sebagai berikut:
a. Al-Qardh adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah (muqtaridh)
yang memerlukan.
b. Nasabah al-Qardh wajib mengembalikan jumlah pokok yang diterima
pada waktu yang telah disepakati bersama.
c. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah (Fatwa Dewan
Syari’ah Nasional No: 19/Dsn-Mui/Iv/2001 Tentang Al-
Qardh).
d. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah bila dipandang perlu.
e. Nasabah al-qardh dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan sukarela
kepada LKS selama tidak diperjanjikan dalam akad.
f. Jika nasabah tidak dapat menegmbalikan sebagian atau seluruh
kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan LKS telah
memastikan ketdakmampuannya, LKS dapat :
- Memperpanjang jangka waktu pengembalian
- Mengahapus (write off) sebagian atau seluruhnya.

2. Syarat-syarat A-Qardh
Ada beberapa syarat yang harus dipatuhi dalam al-wardh ini baik syarat secara
umum maupun syarat secara sah. Berikut ini adalah beberapa syarat yang terdapat
qardh.
a. Syarat Umum Al-Qardh
 Pinjaman sesungguhnya merupakan sebuah transaksi (akad), maka harus
dilaksanakan melalui ijab dan qabul yang jelas, sebagaimana jual beli, dengan
menggunakan lafadz Al-qardh atau yang sepadan dengannya. Masing-masing
7
pihak harus memenuhi persyaratan kecakapan bertindak hukum dan
berdasarkan iradah (kehendak sendiri).
 Harta benda yang menjadi obyeknya harus mal mutaqawwin. Mengenai jenis
harta benda yang dapat menjadi obyek pinjaman terdapat perbedaan pendapat
di kalangan fuqaha mazhab. Menurut fuqaha Mazhab Hanafiah akad pinjaman
hanya berlaku pada harta benda al-misliyat, yakni harta benda yang banyak
padanannya, yang lazim dihitung melalui timbangan, takaran dan satuan.
Sedangkan harta benda al-qimiyyat tidak sah dijadikan obyek pinjaman seperti
hasil seni, rumah, tanah, hewan dan lain-lain. Menurut fuqaha Mazhab
Malikiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah setiap harta benda yang boleh
diberlakukan atasnya akad salam boleh diberlakukannya akad pinjaman, baik
berupa harta benda al-misliyyat maupun al-qimiyyat.
 Akad pinjaman tidak boleh dikaitkan dengan suatu persyaratan diluar pinjaman
itu sendiri yang menguntungkan pihak muqridh. Ada yang menyebutkan syarat
Al-qardh ada dua, terdiri dari dana yang digunakan ada manfaatnya dan adanya
kesepakatan diantara kedua belah pihak.

b. Syarat Sah Al-Qardh


Selain syarat umum yang harus dipatuhi, adapun syarat sah yang wajib dan
perlu juga diketahui serta dipatuhi untuk dijalankannya. Beberapa syarat sah
tersebut yakni sebagai berikut:
 Qardh atau barang yang diinjamkan harus barang yang mempunyai manfaat,
tidak sah jika tidak ada kemungkinan pemanfaatannya, karena Qard adalah
akad terhadap harta.
 Akad Qardh tidak bisa dilaksanakan kecuali dengan ijab dan kabul, seperti
halnya jual beli.

2.4 Manfaat Al-Qardh


Berdasarkan uraian di atas maka terdapat beberapa manfaat yang mampu kita
ambil dari al-qardh yakni sebagai berikut :
1. Memungkikan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapatkan
dana talangan jagka pendek.

8
2. Al-qardh al-hasan juga merupakan salah satu ciri pemberi antara bank syariah dan
bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial, disamping misi
komersial.
3. Adanya misi sosial kemasyarakatkatan ini akan meningkatkan citra baik dan
meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah.
4. Risiko al-qardh terhitung tinggi karena dianggap pembiayaan yang tidak ditutup
dengan jaminan.

9
BAB
III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Al-Qardh (utang) berasal dari kata qarada – yaqridhu – qardhan. Secara bahasa
asalnya adalah Al-Qath'u (potongan) atau terputus. Sedangkan secara istilah ialah harta
yang diberikan seseorang kepada orang lain untuk dikembalikan lagi ketika ia telah
mampu. Pengertian lain dari utang piutang atau qardh adalah harta yang diberikan oleh
muqridh (pemberi utang) kepada muqtaridh (orang yang berutang) untuk dikembalikan
kepadanya sama dengan yang diberikan pada saat muqtaridh mampu mengembalikannya.
Adapun 3 dasar hukum Al-Qard sebagai berikut :
1. Dasar Hukum Al-Qardh menurut Al-Quran, terdapat dasar hukum firman Allah
SWT didalam surat al-baqarah (2): 245 yang berbunyi :
1.
2.
3.
Artinya: “Barangsiapa meminjami di jalan Allah SWT dengan pinjaman yang baik
maka Allah SWT melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah
menahan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya kamu dikembalikan.”
(QS. Al-Baqarah (2): 245).
2. Dasar Hukum Al-Qardh menurut Al-Hadist, terdapat dasar hukum al-qardh dalam
hadist HR Ibnu Majah no. 2421, kitab al-Ahkam; Ibnu Hibban dan Baihaqi dari
Ibnu Mas’ud yang meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw. mengatakan :

Artinya: “Bukan seorang muslim (mereka) yang meminjamkan muslim (lainya) dua kali
kecuali yang satunya adalah (senilai) sedekah”.
3. Dasar Hukum Al-Qard Menurut Ijma, menurut ijma Para ulama telah menyepakati
bahwa al-qardh boleh dilakukan. Kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak
bisa hidup tanpa pertolongan dan bantuan saudaranya. Tidak ada seorang pun yang
memiliki segala barang yang ia butuhkan. Oleh karena itu, pinjam-meminjam sudah menjadi satu
1
0
bagian dari kehidupan di dunia ini. Islam adalah agama yang sangat memperhatikan
segenap kebutuhan umatnya.
Ada beberapa rukun yang harus dipenuhi dalam akad qardh ini. Apabila rukun
tersebut tidak terpenuhi, maka akad qardh akan batal. Rukun qardh tersebut adalah sebagai
berikut : pihak peminjaman (muqtaridh), pihak pemberi pinjaman (muqridh), dana (qardh)
atau barang yang dipinjam (muqtaradh), ijab kabul (sighat). Ada beberapa syarat yang
harus dipatuhi dalam al-wardh ini baik syarat secara umum maupun syarat secara sah.
Berikut ini beberapa syarat yang terdapat pada qardh : Pinjaman sesungguhnya merupakan
sebuah transaksi (akad), Harta benda yang menjadi obyeknya harus mal mutaqawwin,
Akad pinjaman tidak boleh dikaitkan dengan suatu persyaratan diluar pinjaman itu sendiri
yang menguntungkan pihak muqridh. Adapun manfaat qardh dalam dunia usaha yaitu,

3.2 Saran
Peneliti menyarankan dalam akad hutang piutang uang dengan pelunasan bahan
bangunan seharusnya didalam akad tersebut tidak harus menggunakan batas waktu/tempo
yang telah ditentukan oleh orang yang memberikan hutang, tidak pula ditentukan kedua
belah pihak. Karena tidak setiap waktu seseorang yang mempunyai hutang mampu untuk
melunasi tentu akan memberatkan orang yang mempunyai hutang. Akad hutang piutang
harusnya terdapat keuntungan yang sama tanpa memberatkan salah satu pihak, tidak pula
memberikan syarat kepada orang yang berhutang melunasi hutangnya. Lebih baik jika
akan melakukan akad hutang piutang hendaknya menggunakan barang yang sama, antara
barang yang dihutangkan dengan barang yang dipakai untuk melunasinya.
Mengenai hukum adat yang berlaku dalam wilayah/masyarakat tertentu, jika
mereka sebagai masyarakat menanggapi hal tersebut tidak merugikan, tidak bermasalah
dan tidak terdapat kemafsadatan maka hukum adat tersebut sah-sah saja hukumnya.
khususnya untuk masyarakat itu sendiri, selagi tidak bertentangan dengan syari’at islam.

1
1
DAFTAR PUSTAKA

Hannong, I. (2018). Al-Qardh Al-Hasan:Soft And Benevolent Loan Pada Bank Islam.
Jurnal Syari’ah dan Hukum, 171-182.
https://media.neliti.com/media/publications/285676-al-qardh-al-hasan-soft-and-
benevolent-lo-80f32bdf.pdf. Diakses Pada Tanggal 5 Desember 2022.

Kusuma, I. K. (2016). Konsep Dasar Qard Dalam Lembaga Keuangan Syariah.


ttps://www.academia.edu/download/50959936/INDRA_KRISNA_KUSUMA_150210006
1_QARD.pdf. Diakses Pada Tanggal 5 Desember 2022.

Anriani, A. (2022). Konsep Al-Qardh Menurut Mazhab Syafi’i (Implementasinya pada


Lembaga Keuangan dan Masyarakat) (Doctoral dissertation, IAIN Parepare).

https://www.academia.edu/33343627/Makalah_Qardh_Arief_Dharma_Laksana

1
2

Anda mungkin juga menyukai